KESIAPSIAGAAN (PREPAREDNESS)
OLEH:
SEMESTER VIIA
S1 ILMU KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah “Disaster Management Cycle - Phase : Kesiapsiagaan (Preparedness)”,
dengan dosen pembimbing Ns. Made Martini, S.Kep.,M.Kep. Adapun tujuan
dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Keperawatan Bencana.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
segenap saran dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan informasi di bidang keperawatan bencana dalam
melakukan kesiapsiagaan dalam menghadapi suatu bencana yang akan
terjadi dalam mencegah atau meminimalisir jatuhnya korban jiwa,
kerugian materi, kerugian ekonomi dan kerugian lingkungan
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Bagi Penulis
Sebagai bahan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah “Keperawatan Bencana” dan sebagai acuan untuk
pengaplikasian dalam menghadapai suatu bencana yang
kemungkinan terjadi.
1.4.2.2 Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang
manajemen bencana dalam tahap pra-bencana : kesiapsiagaan
bencana dan sebagai acuan untuk mengaplikasikan dalam
menghadapi bencana yang kemungkinan terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
2.1 Konsep Bencana
2.1.1 Definisi Bencana
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara
normatif maupun pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor
17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai berikut : Bencana adalah
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah
peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna
sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002)
adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan
ekologis, hilangnya nyawa 21 manusia, atau memburuknya derajat
kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena.
4
5
14
15
kondisi ancaman bahaya yang mungkin ada, akan segera ada, atau saat ini
ada."
Salah satu kecepatan penyelenggaraan operasi penanggulangan bencana
(response time), menyelenggarakan siaga penanggulangan bencana yang
meliputi kesiagaan pada S (Hrna) komponen utama penanggulangan bencana,
antara lain:
1. Kesiapan manajemen operasi penanggulangan bencana
2. Kesiapan fasilitas penanggulangan bencana.
3. Kesiapan komunikasi penanggulangan bencana.
4. Kesiapan pertolongan darurat penanggulangan bencana.
5. Dokumentasi.
Termasuk ke dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana
penanggulangan bencana, pemeliharaan, dan pelatihan personel.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa,
kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Sebaiknya
suatu kabupaten kota melakukan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan menghadapi
bencana adalah suatu kondisi masyarakat yang baik secara individu maupun
kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam
menghadapi bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian tak terpisahkan dari
manajemen bencana secara terpadu.
Kesiapsiagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila
bencana masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik adalah menghindari
risiko yang akan terjadi. Misalnya memilih ternpat tinggal yang jauh dari
jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas sebelum terjadinya
bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas operasional dan
memfasilitasi respons yang efektif ketika suatu bencana terjadi. Perubahan
paradigma penanggulangan bencanayaitu tidaklagi memandang
penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat,
tetapi penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase prabencana
16
2. Kerentanan
Suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor – faktor fisik, sosial,
ekonomi, geografi yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
masyarakat dalam menghadapi bencana.
3. Kapasitas
Kemampuan sumber daya yang dimiliki tiap orang atau kelompok
di suatu wilayah yang dapat digunakan dan ditingkatkan untuk
mengurangi resiko bencana. Kemampuan ini dapat berupa pencegahan,
mengurangi dampak, kesiapsiagaan dan keterampilan mempertahankan
hidup dalam situasi darurat. Sehingga untuk mengurangi resiko bencana
maka diperlukan upaya–upaya untuk mengurangi ancaman, mengurangi
kerentanan dan meningkatkan kapasitas. Dalam kajian risiko bencana
ada faktor kerentanan (vulnerability) rendahnya daya tangkal
masyarakat.
Dalam menerima ancaman, yang mempengaruhi tingkat risiko
bencana, kerentanan dapat dilihat dari faktor lingkungan, sosial budaya,
kondisi sosial seperti kemiskinan, tekanan sosial dan lingkungan yang
tidak strategis, yang menurunkan daya tangkal masyarakat dalam
menerima ancaman. Besarnya resiko dapat dikurangi oleh adanya
kemampuan (capacity) adalah kondisi masyarakat yang memiliki
kekuatan dan kemampuan dalam mengkaji dan menilai ancaman serta
bagaimana masyarakat dapat mengelola lingkungan dan sumberdaya
yang ada, dimana dalam kondisi ini masyarakat sebagai penerima
manfaat dan penerima risiko bencana menjadi bagian penting dan
sebagai aktor kunci dalam pengelolaan lingkungan untuk mengurangi
risiko bencana dan ini menjadi suatu kajian dalam melakukan
manajemen bencana berbasis masyarakat (Comunity Base Disaster Risk
Management). Pengelolaan lingkungan harus bersumber pada 3 aspek
penting yaitu Biotik (makluk hidup dalam suatu ruang), Abiotik
(sumberdaya alam) dan Culture (Kebudayaan). Penilaian risiko bencana
dapat dilakukan dengan pendekatan ekologi (ekological approach) dan
pendekatan keruangan (spatial approach) berdasarkan atas analisa
18
4.1 Kesimpulan
1. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007).
Sedangkan kesiapsiagaan menurut Carter (1991) adalah tindakan-
tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat,
komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi
bencana secara cepat dan tepat guna. The United Nations International
Strategy for Disaster Reduction (UNISDR, 2009) mendefinisikan
kesiapsiagaan sebagai berikut.
2. Pengurangan Risko Bencana (PRB) dimaknai sebagai sebuah proses
pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan
menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk
melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya
masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku
kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah
terjadi bencana.
3. Rencana Operasi Darurat Bencana disusun sesuai dengan dampak dan
tingkatan bencana yang dinyatakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah. Baik tahapan dalam proses penyusunan maupun rencana operasi
di tingkatan penanganan darurat bencana tersebut, pada dasarnya
memiliki kesamaan, sehingga pedoman penyusunan rencana operasi
darurat bencana ini berlaku untuk semua tingkatan bencana.
4. Rencana Operasi Darurat Bencana disusun berdasarkan masukan yang
dituangkan ke dalam formulir-formulir Sistem Komando Darurat
Bencana (Formulir 1-10) dengan menggunakan Format seperti pada
Lampiran 3 sampai dengan Lampiran 24, dengan ketentuan sebagai
berikut:
22
23
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan pengetahuanserta kekurangan dalam penulisan.Hal tersebut
terjadi karena penulis masih dalam tahap pembelajaran sehingga diharapkan
untuk kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA