Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN BENCANA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Yuceu Nuryanti 1033231013

Yulia Suhartaty 1033231014

Ai Kartini 1033231015

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS M.H THAMRIN

TAHUN AJARAN 2023 2024


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Bencana dengan judul “PENGURANGAN RESIKO, PENCEGAHAN PENYAKIT,
DAN PROMOSI KESEHATAN SERTA PEMBAGIAN FUNGSI PERAN TENAGA
KESEHATAN DAN NON KESEHATAN”. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Purwakarta, Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

BAB I........................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Pokok Pembahasan..........................................................................................2

C. Tujuan Penyusunan.......................................................................................... 2

BAB II.......................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN........................................................................................................... 3

A. Pengurangan Resiko Dalam Bencana.............................................................3

B. Pencegahan Penyakit Dalam Bencana............................................................3

C. Promosi Kesehatan Dalam Bencana...............................................................4

D. Pembagian peran dan tanggung jawab tenaga Kesehatan dan non kesehatan
..............................................................................................................................6

BAB III....................................................................................................................... 19

PENUTUP.................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia banyak mengalami bencana.
Mengapa? Karena Indonesia dikelilingi oleh 3 lempengan tetonik yaitu
lempengan Pasifik, lempengan Eurasia, dan lempangan Hindia-Australia.
Kondisi ini menyebabkan Indonesia rawan terhadap gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api dan beberapa jenis bencana tektonik lainnya. Potensi
bencana alam dengan frekuensi yang cukup tinggi lainnya adalah bencana
hidrometerologi, yaitu banjir, longsor, kekeringan, puting beliung dan
gelombang pasang. Frekuensi bencana hidrometeorologi di Indonesia terus
meningkat dalam 10 tahun terakhir.. Bencana ini mengancam seluruh wilayah
indonesia dalam skala kecil maupun besar.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis (UU No. 24/2007).
Bencana dapat merusakkan kehidupan keluarga dan melumpuhkan
tatanan sosial. Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial
ekonomi rendah, potensial terjadi diskriminasi, kejahatan dan tindak
kekerasan lainnya. Selain hal tersebut bencana juga akan menyebabkan
masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan penyakit yang lainnya.
Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak
dan lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap
pelayanan kesehatan dan pangan menjadi semakin berkurang. Air bersih
sangat langka akibat terbatasnya persediaan dan banyaknya jumlah orang
yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak tidak terurus
karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini risiko
dan penularan penyakit meningkat. Maka dari itu perlu untuk mengetahui

4
pengurangan resiko, pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan dalam
bencana.

B. Pokok Pembahasan
1. Pengurangan resiko dalam bencana.
2. Pencegahan penyakit dalam bencana.
3. Promosi kesehatan dalam bencana.
4. Pembagian peran dan tanggung jawab dari petugas Kesehatan dan non
kesehatan

C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui pengurangan resiko dalam bencana.
2. Untuk mengetahui pencegahan penyakit dalam bencana.
3. Untuk mengetahui promosi kesehatan dalam bencana.
4. Untuk mengetahui Pembagian peran dan tanggung jawab dari petugas
Kesehatan dan non kesehatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengurangan Resiko Dalam Bencana

Pengurangan resiko bencana (PRB) merupakan penyelenggaraan


penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana yang
dimaksudkan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul. Secara
konseptual, PRB merupakan wujud dari perubahan paradigm
penanggulangan bencana yakni dari pendekatan konvensional kepada
pendekatan holistic. Penanganan bencana tidak lagi menekankan pada aspek
tanggap darurat saja, tetapi secara keseluruhan manajemen resiko.
Perlindungan masyarakat dari ancaman bahaya merupakan wujud
perlindungan sebagai hak asasi rakyat dan penanggulangan bencana bukan
lagi menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Landasan penyelenggaraan PRB adalah resolusi PBB Nomor 63
Tahun 1999 tentang International Strategy for Disaster Reduction (ISDR), The
Yokohama Strategy Tahun 1994, Hyogo Framework for Action Tahun 2005,
serta Beijing Action. Sedangkan, secara nasional telah diterbitkan Rencana
Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RAN PRB) tahun 2006
disamping Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.

