Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PENANGGULANGAN BENCANA”
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah: Manajemen Bencana
Dosen Pengampu: Muhammad Danil, M.Pd

Disusun Oleh:
Ayu Wulandari Abdi (0801212409)
Egril Rehulina Ritonga (0801212229)
M. Farhan Fadillah (0801212237)

Kelas: IKM 7/G (Semester IV)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, puji syukur kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmunya.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Danil,


M.Pd selaku dosen mata kuliah Manajemen Bencana yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang ditekuni. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Penyusun sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh
kerena itu, penyusun meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan
bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat
diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih
baik.

Medan, 28 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................2

1.3.Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................3

2.1.Definisi Bencana Alam dan Penanggulangan Bencana ................................. 3

2.2.Tujuan Penanggulangan Bencana ...................................................................4

2.3.Tahapan Penyelenggaran Penanggulangan Bencana ......................................5

2.4.Mekanisme Penanggulangan Bencana .......................................................... 8

2.5.Upaya-Upaya Penanggulangan Bencana ........................................................8

BAB III PENUTUP .........................................................................................11

3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 11

3.2. Saran .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat rentan terhadap pengaruh
perubahan iklim. Di Indonesia, bencana akibat perubahan iklim sebagian besar
berupa bencana hidrometeorologi. Data BNPB 2011 menunjukkan banjir, longsor,
dan banjir yang disertai longsor mencapai 57% dari total bencana yang terjadi di
Indonesia. Berbagai peristiwa bencana telah memberikan pengalaman empiris
kepada masyarakat Indonesia dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana.

Hadi Purnomo & Ronny Sugiantoro (2010) menyatakan bahwa 87% wilayah
Indonesia rawan bencana alam, 383 kabupaten atau kota rawan bencana alam dari
440 kabupaten / kota di seluruh Indonesia. Selain itu, kondisi Indonesia dengan
jumlah penduduk yang besar dan tidak merata, keragaman suku, agama, adat
istiadat, budaya dan golongan menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap
bencana alam. Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus,
tanah longsor, dan angin topan yang sering terjadi di Indonesia tentunya memiliki
dampak yang sangat merugikan, juga menimbulkan penderitaan dan kerugian baik
bagi masyarakat maupun negara.

Menghadapi ancaman bencana, pemerintah Indonesia memiliki kepentingan


yang besar dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air, berupa
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dibentuk tidak terlepas
dari pengembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga
alam. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai lembaga
pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana
baik di wilayah provinsi maupun kabupaten / kota berpedoman pada kebijakan yang
ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana 1.

1Heryati Sri, Peran pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana, (Jawa Barat: JP&KP:
2020) hlm. 1.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu penanggulangan bencana?
b. Apa tujuan penaggulangan bencana?
c. Apa saja tahapan penyelenggaran penanggulangan bencana?
d. Apa mekanisme penanggulangan bencana?
e. Apa saja upaya-upaya penanggulangan bencana?

1.3 Tujuan penulisan


a. Memahami apa yang dimaksud dengan penanggulangan bencana
b. Memahami apa yang dimaksud dengan tujuan penanggulangan bencana
c. Memahami apa saja tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana
d. Memahami apa yang dimaksud dengan mekanisme penanggulangan
bencana
e. Memahami apa saja upaya-upaya penanggulangan bencana

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bencana Alam dan Penanggulangan Bencana

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa yang


dimaksud bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis2.

Menurut undang-undang tersebut, bencana dibagi menjadi tiga jenis yakni;


1). Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung api, badai dan kekeringan;
2). Bencana sosial karena ulah manusia seperti konflik, perang, serangan teroris,
kegagalan teknologi dan hama pe-nyakit; dan 3) Bencana campuran alam dab
manusia yaitu banjir, kebakaran hutan dan kekurangan pangan (IDEP, 2007).

