DISUSUN OLEH :
1. BahrulIlmi (20.004)
2. Jenny Enjelia (20.011)
3. NainaSyahrieni (20.014)
4. Poeja Ayu Andani (20.017)
5. VeniArmelisa (20.034)
DOSEN PEMBIMBING :
AKADEMI KEPERAWATAN
DUMAI
AssalamualaikumWr,Wb .
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
hidayahnya sehingga makalah dengan judul “PELAYANAN KESEHATAN
EMERGENCY DAN EVAKUASI TERHADAP KORBAN BENCANA
KABUT ASAP “ ini dapat diselesaikan. Tak lupa pula mengirimkan salam dan
shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan
agama Islam yang mulia ini beserta keluargadan para sahabatnya.
WassalamualaikumWr, Wb .
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutala) seperti sudah menjadi
tradisi tahunan di Indonesia, baik karena ulah manusia maupun karena factor
alam. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan menyebabkan peningkatan
permasalahan kesehatan masyarakat terutama kelompok berisiko, yaitu ibu
hamil, balita, anak-anak dan orang lanjut usia. Bahkan peristiwa kebakaran
hutan dan lahan tidak jarang mengakibatkan korban jiwa. Dampak Buruk
Kabut Asap bagi Kesehatan Masyarakat diukur dengan menggunakan standar
kualitas udara untuk menentukan besar kecilnya pencemaran udara akibat
kabut asap dengan acuan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). (BERTO,
2019)
Secara nyata, indicator keefektifan dapat dilihat dari tersedia atau tidaknya
panduan dan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
berbagai stakeholder untuk pahamakan bencana dan selalu siap dalam
menanggulangi bencana dalam rangka mencegah dampak bencana yang
bersifat negatif. Pengamatan yang dapat dilakukan secara sederhana terhadap
berbagai kejadian bencana yang ada di Indonesia hampir selalu menampakkan
gambaran yang sama, yakni suatu sikap reaktif dan spontan yang seolah tak
terencana yang diperlihatkan oleh berbagai stakeholder. (BERTO, 2019)
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen pra bencana kabut asap?
2. Bagaimana manajemen saat bencana kabut asap?
3. Bagaimana manajemen pasca bencana kabut asap?
4. Bagaimana pelayanan emergency terhadap korban bencana asap?
5. Bagaimana tindakan evakuasi terhadap korban bencana asap?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pra bencana kabut asap.
2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen saat bencana kabut asap.
3. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pasca bencana kabut asap.
4. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan kesehatan emergency dan
evakuasi terhadap korban bencana asap.
5. Untuk mengetahi bagaimana pelayanan emergency terhadap korban
bencana asap.
6. Untuk mengetahui bagaimana tindakan evakuasi terhadap korban
bencana asap.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mengoperasionalkan tim respon cepat (TRC), penyiapan dan peningkatan
kapasitas SDM dan pemantauan dan pemantapan sistem informasi. (BERTO,
2019)
6
ditiadakan dalam rangka mengurangi paparan asap kepada anak. (BERTO,
2019)
7
2. Membuat pos kesehatan di tingkat puskesmas dan puskesmas pembantu
termasuk melibatkan bidan di desa (untuk warga yang berada di pedesaan).
Puskesmas yang merupakan rujukan pertama bagi korban kabut asap
terlebih lagi sebagai anggota BPJS yang mengharuskan merujuk kepada
faskes tingkai I yakni puskesmas, hasrus memberikan pelayanan yang
lengkap sebagai rujukan pertama, misalnya tersedianya obat-obatan, alat
bantu pernafasan, maupun tindakan cepat untuk korban ISPA.
3. Rumah Sakit sebagai tempat rujukan dari puskesmas juga harus
menyediakan pelayanan yang baik dan lengkap. Baik dalam bentuk obat
dan alat-alat medis yang dibuthkan, karena korban tidak bisa menunggu
untuk mendapatkan pertolongan kesehatan.
4. Mendata dan memastikan perlindungan maksimal kepada balita atau anak-
anak terhadap kabut asap, hal ini sangat dibutuhkan karena setidaknya dari
data di atas, yang paling banyak menjadi korban dalam bencana kabut asap
ini adalah anak-anak
5. Hingga saat ini belum terjadi beberapa kali hujan, oleh karena itu, bom air
dari pesawat khusus untuk terus dilakukan dan hujan buatan tetap
diusahakan. Setidaknya dapat mengurangi tebalnya kabut asap yang
menyelimuti dan dapat mengganggu pernafasan. Kelima cara/alternaif
tersebut jika dikaitkan dengan pelayanan publik, semua merupakan dari
pelayanan publik yang menjadi kewajiban dalam melindungi warga
negaranya. (MANDASARI, 2019)
8
E. Evakuasi Korban Bencana Asap
1. Mendirikan pos komando bantuan
2. Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
3. Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan
pos koordinasi.
4. Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian, terutama
masker.
5. Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
6. Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
7. Membantu korban yang terkena paparan kabut asap (ispa)
(CAHYO, 2018)
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
g) Membantu korban yang terkena paparan kabut asap (ispa)
11
DAFTAR PUSTAKA
12