MANAJEMEN BENCANA II
“EPIDEMIOLOGI BENCANA”
Disusun Oleh
Kelompok 1
Dosen Pengampu :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Bencana II dengan judul “Epidemiologi bencana”.
Sesuai dengan materi pembelajaran mahasiswa dikelas. Mahasiswa
dituntut untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berhubungan
dengan manajemen bencana II salah satunya mengenai epidemiologi bencana.
Maka dari itu, penyusun membuat makalah ini agar mahasiswa lebih memahami
segala yang berhubungan tentang epidemiologi bencana.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca dan
tidak lupa penyusun meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu
kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi kebaikan kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika bencana terjadi, sejumlah fasilitas mengalami kerusakan sehingga
fungsi sanitasi menjadi terganggu. Ini menyebabkan mudah tersebarnya
penyakit di lokasi bencana. Di tempat pengungsian yang fasilitasnya kelebihan
beban karena jumlah pengungsi yang melebihi daya tampung dan sanitasinya
kurang terjaga juga mudah tersebar penyakit. Penyebaran penyakit-penyakit
tersebut mungkin melebihi kebiasaan sehingga disebut epidemi (wabah).
Meskipun tidak selalu terjadi epidemi setelah bencana, gejala ini tetap harus di
waspadai dan diupayakan agar penanganan pasca bencana dilakukan melalui
prosedur yang semestinya. Dalam tatanan ilmupenanganan kesehatan
masyarakat dikenal istilah “epidemiologi” yang merupakan suatu studi
kesehatan terhadap suatu kelompok populasi tertentu agar mendapat gambaran
tentang kesehatan mereka baik pada saat keadaan normal maupun tidak
normal, termasuk variasi-variasi dan penyebabnya. Ada juga yang
menyebutkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola
kesehatan dan penyakit serta faktornya dalam suatu populasi. Dengan
demikian, epidemiologi dimaksudkan sebagai observasi terhadap suatu
kelompok, bukan terhadap individu. Epidemiologi untuk observasi terhadap
komunitas korban bencana disebut epidemiologi bencana. Tujuannya adalah
mengkaji distribusi dan faktor atau hal yang menentukan kesehatan pasca
bencana agar bias mengontrol masalah kesehatan mereka. Terjadinya bencana
alam tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan surveilans untuk
meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan sebelum
bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinya bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Efek Kesehatan Bencana ?
2. Apa saja jenis-jenis Bencana yang disertai Korban Jiwa ?
1
3. Apa saja Bencana yang disertai Morbiditas ?
4. Apa saja Kebutuhan Data Epidemiologi dalam Bencana ?
5. Apa saja Pengaruh kesehatan bencana tertentu ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Efek Kesehatan Bencana
2. Mengetahui Bencana yang disertai Korban Jiwa
3. Bencana yang disertai Morbiditas
4. Mengetahui Kebutuhan Data Epidemiologi dalam Bencana
5. Mengetahui Pengaruh kesehatan bencana tertentu
6. Mengetahui penentu dampak bencana pada kesehatan
7. Mengetahui dampak langsung dari bencana pada rumah sakit
8. Mengetahui tidak dampak langsung dari bencana pada rumah sakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kekurangan makanan setelah terjadinya bencana disebabkan oleh dua
alasan, yaitu rusaknya persediaan makanan di daerah yang terkena
bencana dan gangguan sistem distribusi. Dengan demikan, distribusi
makanan dalam jangka pendek sangat penting.
5. Persediaan air dan sanitasi
Hal ini sangat rawan pada bencana alam. Gangguan persediaan atau
rusaknya kualitas air dan sanitasi dapat menimbulakan risiko kesehatan
yang sangat serius.
6. Rusaknya infrastruktur kesehatan
Hal ini dapat mengurangi atau mengganggu akses bagi perawatan
kesehatan oleh petugas penyelamat dalam bencana.
7. Kesehatan mental
Segala usaha harus selalu dilakukan untuk menjaga struktur social
keluarga dan masyarakat serta untuk memberikan pertolongan psikologis
pertama dan layanan kesehatan mental yang memadai bagi korban
bencana.
4
3. Tingkat kesiapan dan langkah-langkah keselamatan
4. Waktu antara peringatan dan dampak. Beberapa bencana bias diantisipasi
jumlah korbannya dengan memberikan peringatan akan terjadi bencana
kepada masyarakat yang rawan terkena dampak. Gunung berapi yang
menandakan tanda-tanda akan meletus, memberi kesempatan kepada
otoritas pemerintahan setempat untuk melakukan evakuasi mesyarakat di
lereng gunung yang rawan terkena dampak. Tsunami pun bias di prediksi
datangnya setelah terjadi gempa bumi yang ousat gempanya di bawah laut.
