Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PELAYANAN KESEHATAN EMERGENCY DAN EVAKUASI


TERHADAP KORBAN BENCANA KABUT ASAP

DISUSUN OLEH :

1. BahrulIlmi (20.004)
2. Jenny Enjelia (20.011)
3. NainaSyahrieni (20.014)
4. Poeja Ayu Andani (20.017)
5. VeniArmelisa (20.034)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Fanny Aristi, S.Kep, M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN

SRI BUNGA TANJUNG

DUMAI

TAHUN AJAR 2022/2023


KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr,Wb .

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
hidayahnya sehingga makalah dengan judul “PELAYANAN KESEHATAN
EMERGENCY DAN EVAKUASI TERHADAP KORBAN BENCANA
KABUT ASAP “ ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula mengirimkan salam dan
shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan
agama Islam yang mulia ini beserta keluargadan para sahabatnya.

Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns.


Julimar,S.Kep,M.Kep dosen selaku dosen mata kuliah Metodologi Keperawatan
yang telah memberikan ilmunya. Dalam penyusunan tugas ini mungkin masih
jauh dari kesempurnaan, karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Diharapakan semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta para pembaca umumnya. Selain itu juga diharapkan
adanya kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kesempurnaan tugas
ini.

WassalamualaikumWr, Wb .

Dumai, 24 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
A. Latar Belakang....................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................... 4
A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Pra Bencana Kabut Asap ................... 5
B. Manajemen Pelayanan Kesehatan Saat Bencana Kabut Asap ................. 6
C. Manajemen Pelayanan Kesehatan Post Bencana Kabut Asap ................. 7
D. Pelayanan Emergency Korban Bencana Asap ........................................ 7
E. Evakuasi Korban Bencana Asap ............................................................ 9
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutala) seperti sudah menjadi
tradisi tahunan di Indonesia, baik karena ulah manusia maupun karena factor
alam. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan menyebabkan peningkatan
permasalahan kesehatan masyarakat terutama kelompok berisiko, yaitu ibu
hamil, balita, anak-anak dan orang lanjut usia. Bahkan peristiwa kebakaran
hutan dan lahan tidak jarang mengakibatkan korban jiwa. Dampak Buruk
Kabut Asap bagi Kesehatan Masyarakat diukur dengan menggunakan standar
kualitas udara untuk menentukan besar kecilnya pencemaran udara akibat
kabut asap dengan acuan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). (BERTO,
2019)

Meski kejadian bencana sering terjadi di Indonesia dengan korban yang


tidak sedikit jumlahnya, namun hingga saat ini Nampak belum terdapat
sebuah system manajemen penanggulangan bencana efektif yang disiapkan
oleh pemerintah sebagai sebuah bentuk fungsi perlindungan bagi warga.
Keefektifan manajemen penanggulangan bencana dapat dilihat dari
ketersediaan upaya preventif yang bersifat memberdayakan bagi warga untuk
dapat melindungi diri.

Secara nyata, indicator keefektifan dapat dilihat dari tersedia atau tidaknya
panduan dan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
berbagai stakeholder untuk pahamakan bencana dan selalu siap dalam
menanggulangi bencana dalam rangka mencegah dampak bencana yang
bersifat negatif. Pengamatan yang dapat dilakukan secara sederhana terhadap
berbagai kejadian bencana yang ada di Indonesia hampir selalu menampakkan
gambaran yang sama, yakni suatu sikap reaktif dan spontan yang seolah tak
terencana yang diperlihatkan oleh berbagai stakeholder. (BERTO, 2019)

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen pra bencana kabut asap?
2. Bagaimana manajemen saat bencana kabut asap?
3. Bagaimana manajemen pasca bencana kabut asap?
4. Bagaimana pelayanan emergency terhadap korban bencana asap?
5. Bagaimana tindakan evakuasi terhadap korban bencana asap?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pra bencana kabut asap.
2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen saat bencana kabut asap.
3. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pasca bencana kabut asap.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan kesehatan emergency dan
evakuasi terhadap korban bencana asap.
5. Untuk mengetahi bagaimana pelayanan emergency terhadap korban
bencana asap.
6. Untuk mengetahui bagaimana tindakan evakuasi terhadap korban
bencana asap.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Pra Bencana Kabut Asap


Mitigasi bencana merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan
pelaksanaan tindakan untuk mengurangi risiko maupun dampak dari suatu
bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan
tindakan pengurangan risiko jangka panjang. Mitigasi bencana yang efektif
harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian bahaya, peringatan dan
persiapan.