B. Pencegahan Penyakit Dalam Bencana

Upaya pencegahan penyakit yang bisa dilakukan pada daerah yag rawan
terjadi bencana atau daerah yang sudah terkena dampak bencana antara
lain:
1. Vaksinasi Sebagai prioritas pada situasi pengungsian, bagi semua anak
usia 6 bulan–15 tahun menerima vaksin campak dan vitamin A dengan
dosis yang tepat.

6
2. Masalah umum kesehatan di pengungsian Beberapa jenis penyakit yang
sering timbul di pengungsian memerlukan tindakan pencegahan. Contoh
penyakit tersebut antara lain, diare, cacar, penyakit pernafasan, malaria,
meningitis, tuberkulosa, tifoid, cacingan, scabies, xeropthal-mia, anemia,
tetanus, hepatitis, IMS/HIV-AIDS.
3. Manajemen kasus Semua anak yang terkena penyakit menular selayaknya
dirawat agar terhindar dari risiko penularan termasuk kematian.
4. Surveilans Dilakukan terhadap beberapa penyakit menular dan bila
menemukan kasus penyakit menular, semua pihak termasuk LSM
kemanusiaan di pengungsian, harus melaporkan kepada Puskesmas
dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung
jawab pemantauan dan pengendalian.

C. Promosi Kesehatan Dalam Bencana

Promosi kesehatan bertujuan agar kesehatan dapat terjaga,


mengupayakan agar lingkungan tetap sehat, memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada, anak dapat terlindungi dari kekerasan, dan mengurangi
stress. Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan:
1. Kajian dan analisis data
a.Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air
bersih,jamban, pos kesehatan klaster, Puskesmas, rumah sakit
lapangan, dapur umum, sarana umun seperti mushola, posko relawan,
jenis pesan dan media dan alat bantu KIE, tenaga promkes/ tenaga
kesmas, kader, relawan dan lain sebagainya
b.Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja,
lansia/ orangtua, orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
c. Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
d.Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian
e.Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya yang
memiliki kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
f. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif dan
preventif.

7
Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan
sumberdaya yang ada diwilayah terdampak bencana.
2. Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai
program dan kegiatan, dengan mempertimbangkan sumber daya yang
ada.
3. Implementasi kegiatan
a. Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah
setempat, NGOs, dan mitra potensial lainnya untuk memetakan
programdan kegiatan yang dapat diintegrasikan/ kolaborasikan.
b. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
c. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi
pesan kesehatan,
d. Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
e. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan
berbagai pesan kesehatan (PHBS di pengungsian)
f. Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu
Lansia di pengungsian atau di tempat hunian sementara.
g. Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah
setempat.
h. Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakat untuk menyebar
luaskan informasi kesehatan.
i. Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan
orientasi promosi kesehatan paska bencana.
j. Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui
program CSR, LSM kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor
agency
k. Monitoring dan evaluasi program

Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman


keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian , yaitu: ASI
terus diberikan pada bayi, biasakan cuci tangan pakai sabun, menggunakan
air bersih, buang air besar dan kecil di jamban, buang sampah pada

8
tempatnya, makan makanan bergizi, tidak merokok, memanfaatkan layanan
kesehatan, mengelola stress, melindungi anak, dan bermain sambil belajar

D. Pembagian peran dan tanggung jawab tenaga Kesehatan dan non


kesehatan

a) Kesiapsiagaan Pemerintah Setempat dalam Upaya Penanggulangan


Bencana
Pan American Health Organization (PAHO, 2006), menyatakan bahwa
tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa
sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing
untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana
sehingga dapat mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi
layanan. Peraturan pemerintah No. 21 Tahun 2008, tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana menyatakan bahwa beberapa instansi yang terlibat
dalam penanggulangan bencana antara lain kementerian kesehatan,
kementerian sosial, kementerian pekerjaan umum, kepolisian RI, Badan SAR
Nasional, Dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Kesiapsiagaan pemerintahan setempat yang terkait dalam upaya


penanggulangan bencana tanah longsor antara lain sebagai berikut :
a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pembentukannya
berdasarkan Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 tentang pedoman
organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tugas Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) adalah:
1) Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan
pemerintah daerah dan badan nasional penanggulangan bencana
terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan
bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara
adil dan setara.
2) Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.

