OLEH:
INTAN AYU R.
163.0030
OLEH:
INTAN AYU R.
163.0030
Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya
ilmiah akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk, saya nyatakan
dengan benar. Bila ditemukan adanya plagiasi, maka saya akan bertanggung
jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes Hang Tuah
Surabaya.
Intan Ayu R
163.0030
i
HALAMAN PERSETUJUAN
NERS (Ns.)
Pembimbing
Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi Pendidikan Profesi Ners
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-
Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan program Pendidikan Profesi Ners.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya ilmiah ini bukan
hanya karena kemampuan penulis saja, tetapi banyak bantuan dari berbagai pihak,
yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Laksamana Pertama TNI Dr. I Dewa Gede Nalendra DI, Sp.B., Sp.BTKV
(K) selaku Kepala Rumiktal Dr. Ramelan Surabaya atas pemberian izin
dan lahan praktik untuk penyusunan karya ilmiah akhir.
2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep. selaku Ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami menyelesaikan
pendidikan Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
3. Bapak Ns. Nuh Huda, M.Kep., Sp.Kep.MB., selaku Kepala Program studi
pendidikan profesi ners yang selalu memberikan dorongan penuh dengan
wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
4. Ibu Qori’ Ila Saidah, M.Kep., Ns., Sp.An selaku pembimbing yang dengan
tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian
dalam memberiakn dorongan, bimbingan dan arhaan dalam penyusunan
Karya Ilmiah Akhir ini.
5. Ibu S. Reni, S.Kep., Ns selaku pembimbing ruangan yang dengan tulu
sikhlas telah memberiakn arahan dan bimbingan dalam penyusunan
penyelesaian karya ilmiah akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan
makna yang dalam penyempurnaan penulisa Karya Ilmiah Akhir ini, juga
kepada seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan
penulis selama menjalani studi dan penulisannya.
iii
7. Sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan Stikes Hang Tuah
surabaya yang telah memberikan dorongan semangat sehingga Karya
Ilmiah Akhir ini dapat terselsaikan, saya hanya dapat mengucapkan
semoga hubungan pserhabatna tetap terjalin.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebuatkan satu persatu, teirmaka
kasih atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT
membalas amal baiks emua pihak yang telah membantu dlaam proses
penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan krtik yang
konstruktif senantiasa penulis harpakan. Akhirnya penulis berharap, semoga
Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saa yang membaca
terutama bagi civitas Stikes Hang Tuah Surabaya
iv
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 4
1.3 Tujuan............................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................... 4
1.4 Metode Penulisan.............................................................................................. 5
1.5 Sistematikan Penulisan.......................................................................................6
v
3.2 Analisa Data.................................................................................................... 54
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................... 58
3.4 Implementasi....................................................................................................60
3.5 Evaluasi........................................................................................................... 70
BAB 4 Pembahasan............................................................................................... 75
4.1 Pengkajian....................................................................................................... 75
4.1.1 Data Dasar.....................................................................................................75
4.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang.......................................................................... 75
4.1.3 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................77
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 79
4.2.1 Resiko Kekurangan Volume Cairan............................................................. 79
4.2.2 Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan................................. 81
4.2.3 Hipertermia.................................................................................................. 82
4.2.4 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas........................................................ 84
4.2.5 Ketakutan..................................................................................................... 85
BAB 5 Penutup..................................................................................................... 86
5.1 Simpulan......................................................................................................... 86
5.2 Simpulan......................................................................................................... 87
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Diare adalah kondisi dimana anak mengalami buang air besar dengan
konsisntensi yang lembek dan bahkan dapat berupa air saja dengan frekueni lebih
sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari (Kemenkes, 2011). Penyebab diare
dengan tingkat kebersihan serta sanitasi yang rendah serta terbatasnya jalur untuk
mendapatkan air bersih. Pada kondisi yang lain, seperti malnutrisi, menjadi salah
satu alasan meningkatnya faktor resiko anak-anak mengidap diare pada negara
berkembang (Saeed dkk, 2015). Dehidrasi adalah hilangnya cairan tubuh yang
mana tersusund ari air dan garam. Ketika seorang anak muntah atau diare, mereka
dapat kehilangan air dan garam dalam jumlah yang banyak dari tubuh mereka dan
dehidrasi dapat terjadi dengan cepat (CPS, 2013). Dehidrasi pada anak dapat
dilihat dari beberapa tanda, yaitu haluaran urine yang kurang (jika anak memakai
popok, maka anak hanya berganti 4 popok basah karena urine), anak menangis
tanpa air mata, membran kulit, mulut dan lidah kering. Mata cowong (sunken
eyes), warna kulit tidak cemerlang dan ubun-ubun anak yang berusia kurang dari
Hasil survei dan wawancara dengan perawat di Ruang Anak Paviliun V pada
tanggal 19 Juni 2017, berdasar data dari mulai bulan Januari 2017 hingga Mei
2017 ada 89 pasien anak yang mengalami diare disertai dehidrasi sedang dari total
1
2
363 pasien anak. Berdasarkan data Kemenkes RI pada tahun 2014, angka
kejadian diare di Surabaya didapatkan hasil 8,689 kejadian diare yang ditangani.
