Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

TUGAS UAS MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT

KEBUTUHAN KIT DARURAT BENCANA DI RUMAH SAKIT

NYOMAN ARYAGUNA PRAMANA KAMAJAYA

10821018

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTA

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

PRODI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

KEDIRI

2023

1
2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
BAB 2 ISI.................................................................................................................... 3
1. Pengertian Rumah Sakit................................................................................ 3
2. Pengertian Bencana...................................................................................... 3
3. Kondisi Darurat dan Bencana........................................................................ 5
4. Kriteria Kondisi Darurat di Rumah Sakit........................................................ 6
5. Jenis Bencana yang dapat Berdampak pada Kesiapan Rumah Sakit............. 6
6. Proses Manajemen Risiko............................................................................. 7
7. Metode Penilaian Resiko.............................................................................12
8. Perencanaan Penanggulangan Bencana..................................................... 17
9. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana...............................................18
10. Kesiapsiagaan Kondisi Darurat dan/atau Bencana di Rumah Sakit......... 19
11. Rambu-Rambu Mengenal Keselamatan Dan Tanda Darurat Sesuai
Dengan Standar Pedoman Teknis........................................................................32
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 39
1. Kesimpulan..................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 40

3
DAFTAR TABEL
Table 1 21
Table 2 32

4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
saya mampu menyelesaikan Makalah Manajemen Logistik Rumah Sakit
dengan judul ” KEBUTUHAN KIT DARURAT BENCANA DI RUMAH
SAKIT” ini dengan tepat waktu.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Safari Hasan S.IP.,
M.M.R,.sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Logistik Rumah
Sakit yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
para pembaca serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk kedepannya. Saya sebagai penyusun pastinya tidak
pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini
yang mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu saya sangat mengharap
kritik dan saran yang membangun demi peningkatan makalah saya yang
selanjutnya.

Kediri, 17 Juli 2023

Nyoman Aryaguna P.K

5
BAB 1 PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia. Bencana yang disebabkan faktor
alam sering kali terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan secara
geografis Indonesia terletak di cincin api pasifik (wilayah dengan
banyak aktivitas tektonik), sehingga terus menghadapi resiko
bencana berupa letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir, dan
tsunami. Data BNPB tahun 2019,mengungkapkan bahwa kejadian
bencana alam mengalami peningkatan jumlah tiap tahunnya.
Bencana ini berpotensi merusak bahkan menghancurkan
pemukiman, tempat kerja, tempat ibadah, termasuk fasilitas
pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, gempa bumi di Kota Padang
pada tahun 2009 menghancurkan 85 Rumah Sakit Dan fasilitas
pelayanan kesehatan.Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di
Sulawesi Tengah tahun 2018 mengakibatkan 18 Rumah Sakit Dan
167 fasyankes (117 Pustu dan 50 Puskesmas) mengalami
kerusakan (Data Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, Februari 2019).
Selain bencana yang disebabkan oleh alam,bencana juga
bisa disebabkan oleh faktor non alam diantaranya adalah outbreak,
epidemi dan wabah penyakit.Bencana epidemi yang menular
hingga lintas negara berubah menjadi pandemi sehingga perlu
diwaspadai. Bencana pandemic sering disebabkan oleh Penyakit
Infeksi Emerging Dan Re-emerging (PINERE)atau new-emerging
infectious diseases.Setiap bencana akan menimbulkan kerugian
baik harta benda, kerusakan lingkungan bahkan korban jiwa.
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas yang memberikan layanan
kesehatan bagi korban bencana diharuskan memiliki kesiapan dan
rencana mitigasi untuk menghadapi bencana yang akan terjadi,
mengingat kejadian bencana dapat menimbulkan korban jiwa
massal dan kemungkinan Rumah Sakit tersebut juga terkena
dampak bencana.

1
Manajemen darurat dan/atau bencana harus dapat
dilakukan oleh Rumah Sakit Sehingga pada saat terjadi bencana,
Rumah Sakit Dapat diakses, dapat memberikan pelayanan
kesehatan terhadap korban bencana dan berfungsi maksimum
dengan infrastruktur yang sama sebelum terjadi bencana, selama
bencana, dan segera setelah bencana (WHO, 2015). Program
manajemen bencana Rumah Sakit Mengarahkan perkembangan
dan eksekusi kegiatan yang mampu memitigasi, mempersiapkan,
merespon, dan pemulihan situasi dari suatu bencana.
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes
nomor 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit(K3RS)yang mengatur tentang penyelenggaraan
SMK3RS(Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit)dan melakukan penerapan standar K3RS, termasuk
didalamnya kesiapsiagaan Rumah Sakit Menghadapi kondisi
darurat dan/atau bencana.Dalam proses akreditasi, Rumah Sakit
Diharuskan dapat mengembangkan dan memelihara program
manajemen bencana untuk menanggapi bencana baik bencana non
alam, bencana alam atau lainnya yang memiliki potensi terjadi di
masyarakat.