Penguatan kelembagaan, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta


merupakan faktor kunci dalam upaya mitigasi bencana. Penguatan
kelembagaan dalam bentuk kesiapsiagaan sistem peringatan dini, tindakan
gawat darurat, manajemen barak, dan evakuasi bencana bertujuan
mewujudkan masyarakat yang berdaya sehingga dapat meminimalkan dampak
yang ditimbulkan oleh bencana.

Pemerintah bertugas mengembangkan prosedur operasional,


mempersiapkan tenaga kesehatan, menyediakan sarana, prasarana, obat dan
alat kesehatan serta melakukan penyuluhan bagi masyarakat dan
lainnya. Peran pemerintah pusat dan daerah dalam menanggulangi dampak
kabut asap terhadap kesehatan masyarakat tertera dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 82 UU tersebut misalnya,
menyebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas dan pelaksanaan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada
bencana.

Dalam hal kesiapsiagaan pra bencana kabut asap perlu dilakukan


penyusunan rencana penanggulangan krisis kesehatan dalam
bentuk tersedianya sumber daya dan pelaksanaan pelayanan kesehatan pada
saat prabencana, saat bencana dan pascabencana, membentuk dan

5
mengoperasionalkan tim respon cepat (TRC), penyiapan dan peningkatan
kapasitas SDM dan pemantauan dan pemantapan sistem informasi. (BERTO,
2019)

B. Manajemen Pelayanan Kesehatan Saat Bencana Kabut Asap


Kabut asap berpengaruh secara langsung terhadap kesehatan masyarakat
karena dapat mengganggu paru-paru dan saluran pernapasan. Pada saat terjadi
bencana perlu dikembangkan proses tanggap darurat dan respon cepat. Banyak
sektor yang terlibat dalam penanggulangan bencana kabut asap, termasuk
yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat akibat kabut asap. Oleh
karena itu dalam penanganan masalah kesehatan yang ditimbulkannya harus
tetap memperhatikan peran lintas sector.

Penanggulangan bencana dalam keadaan tanggap darurat sesuai dengan


UU 24/2007 Pasal 48 meliputi: pengkajian secara cepat dan tepat terhadap
lokasi, kerusakan, dan sumber daya; penentuan status keadaan darurat
bencana; penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena
bencana; pemenuhan kebutuhan dasar; pelindungan terhadap kelompok
rentan; dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Sebagai tindakan respon cepat dalam penanggulangan bencana kabut asap
meliputi upaya-upaya:

a) Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health Assessment)


b) Pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana
kesehatan atau rumah singgah
c) Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan baik kebutuhan khusus
(kebutuhan masker)
d) Kebutuhan umum (obat-obatan, MP-ASI, personal KIT, Emergency
KIT dll);

Perlindungan terhadap kelompok resiko tinggi kesehatan; dan


respon cepat pendidikan di daerah darurat asap berupa kegiatan belajar
mengajar dilakukan secara mandiri dirumah atau kegiatan belajar

6
ditiadakan dalam rangka mengurangi paparan asap kepada anak. (BERTO,
2019)

C. Manajemen Pelayanan Kesehatan Post Bencana Kabut Asap


Bukan hanya lingkungan, sarana dan prasarana saja yang mengalami
kerugian. Namun, bencana kabut asap juga memberikan dampak sosial
psikologis kepada korbannya. Pemulihan psikologis dapat dilakukan dengan:
Pos trauma healing dengan bantuan psikiater maupun ahli psikologi lainnya
agar dapat menyembuhkan trauma psikologis korban bencana.

Bantuan sosial juga perlu diberikan dengan memperhatikan sasaran berupa


bantuan makanan seperti PMT untuk balita juga tidak boleh diabaikan. Dapat
juga disediakan ahli gizi untuk mengatur pola makan korban agar sesuai
dengan kalori yang dibutuhkan. Kerjasama dengan sektor sosial untuk
merencanakan kebutuhan pangan dan kebutuhan dasar lainnya untuk para
pengungsi.

Penyediaan pelayanan kesehatan tentunya sangat penting dilakukan


kepada masyarakat yang sakit atau yang kemungkinan akan sakit setelah
bencana selesai sebagai akibat dari terlalu lama terpapar asap pekat. (BERTO,
2019)

D. Pelayanan Emergency Korban Bencana Asap


Masyarakat membutuhkan 'pertolongan' nyata dari pemerintah, dalam hal
ini adalah pelayanan kesehatan yang cepat tanggap, misalnya dari pihak
Puskesmas dan Rumah Sakit.