Makin cepar pemberian peringatan makin baik karena ada waktu untuk
melakukan evakuasi.
1. Kematian pasca-dampak
Kematian yang terjadi langsung setelah bencanadisebut sebagai kematian
pasca-dampak. Kurangnya informasi dari korban yang membutuhkan
perawatan segera setelah bencana lalu meninggal sebelum sempat
ditangani tim medis menjadi salah satu penyebabnya. Ini mungkin faktor
yang sulit dihindari karena ketika bencana terjadi, apalagi yang dahsyat,
fasilitas telekomunikasi dan transportasi menjadi terganggu. Akhirnya, tak
hanya akses komunikasi yang terhenti, bantuan pun tak bias segera datang.
Di sinilah di perlukan kesiapan masyarakat untuk bias menangani
bencananya sendiri dalam kurun waktu satu hingga dua hari sebelum
bantuan tiba. Jika masyarakat setempat tidak mampu menangani sendiri,
kemungkinan jatuhnya korban jiwa lebih banyak karena tak sempat
tertangani untuk mendapatkan bantuan hidup dasar (BHD).
2. Kematian jangka panjang
Kecuali bencana nuklir, sedikit yang dapat diketahui tentang kematian
jangka panjang sebagai akibat dari suatu bencana. Dalam bencana nuklir,
kematian jangka panjang terjdai karena penyakit kanker yang muncul
setelah beberapa tahun. Kematian jangka panjang akibat bencana yang
muncul secara lamban seperti kemarau adalah kelaparan dan kurang gizi.
5
Adapun kematian jangka panjang dari bencana seperti gempa bumi dan
tsunami atau bencana lain masih sdikit datanya. Dari luar negeri, kematian
jangka panjang dari bencana seperti gempa bumi yang disertai tsunami
yang melanda jepang pada tahun 2011 menunjukkan jumlahnya pasca-
dampak pada bencana ini mencapai 1.607 orang, sedangkan kematian
jangka panjang tiga tahun setelah kejadian jumlahnya mencapai 1.656
orang yang disebabkan oleh stress dan penyakit lain yang diakibatkan oleh
bencana itu.
6
terlihat pada bencana nuklir dan bencana radiasi yaitu dua sampai tiga
dekade setelah munculnya bencana.
7
4. Membuat perencanaan fasilitas medis seperti pusat kesehatan primer dan
sekunder, rumah sakit, apotek, toko obat, dan lain-lain
5. Menentukan persediaan makanan, termasuk cara distribusi. jangka waktu
distribusi, dan gizi makanan yang berhubungan dengan program
6. Usaha-usaha pengaturan bantuan seperti mobilisasi dan koordinasi
relawan, LSM, dan penduduk setempat.
Dari hal-hal di atas, tampak betapa pentingnya data epidemiologi dari suatu
populasi untuk merancang pola penanganan kesehatan mereka baik saat terjadi
bencana maupun tidak.
8
b) Waktu kejadiannya, apakah siang hari atau malam hari.
c) Kepadatan penduduk di daerah yang terkena bencana tersebut.
9
banyak korban jiwa, tetapi tidak banyak yang luka-luka. Infrastruktur
di yang terkena bencana tanah longsor, termasuk fasilitas kesehatan,
bisa rusak parah atau bahkan hancur. Luka-luka akibat tanah longsor
pada umumnya berupa luka patah.
3) Gunung berapi
Meskipun jarang menyebabkan trauma secara langsung. asap yang
sangat panas, gas, batuan, serta magma yang sangat panas dapat
menyebabkan luka bakar yang cukup serius yang dapat mengakibatkan
kematian seketika. Di samping itu, batu-batuan yang jatuh dapat
menyebabkan patah tulang dan luka-luka patah lainnya. Sementara itu.
menghirup gas dan uap dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Menghirup silica yang banyak mengandung abu, dalam jangka
panjang, dapat menyebabkan silicosis pulmonary (penyakit paru-paru).
Infrastruktur dan fasilitas keschatan sangat mungkin hancur dengan
cepat apabila berada di jalur aliran piroklastik (bebatuan yang
terbentuk dari material vulkanik) dan lahar (aliran lumpur yang berasal
dari gunung berapi). Selain itu, berkumpulnya banyak abu dan
bebatuan di atas rumah bisa menyebabkan atap rumah roboh. Apabila
fase letusan panjang (lama), bisa menyebabkan banyak penduduk yang
stres.
