Anda di halaman 1dari 23

TUGAS

MANAJEMEN BENCANA II
“EPIDEMIOLOGI BENCANA”

Disusun Oleh
Kelompok 1

WINDU FERONIKA NPM. 1826020026


SEPTA ASIH P.S. NPM. 1826020001
LELEN SAFITRI NPM. 1826020003
MITA RAPIANI NPM. 1826020004

Dosen Pengampu :

SURYANI, SKM, M. KES (EPID)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Bencana II dengan judul “Epidemiologi bencana”.
Sesuai dengan materi pembelajaran mahasiswa dikelas. Mahasiswa
dituntut untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berhubungan
dengan manajemen bencana II salah satunya mengenai epidemiologi bencana.
Maka dari itu, penyusun membuat makalah ini agar mahasiswa lebih memahami
segala yang berhubungan tentang epidemiologi bencana.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca dan
tidak lupa penyusun meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu
kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi kebaikan kedepannya.

Bengkulu, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Efek Kesehatan Bencana..........................................................................


B. Bencana yang disertai Korban Jiwa
C. Bencana yang disertai Morbiditas
D. Kebutuhan Data Epidemiologi dalam Bencana
E. Pengaruh Kesehatan Bencana Tertentu

F. Penentu Dampak Bencana pada Kesehatan

G. Dampak Langsung dari Bencana pada Rumah Sakit

H. Dampak Tidak Langsung dari Bencana Terhadap Rumah Sakit

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika bencana terjadi, sejumlah fasilitas mengalami kerusakan sehingga
fungsi sanitasi menjadi terganggu. Ini menyebabkan mudah tersebarnya
penyakit di lokasi bencana. Di tempat pengungsian yang fasilitasnya kelebihan
beban karena jumlah pengungsi yang melebihi daya tampung dan sanitasinya
kurang terjaga juga mudah tersebar penyakit. Penyebaran penyakit-penyakit
tersebut mungkin melebihi kebiasaan sehingga disebut epidemi (wabah).
Meskipun tidak selalu terjadi epidemi setelah bencana, gejala ini tetap harus di
waspadai dan diupayakan agar penanganan pasca bencana dilakukan melalui
prosedur yang semestinya. Dalam tatanan ilmupenanganan kesehatan
masyarakat dikenal istilah “epidemiologi” yang merupakan suatu studi
kesehatan terhadap suatu kelompok populasi tertentu agar mendapat gambaran
tentang kesehatan mereka baik pada saat keadaan normal maupun tidak
normal, termasuk variasi-variasi dan penyebabnya. Ada juga yang
menyebutkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola
kesehatan dan penyakit serta faktornya dalam suatu populasi. Dengan
demikian, epidemiologi dimaksudkan sebagai observasi terhadap suatu
kelompok, bukan terhadap individu. Epidemiologi untuk observasi terhadap
komunitas korban bencana disebut epidemiologi bencana. Tujuannya adalah
mengkaji distribusi dan faktor atau hal yang menentukan kesehatan pasca
bencana agar bias mengontrol masalah kesehatan mereka. Terjadinya bencana
alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan surveilans untuk
meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan sebelum
bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Efek Kesehatan Bencana ?
2. Apa saja jenis-jenis Bencana yang disertai Korban Jiwa ?

1
3. Apa saja Bencana yang disertai Morbiditas ?
4. Apa saja Kebutuhan Data Epidemiologi dalam Bencana ?
5. Apa saja Pengaruh kesehatan bencana tertentu ?

6. Apa saja penentu dampak bencana pada kesehatan ?


7. Bagaimana upaya dampak langsung dari bencana pada rumah sakit ?
8. Bagaimana upaya tidak dampak langsung dari bencana pada rumah sakit ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Efek Kesehatan Bencana
2. Mengetahui Bencana yang disertai Korban Jiwa
3. Bencana yang disertai Morbiditas
4. Mengetahui Kebutuhan Data Epidemiologi dalam Bencana
5. Mengetahui Pengaruh kesehatan bencana tertentu
6. Mengetahui penentu dampak bencana pada kesehatan
7. Mengetahui dampak langsung dari bencana pada rumah sakit
8. Mengetahui tidak dampak langsung dari bencana pada rumah sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Efek Kesehatan Bencana