Sementara di Jawa Timur angka kejadian diare menyentuh angka 214 kejadian per
1000 penduduk dengan jumlah 10 juta penduduk di Jawa Timur. Berdasarkan data
Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB (kejadian luar biasa) yang
sering disertai dnegan kematian. Pada tahun 2015, terjadi 18 kali KLB Diare yang
dan kematian 30 orang. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2008 menunjukkan sekitar 9 juta anak dibawah 5 tahun meninggal dan 50%
diantaranya meninggal karena pneumoni dan diare. Secara global, diare adalah
penyebab kematian anak dibawah lima tahun terbesar nomor dua, menyebabkan
satu diantara lima kejadian kematian pada anak. Sayangnya, ini membuktikkan
bahwa diare membunuh lebih banyak anak jumlah daripada AIDS, malaria dan
Ada beberapa masalah keperawatan yang banyak muncul pada pasien anak
dengan diare disertai dehidrasi sedang adalah kekurangan volume cairan. Ketika
anak diare, anak akan banyak kehilangan cairan melalui pembuangan feses yang
tidak normal. Saat anak diare, ini akan merubah frekuensi BAB, konsistensi feses,
serta urgensi dan kontinensia usus (Surawicz & Ocha, 2007). Saat anak terserang
diare, biasanya anak akan kehilangan banyak cairan dari diare ini. Meskipun
sedang, namun diare juga dapat membuat anak menuju pada dehidrasi yang berat
sebagai tanda bahwa anak telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit (Surawicz
& Ocha, 2007). Selain masalah cairan, anak juga beresiko untuk mengalami
3
dan kejadian muntah yang sering akan membuat nutrisi pada anak terganggu.
Muntah juga dapat mengakibatkan dehidrasi, yang dimana ketika muntah mineral
dan nutrisi yang lain ikut keluar (Medical, 2015). Asupan nutrisi oleh anak
terpantau mengalami penurunan yang dapat dilihat pada pemasukan makanan dan
karenanya pemasukan kalori juga ikut berkurang pada saat mereka sakit.
Infeksi juga hal yang harus diperhatikan jika diare disebabkan oleh proses
infeksi dan inflamasi di dalam usus. Ketika usus diserang dengan patogen-patogen
asing seperti virus atau bakteri tulang sumsum akan memproduksi banyak sel
darah putih untuk melawan infeksi. Infeksi ini dapat mengarah ke inflamasi yang
mana akan membuat jumlah sel darah putih meningkat. Ketika tubuh terinfeksi,
maka sistem imun akan mendeteksi virus atau bakteri sebagai benda asing dan
akan banyak proses yang akan memicu tubuh untuk membunuh benda asing
tersebut. Dari beberapa proses tersebut akan muncul hasil kimiawi yang disebut
pirogen yang akan masuk dalam aliran darah. Ketika pirogen ini berjalan menuju
otak, mereka akan berinteraksi dengan bagian otak yaitu hipotalamus yang mana
secepat mungkin melalui cairan parenteral secara tepat agar anak tidak sampai
mengalami kejang hingga menuju ke syok. Diare yang disebabkan oleh infeksi
pun harus juga ditangani secara tepat agar infeksi cepat mereda dan akan
menyebabkan diare akan berkurang hingga berhenti. Setelah itu, ini ditunjang
4
dengan intake makanan yang cukup dan adekuat agar anak mendapatkan
energinya kembali.
tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pasien dengan GEADS, untuk itu penulis
Ramelan Surabaya?”
1.3 Tujuan
1.4.1 Metode
Studi kasus yaitu meotde yang memusatkan perhatian pada satu obyek
tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan
selanjutnya.
1. Data Primer
2. Data sekunder
6
Adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat dengan
3. Studi Kepustakaan
1.5.2 Bagian ini meliputi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari subbab
berikut
studi kasus.