4) Badai
Angin yang bersifat merusak ini memang jarang menimbulkan korban
jiwa dan luka atau jumlah korbannya tidak banyak. Tetapi, apabila
disertai dengan bencana sekunder seperti gelombang air laut, dapat
menyebabkan korban jiwa dan luka yang lebih banyak. Korban luka
yang terjadi akibat badai pada umumnya jumlahnya relatif kecil jika
dibandingkan dengan yang disebabkan oleh gempa bumi. Sistem
peringatan yang efektif dapat mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas.
5) Banjir, gelombang laut, dan tsunami
10
Jenis bencana ini dapat menyebabkan kematian, tetapi korban luka-
luka relatif lebih sedikit. Banjir bandang atau air bah yang datang
secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian langsung karena
tenggelam. Kadang-kadang korban terjadi karena hypothermia
(kedinginan) yang menyebabkan yang bersangkutan meninggal.
Banjir yang terjadi secara perlahan-lahan dapat menyebabkan angka
kematian dan morbiditas, tetapi dalam jumlah terbatas. Luka traumatik
yang disebabkan oleh banjir sangat minim sehingga keperluan dan
perhatian medis untuk hal ini juga sedikit. Akan tetapi, banjir memiliki
potensi besar untuk penyakit yang dapat menyebar sebagai akibat dari
rusaknya layanan kesehatan masyarakat dan menurunnya kondisi
kehidupan secara keseluruhan.
Langkah-langkah mitigasi yang bisa dilakukan:
a) Pra-bencana, dengan mengaktifkan sistem peringatan dini dan
pendidikan kepada masyarakat mengenai bahaya banjir.
b) Pasca-bencana, dengan menjaga sanitasi dan sistem
penanggulangan vektor.
6) Hurricane
Bencana yang ditimbulkan oleh tiupan angin kencang ada bermacam-
macam. Namun, yang paling berbahaya adalah badai (hurricane).
Istilah yang diberikan pada burricane bermacam-macam. Yang
melanda Samudera Hindia dikenal sebagai angin siklon (gyclone), di
Samudera Pasifik disebut typhoon (topan).
Bencana ini menyebabkan kematian karena tenggelam atau terseret
arus atau gelombang laut sekunder pada saat terjadi hurricane. Korban
luka sebagai akibat dari benda-benda yang beterbangan dapat
menyebabkan berbagai jenis luka. Untuk gawat darurat, di samping
manajemen politrauma, adalah dengan cara mengelola daerah yang
tergenang dengan prinsip-prinsip resusitasi dan perawatan gawat
darurat. Komplikasi biasanya jarang ditemukan. Strategi mitigasi yang
bisa dilakukan adalah melalui peringatan dini dan evakuasi.
11
7) Tornado
Tornado paling banyak diberitakan terjadi di kawasan Amerika Utara.
Bencana ini mengakibatkan luka langsung. Luka-luka tersebut
disebabkan oleh benda- benda yang beterbangan. Jenis-jenis luka yang
tampak (trauma) adalah pada kepala dan dada. Selain itu luka remuk,
patah tulang dari tulang yang berbeda serta cedera kepala dan sumsum
tulang belakang.
Strategi mitigasi yang bisa dilakukan sebelum bencana adalah dengan
sistem peringatan dini dan metode prakiraan tornado. Adapun strategi
mitigasi pasca- terjadinya tornado, antara lain, dengan menghindari
penurunan tenaga listrik karena, dengan tidak adanya listrik, korban
tornado umumnya sulit melakukan aktivitas. Di negara yang biasa
terkena tormado, umumnya warga memiliki tempat perlindungan.
Begitu tornado lewat, mereka menemukan rumah mereka sudah
hancur. Ditambah dengan matinya listrik, upaya mereka untuk
melanjutkan kehidupan jadi terganggu. Memang, umumnya sarana
listrik jadi korban sehingga mati listik sulit dihindari.
Dari berbagai bencana alam tersebut, tampak bahwa gelombang badai,
tsunami, dan banjir menyebabkan jumlah kematian yang lebih banyak
dibandingkan yang luka-luka. Sementara itu pada gempa bumi,
tomnado, dan hurricane, jumlah korban luka umumnya melebihi
jumlah korban yang meninggal.