Maslah kesehatan menjadi hal yang paling membutuhkan perhatian serius dari
tim yang menangani bencana. Aspek ini menjadi darurat karena kondisi kacau
pasca bencana menimbulkan kerawanan-kerawanan akibat merosotnya sumber
daya. Beberapa faktor yang harus mendapat perhatian karena efeknya
berpengaruh pada kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Penyakit menular (communicable disease)
Meskipun bencana tidak menimbukan penyebaran penyakit menular,
namun penyakit terjadi sebagai akibat dari sanitasi buruk, kontaminasi
makanan dan air, serta perpindahan penduduk. Penyakit-penyakit tersebut
berpeluang ditularkan melalui vektor.
2. Pengungsian
Jika perpindahan penduduk terjadi secara spontan dalam jumlah besar,
maka akan terjadi tekanan terhadap fasilitas dan sumber daya di daerah
penampungan. Kondisi ini lebih banyak terjadi karena tempat
penampungan sifatnya seentara dan tidak di desain untuk jumlah
pengungsian yang besar.
3. Paparan musim
Bahaya kesehatan akibat dari paparan musim (iklim) terhadap manusia
juga sangat penting untuk diperhatikan. Ada kebutuhan untuk
menyediakan tempat tinggal sementara bagi korban bencana yang
kehilangan tempat tinggal. Misalnya, saat musim hujan yang disertai
banjir, penyakit yang diwaspadai yaitu:diare, demam berdarah,
leptospirosis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit,
penyakit saluran cerna seperti demam tifoid, dan meningkatnya keparahan
penyakit kronis yang sudah di derita.
4. Makanan dan gizi

3
Kekurangan makanan setelah terjadinya bencana disebabkan oleh dua
alasan, yaitu rusaknya persediaan makanan di daerah yang terkena
bencana dan gangguan sistem distribusi. Dengan demikan, distribusi
makanan dalam jangka pendek sangat penting.
5. Persediaan air dan sanitasi
Hal ini sangat rawan pada bencana alam. Gangguan persediaan atau
rusaknya kualitas air dan sanitasi dapat menimbulakan risiko kesehatan
yang sangat serius.
6. Rusaknya infrastruktur kesehatan
Hal ini dapat mengurangi atau mengganggu akses bagi perawatan
kesehatan oleh petugas penyelamat dalam bencana.
7. Kesehatan mental
Segala usaha harus selalu dilakukan untuk menjaga struktur social
keluarga dan masyarakat serta untuk memberikan pertolongan psikologis
pertama dan layanan kesehatan mental yang memadai bagi korban
bencana.

B. Bencana yang disertai Korban Jiwa


Tidak selalu bencana menimbulkan korban jiwa. Jika persiapan masyarakat
terhadap bencana yang kerap terjadi di wilayah tersebut baik, maka korban
jiwa bias dihindari atau dikurangi . tetapi, bencana yang terjadi pada saat
masyarakat lebih banyak berkumpul memungkinkan jumlah korbannya
banyak. Di akhir pekan, ketika masyarakat banyak berwisata ke suatu tempat
wisata, dan kebetulan di temapat tersebut kemudian terjadi bencana, maka
kemungkinan jatuhnya korban jiwa lebih tinggi dibanding hari-hari biasa yang
pengunjungnya sedikit. Demikian juga ketika bencana terjadi di malam hari
pada saat masyarakat sedang berstirahat, dibanding yang terjadi di siang hari.
Oleh karena itu, faktor jatuhnya korban jiwa dari suatu bencana tergantung
pada:
1. Jenis bencana
2. Waktu terjadinya (misalnya: siang, malam, hari kerja/ akhir pecan)

4
3. Tingkat kesiapan dan langkah-langkah keselamatan
4. Waktu antara peringatan dan dampak. Beberapa bencana bias diantisipasi
jumlah korbannya dengan memberikan peringatan akan terjadi bencana
kepada masyarakat yang rawan terkena dampak. Gunung berapi yang
menandakan tanda-tanda akan meletus, memberi kesempatan kepada
otoritas pemerintahan setempat untuk melakukan evakuasi mesyarakat di
lereng gunung yang rawan terkena dampak. Tsunami pun bias di prediksi
datangnya setelah terjadi gempa bumi yang ousat gempanya di bawah laut.
Makin cepar pemberian peringatan makin baik karena ada waktu untuk
melakukan evakuasi.

Korban jiwa akibat bencana terjadi dalam dua periode:

1. Kematian pasca-dampak
Kematian yang terjadi langsung setelah bencanadisebut sebagai kematian
pasca-dampak. Kurangnya informasi dari korban yang membutuhkan
perawatan segera setelah bencana lalu meninggal sebelum sempat
ditangani tim medis menjadi salah satu penyebabnya. Ini mungkin faktor
yang sulit dihindari karena ketika bencana terjadi, apalagi yang dahsyat,
fasilitas telekomunikasi dan transportasi menjadi terganggu. Akhirnya, tak
hanya akses komunikasi yang terhenti, bantuan pun tak bias segera datang.
Di sinilah di perlukan kesiapan masyarakat untuk bias menangani
bencananya sendiri dalam kurun waktu satu hingga dua hari sebelum
bantuan tiba. Jika masyarakat setempat tidak mampu menangani sendiri,
kemungkinan jatuhnya korban jiwa lebih banyak karena tak sempat
tertangani untuk mendapatkan bantuan hidup dasar (BHD).
2. Kematian jangka panjang
Kecuali bencana nuklir, sedikit yang dapat diketahui tentang kematian
jangka panjang sebagai akibat dari suatu bencana. Dalam bencana nuklir,
kematian jangka panjang terjdai karena penyakit kanker yang muncul
setelah beberapa tahun. Kematian jangka panjang akibat bencana yang
muncul secara lamban seperti kemarau adalah kelaparan dan kurang gizi.

5
Adapun kematian jangka panjang dari bencana seperti gempa bumi dan
tsunami atau bencana lain masih sdikit datanya. Dari luar negeri, kematian
jangka panjang dari bencana seperti gempa bumi yang disertai tsunami
yang melanda jepang pada tahun 2011 menunjukkan jumlahnya pasca-
dampak pada bencana ini mencapai 1.607 orang, sedangkan kematian
jangka panjang tiga tahun setelah kejadian jumlahnya mencapai 1.656
orang yang disebabkan oleh stress dan penyakit lain yang diakibatkan oleh
bencana itu.

C. Bencana yang disertai Morbiditas


Jumlah penyakit dan luka yang memerlukan perhatian medis biasanya rendah
dalam kaitannya dengan jumlah korban yang meninggal, kecuali dalam
bencana gempa bumi dan tanah longsor. Dalam bencana banjir, misalnya,
presentase orang yang memerlukan perawatan medis (sakit) atau disebut juga
morbiditas (tingkat orang yang sakit dalam suatu populasi) berkisar antara
0,2% sampai dengan 2,0%.
1. Morbiditas pasca-dampak
Pada periode pasca dampak yang berkisar beberapa jam sampai beberapa
hari atau seminggu setelah bencana, perhatian yang sangat besar
ditunjukan pada masalah nutrisi dan penyakit-penyakit yang muncul
kemudian. Di Negara-negara di mana kolera masih endemis, dapat
diasumsikan bahwa kolera akan menyebar setelah bencana. Hal ini di
pengaruhi oleh persediaan dan sanitasi air. Imunisasi massal terhadap
demam tifoid sering dilakukan setelah banjir, tetapi manfaatnya belum
pernah terbukti.
2. Morbiditas jangka panjang
Bencana dapat meningkatkan insiden penyakit dalam jangka panjang
karena ada gangguan aktivitas kontrol terhadap vektor. Contoh yang
paling umum adalah malaria. Sistem surveilans epidemiologi yang dapat
membantu mengevalusai efektivitas langkah-langkah kesehatan jangka
panjang harus dilaksanakan. Secara klasik, morbiditas jangka panjang

6
terlihat pada bencana nuklir dan bencana radiasi yaitu dua sampai tiga
dekade setelah munculnya bencana.

D. Kebutuhan Data Epidemiologi dalam Bencana


Seperti disebutkan di atas, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola
kesehatan dan penyakit serta faktornya dalam suatu populasi. Dari
epidemiologi inilah terhimpun berbagai data yang diperlukan untuk
mengidentifikasi faktor risiko berbagai penyakit terhadap suatu populasi.
Namun, epidemiologi tak hanya menyangkut masalah penyebaran penyakit,
tetapi juga cara penanggulangannya.
Dalam kaitannya dengan petugas medis dan kesiapan rumah sakit, data
epidemiologi diperlukan untuk:
1. Membuat perencanaa petugas kesehtan sehingga mereka tahu apa yang
harus dilakukan dan sasaran yang ingin dicapai
2. Membuat perencanaan logistik. Jumlah logistik seperti bahan bakar,
pelumas kendaraan, tenda, linen, air, dan bahan-bahan untuk kebersihan
seharusnya sesuai dengan kebutuhan. Tanpa ada informasi awal, sulit
memenuhi kebutuhan ini, apalagi pengadaannya memerlukan biaya dan
mengkin harus di datangkan dari tempat yang jauh. Padahal, dalam
keadaan bencana, seharusnya segala kebutuhan ini bias memadai. Bahan
bakar tampaknya hal sepele, tetapi jika kendaraan ada tetapi bahan
bakarnya tidak ada, upaya evakuasi akan sulit dilakukan. Begitu pun, jika
kendaraan ada dan bahan bakar ada, tetapi ternyata kendaraannya
mendapat masalah karena kekurangan pelumas, juga tak bisa ial Hal sepele
ini bisa tidak terpantau jika tidak diingatkan a belajar dari kejadian
sebelumnya. Oleh karena itu, dengan adanya data epidemiologi, gambaran
awal menyangkut perkiraan logistik yang diperlukan bisa didapat. atau
dari peralatan/barang
3. Untuk menentukan alokasi dari peralatan/barang perlengkapan medis dan
pembedahan

