Dosen Pengajar :
Ns. Fanny Aristi, S.Kep, M.Kep
1. Ibu Ns. Fanny Aristi, S.Kep, M.Kep sebagai dosen mata kuliah
Manajemen Bencana Riau yang telah membantu kami dalam proses
pembuatan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami yang telah memberi dukungan selama kami
menimba illmu di kampus ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, akan tetapi kami sebagai manusia
biasa sangat menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi
inspirasi atau sarana literasi pembaca.
26 Oktober 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan ......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS .......................................................................4
2.1 Definisi Bencana ......................................................................................4
2.2 Manajemen Bencana ................................................................................5
2.3 Resiko Bencana .......................................................................................8
2.4 Manajemen Resiko bencana ......................................................................11
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................13
4.1 Kesimpulan................................................................................................13
4.2 Saran .........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007
merupakan dasar pembentukan Badan Nasional Pembangunan Bencana
(BNPB) yang didirikan pada tahun 2008 dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD). Penanggulangan bencana merupakan salah satu bagian dari
pembangunan nasional yaitu serangkaian kegiatan penanggulangan bencana
sebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya bencana .
Kejadian kebakaran hutan dan lahan di Riau pada tahun 2014 merupakan
yang terbesar selama 17 tahun terakhir, sejak 1997. Kebakaran hutan dan
lahan tahun 2014 datang lebih awal dari perkiraan tahun-tahun sebelumnya
yaitu mulai Februari 2014, di mana pada tahun 2013 kebakaran hutan dan
lahan terjadi pada bulan Juni – Agustus.
2
Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Indragiri Hilir dan
Kota Dumai (BPBD, 2019). Kejadian kebakaran di Riau setiap tahunnya terus
berulang, terutama pada saat musim kemarau. Kejadian kebakaran hutan dan
lahan pada tahun 2015 menjadikan musim kebakaran tahun itu sebagai yang
terburuk dalam dua puluh tahun terakhir yang mana telah membakar hutan
dan lahan seluas 2,61 juta hektare (BNPB, 2019).
1.3 Tujuan
1. Umum
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Konsep
Dasar Manajemen Bencana
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep teori manajemen bencana
b. Mahasiswa dapat melakukan manajemen pada saat bencana
c. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja yang akan menjadi resiko
pada saat bencana
d. Mahasiswa mampu memanajemen resiko akan terjadinya bencana
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
c. Bencana Sosial Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror.
Manajemen Bencana
Pra Bencana
5
teman masyarakat. Kesiagaan adalah tahapan yang paling
strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota
masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
b. Peringatan dini, langkah ini diperlukan untuk memberi
peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang akan
terjadi sebelum kejadian seperti banjir, gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api atau badai terjadi.
c. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Mitigasi bencana adalah upaya untuk
mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat
suatu bencana, sehingga jelas bahwa mitigasi bersifat
pencegahan sebelum kejadian.
2) Saat Kejadian Bencana
Saat peringatan dini ataupun tanpa peringatan sekalipun namun
bencana tetap terjadi maka di situlah diperlukan langkah-langkah
seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana
dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat
diminimalkan
a. Tanggap Darurat: Tanggap darurat bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.
Tanggap darurat adalah tindakan segera yang dilakukan untuk
mengatasi kejadian bencana. Tindakan ini dilakukan oleh tim
penanggulangan yang dibentuk di masing-masing daerah atau
organisasi. Dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang memiliki
Badan Penanggulangan Bencana (BPBD). Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam kondisi tanggap darurat antara lain:
6
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, dan sumberdaya, sehingga dapat diketahui
dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang
terkena dan diperkirakan tingkat kerusakannya
2. Penentuan status keadaan darurat bencana
3. Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat
bencana sehingga dapat pula ditentukan status keadaan
darurat. Jika tingkat bencana sangat besar dan
berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat
digolongkan sebagai bencana nasional
4. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena
bencana
7
3) Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati,
maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
a. Rehabilitasi: Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan
semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana. Di tingkat industri atau perusahaan, fase
rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan jalannya operasi
perusahaan seperti sebelum terjadi bencana terjadi. Upaya
rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan
memulihkan jalannya perusahaan seperti semula.
b. Rekonstruksi: Rekonstruksi adalah pembangunan kembali
semua sarana dan prasarana, kelembagaan pada wilayah pasca-
bencana baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala kegiatan aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pasca-bencana. Proses rekonstruksi tidak mudah dan
memerlukan upaya keras dan terencana dan peran serta semua
anggota masyarakat. (Dio Mahardika, 2018)
8
kapasitas. Risiko bencana dapat berkurang, apabila kapasitas ditingkatkan atau
kerentanan dikurangi, sedangkan risiko bencana dapat meningkat apabila
kerentanan semakin tinggi dan kapasitas semakin rendah.
9
2.3.2 Kerentanan
Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat
yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bencana. Komponen Kerentanan disusun berdasarkan parameter
sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan
sebagai Exposure (namun harus diperhatikan exposure dapat masuk sebagai
hazard maupun vulnerability) yang bertemu dengan Sensitivity. “Aset-aset”
yang terekspos termasuk kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah
ekonomi, struktur fisik dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap “aset” memiliki
sensitivitas sendiri, yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana)
(BNPB, 2012)
2.3.3 Kapasitas
Kapasitas adalah penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan yang
dimiliki masyarakat yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri mencegah, menanggulangi, meredam, serta dengan cepat
memulihkan diri dari akibat bencana. Kapasitas dapat melingkupi pencegahan
terhadap terjadinya ancaman atau mengurangi kekuatan/volume ancaman,
ataupun mengurangi kerentanan terhadap ancaman itu sendiri. Kapasitas
dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Kapasitas di
daerah urban misalkan kondisi infrastruktur
10
2.4 Manajemen Risiko Bencana
Manajemen risiko bencana terdiri dari dua bagian yaitu Pengkajian
risiko (risk assesment) dan Pengelolaan risiko (risk treatment).
11
4. Menerima risiko (Risk Acceptance) adalah risiko sisa yang harus
kita terima setelah upaya-upaya diatas dilaksanakan (Tim Penyusun,
2017)
12
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai segala upaya
atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana
yang dilakukan pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.
Pencegahan adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
untuk menghilangkan dan/ atau mengurangi ancaman bencana.
4.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
BNPB. (2019). Peraturan Daerah Provinsi Riau No.1 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan Dan/ Lahan.
BPBD. (2019). Peraturan Daerah provinsi Riau No.1 tentang Pedoman Teknis
Penanggulanggan Kebakaran Hutan dan atau lahan .
14