2. Pengaruh kesehatan dari bencana buatan manusia
Selain bencana alam, ada bencana lain yaitu yang disebabkan oleh
perbuatan manusia. Ini pun banyak jenisnya. Akibatnya tak kalah
mengerikan, bahkan jumlah korbannya justru lebih banyak. Pola luka yang
tampak dari bencana yang disebablkan oleh manusia ini juga bervariasi,
tergantung jenis bencananya.
a. Sindroma luka remuk
Sindroma luka remuk (crush injury) pertana dijelaskan dalam Perang
Dunia II pada korban di daerah yang terkena bom yang terjebak di
12
dalam reruntuhan bangunan dalam jangka waktu yang lama. Luka
musculoskeletal (sistem kompleks yang terdiri dari otot-otot dan
kerangka tubuh, termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf) selain
yang dialami korban bencana alam, bisa juga dialami korban bencana
karena ulah manusia seperti perang yang menyebabkan bangunan
runtuh dan menimpa korban. Akibatnya, terjadi luka musculoskeletal
masif. Luka ini bisa menyebabkan yang luka remuk.
Anggota badan yang patah akibat luka remuk tampak pucat dan
oedematous (lunak). Kulit di bagian atasnya pucat dan tegang disertai
visicle (melepuh). Apabila sel otot skeletal terluka, maka isi sel
tersebut akan hilang. Setiap satu kilogram otot skeletal memiliki 110
meq potassium, 500-750 ml air, 0,75 mml (2,25g) fosfat dan 4 g
myoglobin. Cairan tersebut disalurkan ke da- lam ruang otot
osteofacial dari ruang intravascular. Hal ini menyebabkan
meningkatnya hemoglobin daripa- da hemotrosit di dalam spite
hypovolemia. Tingkat he- moglobin yang tinggi akan diekskresikan ke
dalam urin.
Fenomena berikutnya adalah enzim kreatin fosfokinase (creatine
phosphokinasel CPK) dilepaskan dari otot yang yang mencapai
puncaknya selama 24-36 jam. Sebagai akibatnya, akan terjadi
penurunan sekitar 50% dalam waktu 48 jam. Jika tingkat CPK
kemudian meningkat, hal ini menunjukkan kambuhnya necrosis otot
yang berhubungan dengan gagal ginjal yang akut. Hal ini terjadi
setelah resusitasi cairan dan sebagai akibat dari dekomposisi protein
pada otot yang rusak, fragmen terluka, asam amino yang
meningkatkan tekanan osmosis intraseluler, dan pemindahan cairan ke
ruangan ini. Keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat dan
apabila tidak dilakukan fasciotomy dengan segera, maka bisa
Menyebabkan terjadinya gangrene (kondisi serius akibat banyak
jaringan tubuh yang mengalami nekrosis atau mati ) yang sebabkan
oleh komprasi vascular. Kondisi di sebut thabdomyolysis yaitu
13
keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan otot, yang jika tidak di
tangani akan menyebabkan kegagalan ginjal akut atau acute renal
failure (ARF).angka mortalitas secara keseluruhan dari ARF yang
disebabkan oleh rbabdomyolysis adalah 95 %.
b. luka ledakan ( blast injury )
Ledakan bob dapat meyebabkan kematian dan luka yang parah baik
dalam kegiatan militer maupun sipil. Pola luka yang disebab kan oleh
ledakan bom sangat kompleks. Ini merupakan jenis trauma yang paling
khusus dengan luka internal yang parah,sering tidak di luka atau lesi
pada bagian eksternal. Luka ini terjadi karena prubahan tiba-tiba pada
tekanan lingkungan yng berasal dari ledakan ( tranformasi yang sangat
cepat dari unsur kimia padat kedalam gas yang dilepaskan pada
tekanan dan temperatur yang tinggi kelingkungan sekitarnya).
Ledakan dapat menyebabkan berbagai luka yang serius.jenis luka
akibat ledakan berbeda-beda.
1) Luka ledakan primer,yaitu luka yang disebabkan oleh gelombang
ledakan. Pengaruh maksimum ditemukan pada interface gas cair.
2) Luka ledakan skunder,yaitu luka yang disebabkan oleh benda-
benda yang berterbangan
3) Luka ledakan tersier,iya itu luka yang di sebabkan korban
terlempar benda.
4) Luka ledakan lain-lain yang disebabkan oleh debu dan luka bakar
termal akibat ledakan atau kebakaran yang di sulut oleh ledakan.