7
4. Membuat perencanaan fasilitas medis seperti pusat kesehatan primer dan
sekunder, rumah sakit, apotek, toko obat, dan lain-lain
5. Menentukan persediaan makanan, termasuk cara distribusi. jangka waktu
distribusi, dan gizi makanan yang berhubungan dengan program
6. Usaha-usaha pengaturan bantuan seperti mobilisasi dan koordinasi
relawan, LSM, dan penduduk setempat.

Dari hal-hal di atas, tampak betapa pentingnya data epidemiologi dari suatu
populasi untuk merancang pola penanganan kesehatan mereka baik saat terjadi
bencana maupun tidak.

E. Pengaruh Kesehatan Bencana Tertentu


Bencana yang satu dengan bencana lainnya memiliki dampak yang berbeda
terhadap keschatan korban. Pola ini berpengaruh terhadap cara
penanganannya. Karena itu, jika suatu bencana terjadi harus dilihat bencana
macam apa yang telah terjadi dan pola penanganan seperti apa yang harus
dipersiapkan.
1. Pengaruh kesehatan dari berbagai bencana alam
Pengaruh bencana banjir terhadap kesehatan manusia tentu saja berbeda
dengan pengaruh akibat bencana gempa bumi. Demikian juga dengan
bencana alam lainnya. Ada beberapa hal yang sangat khas yang
ditimbulkan oleh suatu bencana, baik menyangkut jenis Luka maupun
masalah gawat daruratnya. Meski demikian, secara umum pengaruh
bencana terhadap kesehatan manusia meliputi:
a. Gizi buruk.
b. Meningkatnya angka kematian penyakit tidak menular.
c. Ledakan penyakit menular.
d. Kejadian lain akibat dari kesehatan jiwa.
1) Gempa bumi
Gempa bumi menyebabkan banyak korban jiwa dan luka-luka. Korban
dari gempa bumi sangat tergantung pada tiga faktor:
a) Jenis perumahan/materi bangunan.

8
b) Waktu kejadiannya, apakah siang hari atau malam hari.
c) Kepadatan penduduk di daerah yang terkena bencana tersebut.

Pada gempa dengan skala tertentu yang menimbulkan korban jiwa,


angka kematian bisa mendekati 85% di dekat episentrum. Makin
menjauhi episentrum, rasio kematian makin menurun. Namun yang
juga harus diperhatikan adalah bahwa gempa bumi bisa menimbulkan
bencana sekunder seperti longsor, banjir, dan kebakaran. Bencana
sekunder ini pun bisa menimbulkan korban jiwa yang akan menambah
jumlah korban jiwa dari bencana gempa bumi tadi. Untuk mengurangi
jumlah korban jiwa, pertolongan harus dilakukan segera setelah terjadi
gempa. Kebanyakan permintaan layanan kesehatan terjadi dalam
jangka waktu 24 jam pertama. Berbagai jenis luka yang dialami korban
seperti luka kepala dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis),
terbakar, patah tulang, serta laserasi (luka yang disebabkan oleh
robekan). Jika pasien tidak dirawat dengan sempurna, maka akan
terjadi komplikasi.