BAB 2 : Landasan teori yang berisi tentan gkonsep penyakit dari sudut
BAB 4 : Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
pada biasanya lebih dari 200 gram dalam 24 jam. Definisi lain mamakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air
besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Nurarif, 2013)
2.1.2 Etiologi
Menurut Nurarif (2013) ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan diare:
1. Diare akut
2. Diare Kronik
patogenesis terjadinya:
a. Diare ostmotik
b. Diare sekretorik
7
8
d. Diare inflamatorik
e. Malabsorbsi
f. Infeksi kronik
1. Diare akut
Diare ini akan hilang dalam waktu 72 jam dari muncul. Onset yang tak
terduga dari buang air besar encer, gas gas dalam perut, rasa tidak enak
dan nyeri perut. Nyeri akan terada pada kuadran kanan bawah disertai
2. Diare kronik
Pada diare jenis ini serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih
panjang. Ini akan diikuti penurunan berat badan dan nafsu makan. Serta
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare yang paling terlihat
adalah anak akan baung air besar dengan konssitensi fese cair atau encer lebih dari
3 kali dalam 24 jam. Anak akan gelisah dan rewel. Badan lemah dan lesu, muntah
INFEKSI MAKANAN
DIARE
Kekurangan volume
Resiko Syok
cairan
10
2.1.6 Komplikasi
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
hipovolemik sudah idak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut
ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi
bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimal tidak
tercapai.
EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni
12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
masih kontroversial.
feses. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada, dianggap sebagai
penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non-infeksi. Sampel harus diperiksa
dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung pada jenis
terjadi pada bayi yang minum ASI. Pada suatu studi, laktoferin feses dideteksi
2.1.8 Pencegahan
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum makan,
setelah memegang daging mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah
bermain dengan binatang piaraan.
2. Jagalah kebersihan kuku Anda terutama jika memiliki kuku yang panjang.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Jelaskan pada ibu bahwa:
1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali pemberian.
2) Jika anak memperoleh ASI ekskulisi , berikan oralit atau air matang
sebagia tamabhan.
3) Jika anak tidak memproleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan(kauh sayur, air tajin) atau air
matang.
4) Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika anak tidak dapat
BAB
mangkuk/cangkir/gelas
periode 3 jam
2.2.1 Definisi
Dehidrasi adalah hilangnya cairan tubuh yang mana tersusun oleh air dan
garam. Ketika seorang anak sakit muntah atau mengalami diare, mereka akan
kehilangan garam dan air dalam jumlah yang besar dari tubuh dan menjadi
dehidrasi dengan sangat cepat. Dehidrasi dapat sangat berbahaya apalagi bagi
14
anak-anak dan bayi. Anak-anak bahkan dapat meninggal jika mereka tidak diobati
dengan tepat.
4. Mata cowong
5. Kulit kusam
6. Ubun-Ubun cekung.
Seorang anak yang sehat dapat muntah atau BAB tanpa berada dalam bahaya
dehidrasi
kontinu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati’
(The progressive and continous change in the organism from birth to death).
(Yusuf, 2010)
15
pematangan fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat,
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau
waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa
1. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada
minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum
menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi
sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-
jaringan otot.
2. Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa
sekolah.
dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang
baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ
tubuh.
(antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini
sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada
motorik.
Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs
rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius)
orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa
bersalah. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase
dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua
Pada usia ini anak disebut dalam kelompok preschool atau belums ekolah.
Dalam tahun-tahun ini, anak akan berubah dari yang mulanya ceroboh menjadi
beberapa area seperti: pada perkembangan fisik, anak akan menjadi lebih kuat dan
dapat berpikir sesuai dengan alasan. Pada tahun-tahun ini anak belajar berhitung,
huruf dan warna. Anak juga akan dapat mengerti perintah yang menggunakan
posisi seperti diatas atau di dalam. Dalam tata berbahasa, anak akan dapat
2000 sekian kata, saat berbicara anak menggunakan 100% huruf konsonan dengan
Selain itu, perkembangan emosional dan sosial, pada anak usia ini anak
akan belajar bagaimana mengatur perasaan mereka. Anak akan lebih dramatis atau
dogmatik, anak juga dapat secara fisik lebih agresif. Anak juga dapat beragrumen,
itu anak dapat melompat menggunakan satu kaki kira-kira 4 sampai 9 kali, dan
juga seharusnya dapat menyeimbangkan tubuh dengan satu kaki selama 8 sampai
10 detik. Pada bagian motorik halus anak akan dapat mencontoh garis dan kotak,
18
bisa memotong pada garis lurus dan mulai menunjukkan tangan mana yang lebih
dominan.