9
3) Menyusun menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana.
4) Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.
5) Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
wilayahnya.
6) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala
daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat
dalam kondisi darurat bencana.
7) Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang.
8) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
9) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mempunyai fungsi:


1) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif, dan
efisien.
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan


Bencana (BNPB) No. 10 Tahun 2008 telah menetapkan struktur organisasi
komando tanggap darurat bencana tingkat Kabupaten/Kota sebagai
berikut:

1. TNI/polri
TNI/Polri melalui pendekatan Pembinaan Teritorialnya
membantu Pemerintah Daerah dalam rangka memulihkan kembali
keadaan seperti sebelumnya, berpartisipasi aktif menangani Bencana
alam bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya sehingga
dapat membantu meringankan beban kehidupan sosial masyarakat
secara lahir batin dari akibat yang ditimbulkan Bencana. Pembinaan
teritorial menciptakan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh,
bersentuhan langsung dengan geografi, demografi dan kondisi sosial,

10
maka penanggulangan bencana alam ini merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan aparatur Negara beserta masyarakat
yang ada diwilayah saling membantu sehingga dapat menentukan
keberhasilan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana. Agar
dalam setiap pelaksanaan penanggulangan bencana alam dapat
berjalan dengan lancar dan berhasil dan berdayaguna, maka setiap
aparatur negara baik dari pemerintah daerah, aparat TNI, Kepolisian,
ormas dan masyarakat perlu memahami tentang organisasi
penanggulangan bencana dengan tugas dan fungsinya.
Undang-Undang RI No. 34 tahun 2004, TNI dan Polri bertugas
melaksanakan operasi militer perang (OMP) serta operasi militer selain
perang (OMSP), didalam tugas operasi militer selain perang salah
satunya adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam.
Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana diwilayah baik
dalam tahap pra bencana, saat tangggap darurat, pasca bencana
terjadi secara terpadu serta mencakup kegiatan, pencegahan,
penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi sesuai dengan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh BPBD Provinsi dan/atau petunjuk kepala
BPBD provinsi, dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada dasarnya langkah-langkah kegiatan untuk semua
macam bencana adalah sama dan dilaksanakan melalui tahap-tahap
pra bencana, saat tanggap darurat, pasca bencana. Perawatan
kesehatan masyarakat dapat menggunakan fasilitas kesehatan TNI
yang ada satuan tugas pada daerah bencana serta fasilitas kesehatan
umum/Rumah Sakit yang tersedia di daerah.

2. Dinas Kesehatan (Puskesmas Kecamatan)


Puskesmas mempunyai peran memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat khususnya bagi korban bencana alam
sehingga memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Penanganan
bencana bidang kesehatan pada prinsipnya tidak dibentuk sarana
prasarana secara khusus, tetapi menggunakan sarana prasarana yang
telah ada, hanya intensitas kerjanya ditingkatkan dengan
memberdayakan semua sumber daya pemerintah Kabupaten/Kota

11
serta masyarakat dan unsur swasta sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
Pelayanan kesehatan pada saat terjadinya bencana dan
pemenuhan kebutuhan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan yang tidak dapat diatasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
terdekat harus memberikan bantuan, selanjutnya secara berjenjang
merupakan tanggungjawab Dinas Kesehatan dan Pusat.
Kabupaten/Kota berkewajiban membentuk satuan tugas kesehatan
yang mampu mengatasi masalah kesehatan pada penanganan
bencana di wilayahnya secara terpadu dan berkoordinasi dengan
Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB.).
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
sehubungan dengan penanganan masalah bencana di tingkat
kecamatan diantaranya :
1) Pra-Bencana; Kepala Puskesmas Melakukan Kegiatan :
a. Membuat peta geomedik daerah rawan bencana.
b. Membuat jalur evakuasi.
c. Mengadakan pelatihan.
d. Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang
mungkin terjadi.
e. Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini (Early
Warning System) untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan.
f. Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam
Satgas.