1. Memberikan masyarakat alat untuk mencegah terhirupnya asap yang


kemudian dapat masuk ke saluran pernafasan, yang akhirnya dapat
menimbulkan penyakit ISPA. Salah satu bentuknya adalah pemberian
masker kepada masyarakat agar dapat digunakan saat beraktifitas di luar
rumah. Hal ini nampaknya belum gencar dilakukan oleh pemerintah,
bahkan cenderung diambil alih oleh masyarakat yang membagikan masker
di pinggir jalan secara sukarela.

7
2. Membuat pos kesehatan di tingkat puskesmas dan puskesmas pembantu
termasuk melibatkan bidan di desa (untuk warga yang berada di pedesaan).
Puskesmas yang merupakan rujukan pertama bagi korban kabut asap
terlebih lagi sebagai anggota BPJS yang mengharuskan merujuk kepada
faskes tingkai I yakni puskesmas, hasrus memberikan pelayanan yang
lengkap sebagai rujukan pertama, misalnya tersedianya obat-obatan, alat
bantu pernafasan, maupun tindakan cepat untuk korban ISPA.
3. Rumah Sakit sebagai tempat rujukan dari puskesmas juga harus
menyediakan pelayanan yang baik dan lengkap. Baik dalam bentuk obat
dan alat-alat medis yang dibuthkan, karena korban tidak bisa menunggu
untuk mendapatkan pertolongan kesehatan.
4. Mendata dan memastikan perlindungan maksimal kepada balita atau anak-
anak terhadap kabut asap, hal ini sangat dibutuhkan karena setidaknya dari
data di atas, yang paling banyak menjadi korban dalam bencana kabut asap
ini adalah anak-anak
5. Hingga saat ini belum terjadi beberapa kali hujan, oleh karena itu, bom air
dari pesawat khusus untuk terus dilakukan dan hujan buatan tetap
diusahakan. Setidaknya dapat mengurangi tebalnya kabut asap yang
menyelimuti dan dapat mengganggu pernafasan. Kelima cara/alternaif
tersebut jika dikaitkan dengan pelayanan publik, semua merupakan dari
pelayanan publik yang menjadi kewajiban dalam melindungi warga
negaranya. (MANDASARI, 2019)

8
E. Evakuasi Korban Bencana Asap
1. Mendirikan pos komando bantuan
2. Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
3. Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan
pos koordinasi.
4. Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian, terutama
masker.
5. Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
6. Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
7. Membantu korban yang terkena paparan kabut asap (ispa)
(CAHYO, 2018)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutala) seperti sudah menjadi


tradisi tahunan di Indonesia, baik karena ulah manusia maupun karena factor
alam. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan menyebabkan peningkatan
permasalahan kesehatan masyarakat terutama kelompok berisiko, yaitu ibu
hamil, balita, anak-anak dan orang lanjut usia. Bahkan peristiwa kebakaran
hutan dan lahan tidak jarang mengakibatkan korban jiwa.

Pelayanan kesehatan emergency pada korban kabut asap yaitu, 1)


memberikan masyarakat alat untuk mencegah terhirupnya asap yang
kemudian dapat masuk ke saluran pernafasan yang akhirnya dapat
menimbulkan penyakit ispa, 2) membuat pos kesehatan untuk korban kabut
asap, 3) rumah sakit sebagai tempat rujukan dari puskesmas juga haris
menyediakan pelayanan yang baik dan lengkap, 4)mendata dan memastikan
kepada korban kabut asap, 5) bom air dari pesawat khusus untuk terus
dilakukan dan hujan buatan tetap diusahakan untuk mengurangi tenal nya
kabut asap.

Untuk melakukan evakuasi terhadap korban bencana kabut asap adalah

a) Mendirikan pos komando bantuan


b) Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
c) Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan
dan pos koordinasi.
d) Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian, terutama
masker.
e) Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos
pengungsian.
f) Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan
korban.

10
g) Membantu korban yang terkena paparan kabut asap (ispa)

B. Kritik dan Saran


Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa
terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak
orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

BERTO. (2019). KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA KABUT ASAP.


SAROLANGUN: DINKES KABUPATEN SAROLANGUN.

CAHYO, Y. (2018, JUNI 05). PROSES PENANGGULANGAN BENCANA.


Retrieved 06 05, 2018, from KEBENCANAAN BABEL:
https://bpbd.babelprov.go.id/proses-penanggulangan-bencana/

MANDASARI, Z. (2019, SEPTEMBER 23). KABUT ASAP DAN SIAGA


PELAYANAN KESEHATAN. Retrieved 09 23, 2019, from OMBUDSMAN
REPUBLIK INDONESIA: https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--kabut-
asap-dan-siaga-pelayanan-kesehatan

12

Anda mungkin juga menyukai