Strategi mitigasi untuk korban gempa adalah:

1. Sebelum terjadi bencana (pre-event), dibuat undang- undang atau


peraturan mengenai bangunan, sehingga dengan bangunan tertentu
dampaknya terhadap jumlah korban akan bisa dikurangi. Misalnya,
dengan bangunan terbuat dari kayu, jumlah korban bisa lebih
sedikit dibanding dengan bangunan dari tembok.
2. Pasca-bencana harus dilakukan pola-pola penanganan yang mampu
meningkatkan metode penyelamatan, resusitasi, dan perawatan
definitif.
2) Tanah longsor
Tanah longsor sangat umum terjadi sebagai akibat dan penebangan
hutan dan erosi tanah di beberapa daerah. Tanah longsor pada
umumnya disebabkan oleh hujan lebat dan umumnya menimbulkan

9
banyak korban jiwa, tetapi tidak banyak yang luka-luka. Infrastruktur
di yang terkena bencana tanah longsor, termasuk fasilitas kesehatan,
bisa rusak parah atau bahkan hancur. Luka-luka akibat tanah longsor
pada umumnya berupa luka patah.
3) Gunung berapi
Meskipun jarang menyebabkan trauma secara langsung. asap yang
sangat panas, gas, batuan, serta magma yang sangat panas dapat
menyebabkan luka bakar yang cukup serius yang dapat mengakibatkan
kematian seketika. Di samping itu, batu-batuan yang jatuh dapat
menyebabkan patah tulang dan luka-luka patah lainnya. Sementara itu.
menghirup gas dan uap dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Menghirup silica yang banyak mengandung abu, dalam jangka
panjang, dapat menyebabkan silicosis pulmonary (penyakit paru-paru).
Infrastruktur dan fasilitas keschatan sangat mungkin hancur dengan
cepat apabila berada di jalur aliran piroklastik (bebatuan yang
terbentuk dari material vulkanik) dan lahar (aliran lumpur yang berasal
dari gunung berapi). Selain itu, berkumpulnya banyak abu dan
bebatuan di atas rumah bisa menyebabkan atap rumah roboh. Apabila
fase letusan panjang (lama), bisa menyebabkan banyak penduduk yang
stres.
4) Badai
Angin yang bersifat merusak ini memang jarang menimbulkan korban
jiwa dan luka atau jumlah korbannya tidak banyak. Tetapi, apabila
disertai dengan bencana sekunder seperti gelombang air laut, dapat
menyebabkan korban jiwa dan luka yang lebih banyak. Korban luka
yang terjadi akibat badai pada umumnya jumlahnya relatif kecil jika
dibandingkan dengan yang disebabkan oleh gempa bumi. Sistem
peringatan yang efektif dapat mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas.
5) Banjir, gelombang laut, dan tsunami

10
Jenis bencana ini dapat menyebabkan kematian, tetapi korban luka-
luka relatif lebih sedikit. Banjir bandang atau air bah yang datang
secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian langsung karena
tenggelam. Kadang-kadang korban terjadi karena hypothermia
(kedinginan) yang menyebabkan yang bersangkutan meninggal.
Banjir yang terjadi secara perlahan-lahan dapat menyebabkan angka
kematian dan morbiditas, tetapi dalam jumlah terbatas. Luka traumatik
yang disebabkan oleh banjir sangat minim sehingga keperluan dan
perhatian medis untuk hal ini juga sedikit. Akan tetapi, banjir memiliki
potensi besar untuk penyakit yang dapat menyebar sebagai akibat dari
rusaknya layanan kesehatan masyarakat dan menurunnya kondisi
kehidupan secara keseluruhan.
Langkah-langkah mitigasi yang bisa dilakukan:
a) Pra-bencana, dengan mengaktifkan sistem peringatan dini dan
pendidikan kepada masyarakat mengenai bahaya banjir.
b) Pasca-bencana, dengan menjaga sanitasi dan sistem
penanggulangan vektor.
6) Hurricane
Bencana yang ditimbulkan oleh tiupan angin kencang ada bermacam-
macam. Namun, yang paling berbahaya adalah badai (hurricane).
Istilah yang diberikan pada burricane bermacam-macam. Yang
melanda Samudera Hindia dikenal sebagai angin siklon (gyclone), di
Samudera Pasifik disebut typhoon (topan).
Bencana ini menyebabkan kematian karena tenggelam atau terseret
arus atau gelombang laut sekunder pada saat terjadi hurricane. Korban
luka sebagai akibat dari benda-benda yang beterbangan dapat
menyebabkan berbagai jenis luka. Untuk gawat darurat, di samping
manajemen politrauma, adalah dengan cara mengelola daerah yang
tergenang dengan prinsip-prinsip resusitasi dan perawatan gawat
darurat. Komplikasi biasanya jarang ditemukan. Strategi mitigasi yang
bisa dilakukan adalah melalui peringatan dini dan evakuasi.