Bencana alam adalah peristiwa alam yang berdampak besar terhadap


populasi manusia. Peristiwa alam dapat mencakup banjir, letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang
panas, angin topan, badai tropis, topan, tornado, kebakaran hutan, dan wabah
penyakit. Beberapa bencana alam tidak terjadi secara alami. Contohnya adalah
kelaparan, yaitu kekurangan makanan dalam jumlah banyak yang disebabkan oleh
kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana alam akibat kejadian luar
angkasa yang jarang menimpa manusia, seperti asteroid dan badai matahari.
Penanggulangan bencana di Indonesia merupakan salah satu sektor terpenting.
Indonesia sebagai negara rawan bencana tentunya harus mampu melaksanakan
penanggulangan bencana dengan baik. Hal ini penting agar kerugian yang timbul
akibat bencana tidak menghambat pembangunan dan kemajuan bangsa. Bencana
alam lebih merupakan kesan buruk daripada kejadian atau kombinasi aktivitas yang
semula diciptakan, seperti letusan gunung, gempa bumi, runtuhnya tanah, topan)

2Heryati Sri, Peran pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana, (Jawa Barat: JP&KP:
2020) hlm. 5.

3
dan aktivitas manusia. Akibat ulah ulah manusia, bencana alam seringkali
menimbulkan keadaan darurat, menimbulkan kerugian finansial dan struktural,
bahkan hingga kematian.

Menurut Syarief dan Kondoatie (2006) yang mengutip Carter (2001),


Manajemen Risiko Bencana adalah manajemen bencana sebagai ilmu terapan yang
diterapkan, dengan mengamati dan menganalisis bencana secara sistematis untuk
meningkatkan tindakan terkait pencegahan. (preventif), pengurangan (mitigasi),
persiapan, tanggap darurat, dan pemulihan. Manajemen dalam penanggulangan
bencana merupakan hal yang penting bagi manajemen puncak yang meliputi
perencanaan (pengorganisasian), pengorganisasian (pengorganisasian),
kepemimpinan (pengarahan), pengorganisasian (pengoordinasian), dan
pengendalian (pengendalian).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah lembaga


pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di
wilayah provinsi dan kabupaten / kota berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sejarah BPBD yang merupakan bagian
dari struktur Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dibentuk tidak
terlepas dari pengembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan
bencana alam berupa gempa dahsyat di Samudera Hindia pada abad ke-20.
Sedangkan perkembangan ini sangat dipengaruhi dalam konteks situasi, ruang
lingkup, dan paradigma penanggulangan bencana. Melihat kenyataan saat ini,
berbagai bencana yang dilatarbelakangi oleh kondisi geografis 3.

2.2 Tujuan Penanggulangan Bencana

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam


penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagaimana didefinisikan dalam UU
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana adalah: serangkaian upaya yang meliputi penetapan

3
Fedryansyah Muhammad, Dkk, Penanggulangan bencana di masyarakat desa cipacing, cileles
dan desa cikeruh kecamatan jati nangor kabupaten sumedang, (Sumedang: Social Work Journal:
2018) hlm. 11-16.

4
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana mengamanatkan bahwa tujuan penanggulangan
bencana adalah:

1) Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;

2) Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;

3) Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,


terkoordinasi dan menyeluruh;

4) Mengahargai budaya lokal;

5) Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;

6) Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan

7) Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara.

Tujuan penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah untuk


menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana (ps
2PP 21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana) 4.

2.3 Tahapan Penyelenggaran Penanggulangan Bencana

Berdasarkan Pasal 15 Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008


tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana terdapat
3 tahapan yaitu,3 kesiapsiagaan bencana, peringatan dini bencana, dan mitigasi
bencana.

4 Fitriani Dewi, Dkk, Analisis manajemen mitigasi badan penanggulangan bencana terhadap
bencana alam erupsi gunung tangkuban perahu di jawa barat, (Jawa Barat: Jimea: 2021) hlm. 92

5
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tiga tahapan berikut:

a) Prabencana, yang meliputi: 1) Dalam situasi tidak terjadi bencana; dan 2) Dalam
situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Pendanaan penanggulangan bencana
pada tahap prabencana dilaksanakan dengan anggaran normal yang bersumber dari
APBN atau APBD dan dana kontinjensi yang bersumber dari APBN. Pendanaan
tahap prabencana dibagi menjadi dua situasi, yaitu situasi tidak terjadi bencana dan
situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Untuk kegiatan-kegiatan pada tahap
prabencana baik pada situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi
terjadi bencana (kecuali untuk kegiatan kesiapsiagaan), seluruhnya menggunakan
dana yang dianggarkan melalui anggaran normal APBN atau APBD, yang
dialokasikan pada anggaran BNPB atau BPBD. Sedangkan penggunaan dana
kontinjensi hanya digunakan untuk kegiatan kesiapsiagaan dalam hal terdapat
potensi terjadinya bencana.

b) Tanggap darurat, dilakukan dalam situasi terjadi bencana, kegiatannya meliputi:


1) Penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan. Pada tahap tanggap darurat, sumber pendanaannya dapat berasal dari
tiga sumber, yang pertama adalah dana penanggulangan bencana yang telah
dialokasikan dalam APBN atau APBD untuk masing-masing instansi. Kedua
adalah dana siap pakai dalam APBN yang telah dialokasi dalam anggaran BNPB
dan ketiga adalah dana siap pakai dalam APBD yang telah dialokasikan dalam
anggaran BPBD.

c) Pascabencana, dilakukan saat setelah terjadi bencana dalam rangka pemulihan,


kegiatannya meliputi: 1) Rehabilitasi, dan 2) Rekonstruksi. Rehabilitasi adalah
perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Sedangkan rekonstruksi adalah
pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah

6
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Rehabilitasi
meliputi kegiatan perbaikan fisik dan pemulihan fungsi nonfisik. Kegiatan
rehabilitasi dilaksanakan di wilayah yang terkena bencana maupun wilayah lain
yang dimungkinkan untuk dijadikan wilayah sasaran kegiatan rehabilitasi. Kegiatan
rehabilitasi dilakukan oleh BNPB jika status bencana adalah tingkat nasional atau
atas inisiatif sendiri BNPB dan atau BPBD untuk status bencana daerah. Kegiatan
rehabilitasi juga dimungkinkan untuk melibatkan banyak pemangku kepentingan
dan masyarakat.23 Kegiatan rekonstruksi meliputi kegiatan rekonstruksi fisik dan
rekonstruksi nonfisik. Rekontruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi
fisik melalui pembangunan kembali secara permanen prasarana dan sarana
permukiman, pemerintahan dan pelayanan masyarakat (kesehatan, pendidikan dan
lain-lain), prasarana dan sarana ekonomi (jaringan perhubungan, air bersih, sanitasi
dan drainase, irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lain-lain), prasarana dan sarana
sosial (ibadah, budaya dan lain-lain) yang rusak akibat bencana, agar kembali ke
kondisi semula atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelum bencana.

Pelaksanaan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi


terdapat potensi terjadinya bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) memiliki kegiatan pada masing-masing tahapan untuk memberikan
perlindungan masyarakat akan terjadinya bencana. Kesiapsigaan Bencana, kegiatan
ini bertujuan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian yang
dilakukan oleh instansi/lembaga yang berwenang, baik secara teknis maupun
administratif, seperti membuat peta bencana untuk seluruh wilayah Kota. Peta
bencana dapat dikatakan peta yang menggambarkan potensi bahaya bencana yang
mengancam masyarakat, dalam bentuk kumpulan titik-titik, garis-garis, dan area-
area yang didefinisikan oleh lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh
atribut nonspasialnya, menggunakan warna tertentu, dibuat secara visual, dan
dengan batasan sesuai dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta bencana ini
diperlukan dalam pengkajian risiko bencana, yang nantinya akan digunakan untuk
menjadi salah satu data yang harus dijadikan pijakan untuk penanggulangan

7
bencana, dan upaya menyusunan rencana aksi pengurangan risiko bencana. Peta
bencana terbagi menjadi beberapa peta antara lain peta rawan bencana dan peta
risiko bencana penandaan warna5.

2.4 Mekanisme Penanggulangan Bencana

Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah
mengacu pada UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Dari peraturan perundang undangan tersebut di atas,
dinyatakan bahwa mekanisme tersebut dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:

a) Pada prabencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan pelaksana,

b) Pada saat darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana

c) Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana6.