2
BAB 2 ISI

1. Pengertian Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2020 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Menurut WHO (world health organization), rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan
fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu institusi
atau suatu organisasi sosial yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna baik itu secara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Pengertian Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia. Bencana yang disebabkan faktor
alam sering kali terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan secara
geografis Indonesia terletak di cincin api pasifik (wilayah dengan
banyak aktivitas tektonik), sehingga terus menghadapi resiko bencana
berupa letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir, dan tsunami. Data
BNPB tahun 2019,mengungkapkan bahwa kejadian bencana alam
mengalami peningkatan jumlah tiap tahunnya. Bencana ini berpotensi
merusak bahkan menghancurkan pemukiman, tempat kerja, tempat
ibadah, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai contoh,
gempa bumi di Kota Padang pada tahun 2009 menghancurkan 85
Rumah Sakit Dan fasilitas pelayanan kesehatan.Gempa bumi dan
tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah tahun 2018 mengakibatkan 18
Rumah Sakit Dan 167 fasyankes (117 Pustu dan 50 Puskesmas)

3
mengalami kerusakan (Data Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah,
Februari 2019).
Selain bencana yang disebabkan oleh alam,bencana juga bisa
disebabkan oleh faktor non alam diantaranya adalah outbreak, epidemi
dan wabah penyakit.Bencana epidemi yang menular hingga lintas
negara berubah menjadi pandemi sehingga perlu diwaspadai. Bencana
pandemic sering disebabkan oleh Penyakit Infeksi Emerging Dan
Re-emerging (PINERE)atau new-emerging infectious diseases.Setiap
bencana akan menimbulkan kerugian baik harta benda, kerusakan
lingkungan bahkan korban jiwa. Rumah Sakit sebagai salah satu
fasilitas yang memberikan layanan kesehatan bagi korban bencana
diharuskan memiliki kesiapan dan rencana mitigasi untuk menghadapi
bencana yang akan terjadi, mengingat kejadian bencana dapat
menimbulkan korban jiwa massal dan kemungkinan Rumah Sakit
tersebut juga terkena dampak bencana.
Manajemen darurat dan/atau bencana harus dapat dilakukan oleh
Rumah Sakit Sehingga pada saat terjadi bencana, Rumah Sakit Dapat
diakses, dapat memberikan pelayanan kesehatan terhadap korban
bencana dan berfungsi maksimum dengan infrastruktur yang sama
sebelum terjadi bencana, selama bencana, dan segera setelah
bencana (WHO, 2015). Program manajemen bencana Rumah Sakit
Mengarahkan perkembangan dan eksekusi kegiatan yang mampu
memitigasi, mempersiapkan, merespon, dan pemulihan situasi dari
suatu bencana.
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes nomor 66
tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS) yang mengatur tentang penyelenggaraan SMK3RS (Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) dan
melakukan penerapan standar K3RS, termasuk didalamnya
kesiapsiagaan Rumah Sakit Menghadapi kondisi darurat dan/atau
bencana.Dalam proses akreditasi, Rumah Sakit Diharuskan dapat
mengembangkan dan memelihara program manajemen bencana untuk
menanggapi bencana baik bencana non alam, bencana alam atau
lainnya yang memiliki potensi terjadi di masyarakat.

4
3. Kondisi Darurat dan Bencana
Darurat adalah suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan yang
terjadi pada suatu tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan
manusia, merusak peralatan/harta benda atau merusak lingkungan
sekitarnya yang masih dapat ditangani oleh sumber daya internal
rumah sakit.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologi yang tidak dapat ditangani sendiri oleh sumber
daya internal rumah sakit.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi kondisi darurat dan/atau bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna.
Tanggap darurat dan bencana adalah serangkaian upaya yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian darurat dan bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan korban, penyelamatan,
dan pemulihan sarana prasarana.
Penyakit Infeksi Emerging (PIE) penyakit yang muncul dan
menyerang suatu populasi manusia untuk pertama kalinya atau telah
ada sebelumnya namun meningkat dengan sangat cepat, baik dalam
jumlah kasus baru di dalam satu populasi, ataupun penyebarannya ke
daerah geografis yang baru (re-emerging infectious disease) yang
dapat berasal dari virus, bakteri dan parasite. Termasuk kelompok PIE
adalah penyakit yang pernah terjadi di suatu daerah di masa lalu,
kemudian menurun atau telah dikendalikan, namun kemudian
dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat. Bentuk lainnya lagi
adalah penyakit lama yang muncul dalam bentuk klinis yang baru,
yang bisa jadi lebih parah atau fatal.

5
Kedaruratan kesehatan masyarakat adalah kejadian kesehatan
masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran
penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi
nuklir, pencemaran biologi, kontaminasi kimia, bioterorisme dan
pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi
menyebar ke lintas wilayah atau lintas negara.

4. Kriteria Kondisi Darurat di Rumah Sakit


Beberapa kondisi darurat yang terjadi di rumah sakit antara lain:
a. Kedaruratan keselamatan dan keamanan (demonstrasi/
huru-hara, penculikan bayi, kekerasan dalam Rumah Sakit
Dan resiko kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi
gedung);
b. Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun(B3);
c. Kegagalan peralatan medik dan non medik;
d. Kedaruratan utilitas Rumah Sakit Meliputi kegagalan
kelistrikan, kegagalan ketersediaan air,kegagalan informasi
teknologi/ IT, dan kegagalan sistem tata udara;
e. Outbreak/wabah/pandemi penyakit.
Kondisi darurat di rumah sakit dapat berkembang menjadi bencana
apabila tidak dapat ditangani oleh sumber daya internal rumah sakit.

5. Jenis Bencana yang dapat Berdampak pada Kesiapan Rumah


Sakit
Potensi bahaya yang terjadi di Indonesia berdasarkan UU nomor 24
Tahun 2007 dikelompokkan menjadi 3 jenis bencana yaitu bencana
alam, bencana non alami, dan bencana sosial.
a. Bencana alam
1) Gempa bumi
2) Letusan gunung berapi
3) Tsunami
4) Tanah longsor
5) Kekeringan
6) Angin topan
7) Gelombang pasang/badai

6
8) Likuifaksi
9) Banjir
b. Bencana non alam
1) Kecelakaan transportasi
2) Kegagalan konstruksi/teknologi
3) Kebakaran hutan yang disebabkan oleh
manusia
4) Ledakan nuklir
5) Dampak industry (kimia, biologi, dll)
6) Pencemaran lingkungan
7) Outbreak/wabah/pandemi
c. Bencana sosial
1) Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial,
budahay, ekonomi dan SARA
2) Demonstrasi/huru-hara
3) Aksi terror
4) Sabotase

6. Proses Manajemen Risiko


Risiko adalah peluang peristiwa atau kondisi tidak pasti, apabila
terjadi dapat memberikan dampak positif atau negatif yang dapat
mempengaruhi perubahan terhadap biaya, ruang lingkup, dan kualitas
pelayanan Rumah Sakit.Manajemen risiko adalah proses perumusan
dan pelaksanaan tindakan untuk memitigasi bahaya berdasarkan hasil
penilaian risiko (NRC 1983).Manajemen risiko bertujuan untuk
meningkatkan peluang dan dampak positif, serta mengurangi peluang
dan dampak yang merugikan, misalnya menurunkan kualitas
pelayanan Rumah Sakit Atau mengganggu fungsi operasional Rumah
Sakit saat kondisi darurat dan/atau bencana.
Program manajemen risiko keadaan darurat dan/ atau bencana
Rumah Sakit Dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:
a. Penetapan Konteks
Manajemen bencana Rumah Sakit Dimulai
dari penetapan konteks yaitu menetapkan ruang
lingkup jenis kondisi darurat dan/atau bencana yang
akan dikendalikan.

7
b. Identifikasi Resiko
Identifikasi risiko meliputi segala jenis bahaya
dan kelemahan sistem yang dapat menyebabkan
kondisi darurat dan/atau bencana dan berdampak
pada penghentian proses kerja atau layanan Rumah
Sakit Serta Identifikasi sumber daya internal dan
eksternal yang dimiliki atau telah dipersiapkan oleh
Rumah Sakit Untuk menghadapi kondisi darurat
dan/atau bencana. Beberapa dokumen dan sumber
data yang perlu dipersiapkan saat melakukan
identifikasi diantaranya sebagai berikut:
1) Analisis catatan rekaman data
kejadian darurat dan/atau bencana
Analisis data insiden/kejadian
darurat dan/atau bencana
yang pernah terjadi
sebelumnya baik pada rumah
sakit itu sendiri maupun di
tempat lain termasuk
wabah/endemic.
2) Survey potensi resiko
Survey terhadap semua kondisi yang
dapat menimbulkan kejadian darurat
dan/atau bencana. Survey dapat
dilakukan dengan menggunakan
daftar periksa yang tidak terbatas
pada :
a) Bahan
Melakukan analisis potensi
risiko yang berasal dari
bahan-bahan yang ada di
Rumah Sakitseperti Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
dan limbahnya.
b) Peralatan

8
Melakukan analisis semua
peralatan yang berpotensi
untuk terjadinya kondisi
darurat dan/atau bencana
seperti peralatan
radiologi/radioterapi, instalasi
gas medis sentral, peralatan
laboratorium, genset, boiler,
panel listrik dan sebagainya.
c) Proses/Metode
Melakukan analisis semua
proses dan metode kerja yang
berpotensi untuk terjadinya
kondisi darurat dan/atau
bencana seperti tidak menutup
dengan rapat tabung gas
medis, proses penyimpanan
tabung gas yang tidak tepat,
ketidakpatuhan terhadap SPO,
pengujian alat yang tidak
sesuai standar dan
sebagainya.
d) Kondisi Lingkungan
Melakukan analisis semua
kondisi lingkungan kerja yang
berpotensi menimbulkan
kondisi darurat dan/atau
bencana seperti suhu ekstrim,
penataan ruangan kerja yang
tidak sesuai standar dan
sebagainya.
e) Faktor Manusia
Melakukan analisis faktor
manusia yang mempunyai
kemungkinan menimbulkan

9
kondisi darurat dan/atau
bencana seperti perilaku yang
tidak aman dan sebagainya.
Penilaian risiko adalah kegiatan untuk menilai tingkat kemungkinan
dan tingkat keparahan/kerusakan/penghentian proses pelayanan
Rumah Sakit Akibat kondisi darurat dan/atau bencana. Ada beberapa
metode penilaian risiko, diantaranya sebagai berikut:
a. What if analysis (analisis ‘bagaimana jika’);
b. Process Hazard Analysis(PHA);
c. Hazard Identification Risk Assessment and Determine
Control(HIRADC);
d. Failure Mode and Effects Analysis(FMEA);
e. Hazard Vulnerability Analysis(HVA);
f. Hospital Safety Index(HSI);
g. Fire Safety Risk Assessment(FSRA); dan lainnya
a. Analisis Resiko
Hasil penilaian risiko dilakukan analisis
sehingga didapatkan informasi yang menjadi dasar
Rumah Sakit Dalam Menentukan prioritas bahaya
yang perlu segera dikendalikan, serta menentukan
cara pengendalian terbaik untuk meminimalkan
risiko. Informasi hasil analisis penilaian risiko juga
dapat menghasilkan data yang digunakan untuk
pengukuran kinerja, akreditasi fasilitas, peningkatan
layanan, dan penilaian kepatuhan terhadap
peraturan.
b. Evaluasi Resiko
Langkah pertama dalam evaluasi risiko
adalah menyusun rencana penanganan risiko.
Beberapa hal yang masuk dalam rencana
penanganan risiko yaitu hasil identifikasi dan
penilaian risiko, penanggung jawab penanganan
risiko, dan rencana aksi untuk menguatkan peluang
positif dan meminimalkan risiko yang tidak
diinginkan. Berdasarkan rencana penanganan risiko

10
kemudian disepakati upaya penanganan risiko,
diantaranya sebagai berikut:
1) Mitigasi, tindakan pencegahan awal
untuk mencegah atau mengurangi
peluang terjadinya risiko yang tidak
diharapkan.
2) Kontigensi, tindakan yang diambil
dalam merespon pencetus terjadinya
risiko sehingga dapat mengurangi
dampak risiko yang tidak diinginkan.
3) Transfer, tindakan
menggeser/memindahkan risiko ke
dalam tanggung jawab bagian lain.
4) Menolak risiko, yaitu tindakan
merubah proses kerja atau sistem
kerja atau alat kerja sehingga hal
tersebut tidak ada lagi dalam draft
identifikasi risiko.
5) Menerima risiko, yaitu kesadaran
bahwa risiko tersebut merupakan
bagian dari pekerjaan dan menerima
konsekuensi yang ditimbulkan.
c. Penanganan Resiko
Mengidentifikasi pilihan penanganan risiko
dan memilih penanganan terbaik.
d. Monitoring dan Review
Manajer yang ditunjuk untuk mengelola risiko
harus memastikan setiap risiko yang berhasil
diidentifikasi dalam pemantauannya. Monitoring
risiko meliputi proses identifikasi, analisis, rencana
pengendalian risiko, analisis ulang risiko yang masih
tersisa, pemantauan pemicu terjadinya risiko,
mereview hasil intervensi terhadap risiko.
e. Komunikasi Resiko

11
Melaporkan hasil pemantauan risiko secara
berkala untuk menyesuaikan setiap perubahan
terkini.

7. Metode Penilaian Resiko


Untuk memudahkan identifikasi dan penilaian risiko kondisi darurat
dan/atau bencana di Rumah Sakit, terdapat beberapa instrumen yang
dapat digunakan antara lain :
a. Hazard Identification, Risk Assessment, and Determine
Control (HIRADC)
Salah satu instrumen yang dapat digunakan
untuk identifikasi dan penilaian risiko adalah HIRADC
(Hazard Identification, Risk Assessment, and
Determine Control) atau Identifikasi Bahaya,
Penilaian, dan Pengendalian Risiko. Penggunaan
instrumen dini secara praktis dapat disesuaikan
dengan kondisi Rumah Sakit Masing-masing.
Pada kondisi bencana berupa
outbreak/wabah/pandemi penyakit, Rumah Sakit
akan melakukan berbagai penyesuaian untuk
memastikan operasional dapat berjalan, namun tetap
aman bagi karyawan, pasien, maupun pengunjung.
Terjadinya wabah yang mengakibatkan perubahan
alur, penambahan kapasitas, atau penambahan
SDM, akan menyebabkan timbulnya risiko baru.
b. Hazard Vulnerability Analysis(HVA)
Hazard and Vulnerability Analysis (HVA)
merupakan instrumen untuk menilai kerentanan
Rumah Sakit terhadap kondisi darurat dan/atau
bencana baik yang berasal dari internal maupun
eksternal Rumah Sakit.Pengisian instrumen HVA
harus melibatkan berbagai berbagai satuan
kerja/unit/instalasi yang terkait.
Penilaian risiko kondisi darurat dan/atau
bencana dilakukan dengan instrumen HVA dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

12
1) Menyiapkan instrumen HVA;
2) Mengumpulkan data potensi bahaya
yang ada di Rumah Sakit;
3) Menginput data yang menggambarkan
situasi dan kondisi yang sebenarnya
di Rumah Sakit;
4) Menghitung tingkat resiko semua
kondisi darurat dan/atau bencana
yang telah diidentifikasi;
5) Menentukan prioritas kondisi darurat
dan/atau bencana sesuai dengan hasil
HVA;
6) Menyelenggarakan pertemuan untuk
penyebaran informasi prioritas hasil
HVA dengan melibatkan pimpinan dan
satuan kerja/unit/instalasi terkait;
7) Melaporkan hasil penilaian HVA
kepada pimpinan tertinggi rumah
sakit;
8) Melakukan review hasil penilaian HVA
minimal 1 tahun sekali atau jika terjadi
perubahan/kejadian yang berdampak
pada HVA.

Untuk HVA diisi dengan masing-masing


menilai kerentanan rumah sakit terhadap kondisi
darurat dan/atau bencana baik yang berasal dari
internal maupun eksternal rumah sakit yang diantara
terkait dengan human disaster, natural disaster,
technological disaster, hazard material disaster
termasuk disease disaster.

HVA diisi oleh tim kewaspadaan bencana


yang sebagian besar terdiri dari untuk direksi,
manajemen, K3, mutu, PPI bagian umum/logistik,
IGD/Medis, pemeliharaan sarana, sanitasi,

13
penunjang medik dan penunjang non medik serta
yang dimungkinkan terlibat dalam kondisi bencana.

c. Hospital Safety Index(HSI)


Hospital Safety Index(HSI)merupakan salah
satu instrumen yang digunakan untuk menilai suatu
Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
tetap beroperasi, berfungsi dan memberikan
pelayanan dalam kondisi darurat dan/atau
bencana.HSI membantu pengambil kebijakan untuk
menentukan secara cepat tindakan yang diambil
untuk meningkatkan keamanan dan kemampuan
Rumah Sakit Dalam merespon kondisi darurat
dan/atau bencana dengan fokus kepada
pencegahan, mitigasi, respon darurat dan pemulihan.
Penilaian menggunakan Hospital Safety
Index(HSI)dibagi menjadi 4 (empat)bagian penilaian
yaitu :
1) Bahaya Yang Berdampak Pada
Keamanan Rumah Sakit dan Peran
Rumah Sakit dalam Pengelolaan
Kondisi Darurat dan/atau Bencana
Pada aspek ini menilai secara
cepat bahaya internal dan eksternal
Rumah Sakit dan keadaan geoteknik
tanah yang dapat mempengaruhi
keamanan dan fungsi Rumah
Sakit.Pada aspek ini juga
mengidentifikasi risiko bencana alam
yang mungkin terjadi pada geografis
pelayanan kesehatan, contohnya
apakah memiliki resiko terjadi gempa
bumi, gunung meletus atau bencana
alam lainnya.
2) Keamanan Struktur Bangunan

