“PENANGGULANGAN BENCANA”
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah: Manajemen Bencana
Dosen Pengampu: Muhammad Danil, M.Pd
Disusun Oleh:
Ayu Wulandari Abdi (0801212409)
Egril Rehulina Ritonga (0801212229)
M. Farhan Fadillah (0801212237)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Hadi Purnomo & Ronny Sugiantoro (2010) menyatakan bahwa 87% wilayah
Indonesia rawan bencana alam, 383 kabupaten atau kota rawan bencana alam dari
440 kabupaten / kota di seluruh Indonesia. Selain itu, kondisi Indonesia dengan
jumlah penduduk yang besar dan tidak merata, keragaman suku, agama, adat
istiadat, budaya dan golongan menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap
bencana alam. Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus,
tanah longsor, dan angin topan yang sering terjadi di Indonesia tentunya memiliki
dampak yang sangat merugikan, juga menimbulkan penderitaan dan kerugian baik
bagi masyarakat maupun negara.
1Heryati Sri, Peran pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana, (Jawa Barat: JP&KP:
2020) hlm. 1.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu penanggulangan bencana?
b. Apa tujuan penaggulangan bencana?
c. Apa saja tahapan penyelenggaran penanggulangan bencana?
d. Apa mekanisme penanggulangan bencana?
e. Apa saja upaya-upaya penanggulangan bencana?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2Heryati Sri, Peran pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana, (Jawa Barat: JP&KP:
2020) hlm. 5.
3
dan aktivitas manusia. Akibat ulah ulah manusia, bencana alam seringkali
menimbulkan keadaan darurat, menimbulkan kerugian finansial dan struktural,
bahkan hingga kematian.
3
Fedryansyah Muhammad, Dkk, Penanggulangan bencana di masyarakat desa cipacing, cileles
dan desa cikeruh kecamatan jati nangor kabupaten sumedang, (Sumedang: Social Work Journal:
2018) hlm. 11-16.
4
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan bahwa tujuan penanggulangan
bencana adalah:
4 Fitriani Dewi, Dkk, Analisis manajemen mitigasi badan penanggulangan bencana terhadap
bencana alam erupsi gunung tangkuban perahu di jawa barat, (Jawa Barat: Jimea: 2021) hlm. 92
5
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tiga tahapan berikut:
a) Prabencana, yang meliputi: 1) Dalam situasi tidak terjadi bencana; dan 2) Dalam
situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Pendanaan penanggulangan bencana
pada tahap prabencana dilaksanakan dengan anggaran normal yang bersumber dari
APBN atau APBD dan dana kontinjensi yang bersumber dari APBN. Pendanaan
tahap prabencana dibagi menjadi dua situasi, yaitu situasi tidak terjadi bencana dan
situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Untuk kegiatan-kegiatan pada tahap
prabencana baik pada situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi
terjadi bencana (kecuali untuk kegiatan kesiapsiagaan), seluruhnya menggunakan
dana yang dianggarkan melalui anggaran normal APBN atau APBD, yang
dialokasikan pada anggaran BNPB atau BPBD. Sedangkan penggunaan dana
kontinjensi hanya digunakan untuk kegiatan kesiapsiagaan dalam hal terdapat
potensi terjadinya bencana.
6
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Rehabilitasi
meliputi kegiatan perbaikan fisik dan pemulihan fungsi nonfisik. Kegiatan
rehabilitasi dilaksanakan di wilayah yang terkena bencana maupun wilayah lain
yang dimungkinkan untuk dijadikan wilayah sasaran kegiatan rehabilitasi. Kegiatan
rehabilitasi dilakukan oleh BNPB jika status bencana adalah tingkat nasional atau
atas inisiatif sendiri BNPB dan atau BPBD untuk status bencana daerah. Kegiatan
rehabilitasi juga dimungkinkan untuk melibatkan banyak pemangku kepentingan
dan masyarakat.23 Kegiatan rekonstruksi meliputi kegiatan rekonstruksi fisik dan
rekonstruksi nonfisik. Rekontruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi
fisik melalui pembangunan kembali secara permanen prasarana dan sarana
permukiman, pemerintahan dan pelayanan masyarakat (kesehatan, pendidikan dan
lain-lain), prasarana dan sarana ekonomi (jaringan perhubungan, air bersih, sanitasi
dan drainase, irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lain-lain), prasarana dan sarana
sosial (ibadah, budaya dan lain-lain) yang rusak akibat bencana, agar kembali ke
kondisi semula atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelum bencana.
7
bencana, dan upaya menyusunan rencana aksi pengurangan risiko bencana. Peta
bencana terbagi menjadi beberapa peta antara lain peta rawan bencana dan peta
risiko bencana penandaan warna5.
Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah
mengacu pada UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Dari peraturan perundang undangan tersebut di atas,
dinyatakan bahwa mekanisme tersebut dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:
1. Mitigasi. Mitigasi dapat juga diartikan sebagai penjinak bencana alam, dan pada
prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha, baik bersifat persiapan fisik maupun
nonfisik dalam menghadapi bencana alam. Persiapan fisik dapat berupa penataan
ruang kawasan bencana dan kode bangunan, sedangkan persiapan nonfisik dapat
berupa pendidikan tentang bencana alam.
8
benda yang berada dalam wilayah kewenangan dan dari ancaman dengan
memberikan prioritas yang tinggi kepada pengurangan risiko bencana dalam
kebijakan nasional, sesuai dengan kemampuan mereka dan sumber daya yang
tersedia kepada mereka".
c. Memberikan penyuluhan-penyuluhan.
a. Membuat pos peringatan bencana. Salah satu upaya yang kemudian dapat
diupayakan adalah dengan mendirikan pos peringatan bencana. Pos inilah yang
nantinya menentukan warga masyarakat bisa kembali menempati tempat tinggalnya
atau tidak.
b. Membiasakan hidup tertib dan disiplin. Diperlukan pola hidup tertib, yaitu
dengan menegakkan peraturan- peraturan yang berhubungan dengan pelestarian
lingkungan hidup. Asal masyarakat menaatinya, berarti setidaknya kita telah
berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan. Masyarakat juga harus disiplin.
9
yang pernah diselenggarakan sepanjang sejarah. Tercatat lebih dari 5.000 peserta
hadir yang berasal dari 148 negara8.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
11
itu, peran serta masyarakat sangat penting dalam meminimalkan risiko
bencana dan meningkatkan efektivitas mekanisme penanggulangan
bencana.
5. Upaya-upaya penanggulangan bencana meliputi perencanaan, persiapan,
koordinasi, pemulihan, dan pendidikan dan kesadaran masyarakat. Upaya-
upaya ini harus dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan semua pihak
terkait. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan bencana, karena kesiapsiagaan masyarakat dapat
membantu meminimalkan kerugian dan mempercepat pemulihan pasca
bencana.
3.2.SARAN
Saran yang dapat penulis berikan yakni perlu adanya diskusi lanjutan
untuk membahas makalah yang kami tulis ini. Karena kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan serta jauh dari kata
sempurna. Kami berharap saran dan kritik dari pembaca untuk evaluasi makalah
kami ke depannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, I.D., Zulkarnaen, W. and Bagianto, A., 2021. Analisis Manajemen Mitigasi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Terhadap Bencana Alam Erupsi Gunung
Tangkuban Parahu Di Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 5(1), pp.91-111.
Heryati, S., 2020. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal
Pemerintahan Dan Keamanan Publik (JP Dan KP), pp.139-146.
Khambali, I. and ST, M., 2017. Manajemen penanggulangan bencana. Penerbit Andi.
13