Anda di halaman 1dari 11

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Mata Kuliah Disaster Nursing

Dosen Pengampu:
Ns. Harizza Pertiwi, S.Kep., MN.

Disusun Oleh :

1. Ade Ima Novikasari NIM 012121016


2. Alfiyansih Pratama NIM 012121025
3. Annisa Tsalats Nabila NIM 012121003
4. Bayu Wijaya NIM 012121039

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Centre for Research on the Epidemiogy of Disaster (CRED) dalam
publikasi 2018 Review Of Disaster Events memaparkan pada tahun 2018
karena perubahan iklim berhubungan dengan kondisi kejadian geofisikal
tercatat dalam EM-DAT (International Disaster Database) terjadi 10.733
kematian dan lebih dari 60 juta manusia menjadi korban di seluruh dunia.
Hal yang terlapor menyebutkan Indonesia tercatat mendekati setengah
dari total kematian oleh karena bencana. Menurut laporan Annual Disaster
Statistical Review 2016, Indonesia masuk dalam sepuluh negara yang
sering mengalami bencana alam (Prasetyo, 2019).

Hal ini perlu mendapatkan perhatian bagi masyrakat Indonesia


karena dari data CRED tahun 2019 korban meninggal akibat bencana
diakibatkan oleh bencana gempa bumi-tsunami, gempa bumi. dan gunung
merapi. Merujuk pada jumlah korban yang besar diperlukan persiapan
yang matang dan tertata pada tatanan maryarakat di tingkat bawah
sampai tingkat atas di negara. Manajemen resiko bencana perlu dilakukan
dengan baik sehingga dapat mengurangi jumlah korban akibat bencara.
Hal ini didukung oleh UNISDR tahun 2019 yang menjelaskan tentang
pentingnya keberlanjutan program untuk peningkatan manajemen resiko
bencana dalam beradaptasi dengan perubahan iklim dan mengurangi
kerugian akibat bencana (Prasetyo, 2019).

Surveilance kesahatan dilaksanakan secara rutin dan


berkesinambungan dalam kondisi normal maupun kondisi bencana, baik
bencana alam maupun non alam. Salah satu bentuk bencana non alam di
bidang kesehatan adalah terjadinya wabah penyakit menular, antara lain
seperti pandemi COVID-19 sebagaimana masih dialami oleh dunia saat ini
temasuk Indonesia. Dalam kondisi bencana, surveilans kesehatan sangat
berperan penting dalam deteksi dini serta penanggulangan dan
pengendalian penyebaran penyakit (Mahawati, dkk, 2020).
BAB 2
TINJAUAN KASUS

Jika gempa bumi yang merusak 150 rumah dan menyebabkan 35 korban
jiwa (10 meninggal, 25 luka-luka) terjadi pada bulan ini di Jakarta Timur.
Kapan Anda harus melakukan surveilans bencana dan data apa yang
mungkin ingin Anda kumpulkan?
BAB 3
PEMBAHASAN

A. Waktu Yang Tepat Dalam Melakukan Surveillance Bencana


Surveilans adalah kegiatan “analisis” yang sistematis dan
berkesinambungan melalui kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
serta penyebar luasan informasi untuk pengambilan keputusan dan
tindakan segera.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa surveilans bencana adalah
pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek
penyakit tertentu pada suatu bencana yang terjadi maupun yang belum
terjadi, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat
untuk kepentingan pencegahan dan penganggulangannya.

 Surveilans bencana dilakukan saat :


1. Prabencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan,
pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis
risiko bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan
peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan
mitigasi bencana).

2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi,


kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadan darurat,
penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar,
pelayanan psikososial dan kesehatan.

3. Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi


(pemulihan daerah bencana, prasarana dan sarana umum, bantuan
perbaikan rumah, sosial, psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan
dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan, pembangkitan dan
peningkatan sarana

 Tujuan Surveilans Bencana


Adapun beberapa tujuan dari surveilans bencana itu sendiri, yaitu:
1. Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan, dan kematian saat
terjadi bencana
2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular
dan penyebarannya
3. Mencegah atau mengurangi resiko dan mengatasi dampak
kesehatan lingkungan akibat bencana (misalnya perbaikan sanitasi)
4. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemik
5. Memonitor, pengevaluasian dan memperbaiki program pencegahan
dan pengendalian penyakit
6. Memonitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi
dampak penyakit di masa mendatang

 Manfaat Surveilans Bencana


Surveilans bencana sangat penting untuk dilakukan guna
menanggulangi adanya masalah-masalah yang ditimbulkan di lokasi
bencana atau tempat pengungsian korban bencana. Secara garis
besar, manfaat dari surveilans bencana, diantaranya:
1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air, sanitasi,
kepadatan, kualitas tempat penampungan
2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian
sehingga dapat diupayakan pencegahan
3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anakanak,
lansia, wanita hamil, sehingga lebih memperhatikan kesehatannya
4. Pendataan pengungsi diwilayah, jumlah, kepadatan, golongan,
umur, menurut jenis kelamin
5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
B. Data-Data Yang Diperlukan Dalam Melakukan Surveillance Bencana
Agar lebih terstruktur dalam pengimplementasiannya, Data surveilans
bencana dapat diklasifikasikan menjadi tujuh bagian, yaitu:
1. Data Surveilans Penyakit-Penyakit terkait Bencana
Pada bagian ini, dijelaskan bahwa di lokasi pengungsian korban
bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada,
terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada
tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit
tersebut. Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait
bencana, diantaranya campak, DBD, diare berdarah, diare biasa,
hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit,
pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid. Mudahnya
penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya penyakit
sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana,
pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan
rusaknya fasilitas public. Pengungsi yang termasuk dalam kelompok
rentan atau berisiko adalah bayi,balita, orang tua atau lansia, keluarga
dengan kepala keluarga wanita, dan ibu hamil.

2. Data Surveilans Pengungsi


Pada bagian ini, data yang dikumpulkan yaitu data pengungsi meliputi
data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat pengungsian,
data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data
dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.

3. Data Surveilans Kematian


Pada bagian ini, data yang tercantum dalam data kematian meliputi
nama, tempat atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal,
diagnosis, gejala, identitas pelapor.

4. Data Surveilans rawat jalan


Pada bagian ini, data yang dikumpulkan ialah data jumlah orang yang
telah mendapatkan pengobatan atau penanganan dan sedang dalam
proses rawat jalan, lengkap dengan keluhan atau masalah kesehatan
yang dialami.

5. Data Surveilans air dan sanitasi


Pada bagian ini, data yang dikumpulkan yaitu terkait lingkungan
terutama air dan sanitasi, yang diharapkan mampu mengidentifikasi
adanya masalah kesehatan atau penyakit yang dapat ditimbulkan dari
faktor air dan sanitasi tersebut di lokasi terjadinya bencana.

6. Data Kerusakan Sarana dan Prasana


Pada bagian ini, data yang di kumpulkan berupa kerusakan rumah,
sarana, prasarana dan moda transportasi yang terdampak akibat
bencana tersebut.

7. Data Surveilans gizi dan pangan


Pada bagian ini, data yang dikumpulkan ialah terkait gizi dan pangan.
Pemenuhan gizi dan pangan bagi korban bencana sangat diperlukan,
maka dari itu persediaan gizi dan pangan haruslah seimbang dan dapat
memenuhi kebutuhan dari korban bencana di lokasi bencana.