11
7) Tornado
Tornado paling banyak diberitakan terjadi di kawasan Amerika Utara.
Bencana ini mengakibatkan luka langsung. Luka-luka tersebut
disebabkan oleh benda- benda yang beterbangan. Jenis-jenis luka yang
tampak (trauma) adalah pada kepala dan dada. Selain itu luka remuk,
patah tulang dari tulang yang berbeda serta cedera kepala dan sumsum
tulang belakang.
Strategi mitigasi yang bisa dilakukan sebelum bencana adalah dengan
sistem peringatan dini dan metode prakiraan tornado. Adapun strategi
mitigasi pasca- terjadinya tornado, antara lain, dengan menghindari
penurunan tenaga listrik karena, dengan tidak adanya listrik, korban
tornado umumnya sulit melakukan aktivitas. Di negara yang biasa
terkena tormado, umumnya warga memiliki tempat perlindungan.
Begitu tornado lewat, mereka menemukan rumah mereka sudah
hancur. Ditambah dengan matinya listrik, upaya mereka untuk
melanjutkan kehidupan jadi terganggu. Memang, umumnya sarana
listrik jadi korban sehingga mati listik sulit dihindari.
Dari berbagai bencana alam tersebut, tampak bahwa gelombang badai,
tsunami, dan banjir menyebabkan jumlah kematian yang lebih banyak
dibandingkan yang luka-luka. Sementara itu pada gempa bumi,
tomnado, dan hurricane, jumlah korban luka umumnya melebihi
jumlah korban yang meninggal.
2. Pengaruh kesehatan dari bencana buatan manusia
Selain bencana alam, ada bencana lain yaitu yang disebabkan oleh
perbuatan manusia. Ini pun banyak jenisnya. Akibatnya tak kalah
mengerikan, bahkan jumlah korbannya justru lebih banyak. Pola luka yang
tampak dari bencana yang disebablkan oleh manusia ini juga bervariasi,
tergantung jenis bencananya.
a. Sindroma luka remuk
Sindroma luka remuk (crush injury) pertana dijelaskan dalam Perang
Dunia II pada korban di daerah yang terkena bom yang terjebak di

12
dalam reruntuhan bangunan dalam jangka waktu yang lama. Luka
musculoskeletal (sistem kompleks yang terdiri dari otot-otot dan
kerangka tubuh, termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf) selain
yang dialami korban bencana alam, bisa juga dialami korban bencana
karena ulah manusia seperti perang yang menyebabkan bangunan
runtuh dan menimpa korban. Akibatnya, terjadi luka musculoskeletal
masif. Luka ini bisa menyebabkan yang luka remuk.
Anggota badan yang patah akibat luka remuk tampak pucat dan
oedematous (lunak). Kulit di bagian atasnya pucat dan tegang disertai
visicle (melepuh). Apabila sel otot skeletal terluka, maka isi sel
tersebut akan hilang. Setiap satu kilogram otot skeletal memiliki 110
meq potassium, 500-750 ml air, 0,75 mml (2,25g) fosfat dan 4 g
myoglobin. Cairan tersebut disalurkan ke da- lam ruang otot
osteofacial dari ruang intravascular. Hal ini menyebabkan
meningkatnya hemoglobin daripa- da hemotrosit di dalam spite
hypovolemia. Tingkat he- moglobin yang tinggi akan diekskresikan ke
dalam urin.
Fenomena berikutnya adalah enzim kreatin fosfokinase (creatine
phosphokinasel CPK) dilepaskan dari otot yang yang mencapai
puncaknya selama 24-36 jam. Sebagai akibatnya, akan terjadi
penurunan sekitar 50% dalam waktu 48 jam. Jika tingkat CPK
kemudian meningkat, hal ini menunjukkan kambuhnya necrosis otot
yang berhubungan dengan gagal ginjal yang akut. Hal ini terjadi
setelah resusitasi cairan dan sebagai akibat dari dekomposisi protein
pada otot yang rusak, fragmen terluka, asam amino yang
meningkatkan tekanan osmosis intraseluler, dan pemindahan cairan ke
ruangan ini. Keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat dan
apabila tidak dilakukan fasciotomy dengan segera, maka bisa
Menyebabkan terjadinya gangrene (kondisi serius akibat banyak
jaringan tubuh yang mengalami nekrosis atau mati ) yang sebabkan
oleh komprasi vascular. Kondisi di sebut thabdomyolysis yaitu