14
Pada aspek ini Rumah
Sakit Akan dievaluasi
bagaimana keamanan struktur
fasilitas yang melibatkan
penilaian dari jenis struktur,
bahan, dan paparan
sebelumnya terhadap bencana
alam dan lainnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui
apakah struktur memenuhi
standar untuk memberikan
pelayanan kepada penduduk
bahkan dalam kasus bencana
besar, atau apakah bisa
berdampak dengan
membahayakan integritas
struktural, dan kapasitas
fungsional pada saat terjadinya
bencana.
Keamanan struktur
bangunan dibagi menjadi 2
(dua) bagian yaitu apakah
Rumah Sakit Atau fasilitas
pelayanan kesehatan
terdampak bahaya dan
kerentanan terhadap bencana.
Penilaian kedua apakah
struktur fasilitas berdampak
atau rusak dan bagaimana
kerusakan dapat diperbaiki.
3) Keamanan Non-Struktural
Kegagalan
non-struktural biasanya tidak
membahayakan stabilitas
bangunan, tetapi bisa

15
membahayakan orang dan isi
bangunan. Pada aspek ini
akan dilakukan evaluasi dan
verifikasi stabilitas elemen
non-struktural dan apakah
peralatan dapat berfungsi
selama dan setelah bencana.
Analisis ini meliputi akses dan
rute keluar dari Rumah
Sakit,keamanan jaringan kritis
seperti sistem air, listrik,
komunikasi, sistem HVAC
(Heating, Ventilation and
Air-Conditioning), serta
peralatan diagnostik, dan
perawatan medis.
4) Pengelolaan Kondisi Darurat dan/atau
Bencana
Aspek pengelolaan
kondisi darurat dan/atau
bencana,Rumah Sakit Akan
melakukan evaluasi kesiapan
sumber daya manusia Rumah
Sakit Dalam merespon kondisi
darurat dan/atau bencana. Hal
ini dapat diketahui dari
koordinasi tim Rencana
Hospital Disaster
Management, pusat komando
bencana, respon dan rencana
pemulihan Rumah
Sakit,manajemen komunikasi
dan informasi, ketersediaan
SDM, logistik dan
keuangan,layanan dan

16
dukungan pasien,
dekontaminasi, manajemen
korban, keselamatan dan
keamanan staf.
d. Fire Safety Risk Assessment(FSRA)
Rumah Sakit harus merencanakan dan
menerapkan suatu program untuk pencegahan,
penanggulangan bahaya kebakaran, serta
penyediaan sarana jalan keluar yang aman sebagai
respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat
lainnya. Rumah Sakit Perlu melakukan penilaian
risiko terjadinya kebakaran secara berkala.
Penilaian risiko kebakaran harus mencakup
identifikasi sumber potensi bahaya kebakaran
berdasarkan setiap proses kerja yang mungkin
dilakukan di Rumah Sakit, identifikasi orang yang
berisiko untuk terkena bahaya, melakukan evaluasi,
eliminasi, reduksi dan proteksi terhadap potensi
risiko. Instrumen penilaian risiko kebakaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
Rumah Sakit.

8. Perencanaan Penanggulangan Bencana


Berdasarkan Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Bencana Di Rumah
Sakit Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia
perencanaan penanggulangan bencana rumah sakit (Hospital Disaster
Plan) adalah kegiatan perencanaan dari rumah sakit untuk
menghadapi kejadian bencana, baik perencanaan untuk bencana yang
terjadi di dalam rumah sakit (Internal Hospital Disaster Plan) dan
perencanaan rumah sakit dalam menghadapi bencana yang terjadi di
luar rumah sakit (External Hospital Disaster Plan).
Bencana internal, yaitu bencana yang berasal dari dalam rumah
sakit dan menimpa rumah sakit dengan segala obyek vitalnya meliputi
pasien, pegawai, material, dan dokumen.

17
Bencana eksternal, yaitu bencana yang bersumber atau berasal
dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat mendatangkan korban
bencana dalam jumlah melebihi rata-rata atau keadaan biasa sehingga
memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung
lainnya.
Perencanaan penanggulangan bencana di rumah sakit disusun
dalam bentuk dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Rumah
Sakit (Hospital Disaster Plan). Dokumen rencana penanggulangan
bencana di rumah sakit terdiri atas :
a. Rencana tindakan yang akan dilakukan;
b. Siapa yang melaksanakan tindakan;
c. Sarana dan prasarana yang diperlukan;
d. Prosedur standar yang harus dilakukan.

9. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Penyelenggaraan penanggulangan bencana di rumah sakit
dilaksanakan dengan tahapan aktivasi dan deaktivasi. Tahap aktivasi
merupakan proses eskalasi struktur organisasi rumah sakit dalam
keadaan normal menjadi struktur organisasi dalam keadaan bencana.
Tahapan aktivasi terdiri atas :
a. Peringatan, yaitu situasi peningkatan unsur kesiapsiagaan
terhadap kemungkinan terjadinya bencana;
b. Siap siaga, yaitu situasi siap mobilisasi terhadap bencana
yang sangat mungkin terjadi;
c. Panggilan darurat, yaitu situasi mobilisasi dilaksanakan
karena bencana telah terjadi;
d. Situasi bencana mereda.