1. Definisi
metode skrining yang baik (Sulistyawati, 2014). Tes ini mudah dan cepat
karena hanya membutuhkan waktu 15-20 menit, tetapi dapat diandalkan dan
Menurut Adriana (2013) dan Sulistyawati (2014) denver II terdiri atas 125
item tugas perkembangan yang sesuai dengan umur anak 0-6 tahun dan
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
19
c. Bahasa (language)
mengikuti perintah, dan berbicara spontan. Bicara adalah bahasa lisan yang
Sulistyawati, 2014).
Sulistyawati, 2014).
Skoring dari setiap komponen yang dilakukan pada sebelah kiri dari kotak
a. P = Pass/lulus
b. F = Fail/gagal
karena ada hambatan. Skor ini hanya digunakan untuk item yang ada kode
L/Laporan orang tua atau pengasuh anak. Misalnya pada anak reardasi
d. R = Refusal/menolak
a) Apabila anak lulus pada uji coba item yang teretak disebelah
b) Nilai lebih diberikan jika anak dapat lulus/lewat dari item tes
dari umurnya.
Kondisi ini wajar, karena item disebelah kanan garis umur pada
b) Lulus atau gagal atau menolak pada item dimana garis umur
berhasil melakukannya.
3) Penilaian Caution/peringatan
a) Gagal atau menolak pada item dalam garis umur yang berada di
antara 75-90%.
4) Penilaian Delayed/keterlambatan
umur.
a) Pada item test yang orang tua laporkan bahwa anak tidak ada
kesempatan.
1) Normal
2) Suspect
penolakan/refused.
(Sisilaningrum, 2013).
dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan
Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya
dan sikap perawat dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak
Untuk mengurangi dampak rawat inap dai rumah sakit, peran perawat sangat
Sebagian besar stres yang terjadi pada bayi usia pertengahan sampai periode pra
sekolah khususnya anak yang berumur 6 bulan sampai 30 bulan adalah cemas
karena perpisahan.
a) Menangis kuat
b) Menjerit
c) Menendang
d) Berduka
e) Marah
anak akan mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya. Anak juga akan
dengan orang yang baru dikenal. Anak juga mulai terlihat gembira.
Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan
Anak masih ragu tentang persepsi apakah body image tersebut, tetapi
memahami arti dari organ tubuhnya, misal: sedih atau cemas jika ada
berada di sekitar mulut dan daerah genital. Hal ini diperjelas apabila anak cemas
karena perpisahan, kehilangan kontrol, gangguan body image dan nyeri anak akan
b.5.1 Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagia sumber data
proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data
1. Pengumpulan data
a) Identitas
Buang air besar cair lebih dari tiga hari. BAB kurang dari 4 kali
kurang dari 14 hari itu adalah diare akut dan jika lebihd ari 14
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila pasien telah
Berat badan turun dan pada bayi ubun-ubun akan teraba cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
terjadi sebelum,s elamat atua setelah diare. Hal ini untuk melihat
e) Kebutuhan Dasar
Untuk nutrisi menurut WHO (2008), nafsu makan pada anak akan
sedang sampai berat ada tanda bayi minum lebih lahap, atau
cairan pada bayi berbeda menurut berat badan, bila berat badan < 3
kg, kebutuhan cairan antara 150 – 180 cc/kg BB/hari. Bila berat
jam tekronsentrasi pada malam hari sekitar 70% bayi tidur selama
Nelson, 2012).
29
(Muttaqin, 2011).
f) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum baik dan sadar (tanpa dehidrasi), gelisah dan
(Susilaningrum, 2013).
(Sodikin, 2011).
(7) Mata: Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata
(Susilaningrum, 2013).
(8) Pada anus dan area sekitarnya timbul lecet karena sering
2013).
g) Tingkat perkembangan
terdiri dari dua suku kata, dan dapat membuat dua bunyi vocal
h) Pemeriksaan Penunjang
dan fosfat.
ginjal.
32
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
frekuensi BAB
proses penyakit.
4. Intervensi Keperawatan.
ditentukan.
dan elektrolit
metabolisme.
oral.
optimal.
34
faktor pencetus.
komplikasi.
malu pasien.
usus.
35
medik segera.
Loperamid.
terjadi.
lamanya sakit.
atau teh.
36
tinggi.
terapeutik.
program diet.
frekuensi BAB
dan air.
kulit.
terkena udara.
perih.
proses penyakit.
kesehatan lainnya.