13
keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan otot, yang jika tidak di
tangani akan menyebabkan kegagalan ginjal akut atau acute renal
failure (ARF).angka mortalitas secara keseluruhan dari ARF yang
disebabkan oleh rbabdomyolysis adalah 95 %.
b. luka ledakan ( blast injury )
Ledakan bob dapat meyebabkan kematian dan luka yang parah baik
dalam kegiatan militer maupun sipil. Pola luka yang disebab kan oleh
ledakan bom sangat kompleks. Ini merupakan jenis trauma yang paling
khusus dengan luka internal yang parah,sering tidak di luka atau lesi
pada bagian eksternal. Luka ini terjadi karena prubahan tiba-tiba pada
tekanan lingkungan yng berasal dari ledakan ( tranformasi yang sangat
cepat dari unsur kimia padat kedalam gas yang dilepaskan pada
tekanan dan temperatur yang tinggi kelingkungan sekitarnya).
Ledakan dapat menyebabkan berbagai luka yang serius.jenis luka
akibat ledakan berbeda-beda.
1) Luka ledakan primer,yaitu luka yang disebabkan oleh gelombang
ledakan. Pengaruh maksimum ditemukan pada interface gas cair.
2) Luka ledakan skunder,yaitu luka yang disebabkan oleh benda-
benda yang berterbangan
3) Luka ledakan tersier,iya itu luka yang di sebabkan korban
terlempar benda.
4) Luka ledakan lain-lain yang disebabkan oleh debu dan luka bakar
termal akibat ledakan atau kebakaran yang di sulut oleh ledakan.
Perawatan gawat darurat harus memasukan pemeriksa dan
penilaian sebagai satu-satunya cara untuk bisa mendeteksi luka-
luka berat akibat ledakan. Ingat bahwa bantua kehidupan dasar
( basic life support) merupakan prioritas untama dan transportasi di
perlukan untuk mengevakuasi korban kerumah sakit guna
mendapat perawatan definitif bahwa juga bagi yang tampaknya
mengalami luka tampak tidak serius. Disamping itu sangat penting

14
mempertimbangkan bahwa dalam kasus luka internal,kecuali dapat
dibuktikan.
c. luka bakar
Meskipun unsur dasar penanggungan lika bakar telah distandarkan
untuk insiden korban massal,tetap harus ada masal menajemen khusus
untuk korban bakar massal. Korban luka bakar dapat disebabkan oleh
hal-hal berikut.
1) Termal-meliputi lidah api, radiasi,panas yang
berlebihan,kebakaran,uap air panas,benda padat yang panas dan
benda-benda yng panas.
2) Kimmia-harus meliputi arus bolak balik,arus searah,dan kilat.
3) Radiasi-dari sunber nuklir
Yang perlu di perhatikan adalah bahwa meskipun bencana kebakaran
dapat menyebabkan banyak korban, namun korban luka bakar massal
jarang terjadi.
Luka bakar bisa meliputi kulit dan semua struktus di bawah kulit
seperti otot,sarap tulang dan pembulu darah.luka-luka berikut bisa
terjadi :
1) Luka pada mata luka yang bisa disebabkan oeleh luka yang tidak
bisa di sembuhkan bila terbakar
2) Sistem pernapasan luka pada pernapasan dan rusaknya
sistimpernapasan sehingga menggangu jalan pernapasan jalan
uadara, gagalnya pernapasan dan tertundanya pernapasan.
3) Masalah emosional dan psikologi mulai dari tempat gawat darurat
dan bisa terjadi perpanjangan hidup.

Keparahan luka bakar ditentikan oleh sumber yang terbakar,bagian


tubuh yang terluka ,tingkat luka bakar,meluasnya luka bakar, umur
pasien dan luka-luka lain atau penyakit lain yang meyertainya.
Perawatan gawat darurat luka bakar yang melipputi saluran
pernapaasan di anggap gawat darurat untuk luka bakar yang meliputi
saluran pernapasan di anggap gawat darurat dengan prioritas tinggi.

15
Interpensi yang paling penting adalah terjaganya oksigen dan sirkulasi
melalui tindakan bantuan kehidupan,pada semua korbakan
bakar,pertimbangkan untuk mengganti cairan secara langsung.
Mungkin ada peningkatan untuk pemindahan dari satu rumah sakit
kerumah sakit lainya tergantung dengan fasilitas dan keadilan.