2.5 Upaya-Upaya Penanggulangan Bencana

1. Mitigasi. Mitigasi dapat juga diartikan sebagai penjinak bencana alam, dan pada
prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha, baik bersifat persiapan fisik maupun
nonfisik dalam menghadapi bencana alam. Persiapan fisik dapat berupa penataan
ruang kawasan bencana dan kode bangunan, sedangkan persiapan nonfisik dapat
berupa pendidikan tentang bencana alam.

a. Menempatkan korban di suatu tempat yang aman. Menempatkan korban di suatu


tempat yang aman adalah hal yang mutlak diperlukan. Hal ini sesuai dengan
Deklarasi Hyogo yang ditetapkan pada konferensi dunia tentang pengurangan
bencana di Kobe Jepang pada pertengahan Januari 2005 yang berbunyi, "Negara-
negara mempunyai tanggung jawab utama untuk melindungi orang-orang dan harta

5 Didi Ahdi, Perencanaan penanggulangan bencana melalui pendekatan manajemen resiko,


(Malang: Reformasi: 2015) hlm. 15.
6 Rahman Zarkasyi, Kapasitas daerah banjarnegara dalam penanggulangan bencana alam tanah

longsor, (Semarang: Jurnal Ilmu Sosial: 2017) hlm. 5.

8
benda yang berada dalam wilayah kewenangan dan dari ancaman dengan
memberikan prioritas yang tinggi kepada pengurangan risiko bencana dalam
kebijakan nasional, sesuai dengan kemampuan mereka dan sumber daya yang
tersedia kepada mereka".

b. Membentuk tim penanggulangan bencana.

c. Memberikan penyuluhan-penyuluhan.

d. Merelokasi korban secara bertahap.

Akibat kompleksnya permasalahan pascabencana, maka dibuatlah panduan


internasional mengenai prinsip-prinsip perlindungan pengungsi. Sebagai contoh,
misalnya pada Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan setiap
manusia memiliki hak atas pendidikan. Selain itu, masih banyak lagi pasal lain yang
menekankan perlunya menindaklanjuti pemberian perlindungan terhadap para
pengungsi, baik yang disebabkan oleh bencana alam atau ulah manusia, termasuk
konflik bersenjata atau perang 7.

2. Upaya-Upaya Pencegahan Bencana Alam

a. Membuat pos peringatan bencana. Salah satu upaya yang kemudian dapat
diupayakan adalah dengan mendirikan pos peringatan bencana. Pos inilah yang
nantinya menentukan warga masyarakat bisa kembali menempati tempat tinggalnya
atau tidak.

b. Membiasakan hidup tertib dan disiplin. Diperlukan pola hidup tertib, yaitu
dengan menegakkan peraturan- peraturan yang berhubungan dengan pelestarian
lingkungan hidup. Asal masyarakat menaatinya, berarti setidaknya kita telah
berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan. Masyarakat juga harus disiplin.

c. Memberikan pendidikan tentang lingkungan hidup. Faktor ini telah dipertegas


dalam konferensi dunia tentang langkah pengurangan bencana alam, yang
diselenggarakan lebih dari satu dasawarsa silam, 23-27 Mei 1994 di Yokohama,
Jepang. Forum ini pada masa itu merupakan forum terbesar tentang bencana alam

7 Sadat Anwar, Intergovernmental dalam penanganan bencana alam di pemerintah daerah,


(Sulawesi Tenggara: Kybernan: 2019) hlm. 70.

9
yang pernah diselenggarakan sepanjang sejarah. Tercatat lebih dari 5.000 peserta
hadir yang berasal dari 148 negara8.