8. Data Surveilans epidemiologi pengungsi


Surveilans epidemiologi yang dikembangkan pada pengungsi pada
periode emergensi merupakan Sistem Kewaspadaan Dini KLB penyakit
dan keracunan. Sistem yang akan dikembangkan harus selalu didahului
dengan kajian awal. Kajian awal harus dapat mengidentifikasi
prioritas-prioritas penyakit penyebab kesakitan dan kematian, faktor-
faktor yang berpengaruh, serta program intervensi yang mungkin dapat
dilakukan, terutama penyakit potensial KLB. Prioritas-prioritas penyakit
tersebut nantinya menjadi prioritas upaya perbaikan-perbaikan kondisi
rentan pada kelompok pengungsi, agar kejadian luar biasa penyakitdan
keracunan dapat ditekan frekuensi atau beratnya kejadian, atau bahkan
dapat dihindari sama sekali. Prioritas-priotas penyakit penyebab
kesakitan kematian pada pengungsi tersebut juga menjadi dasar
perumusan terhadap kemungkinan penyelenggaraan surveilans
kesehatan masyarakat dalam bentuk sistem kewaspdaan dini KLB dan
keracunan. Model surveilans yang akan dikembangkan juga perlu
menjadi salah satu sasaran kajian awal. Prioritas-prioritas penyakit
penyebab kesakitan dan kematian pada pengungsi tersebut, juga
menjadi dasar dari prioritas kesiap-siagaan menghadapi kemungkinan
terjadinya kejadian rawan atau KLB penyakit menular dan keracunan.
Kesiapsiagaan diarahkan pada kesiapsiagaan tenaga dan tim
penanggulangan gerak cepat, system konsultasi ahli, komunikasi,
informasi dan transportasi, serta kesiapsiagaan penanggulangan KLB,
baik dalam teknis penanggulangan, tim maupun logistic.

Adapun beberapa langkah surveilans data yang perlu didapatkan dari


surveilans bencana :
1. Pengumpulan kesakitan dan kematian.
Data kesakitan yang dikumpulkan meliputi jenis penyakit yang diamati
berdasarkan kelompok usia. Data kematian adalah setiap kematian
pengungsi, penyakit yang kemungkinan menjadi penyebab kematian
berdasarkan kelompok usia. Data denominator (jumlah korban
bencana) diperlukan untuk menghitung pengukuran epidemiologi,
misalnya angka insidensi, angka kematian, dan sebagainya.

2. Sumber data
Data dikumpulkan melalui laporan masyarakat, petugas pos
kesehatan, petugas Rumah Sakit, koordinator penanggulangan
bencana setempat. Sedangkan jenis-jenis format pengumpulan data
antara lain: Form BA-3: Register Harian Penyakit pada Korban
Bencana; Form BA-4: Rekapitulasi Harian Penyakit Korban Bencana;
Form BA-5: Laporan Mingguan Penyakit Korban Bencana;  Form BA-
6: Register Harian Kematian Korban Bencana; Form BA-7: Laporan
Mingguan Kematian Korban Bencana

3. Pengolahan dan penyajian data


Data surveilans yang terkumpul diolah untuk menyajikan informasi
epidemiologi sesuai kebutuhan. Penyajian data meliputi deskripsi
maupun grafik data kesakitan penyakit menurut umur dan data
kematian menurut penyebabnya akibat bencana.
4. Analisis dan interpretasi
Kajian epidemiologi merupakan kegiatan analisis dan interpretasi data
epidemiologi yang dilaksanakan oleh tim epidemiologi. Langkah-
langkah pelaksanaan analisis, antara lain meliputi : Menentukan
prioritas masalah yang akan dikaji; Merumuskan pemecahan masalah
dengan mem-perhatikan efektifitas dan efisiensi kegiatan; dan
Menetapkan rekomendasi sebagai tindakan korektif.

5. Penyebarluasan informasi: Penyebaran informasi hasil analisis


disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Surveilans bencana mempunyai peran yang sangat penting sebagai
intelijen penyakitan dan tujuan menyediakan data dan informasi
bencana untuk manajemen kesehatan, mendukung pengambilan
keputusan dan penyusunan perencanaan, pemantauan dan evaluasi,
serta system kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB). Dalam
keadaan bencana inisiatif rakyat untuk menolong diri dan keluarganya
terutama untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
dapat dibangun dengan upaya pendidikan kesehatan untuk sadar dan
siaga bencana dengan perilaku-perilaku yang menunjang kesehatan
dalam kedaaan tidak bencana / prabencana (Depkes RI, 2011). melalui
upaya-upaya surveilans epidemiologi, pencegahan dan
penanggulangan bencana yang dilakukan secara terpadu dengan
peran masyarakat secara aktif melalui penyadaran dan
peningkatankemampuan masyarakat menghadapi ancaman bencana.

Anda mungkin juga menyukai