Dalam tahapan aktivasi panggilan darurat dilakukan kegiatan :

a. Membuka pusat krisi instalasi pengendali bencana di rumah


sakit, yang merupakan tempat berkumpul, koordinasi dan
pusat informasi;
b. Lokasi pusat krisis instalasi pengendalian bencana berada di
area pilihan yang jauh dari IGD;
c. Menetapkan rantai komando dan alur komunikasi untuk
pemegang posisi penting dalam pusat komando;

18
d. Memegang posisi penting harus ditentukan sejak awal
perencanaan.

Tahapan deaktivasi merupakan proses normalisasi dari struktur


organisasi dalam keadaan bencana kembali menjadi struktur
organisasi yang normal. Tahapan deaktivasi dilaksanakan kegiatan
sebagai berikut:

a. Pernyataan pengakhiran dari keadaan bencana dilakukan


oleh ketua tim penanggulangan bencana;
b. Setelah diakhiri, kegiatan Rumah Sakit kembali ke keadaan
normal;
c. Ketua tim penanggulangan bencana mengadakan
pertemuan dengan seluruh tim untuk mengadakan evaluasi

Penyelenggaraan penanggulangan bencana , Rumah Sakit harus


menyediakan:

a. Pos komando;
b. Pusat informasi /humas;
c. Tanda evakuasi;
d. Jalur evakuasi cepat;
e. Tempat berkumpul;
f. Tempat penilaian pasien (triase)
g. Kamar operasi darurat;
h. Bangsal tambahan terbuka;
i. Kamar jenazah
j. Dapur umum;
k. Gudang logistik cadangan;
l. Pintu darurat;
m. Ramp;dan
n. Jalur hubungan dengan gedung yang berdekatan dengan
Rumah Sakit.

10. Kesiapsiagaan Kondisi Darurat dan/atau Bencana di Rumah


Sakit
Kesiapsiagaan Kondisi darurat dan/atau bencana berdasarkan hasil
penilaian menggunakan instrumen HIRADC, HVA, HSI, dan FISURA

19
dapat dilakukan dengan menyusun rencana tanggap darurat dan/atau
bencana. Rencana tanggap darurat dan/atau bencana merupakan
suatu rencana formal tertulis yang dibuat dan disusun oleh tim tanggap
darurat dan/atau bencana Rumah Sakit Yang Disahkan oleh Pimpinan
Tertinggi Rumah Sakit,dilanjutkan dengan sosialisasi dan pelatihan.
a. Tim tanggap darurat dan/atau bencana
Tim tanggap darurat dan/atau bencana atau Incident
Command System Harus terdiri dari sumber daya manusia
yang yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih,
dengan jumlah anggota yang memadai dan menunjuk
seorang pemimpin/ ketua tim.Setiap satuan
kerja/unit/instalasi menugaskan 1 (satu)orang sebagai
anggota tim tanggap darurat dan/atau bencana.
Tim tanggap darurat dan/atau bencana dapat terdiri
atas:
1) Pimpinan kondisi darurat dan/atau
bencana/Incident Commander.
2) Penanggung jawab informasi
publik/Public Information Officer.
3) Penanggung Jawab pusat dan
penghubung/ koordinasi/Liaison Officer
.
4) Tim Ahli/ Expert team.
5) Penanggung jawab keselamatan
kerja/Safety Officer .
6) Penanggung jawab operasional medis
dan/atau non medis/ Operations
Section Chief .
7) Penanggung jawab perencanaan/
Planning Section Chief .
8) Penanggung jawab logistik/Logistics
Section Chief .
9) Penanggung jawab
keuangan/administrasi/Finance/Admini
stration Section Chief.

20
Table 1

No Nama Jabatan Tugas Jabatan


Pimpinan kondisi darurat dan/atau ● Pimpinan kondisi
bencana/Incident Commander darurat dan/atau
bencana berasal dari
jajaran direksi yang
dapat dihubungi pada
saat bencana
● Memberikan arahan
seluruh kegiatan yang
dilakukan di pusat
komando, mengatur
waktu operasional tim,
merencanakan
strategi dan prioritas
dalam melaksanakan
rencana tanggap
1 darurat dan/atau
bencana
● Memiliki wewenang
untuk menunjuk
penanggung jawab
pusat informasi publik,
penanggung jawab
penghubung,
penanggung jawab
K3,penanggung jawab
operasional medis
dan/atau non medis,
penanggung jawab
logistik, penanggung
jawab
keuangan/administrasi

21
, penanggung jawab
perencanaan
● Membuat keputusan
untuk pembatasan
akses

Penanggung jawab pusat informasi ● Penanggung Jawab


publik/ Public Information Officer Pusat Informasi Publik
adalah Kepala Bagian
Pemasaran/Humas/
Promkes Atau yang
didelegasikan oleh
direksi
● Penanggung jawab
informasi publik
bertanggung jawab
dalam penyebaran
informasi kedalam
dan keluar Rumah
2 Sakit
● Merupakan juru bicara
Rumah Sakit terhadap
pihak
eksternal(media, LSM
dan organisasi
lainnya)
● Pengendali dan
penghubung pesan
baik dari internal
maupun eksternal
Rumah Sakit Dan
atau tim lapangan

Petugas penghubung/koordinasi ● Petugas penghubung


3 Liaison Officer melakukan hubungan
antara pihak luar

22
untuk memberikan
bantuan/dukungan
dengan Rumah Sakit
pada saat terjadi
bencana
● Pada beberapa kasus,
dapat menjadi Pusat
Komando Rumah
Sakit
● Menyediakan
informasi dan
kebutuhan sumber
daya dari Rumah
Sakit Lainnya
● Menginformasikan
kepada yang
berwenang terkait
data kesakitan dan
kematian korban

Tim Ahli / Expert Team ● Penanggung jawab


terkait dengan
kejadian adanya
wabah/endemic.
● Penanggung jawab
pencegahan dan
pengendalian
4
wabah/epidemi
dengan memonitor
respon Rumah Sakit
Dalam
mengidentifikasi dan
memperbaiki kondisi
darurat.