2) Saat Bencana; Kepala Puskesmas di Lokasi Bencana Melakukan


Kegiatan :
a. Beserta staf menuju lokasi bencana dengan membawa
peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan triase dan
memberikan pertolongan pertama.
b. Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta
ambulans/alat transportasi lainnya ke lokasi bencana dan
tempat penampungan pengungsi.
12
c. Membantu melaksanakan perawatan dan evakuasi korban serta
pelayanan kesehataan pengungsi.
d. Melaporkan kepada Kadinkes Kabupaten/Kota tentang
terjadinya bencana.
e. Melakukan Initial Rapid Health Assessment (Penilaian Cepat
Masalah Kesehatan Awal).
f. Menyerahkan tanggung jawab pada Kadinkes Kabupaten/Kota
apabila telah tiba di lokasi bencana.
g. Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah kecamatan,
maka sebagai penanggung jawab adalah Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

3) Pasca Bencana; Kepala Puskesmas di Kecamatan Melakukan


Kegiatan :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di
penampungan dengan mendirikan Pos Kesehatan lapangan.
b. Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan pengawasan
sanitasi lingkungan.
c. Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang
mungkin timbul.
d. Segera melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bila
terjadi KLB penyakit menular dan gizi buruk.
e. Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat
kecamatan dalam memberikan KIE kepada masyarakat luas,
bimbingan kepada kelompok yang berpotensi mengalami
gangguan stress pasca trauma, memberikan konseling pada
individu yang berpotensi mengalami gangguan stress pasca
trauma.
f. Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling
awal dan membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau
penanganan lebih spesifik.

3. Dinas Pekerjaan Umum

13
Dinas pekerjaan umum mempunyai peran menyelenggarakan
penanggulangan bencana terkait bidang pekerjaan umum
menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Tahap pra-bencana
Tahap pra bencana kegiatan pencegahan/mitigasi
bencana dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan
dalam bentuk penegakan hukum/ peraturan pemerintah
pusat dan daerah dalam pembangunan fisik dilapangan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang terjadi
bila terjadi suatu bencana seperti dengan mematuhi rencana
tata ruang dan tata bangunan yang telah ditetapkan.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya-upaya
cepat dan tepat yang perlu ditempuh dalam menghadapi
situasi darurat pada saat kejadian bencana seperti antara
lain dengan pemasangan dan pengujian sistem peringatan
dini untuk pengamatan gejala bencana dan penyediaan serta
penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk pemenuhan
kebutuhan dalam rangka pemulihan prasarana dan sarana
bidang ke-PU-an.
2. Tahap Tanggap Darurat
Tahap tanggap darurat dukungan yang diberikan dalam
kegiatan penyelamatan/evakuasi korban bencana adalah
dengan penyediaan dan pengoperasian peralatan yang
diperlukan untuk mendukung dan memberikan akses bagi
pelaksanaan kegiatan pencarian dan penyelamatan/evakuasi
korban bencana beserta harta bendanya dilokasi dan keluar
dari lokasi bencana. Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat
utamanya dilakukan untuk memulihkan kondisi dan fungsi
prasarana dan sarana, khususnya bidang ke-PU-an yang
rusak akibat bencana yang bersifat darurat/sementara
namun harus mampu mencapai tingkat pelayanan minimal
yang dibutuhkan, dan menyediakan berbagai sarana yang
14
diperlukan bagi perawatan dan penampungan sementara
para pengungsi/masyarakat korban bencana.