Perawatan gawat darurat harus memasukan pemeriksa dan
penilaian sebagai satu-satunya cara untuk bisa mendeteksi luka-
luka berat akibat ledakan. Ingat bahwa bantua kehidupan dasar
( basic life support) merupakan prioritas untama dan transportasi di
perlukan untuk mengevakuasi korban kerumah sakit guna
mendapat perawatan definitif bahwa juga bagi yang tampaknya
mengalami luka tampak tidak serius. Disamping itu sangat penting
14
mempertimbangkan bahwa dalam kasus luka internal,kecuali dapat
dibuktikan.
c. luka bakar
Meskipun unsur dasar penanggungan lika bakar telah distandarkan
untuk insiden korban massal,tetap harus ada masal menajemen khusus
untuk korban bakar massal. Korban luka bakar dapat disebabkan oleh
hal-hal berikut.
1) Termal-meliputi lidah api, radiasi,panas yang
berlebihan,kebakaran,uap air panas,benda padat yang panas dan
benda-benda yng panas.
2) Kimmia-harus meliputi arus bolak balik,arus searah,dan kilat.
3) Radiasi-dari sunber nuklir
Yang perlu di perhatikan adalah bahwa meskipun bencana kebakaran
dapat menyebabkan banyak korban, namun korban luka bakar massal
jarang terjadi.
Luka bakar bisa meliputi kulit dan semua struktus di bawah kulit
seperti otot,sarap tulang dan pembulu darah.luka-luka berikut bisa
terjadi :
1) Luka pada mata luka yang bisa disebabkan oeleh luka yang tidak
bisa di sembuhkan bila terbakar
2) Sistem pernapasan luka pada pernapasan dan rusaknya
sistimpernapasan sehingga menggangu jalan pernapasan jalan
uadara, gagalnya pernapasan dan tertundanya pernapasan.
3) Masalah emosional dan psikologi mulai dari tempat gawat darurat
dan bisa terjadi perpanjangan hidup.
15
Interpensi yang paling penting adalah terjaganya oksigen dan sirkulasi
melalui tindakan bantuan kehidupan,pada semua korbakan
bakar,pertimbangkan untuk mengganti cairan secara langsung.
Mungkin ada peningkatan untuk pemindahan dari satu rumah sakit
kerumah sakit lainya tergantung dengan fasilitas dan keadilan.
3. Perhatian khusus
Perhatian khusus harus di beri kepada pasien hamil,yang terluka,baik
terjadi masalah internal maupun fortal. Troma adalah salah satu penyebab
yang paling sering mengakibatkan kematian ibu di Negara-negara yang
sudah berkembang. Akan tetapi bencana yang akan terjadi dapat
menyebab kan dampak yg sama dalam dua jenis kelamin secara merata.
Meskipun dalam kelompok yang rawan adalah pasien lanjut ( eskrem).
Pasien yang hamil dan orang-orang yang cacat. Manajemen trauma sangat
unik selama kehamilan bukan karena dua kehidupan yang terdapat
dalamnya melainkan karena tanda, pola dan tanda keparahan dari luka
yang berbeda.
16
G. Dampak Langsung dari Bencana pada Rumah Sakit
Sebuah rumah sakit yang dapat terpengaruh secara langsung oleh satu bencana
apabila ruamah sakit atau lembaga perawatan rumah kesehatan tersebut
terletak didaerah yang terkena dampak rusak atau hancur.
Gempa bumi dan tanah longsor. Letusan gunung berapi, badai angin (angin
yang menghancurkan) ,banjir,gelombang laut,dan tsunami.
17
penyakit sekunder ketika mereka melaporkan kerumah sakit.rumah sakit yang
tidak terkena dampak dapat menyediakan bantuan logistic kepada rumah sakit
lain di daerah yang terkena dampak.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan dan perlatihan personel yang memadai diperlukan jika rumah
sakit ingin memberikan respons yang efisien dan efektif terhadap
bencana.masyarakat rumah sakit dan petugas medis akan berhadapan dengan
akibat kesehatan dari bencana yang terjadi,dan sitiap rumah sakit di daerah
tersebut akan terpengaruh oleh bencana baik secara langsusng dan tidak
langsung. Petugas medis harus menyadari pola lika yang terjadi pada bencana
yang berada sehingga mampu merencanakan intervensi yang tepat dan cepat
yang lebih penting,kematian dapat di cegah dengan memberikan resusitasi dan
perawatan gawat darurat yang optimal kepada korban.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sujudi achmad, dkk. 2016. Kegawatdaruratan dan Bencana Solusi dan Petunjuk
Teknis Penanggulangan Medik dan Kesehatan. Jakarta: rayyana
komunikasiindo.
DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan
Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Jakarta: departemen kesehatan
Jakarta.
Khambali. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta: penerbit
ANDI.
20