23
● Berkewajiban
menentukan potensi
bahaya terkait
wabah/epidemi yang
membahayakan
pasien, karyawan,
pengunjung dan
lingkungan Rumah
Sakit
● Bertanggungjawab
untuk memastikan
keselamatan semua
sumber daya manusia
yang sedang bertugas
● Bertanggungjawab
untuk
mengidentifikasi,
melakukan evaluasi
dan memecahkan
masalah
pengendalian dan
pencegahan yang
berhubungan fasilitas
dan sarana prasarana
● Mengidentifikasi Alat
Pelindung Diri (APD)
yang dibutuhkan oleh
karyawan
berdasarkan potensi
bahaya saat terjadi
kondisi darurat
dan/atau bencana
yang terkait dengan
wabah/endemi

24
● Memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi
dengan Tim Medis
Reaksi Cepat (TMRC)
dan mengaktifkan
satuan kerja yang ada
di Kelompok Staf
Medis ( KSM ),rawat
jalan, rawat inap,
rawat intensif, kamar
operasi, penunjang
medis dan non medis,
dan Forensik untuk
kesiapan pelayanan
pasien bila terjadi
darurat
wabah/epidemi.
● Mendata kapasitas
medis yang berupa
jumlah dokter,
perawat dan bidan,
kapasitas rawat jalan,
kapasitas rawat inap,
kapasitas ICU,
kapasitas alat
kedokteran, kapasitas
alat kesehatan dan
APD untuk tim medis

Penanggung jawab keselamatan ● Penanggung jawab


kerja/ Safety Officer keselamatan kerja
adalah Kepala
5
Instalasi/Unit/Tim
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)

25
● Penanggung jawab
keselamatan kerja
memonitor respon
Rumah Sakit dalam
mengidentifikasi dan
memperbaiki kondisi
darurat.
● Berkewajiban
menentukan potensi
bahaya keselamatan
yang membahayakan
pasien, karyawan,
pengunjung dan
lingkungan Rumah
Sakit
● Bertanggungjawab
untuk memastikan
keselamatan semua
sumber daya manusia
yang sedang bertugas
● Bertanggungjawab
untuk
mengidentifikasi,
melakukan evaluasi
dan memecahkan
masalah keselamatan
dan kesehatan yang
berhubungan dengan
struktur bangunan
● Mengidentifikasi Alat
Pelindung Diri (APD)
yang dibutuhkan oleh
karyawan
berdasarkan potensi
bahaya saat terjadi

26
kondisi darurat
dan/atau bencana
● Memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi
dengan Tim Medis
Reaksi Cepat (TMRC)
dan mengaktifkan Tim
rawat jalan, Tim
Rawat inap, Tim rawat
intensif, Tim kamar
operasi, Tim Rawat
khusus, Tim
penunjang medis, tim
evakuasi radiasi,Tim
Evakuasi KLB/wabah
dan Tim Forensik
serta Departemen
Medik untuk kesiapan
pelayanan pasien bila
terjadi darurat
bencana
● Mendata kapasitas
medis yang berupa
jumlah dokter,
perawat dan bidan,
kapasitas rawat jalan,
kapasitas rawat inap,
kapasitas ICU,
kapasitas alat
kedokteran, kapasitas
alat kesehatan dan
APD untuk tim medis
● Berkoordinasi dengan
Koordinator
Manajemen

27
Operasional dalam
menentukan alternatif
lokasi untuk tambahan
Rumah Sakit darurat

Penanggung jawab operasional ● Penanggung jawab


medis dan/atau non medis/ operasional medis
Operations Section Chief dan/atau non medis
mengatur semua
kegiatan yang sesuai
dengan rencana
tanggap darurat
dan/atau bencana.
● Memiliki tugas
mengkoordinasikan
6 kegiatan operasional
tanggap darurat yang
terdiri dari
infrastruktur,
pengamanan,
penyelamatan,
pendampingan pasien
dan SDM untuk
mendukung
manajemen medis

Penanggung jawab perencanaan/ ● Penanggung jawab


Planning Section perencanaan
mengumpulkan,
mengevaluasi dan
menyebarluaskan
7
informasi
● Menyiapkan rencana
tanggap darurat
dan/atau bencana
secara berkala

28
● Menyiapkan laporan
status kondisi darurat
dan/atau bencana
● Mendata sumber daya
yang ada dan
mengidentifikasi
kekurangan sumber
daya yang dibutuhkan

Penanggung jawab perencanaan/ ● Penanggung jawab


Planning Section logistik menyediakan
semua kebutuhan
pada saat kondisi
darurat dan/atau
bencana
● Bertanggung jawab
dalam penyediaan
sumber daya
termasuk memperoleh
bantuan sumber daya
dari dalam dan luar
8 Rumah Sakit,
organisasi lain dan
pusat krisis kesehatan
setempat
● Penanggung jawab
logistik adalah Kepala
Bagian Unit Layanan
Pengadaan
● Mendata ketersediaan
sumber daya di
Rumah Sakit
● Mendata kapasitas
obat-obatan dan alat

29
kesehatan yang ada
di Instalasi Farmasi
● Menyiapkan fasilitas
dan sarana darurat
meliputi kemungkinan
pengadaan alat
kedokteran,
obat-obatan dan
makanan
● Penanggung jawab
logistik dibagi menjadi
Bagian Pelayanan
dan Bagian
Pendukung
● Bagian Pelayanan
bertanggung jawab
untuk mendukung
komunikasi dan
informasi, dan
pemberian bantuan
makanan untuk
pasien dan karyawan
● Bagian Pendukung
bertanggung jawab
untuk memperoleh
semua dukungan,
mengkoordinasikan
transportasi,
memperoleh
tambahan sumber
daya tenaga
kesehatan