5. Implementasi keperawatan
6. Evaluasi keperawatan
inin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah rencana sudah tercapai
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
(GEADS)
WIB
pengkajian WIB
1. IDENTITAS ANAK
Nama : An. Az
Agama : Islam
Golongan darah : -
Anak ke : 1 (satu)
Alamat : Surabaya
38
39
39
40
bangsa bangsa
3. KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 19 Juni 2017 pukul 01:55 WIB, anak dibawa ke IGD RSAL dengan
keluhan BAB dengan konsistensi cair sebanyak 6 kali dalam waktu satu hari
disertai dengan demam tinggi selama 2 hari. Menurut laporan IGD, anak datang
dengan kesadaran kompos mentis dan keadaan umum lemas atau tidak aktif. Anak
mengeluh perut sakit, mata cowong, mukosa bibir kering. turgor kulit perut
kembali > 3 detik. Tanda-tanda vital anak: suhu 37,7oC, nadi 90 x/menit, RR: 20
x/menit saat bangun, tinggi badang 21 cm dan berat badan 14 kg saat di rumah
1200 cc per 24 jam. An Az juga diberi terapi injeksi cinam 3 x 500 mg, injeksi
ranitidine 2 x 14 mg, injeksi antrain 150 mg, lacbon 2 x 1 per oral dan zinc 1 x 1
per oral.
41
Pada tanggal 19 Juni 2017 pukul 07.00 WIB, saat dilakukan pengkajian
ditemukan data anak BAB dengan konsistensi cair sebanyak 2 kali dan muntah
sebanyak 2 kali. Kesadaran anak kompos mentis dan keadaan umum lemas atau
tidak aktif. Mata cowong, mukosa bibir biasa dikarenakan basah setelah terkena
muntah serta turgor kulit perut > 3 detik, anak menangis saat di dekati perawat
namun tidak ada air mata yang keluar. Ibu mengatakan anak tidak mau makan dan
hanya mau minum susu sebanyak 500 ml saja. BAB dengan konsistensi cair
disertai dengan ampas tanpa darah, muntah cairan bewarna cokelat terang. Anak
tidak nafsu makan dan minum air putih, hanya ingin susu. Anak mendapatkan
terapi infus Ka-En 3B 100 per 24 jam, cinam 3 x 500 mg, ranitidine 2 x 14 mg,
injeksi antrain 150 mg, lacbon 2 x 1 per oral dan zinc 1 x 1 per oral.
a. Prenatal Care
Ibu pasien mengatakan saat hamil anal Az, ibu selalu rutin memeriksakan
vitamin dan obat penambah darah (Fe) dan usia kehamilan cukup bulan (9 bulan).
b. Natal Care
masing-masing 30 cm dan 1500 gr. Ketuban pecah saat proses kelahiran dan
berwarna jernih, tidak ada penyulit yang dirasakan ibu saat melahirkan
Ibu mengatakan anak diberikan ASI sampai usia 1 tahun karena ASI sulit keluar.
Ibu pasien mengatakan bahwa sang anak tidak mengalami penyakit tambahan saat
lahir.
c. Penggunaan Obat-Obatan
demam, ibu akan memberikan paracetamol atau saat batuk ibu akan memberikan
e. Alergi
Ibu mengatakan An Az tidak memiliki riwayat alergi makanan atau obat. Tidak
ada reaksi alergi seperti sering muntah atau diare setelah mengkonsumsi makanan
atau obat tertentu, atau ruam merah yang muncul di kulit , atau pilek dan batuk
berulang.
f. Kecelakaan
g. Imunisasi
43
7. PENGKAJIAN KELUARGA
: Pasien
b. Psikososial Keluarga
An. Az tinggal di rumah bersama dengan kedua orang tua dan saudara perempuan
berumur 9 bulan. Lingkungan rumah berada di tengah kota yang ramai. Hubungan
antar anggota keluarga sangat baik. An. Az sayang dengan adiknya meskipun
44
terkadang iri akan perhatian ibu yang lebih tercurah kepada sang adik. An. Az
diasuh oleh kedua orang tuanya sendiri dan paling dekat dengan Ayahnya.
8. RIWAYAT SOSIAL
Ibu pasien mengatakan bahwa anak diasuh oleh dirinya dan suami.
Ibu pasien mengatakan bahwa hubungan anak dengan anggota keluarga baik,
namun terkadang An. Az iri akan perhatian orang tua pada adik bayinya.
Secara umum, sebelum sakit An. Az adalah anak yang aktif dalam bertingkah dan
kegiatan sehari-hari.
9. KEBUTUHAN DASAR
Ibu mengatakan bahwa kadang anak asal makan sembarangan tapi bukan snack
semacam itu. Ibu mengatakan jika tidak mau makanan rumah biasanya orang tua
sering membelikan makanan seperti nasi goreng dan mie goreng yang belum tentu
Ibu pasien mengatakan setelah masuk Rumah Sakit, ibu menyerahkan kesehatan
b. Pola Nutrisi.
