Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN BENCANA

KONSEP DASAR MANAJEMEN BENCANA

DOSEN:
Ns. Musiana, S.Kep., M.Kes

DISUSUN OLEH:
SHINTIA LEGA UTAMI 1914301053
VERONICA ANGGRAINI 1914301091
ELVA NURI SAKINAH 1914301055
GUSTIA MEGA NANDA 1914301060
SINDI ARTIKA 1914301065

KELAS:
STr TINGKAT 3 REGULER 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Manajemen Bencana. Makalah ini yang berjudul “Konsep Dasar
Manajemen Bencana ”

Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami Ibu Ns. Musiana, S.Kep.,
M.Kes. serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide sehingga
makalah ini dapat disusun dengan baik.

Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 11 Januari 2022

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manajemen Becana 2
2.2 Tujuan Manajemen Bencana 3
2.3 Tahapan Manajemen Bencana 4
2.4 Prinsip penanggulangan Bencana 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kondisi geografis daerah kota dan kabupaten di Indonesia yang beragam mulai dari
suatu daerah yang terletak di dataran tinggi, dataran rendah, namun juga ada suatu
daerah yang memiliki dataran rendah dan juga dataran tinggi. Kondisi tersebut yang
menyebabkan Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi
bencana alam yang tinggi. Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia seperti
gunung meletus, banjir dan rob, tanah longsor, gempa bumi, hingga yang paling
ekstrem adalah gelombang tsunami.
Potensi penyebab bencana di Indonesia dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga)
golongan yaitu karena faktor alam, perbuatan manusia, dan sosial. Bencana alam
antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung api, angin topan, tanah longsor,
kekeringan kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman,
epidemi wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa.
Bencana buatan manusia antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang disebabkan
oleh manusia, kecelakaan transportasi, dampak industri, bom nuklir, pencemaran
lingkungan seperti polusi udara, polusi air sungai, dan lain sebagainya. Bencana
sosial terjadi karena rusak dan kurang harmonisnya hubungan antar sosial antar
anggota masyarakat yang disebabkan berbagai faktor baik sosial, budaya, suku atau
ketimpangan sosial.
Faktor kesiapsiagaan menjadi faktor penting dalam menurunkan risiko dan dampak
kerugian yang ditimbulkan dari bencana alam. Rendahnya kesiapsiagaan disebabkan
rendahnya pengetahuan, sikap, dan tindakan walaupun bencana alam merupakan
bencana yang tidak terduga. Rattien menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sangat
mempengaruhi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jelaskan Definisi Manajemen Bencana?
2. Sebutkan apasaja Tujuan Manajemen Bencana?
3. Jelaskan bagaimana Tahapan Manajemen Bencana?
4. Sebutkan Prinsip penanggulangan Bencana?

1
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami Definisi Manajemen Bencana.
2. Mahasiswa mampu memahami Tujuan Manajemen Bencana.
3. Mahasiswa mampu memahami Tahapan Manajemen Bencana.
4. Mahasiswa mampu memahami Prinsip penanggulangan Bencana.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Manajemen Bencana


Manajemen penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai segala upaya atau
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada
tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.
Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis, yang
dikembangkan dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian dan pengawasan dalam
penanggulangan bencana. Proses tersebut juga melibatkan berbagai macam organisasi
yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan akibat bencana.

2.2. Tujuan Manajemen Bencana


Berdasarkan Undang- Undang No. 24 tahun 2007 pasal 4, penanggulangan bencana
memiliki tujuan yaitu :
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
4. Menghargai budaya lokal;
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

3
2.3. Tahapan Manajemen Bencana
Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui
3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak terjadi bencana dan terdapat
potensi bencana
2. Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi
bencana.
3. Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi bencana.

Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut, ada 3 (tiga)


manajemen yang dipakai yaitu :
1. Manajemen Risiko Bencana
Adalah pengaturan/manejemen bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
yang bertujuan mengurangi risiko saat sebelum terjadinya bencana. Manajemen
risiko ini dilakukan dalam bentuk :
a. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
b. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
c. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan ini sebenarnya masuk manajemen
darurat, namun letaknya di pra bencana. Dalam fase ini juga terdapat
peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Membangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak
mudah dilakukan karena menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin di
teman masyarakat. Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena

4
sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi
datangnya suatu bencana.
2. Manajemen Kedaruratan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada
faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan
pengungsi saat terjadinya bencana dengan fase nya yaitu :
a. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kondisi tanggap darurat antara
lain:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan diperkirakan tingkat kerusakannya
2. Penentuan status keadaan darurat bencana
3. Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga
dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana sangat
besar dan berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat digolongkan
sebagai bencana nasional
4. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana

3. Manajemen Pemulihan
a. Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada
faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh
setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenya nya yaitu :
b. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

5
c. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

2.4. Prinsip penanggulangan Bencana


Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana Nasional berdasarkan UU No. 24 Tahun
2007 adalah sebagai berikut:
1. Cepat dan Akurat – Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah
bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat
sesuai dengan tuntutan keadaan.
2. Prioritas – Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila
terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan
diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
3. Koordinasi – Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa
penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung.
4. Keterpaduan – Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
5. Berdaya Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah bahwa
dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,
tenaga, dan biaya yang berlebihan.
6. Berhasil Guna – Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah bahwa
kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan.
7. Transparansi - Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.

6
8. Akuntabilitas – Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
9. Kemitraan - Cukup jelas.
10. Pemberdayaan – Cukup jelas.
11. Nondiskriminasi – Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah
bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang
berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
12. Nonproletisi – Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa dilarang
menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama
melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis, yang
dikembangkan dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian dan pengawasan dalam
penanggulangan bencana. Proses tersebut juga melibatkan berbagai macam organisasi
yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat dan pemulihan akibat bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia dilakukan pada berbagai
tahapan kegiatan, yang berpedoman pada kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang
No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah terkait
lainnya yang telah memasukkan Pengurangan Risiko Bencana. Pentingnya pemahaman
prinsip – prinsip penanggulangan bencana nasional dan prinsip penanggulangan
bencana indonesia. Sistem penanggulangan bencana dalam pembangunan merubah
paradigma penanggulangan bencana yang berfokus pada tanggap darurat berubah
menjadi fokus pada pengurangan risiko bencana.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1303/3/BAB%202.pdf (Diakses pada 11 Januari


2022)

http://scholar.unand.ac.id/50144/2/Bab%201%20Pendahuluan.pdf (Diakses pada 12 Januari


2022)

Mahardika ,Dio. Endang Larasati. Manajemen Bencana Oleh Badan Penanggulangan


Bencana Daerah (Bpbd) Dalam Menanggulangi Banjir Di Kota Semarang. Fisip
Undip. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/20242/19094
(Diakses pada 12 Januari 2022)

https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf (Diakses pada 12 Januari 2022)

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi.2018. Modul2 Manajemen
Penanggulangan Bencana Pelatihan Penanggulangan Bencana Banjiri : Bandung.
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2018/03/6e01a_02._Modul_2_Ma
najemen_Penanggulangan_Bencana.pdf (Diakses pada 11 Januari 2022)

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi.2017. Modul 3 Konsep
Dan Karakteristik Bencana Pelatihan Penanggulangan Bencana Banjir
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2018/03/b9b42_03._Modul_3_Ko
nsep_dan_Karakteristik_Bencana.pdf (Diakses pada 12 Januari 2022)

Anda mungkin juga menyukai