3. Tahap Pasca Bencana


Tahap pasca bencana kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang dilaksanakan harus diupayakan untuk
melibatkan peran serta warga masyarakat. bantuan dari
pemerintah diutamakan berupa stimulan yang diharapkan
akan dapat mendorong tumbuhnya kewasdayaan warga
masyarakat. Pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi
diutamakan bagi prasarana dan sarana bidang ke-PU-an dan
rumah tinggal bagi warga masyarakat miskin/ yang tidak
mampu dengan pendekatan tridaya dalam pelaksanaannya.

4. Dinas Sosial
Dinas sosial mempunyai peran menyelenggarakan
kesejahtraan sosial di daerah bencana, yang pada saat
kejadian bencana, pasca bencana dan tanggap darurat
menjadi faktor penting mengurangi resiko korban bencana
yang meninggal dunia dan luka-luka. Hal ini memungkinkan
karena pada saat kejadian bencana infrastruktur dasar dan
sarana pelayanan publik menjadi rusak dan tidak berfungsi.
hanya sentuhan relawan dan masyarakat sekitar yang dekat
daerah bencana alam yang dapat mengurangi meningkatkan
jumlah korban bencana.
Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang kesejahtraan
sosial menjelaskan peran sumber daya manusia dalam
penanganan bencana alam pada saat kejadian bencana dan
tanggap darurat antara lain :
1. Mengkondisikan tempat penampungan sementara
Menentukan tempat penampungan bagi korban bencana
merupakan upaya penting dalam setiap penanganan
15
bencana. Peran ini dapat dilakukan apabila SDM
kesejahteraan sosial memiliki pemahaman dan
pengetahuan membaca peta rawan bencana dan jalur
evakuasi penanganan bencana.
2. Menyediakan data korban
Data korban merupakan informasi berharga bagi outsider
untuk melakukan berbagai langkah tindakan penanganan
bencana alam. keakuratan jumlah korban hidup dan
meninggal serta keberadaan korban, akan mengurangi
meningkatnya jumlah korban meninggal dan luka-luka.
Oleh karena itu kemampuan melakukan pendataan
korban perlu didukung oleh keterampilan dan
kemampuan menggunakan berbagai media komunikasi.
3. Melakukan koordinasi penyediaan kebutuhan bagi
korban
Menyiapkan berbagai kebutuhan bagi korban bencana
alam, tidak hanya sebatas penyediaan dapur umum.
Kebutuhan specifik laki-laki dan perempuan serta balita
menjadi bagian penting dalam upaya dalam mengurangi
meningkatnya jumlah korban. Kebutuhan lain yang juga
sangat diperlukan adalah sarana air bersih dan keperluan
mandi cuci dan kakus (MCK). berbagaikebutuhan
tersebut memerlukan pemahaman dan kemampuan
melihat situasi serta mengkoordinasikan dengan para
pihak terkait.
4. Memberikan pelayanan psikososial
Peran yang sangat penting bagi SDM kesejahtraan sosial
dan memerlukan keahlian khusus adalah pelayanan
psikososial. Peran ini sangat diperlukan mengingat
banyak korban bencana alam yang umumnya mengalami
trauma dan menghadapi kasus-kasus gangguan stress.
5. Melakukan kegiatan evakuasi bagi korban bencana
Melakukan pertolongan dan mengevakuasi korban
adalah dua hal yang berbeda tapi dapat dilakukan
16
bersama-sama. Inti dari tindakan ini adalah upaya
menyelematkan korban dengan menghindari
tempat/daerah yang dapat menimbulkan kerugian bagi
korban bencana. Namun demikian, tindakan yang
ceroboh dapat menimbulkan akibat kematian/kecacatan
tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi SDM
kesejahtraan sosial.