Ibu pasien mengatakan bahwa pola makan An. Az sangat lahap tanpa ada
gangguan. Frekuensi makan 3 kali sehari dengan porsi habis 1 piring. An. Az
lebih sering minum susu daripada air putih, sehari ibu membuatkan susu SGM
+ 750 ml dengan takaran menggunakan sendok takar 5 sendok per 200 ml air.
Ibu pasien mengatakan bahwa pola makan An. Az sangat susah, anak tidak
tertarik dengan makanan dan rewel. Anak mengalami muntah sebanyak 2 kali
dengan konsistensi cair bewarna cokelat terang. Frekuensi makan hanya beberapa
sendok dan lebih sering minum susu. Ibu tidak mengganti jenis susu, hanya Ibu
mengurangi takaran susu untuk anak yaitu 3 sendok per 200 ml air hangat. An. Az
hanya menghabiskan sekitar 400 ml dari mulai masuk IGD hingga pengkajian
dilakukan.
c. Pola Tidur.
Anak tidur pada siang hari + selama 3 jam, lalu pada malam hari anak akan tidur
Anak tidur pada siang hari + 2 – 3 jam. Tidur pada malam hari belum terkaji.
d. Pola Aktivitas/Bermain.
Anak sering bermain dengan sebaya dan sangat aktif dengan kedua orang tua.
Anak juga sering belajar bersama ibu untuk mempersiapkan diri masuk PAUD,
Anak lebih suka diam dan tidak aktif, meskipun satu kamar dengan teman yang
berumuran sebaya, anak tidak tertarik untuk bermain. Anak lebih sering
menangis.
e. Pola Eliminasi.
Anak BAB sebanyak 6 kali dalam sehari dengan konsistensi cair, disertai ampas
tanpa ada darah. Anak hanya kencing setiap kali buang air besar, hanya sedikit
Anak BAB sebanyak 2 kali dengan konsistensi cair disertai ampas tanpa ada
darah. Anak belum kencing sejak terakhir BAB yaitu pukul 22.00 WIB hingga
pengkajian dilakukan.
Anak sangat interaktif dan mau berinteraksi dengan orang lain meskipun malu-
malu. Anak akan merengek untuk bermain jika sudah merasa bosan di rumah. Jika
sedang iri dengan adiknya, anak akan mengutarakannya dan juga menjadi manja
dengan Ayahnya.
b. Masuk Rumah Sakit.
Anak cenderung tidak aktif dan tidak mau berinteraksi dengan siapa pun kecuali
dengan orang tua. Anak akan menangis jika di dekati oleh tim kesehatan. Anak
tidak tertarik untuk bermain dengan teman-teman yang berumur sebaya yang
berada satu kamar dengannya. Anak rewel dan menangis kuat dan melemparkan
tantrum jika tim kesehatan terlalu lama berada di dekatnya. Anak cenderung tidak
mau berkontak mata dan jika sedang menghisap botol akan lebih berfokus dengan
botolnya.
a. Cara Masuk
ibunya.
b. Keadaan Umum
An. Az datang dengan kesadaran GCS 456, dan keadaan umum lemas.
RR : 19 x/menit
TB/BB : 21 cm/14 kg
a. Hidung.
48
Letak septum berada di tnegah, tidak ada kemerahan pada hidung, tidak ada
pembengkakakn, tidak ada nyeri tekan atau polip. An. Az tidak menggunakan
oksigen tambahan.
b. Trachea.
c. Dada.
Bentuk dada normochest, letak dada kanan kiri simetris, tidak ada luka atau bekas
luka, tidak ada jejas, tidak ada cidera, tidak ada krepitasi pada dada kanan atau
kiri.
d. Gerakan.
Suara nafas vesikuler dengan ada suara nafas tambahan ronkhi halus pada dada
kanan atas.
g. Batuk.
h. Sekret.
i. Sianosis
a. Nyeri dada.
b. Pusing
Ada terkadang mengalami pusing, namun lalu dibuat untuk tiduran pusing hilang.
c. Kram kaki.
d. Sakit kepala.
e. Clubbing Finger.
Tidak ada clubbing finger.
f. Palpitasi.
Tidak ada palpitasi
g. Suara jantung
S1/S2 tunggal.
h. Edema.
i. Capilary Refill.
Kepala dan sisi wajah kanan kiri seimtris, tidak ada cedera, tidak ada jejas.
b. Mata.
c. Mulut.
d. Leher
e. Pendengaran.
f. Penciuman.
Anak dapat mencium bau sedap (wangi dari parfum), tidak ada gangguan pada
sistem penciuman
g. Penglihatan.
Anak tidak mengalami gangguan penglihatan seperti rabun jauh atau dekat.
a. Produksi urin.
