Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI BENCANA

SUB POKOK MATERI : SURVEILANS BENCANA


NAMA : WECITRIA BIMAVIOLA
NPM : 19420097
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan surveilans ketika terjadi bencana?
2. Jelaskan tujuan dilakukannya kegiatan surveilans ketika terjadi bencana?
3. Jelaskan langkah-langkah surveilans penyakit di daerah bencana?
4. Jelaskan kegiatan surveilans yang dilakukan di pos kesehatan?
5. Pada pos kesehatan ditemukan kemungkinan adanya peningkatan kasus-kasus tersangka
penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne diseases).
Sebagai petugas kesehatan, apa yang dapat Anda lakukan untuk menindaklanjuti kasus di
atas?

JAWABAN:
1. Surveilans Bencana itu adalah untuk mengumpulkan data pada situasi bencana
,data yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal,luka sakit,jenis luka
,pengobatan yang dilakukan,kebutuhan yang belum dipenuhi,jumlah korban
anak-anak,dewasa,lansia. Surveilans sangat penting untuk monitoring dan
evaluasi dari sebuah proses,sehingga dapat digunakan untuk menyusun
kebijakan dan rencana program.

2. Tujuan Surveilans:

 Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan


kematian saat terjadi bencana.
 Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit
menular dan penyebarannya.
 Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak
kesehatan lingkungan akibat bencana(misalnya perbaikan
sanitasi.)
Upaya Penaggunglangan Bencana meliputi;
a. Pra Bencana:Kelembagaan/koordinasi yang solid.SDM
atau petugas kesehatan yang terampil secara medik dan
sosial dapat bekerjasama dengan siapapun,Ketersediaan
logistik seperti bahan,alatan dan obat. Ketersediaan
informasi tentang bencana seperti daerah rawan dan
beresiko terkena dampak,serta adanya ketersediaan jaringan
kerja lintas program dan sektor.
b. Ketika Bencana:Rapid Health assesment dilakukan dari
hari terjadi bencana sehingga 3 hari setelah bencana.
c. Pascabencana;berdasarkan dari rapid health assesment
untuk menentukan langkah seterusnya seperti pengendalian
penyakit
menular(ISPA,Diare,DBD,Chikungunya,Tifoid),Pelayanan
kesehatan dasar,Surveilans Masyarakat dan memperbaiki
kesehatan lingkungan seperti air bersih,sanitasi makanan
dan pengelolaan sampah.

3. LANGKAH LANGKAH:

 Pengumpulan kesakitan dan kematian. Data kesakitan yang dikumpulkan meliputi


jenis penyakit yang diamati berdasarkan kelompok usia. Data kematian adalah
setiap kematian pengungsi, penyakit yang kemungkinan menjadi penyebab
kematian berdasarkan kelompok usia. Data denominator (jumlah korban bencana)
diperlukan untuk menghitung pengukuran epidemiologi, misalnya angka
insidensi, angka kematian, dan sebagainya.
 Sumber data: Data dikumpulkan melalui laporan masyarakat, petugas pos
kesehatan, petugas Rumah Sakit, koordinator penanggulangan bencana setempat.
Sedangkan jenis-jenis format pengumpulan data antara lain: Form BA-3: Register
Harian Penyakit pada Korban Bencana; Form BA-4: Rekapitulasi Harian Penyakit
Korban Bencana; Form BA-5: Laporan Mingguan Penyakit Korban Bencana; 
Form BA-6: Register Harian Kematian Korban Bencana; Form BA-7: Laporan
Mingguan Kematian Korban Bencana
 Pengolahan dan penyajian data: Data surveilans yang terkumpul diolah untuk
menyajikan informasi epidemiologi sesuai kebutuhan. Penyajian data meliputi
deskripsi maupun grafik data kesakitan penyakit menurut umur dan data kematian
menurut penyebabnya akibat bencana.
 Analisis dan interpretasi: Kajian epidemiologi merupakan kegiatan analisis dan
interpretasi data epidemiologi yang dilaksanakan oleh tim epidemiologi.
Langkah-langkah pelaksanaan analisis, antara lain meliputi : Menentukan
prioritas masalah yang akan dikaji; Merumuskan pemecahan masalah dengan
mem-perhatikan efektifitas dan efisiensi kegiatan; dan Menetapkan rekomendasi
sebagai tindakan korektif.
 Penyebarluasan informasi: Penyebaran informasi hasil analisis disampaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Kegiatan surveilens pos kesehatan


 Pengumpulan data kesakitan penyakit yang diamati dan kematian melalui
pencatatan harian kunjungan rawat jalan (form BA-3 dan BA-6);
 Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat, pengolahan data kesakitan
menurut jenis penyakit dan golongan umur per minggu (form BA-4);
 Pembuatan dan pengiriman laporan (form BA‐5 dan BA‐7).
5. Tindakan pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan adalah;
 saat pengolahan/preservasi makanan dengan memilih bahan produk asal
hewan/ikan yang baik, meningkatkan praktik hygiene sanitasi saat pengolahan
makanan, memasak bahan makanan lebih dari 600C dan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Deworming, perilaku membuang feses di toilet, dan
sanitasi lingkungan juga perlu di tingkatkan.
 menerbitkan peraturan yang mengatur hygiene sanitasi pangan pada tempat
pengelolaan makanan (TPM) yang mencakup jasaboga, rumah makan/restoran,
depot air minum, dan pangan di rumah tangga.

 Setiap TPM wajib memiliki sertifikat laik higiene sanitasi jasaboga, rumah
makan/restoran, dan depot air minum yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat. Kantin atau pangan jajanan yang memenuhi syarat
akan diberikan stiker oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Beberapa MoU pembinaan kantin atau sentra pangan jajanan yang sudah
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, di antaranya Kemenkes dengan
Kemenkumham. Kemenkes melakukan pembinaan jasaboga di empat lokasi yaitu
Lapas Salemba, Rutan Salemba, Lapas Pondok Bambu, dan Lapas Cipinang.

Anda mungkin juga menyukai