6. Search And Rescue (SAR)


Pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) atau
disingkat SAR meliputi usaha dan kegiatan mencari,
menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang
atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya
dalam musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau
bencana atau musibah lainnya. Search and Rescue
(SAR) melakukan siaga selama 24 jam secara terus
menerus untuk melakukan pemantauan musibah
pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana atau
musibah lainnya. SAR melaksanakan siaga didukung
dengan peralatan deteksi dini, telekomunikasi dan sistem
informasi beserta sarana penunjangnya. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2006 SAR
melakukan operasi meliputi:
 Segala upaya dan kegiatan SAR sampai dengan
evakuasi terhadap korban, sebelum diadakan
penanganan berikutnya;
 Rangkaian kegiatan SAR terdiri atas 5 (lima) tahap
yaitu tahap menyadari, tahap persiapan, tahap
perencanaan, tahap operasi, dan tahap akhir
penugasan.

7. Ormas (Organisasi Masyarakat)

17
Organisasi yaitu kelompok orang yang bekerjasama, dan
selanjutnya berkembang menjadi proses pembagian
kerja, dan akhirnya terbentuklah sebuah sistem yang
kompleks (Sulistyani & Rosidah, 2003). Badan koordinasi
antar kampung mempunyai fungsi sebagai berikut:
 Mengkoordinasikan kejadian yang sedang dialami
serta bantuan yang diperlukan.
 Hubungi instansi yang terkait untuk meminta bantuan
sesuai kebutuhan.
 Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada
pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan Pusat,
termasuk lembaga/Instansi/Militer/Polisi.

H. Peran Perawat Dalam Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi


pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan
tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.

Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar


praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga
sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi
perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana.

Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan


pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang
menjadi perhatian penting. Berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh
perawat dalam situasi tanggap bencana:

1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik.

2. Pemberian bantuan

3. Pemulihan kesehatan mental

4. Pemberdayaan masyarakat

18
Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:

1. Perawat harus memilki skill keperawatan yang baik.

Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan


bencana, haruslah mempunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut
perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.

2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.

Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen


masyarakat termasuk Perawat , kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati
dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana.
Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu
meringankan beban penderitaan korban bencana.

3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana

Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segala hal


yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat
bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan
dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia.
Dalam melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut untuk mampu
memiliki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam. Segala hal
yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan medis harus
bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh karena itu,
perawat harus mengerti konsep siaga bencana.

a. Peran perawat dalam managemen bencana

1. Peran perawat dalam fase pre-impect

 Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan


dalam penanggulangan ancaman bencana.

 Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi


lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga

19
pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana.

 Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan


kesiapan masyarakat dalam mengahadapi bencana.

2. Peran perawat dalam fase impact

 Bertindak cepat

 Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan


pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang
selamat.

 Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan

 Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan

 Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat


mendiskusikan dan merancang

 master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan


pertama.

3. Peran perawat dalam fase post impact

 Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi


korban.

 Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3
kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu
tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi,
ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan
menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat

20
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan
memori.

 Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan
masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
(recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengurangan resiko bencana (PRB) merupakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana yang dimaksudkan
untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul. Upaya pencegahan
penyakit yang bisa dilakukan pada daerah yag rawan terjadi bencana atau
daerah yang sudah terkena dampak bencana diantaranya vaksinasi, manajemen
kasus, dan survailans. Promosi kesehatan pada daerah rawan dan yang sudah
terkena dampak bencana juga tak kalah penting, dikarenakan promosi
kesehatan bertujuan agar kesehatan dapat terjaga, mengupayakan agar
lingkungan tetap sehat, memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, anak
dapat terlindungi dari kekerasan, dan mengurangi stress.

B. Saran
Penyusun menyadari bahwasannya bencana merupakan sesuatu hal
yang sulit diprediksi datangnya, sulit diketahui tempat terjadinya, akan tetapi
dengan teknologi yang ada, bencana pada zaman ini sudah mudah dikenali.
Oleh karena itu setiap golongan masyarakat penting untuk memahami
penangangan dan pencegahan Bencana, bukan hanya dipahami oleh kalangan
praktisi kesehatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Feri & Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:


Salemba Medika

Kementrian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat. 2018. Promosi Kesehatan dalam Bencana.
http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan-dalam-bencana (diakses 27
November)

Pakaya, Rustam S. dkk. 2010. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan


Akibat Bencana. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

23

Anda mungkin juga menyukai