Anak hanya kencing saat BAB. Namun anak belum kecing sejak pukul 22.00
WIB hingga waktu pengkajian.
b. Warna urin dan jumlah.
a. Mulut.
b. Tenggorokan.
c. Abdomen.
51
Bentuk perut flat, umbilikus di tengah, tidak ada luka atau bekas luka. Anak
d. Rektum.
e. BAB.
Anak hari ini BAB 2 kali dengan konsistensi feses cair, dengan ampas tanpa
darah.
Bawah : Tidak ada luka atua bekas luka di ekstremitas bawah, pergerakan sendi
bebas.
c. Tulang belakang.
d. Warna kulit.
e. Akral.
f. Turgor kulit.
g. Kekuatan Otot
52
Kekuatan otot anak bernilai 4444 dengan penjelasan bahwa anak mampu
g. Sistem Endokrin.
5) Bicara 14 bulan.
6) Berjalan usia 16 bulan.
a. Adaptasi Sosial.
b. Bahasa.
c. Motorik Halus.
d. Motorik Kasar
e. Kesimpulan
perkembangan.
a. Laboratorium
b. Rontgen
c. Terapi
Tabel 3.2 Terapi Obat An. Az
N Terapi Dosis Efek
Indikasi Kontraindikasi
o obat (mg) samping
1. Cinam 3 x Untuk mengobati Hindari pada Muncul
500 infeksi yang pasien dengan kemerah
disebabkan oleh riwayat alergi an dan
bakteri. cinam dan rasa sakit
antibioka di tempat
penisillinum injeksi.
Ruam
kulit.
Nyeri
dada,
kejang.
2. Ranitidine 2 x 14 Untuk menurunkan Riwayat Sakit
produksi asam alergi kepala
54
(Intan Ayu.R)
cowong
Mukosa bibir lembab
dikarenakan pasca-
muntah
Tanda-tanda vital:
Suhu : 37,5oC, kulit
teraba hangat.
Nadi : 110 x/menit, teraba
cepat namun lemah.
Balance cairan anak
Input cairan – Outpu
cairan
Input Cairan:
Minum : 750 cc
Infus KaEn 3B:
1000 cc
Air metabolisme :
(8 x Berat Badan)
= 8 x 14 kg = 112
cc
Total: 1862 c
Output cairan:
Muntah : 100 cc
BAB Cair: 800 cc
IWL:
(30 – usia) x BB=
30 – 4 x 14 = 364
Total: 1264 cc
Input – Output:
1862 – 1264 = + 598
Hasil Laboratorium
Hematokrit: 32,6%,
dibawah batas normal
2. Data Subyektif: Ketidakseimbang
Ibu mengatakan anak Penyerapan makanan di an nutrisi kurang
malas makan dan tidak usus menurun dari kebutuhan
tertarik dengan tubuh.
makanan rumah sakit Diare
Hanya makan
beberapa sendok Distensi abdomen
Anak mengeluh sakit
perut. Terjadi mual dan muntah
59
1. Badan tidak teraba hangat 3. Edukasi keluarga untuk memberikan asupan
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi minum yang cukup serta memakaikan baju
seperti: demam, takikardi, dengan bahan yang tidak tebal.
takipnea, ekstrimitas lembab. 4. Kolaboratif: Berikan obat antipiretik.
3. Tanda-tanda vital dalam batas
normal; utamanya suhu.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Pada
nafas berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam, pasien akan auskultasi kaji apakah ada suara nafas
akumulasi sekret menunjukkan kepatenan jalan nafas tambahan
dengan kriteria hasil: 2. Lakukan clapping secara perlahan di dada
1. Pasien tidak terdengar batuk dan punggung anak.
2. Pasien dapat mengeluarkan 3. Ajarkan pasien untuk batuk efektif. Pasien
sekret secara efektif diminta untuk duduk, pasien lalu diminta
3. Pada auskultasi pasien memiliki untuk menarik nafas dalam beberapa kali,
suara nafas yang jernih dan yang terakhir melakukan batuk
4. Tanda-tanda vital dalam batas bersamaan dnegan megneluarkan nafas.
normal; khususnya pada 4. Kolaboratif: Berikan obat anti batuk jika
respiratory rate. perlu.
5. Ketakutan berhubungan dengan Setelah asuhan keperawatan 3 x 24 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Terpisah dari sistem pendukung jam, pasien akan meneruskan pasien dan kaji respons takut pasien.
dalam situasi yang berpotensi aktivitas yang dibutuhkan meskipun 2. Kenalkan pasien kepada orang lain yang
menimbulkan stres. mengalami kecemasan dengan mencapai keberhasilan dalam mengatasi
kriteria hasil: pengalaman yang sama.