3. Perhatian khusus
Perhatian khusus harus di beri kepada pasien hamil,yang terluka,baik
terjadi masalah internal maupun fortal. Troma adalah salah satu penyebab
yang paling sering mengakibatkan kematian ibu di Negara-negara yang
sudah berkembang. Akan tetapi bencana yang akan terjadi dapat
menyebab kan dampak yg sama dalam dua jenis kelamin secara merata.
Meskipun dalam kelompok yang rawan adalah pasien lanjut ( eskrem).
Pasien yang hamil dan orang-orang yang cacat. Manajemen trauma sangat
unik selama kehamilan bukan karena dua kehidupan yang terdapat
dalamnya melainkan karena tanda, pola dan tanda keparahan dari luka
yang berbeda.

F. Penentu Dampak Bencana pada Kesehatan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
1. Kepadatan penduduk
2. Penduduk yang mengungsi.
3. Gangguan pasilitas,khusus penyediaan air, sanitasi, dan tenaga listrik
4. Gangguan program kesehatan sehari-hari yang bisa disebabkan oleh
rusaknya infratruktur atau kurang nya akses.
5. Terpapar iklim,
6. Makanan dan gizi yang tidak memadai
7. Gangguan perekonomian
8. Degradasi lingkungan
9. Kondisi banguan.

16
G. Dampak Langsung dari Bencana pada Rumah Sakit
Sebuah rumah sakit yang dapat terpengaruh secara langsung oleh satu bencana
apabila ruamah sakit atau lembaga perawatan rumah kesehatan tersebut
terletak didaerah yang terkena dampak rusak atau hancur.
Gempa bumi dan tanah longsor. Letusan gunung berapi, badai angin (angin
yang menghancurkan) ,banjir,gelombang laut,dan tsunami.

H. Dampak Tidak Langsung Terhadap Rumah Sakit


Apabila rumah sakit /pasilitas kesehatan terletak di sekitar daerah dampak
mungkin tidak terkenai dampak langsung. Dalam hal ini, rumah sakit tidak
secara langsung terpengaruh oleh bencana sehingga struktur dan funfsinya
tetap. Meskipun demikian rumah sakit secara tidak langsung juga pengaruh
karena rumah sakit akan memegang peranan penting dalam kegiatan
oprasional. Pada bencana yang dating nya lambat,rumah sakit tidak secara
langsung pengaruh bencana akan dimintak untuk menerima pasien dari
ruamah sakit yang berada di daerah yang terkena damapak bencana. Rumah
sakit mungkin akan di mintak untuk menyediakanbantuan sebagai beriku :
1. Tenaga manusia
2. Bahan-bahan
3. Logistik
Rumah sakit dapat mengirim tim ke daerah yang terkena dampak dan
memberikan perawatan medis serta membantu spesialis kesehatn masyarakat
dalam menanganin penyakit menukar, persoapan air dan sanitasi.
Setelah bencana rumah sakit yang berada yang tidak terkena bencana dan siap
untuk menerima korban yang berasal dari daerah yang terkena dampak
bencana dengan menentukan ruang perawatan, tempat tidur, dan kamar kecil
yang ada.
Rumah sakit yang terkena juga membantu dalam usaha mengulangi penyakit
(menular), khususnya jika persedian air dan sanitasi terganggu. Staf medis
rumah sakit akan memberikan perawatan kepada pasien yang mendrita

17
penyakit sekunder ketika mereka melaporkan kerumah sakit.rumah sakit yang
tidak terkena dampak dapat menyediakan bantuan logistic kepada rumah sakit
lain di daerah yang terkena dampak.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan dan perlatihan personel yang memadai diperlukan jika rumah
sakit ingin memberikan respons yang efisien dan efektif terhadap
bencana.masyarakat rumah sakit dan petugas medis akan berhadapan dengan
akibat kesehatan dari bencana yang terjadi,dan sitiap rumah sakit di daerah
tersebut akan terpengaruh oleh bencana baik secara langsusng dan tidak
langsung. Petugas medis harus menyadari pola lika yang terjadi pada bencana
yang berada sehingga mampu merencanakan intervensi yang tepat dan cepat
yang lebih penting,kematian dapat di cegah dengan memberikan resusitasi dan
perawatan gawat darurat yang optimal kepada korban.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sujudi achmad, dkk. 2016. Kegawatdaruratan dan Bencana Solusi dan Petunjuk
Teknis Penanggulangan Medik dan Kesehatan. Jakarta: rayyana
komunikasiindo.
DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan
Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta: departemen kesehatan
Jakarta.
Khambali. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: penerbit
ANDI.

20

Anda mungkin juga menyukai