30
Penanggung jawab keuangan ● Penanggung jawab
/administrasi/ Finance/ keuangan/administrasi
Administration Section Chief mengkoordinasikan
bagian pengadaan,
kompensasi, dan
pembayaran
● Menghitung anggaran

9 yang dibutuhkan
dalam rencana
tanggap darurat
dan/atau bencana
● Membuat kontrak,
kebutuhan pengadaan
dan pembayaran
seluruh sumber daya

31
11. Rambu-Rambu Mengenal Keselamatan Dan Tanda Darurat
Sesuai Dengan Standar Pedoman Teknis
Rambu-rambu keselamatan dan tanda darurat harus diletakkan
pada tempat yang mudah dilihat baik oleh petugas Rumah Sakit
Maupun pengunjung. Beberapa contoh rambu-rambu standar,
penempatan dan dasar regulasi antara lain:

Table 2

Rambu
N Contoh Desain
-Ramb Penempatan Dasar Regulasi
o (Antara Lain)
u

32
Arah Minimal 20cm SNI 03-1746-2000
Jalur -40cm dari
Evakua lantai,
si ditempatkan
pada
persimpangan
koridor, jalan
ke luar
menuju ruang
tangga
darurat,
balkon atau
teras dan
pintu menuju
tangga
darurat.

1 Rambu
evakuasi yang
terpasang
harus mudah
diidentifikasi,
mudah terlihat
dan tidak
terhalang
dengan warna
dasar hijau
dan tulisan
warna putih
serta dapat
berpendar
dalam gelap (
glow in the
dark /
fosforesensi )

33
dengan
ukuran tulisan,
jarak antara
rambu
evakuasi yang
proporsional
dan beberapa
rekomendasi
untuk
penempatann
ya adalah :

Dalam
ruangan,
dapat
dikombinasika
n sesuai
dengan
keadaan
penempatan
barang dan
kondisi dari
lay out
ruangan
tersebut.
Kombinasi
bisa dilakukan
pada dinding.

1. Terpasang
di dinding
dengan
ketinggian
dari lantai
antara

34
20cm
-40cm
2. Dan/Atau
terpasang
di dinding
dengan
ketinggian
dari lantai
antara
140cm
170 cm
3. Dan/Atau
di gantung
pada area
tertentu
yang
menunjukk
an arah
evakuasim
enuju titik
kumpul
aman

Di luar
ruangan atau
area koridor
dapat
dikombinasika
n dengan
keadaan dan
kondisi dari
layout
ruangan dan

35
gedung, yaitu
:

1. Terpasan
g di
dinding
dengan
ketinggian
dari lantai
kurang
lebih
20cm40c
m
2. Dan/Atau
terpasang
di dinding
dengan
ketinggian
dari lantai
antar
140cm
170 cm
3. Atau
digantung
pada area
tertentu
dimana
rambu
tersebut
dapat
mudah
diidentifik
asi, dilihat
dan tidak
terhalang

36
4. Jika
menggun
akan tiang
pada area
menuju
lapangan
atau titik
kumpul
aman
dengan
ketinggian
antara
175 cm
–200 cm.
Tiang
tidak
mudah
bergeser
dan kuat

Maksimal 20 Permen PUPR


cm di atas Nomor 14 Tahun
pintu darurat/ 2017 Lampiran

Tanda akses menuju


2
Exit keluar gedung

37
Dipasang Permen PUPR
pada lokasi Nomor 14 Tahun
titik kumpul 2017 Lampiran
Rambu
yang sudah
3 Titik
ditentukan
kumpul
pada lokasi
yang aman

Tinggi Permen PUPR


pemberian Nomor 14 Tahun
rambu/tanda 2017 Lampiran
APAR adalah
125 cm dari
Rambu
dasar lantai
4 Penand
tepat diatas
a APAR
satu atau
kelompok alat
pemadam api
ringan
bersangkutan

Ditempat yang Permenakertrans


Sign mudah dilihat No
5 Kotak dan ditempat PER.15/MEN/VIII/20
P3K yang cukup 08
cahaya

BAB 3 PENUTUP

1. Kesimpulan
Bencana merupakan faktor penting dalam menentukan
pembangunan dan pertumbuhan suatu bangsa, baik yang
mempengaruhi negara maupun penduduknya. Di Indonesia, negara

38
ini terletak di zona siklon tropis, dengan risiko gempa bumi, banjir,
dan tsunami yang tinggi. Data BNPB menunjukkan bahwa risiko
bencana tinggi, dengan 85 negara mengalami bencana pada tahun
2009. Gempa dan tsunami Sulawesi Tengah pada tahun 2018
berdampak pada 18 negara bagian dan 167 kabupaten.
Bencana juga bisa disebabkan oleh wabah, epidemi, dan
penyakit menular yang baru muncul. Pandemi adalah akibat dari
penyakit menular yang muncul dan muncul kembali, dan negara
harus mengambil langkah-langkah untuk mengurangi akibat dari
bencana tersebut. Kementerian Pendidikan telah menetapkan
sistem K3RS untuk memantau dan mengevaluasi keadaan bangsa.
Dalam proses akreditasi, negara harus melaksanakan dan
melaksanakan program-program untuk mengatasi potensi berbagai
bencana di tanah air.
Dalam menghadapi hal tersebut maka dapat dilakukan
perencanaan penanggulangan bencana.

39
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2019


tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan

Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014


tentang Penanggulangan Bencana Di Rumah Sakit Kementerian
Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia

40

Anda mungkin juga menyukai