8Ariyanto Deasy, Koordinasi kelembagaan dalam meningkatkan efektifitas badan penanggulangan


bencana daerah, (Jawa Barat: Jurnal.Unigal: 2018

10
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari pemaparan materi diatas kami selaku pemakalah mendapatkan


beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut:

1. Bencana Alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan


oleh kejadian alamiah yang dapat menyebabkan kerusakan pada manusia,
hewan, lingkungan, dan harta benda. Penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak negatif dari bencana, melindungi nyawa manusia, hewan, dan
lingkungan, serta memulihkan kondisi normal setelah bencana terjadi.
Penanggulangan bencana meliputi tiga tahap utama: mitigasi bencana,
respons bencana, dan pemulihan pasca bencana. Oleh karena itu, penting
untuk meningkatkan kesadaran dan persiapan masyarakat terhadap bencana
alam dan melakukan upaya penanggulangan bencana yang efektif.
2. Tujuan Penanggulangan Bencana adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak negatif dari bencana alam, melindungi nyawa
manusia, hewan, dan lingkungan, serta memulihkan kondisi normal setelah
bencana terjadi. Penanggulangan bencana meliputi tiga tahap utama:
mitigasi bencana, respons bencana, dan pemulihan pasca bencana.
3. Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan proses
yang terus berulang dan melibatkan berbagai pihak untuk dapat menghadapi
bencana dengan efektif. Oleh karena itu, peran serta masyarakat sangat
penting dalam tahapan mitigasi dan persiapan untuk mengurangi risiko
bencana.
4. Mekanisme penanggulangan bencana adalah proses yang kompleks dan
melibatkan banyak pihak. Perencanaan, persiapan, kerjasama, tanggap
darurat, rehabilitasi, serta mitigasi dan pencegahan, semuanya memegang
peranan penting dalam menghadapi bencana dengan efektif. Oleh karena

11
itu, peran serta masyarakat sangat penting dalam meminimalkan risiko
bencana dan meningkatkan efektivitas mekanisme penanggulangan
bencana.
5. Upaya-upaya penanggulangan bencana meliputi perencanaan, persiapan,
koordinasi, pemulihan, dan pendidikan dan kesadaran masyarakat. Upaya-
upaya ini harus dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan semua pihak
terkait. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan bencana, karena kesiapsiagaan masyarakat dapat
membantu meminimalkan kerugian dan mempercepat pemulihan pasca
bencana.

3.2.SARAN

Saran yang dapat penulis berikan yakni perlu adanya diskusi lanjutan
untuk membahas makalah yang kami tulis ini. Karena kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan serta jauh dari kata
sempurna. Kami berharap saran dan kritik dari pembaca untuk evaluasi makalah
kami ke depannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahdi, D., 2015. Perencanaan penanggulangan bencana melalui pendekatan manajemen


risiko. Reformasi, 5(1), pp.13-30.

Ariyanto, D., 2018. Koordinasi kelembagaan dalam meningkatkan efektivitas badan


penanggulangan bencana daerah. Journal of management Review, 2(1), pp.161-171.

Fedryansyah, M., Pancasilawan, R. and Ishartono, I., 2018. Penganggulangan Bencana Di


Masyarakat Desa Studi Di Desa Cipacing, Desa Cileles, Dan Desa Cikeruh Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang. Share: Social Work Journal, 8(1), pp.11-16.

Fitriani, I.D., Zulkarnaen, W. and Bagianto, A., 2021. Analisis Manajemen Mitigasi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Terhadap Bencana Alam Erupsi Gunung
Tangkuban Parahu Di Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 5(1), pp.91-111.

Heryati, S., 2020. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal
Pemerintahan Dan Keamanan Publik (JP Dan KP), pp.139-146.

Khambali, I. and ST, M., 2017. Manajemen penanggulangan bencana. Penerbit Andi.

Rahman, A.Z., 2017. Kapasitas Daerah Banjarnegara dalam Penanggulangan Bencana


Alam Tanah Longsor. Jurnal Ilmu Sosial, 16(1), pp.1-8.

Rivani, E., 2019. Mekanisme, Jenis Pendanaan Dan Pertanggungjawaban Dana


Penanggulangan Bencana Di Daerah (Mechanism, Type Of Funding, And
Accountability Of Disaster Management Funds In Region). Kajian, 22(1), pp.59-70.

Tonnedy, E., Tahapan penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU.

13

Anda mungkin juga menyukai