1. Pasien dapat mengendalikan 3. Sering berikan penguatan verbal dan non-
respons ketakutan verbal yang dapat membantu menurunkan
2. Pasien dapat memeprtahankan ketakutan pasien.
hubungan sosial dengan teman 4. Ajarkan keluarga menggunakan imajinasi
sebaya maupun tim kesehatan terbimbing, seperti membayangkan sesuatu
yang berada di sekitarnya. anak yang sukai untuk mengurangi
ketakutan.
60
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan pada An. Az pada tanggal 19 Juni 2017 sampai tanggal 21 Juni
TT TT
No Tgl Tgl
Tindakan Pera Catatan perkembangan Pera
Dx Jam Jam
wat wat
19-6- 19-6- Diagnosa 1
2017 2017 S: Ibu mengatakan BAB dan BAK hanya sekali. Ibu
1,2 07.00 Melakukan pengkajian dan 14.00 juga mengatakan anak tidak muntah. Anak hanya mau
,3, memperkenalkan diri pada pasien dan minum susu dan sedikit minum air putih.
4,5 keluarga. An. Az terlihat menghidar O : - Anak BAB 1 kali dengan konsitensi cair dengan
dan tidak mau berkontak mata. ampas tanpa darah. BAK 1 kali dengan konsistensi
Mengganti cairan infus yang habis, kuning jumlah sedikit.
Ka-En 3B 500 ml - Turgor kulit kembali lebih dari 3 detik
- Anak menangis tanpa air mata.
1,2 08.00 Edukasi ibu untuk rutin memberikan - Tidak ada keluhan pusing.
,3, susu. - Mata masih terlihat cowong, mukosa bibir
5 Injeksi Cinam 500 mg via IV. kering.
Injeksi ranitidine 14 mg via IV. - Tanda-tanda vital:
Saat akan diinjeksi anak menangis Suhu: 36,4oC
keras, maka ia diberi contoh teman Nadi : 112 x/menit, teraba lemah
satu kamarnya yang tidak menangis - Balance cairan anak
saat disuntik. Anak diberi motivasi Input: Minum 260 cc, infus Ka-En 3B 500 cc, air
agar tidak takut. metabolisme : (8 x 14) = 112cc. Jumlah 872 cc
Output: BAB cair : 400 cc, BAK : 10 cc, IWL : 364.
3,4 08.45 Jumlah 774 cc.
Mengatur suhu ruangan agar tidak
Balance cairan: input-outpu: 872 – 774 = + 98 cc
terlalu dingin karena anak berada tepat
A: Masalah teratasi sebagian. Tanda-tanda vital dalam
di bawah AC. Memberi edukasi pada
batas normal berhasil dicapai namun asupan cairan
orang tua untuk tidak memberi pakaian
belum adekuat, turgor kulit masih jelek dan pasien
tebal pada anak.
61
Melakukan clapping dada secara masih menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
perlahan pada anak. Orang tua juga P : Intervensi 1, 2, 3, 4 dilanjutkan.
diajari untuk clapping secara perlahan
agar membantu pengeluaran sekret.
Diagnosa 2
1,2 10.00 Mendatangi An. Az untuk S : Anak hanya mau makan beberapa sendok. Anak
,5 mendekatkan diri pada anak agar anak masih malas makan dan tidak tertarik dengan
bisa percaya pada perawat. Anak makanan rumah sakit. Perut sudh tidak sakit.
masih tidak mau berinteraksi dan O : - Keadaan umum masih lemah atau tidak aktif.
menghindari kontak mata serta - Anak hanya BAB cair 1 kali namun tidak
menangis. disertai muntah.
Memantau frekuensi kehilangan - Anak hanya mau beberapa sendok dan terlihat
cairan: ibu mengatakan anak BAB tidak minat.
sekali dengan konsistensi cair dengan - Saat ditekan, abdomen sakit.
ampas tanpa darah. Kencing keluar - Tanda-tanda vital:
sedikit + 10 cc dengan konsistensi cair, Nadi : 112 x/menit, teraba lemah.
warna kuning. Ibu juga mengatakan Bising usus: 19 x/menit.
anak sudah tidak muntah lagi. - Hasil laboratorium (19 Juni 2017):
Anak teraba tidak hangat, mukosa Hemoglobin: 10,2 gr/dl, dibawah batas normal
bibir kering, turgor kulit kembali lebih Hematokrit: 32,6%, dibawah batas normal
dari tiga detik. A : Masalah teratasi sebagian. Asupan gizi belum
adekuat namun anak sudah mulai mau makan
2, 12.00 Mendukung anak untuk makan daripada sebelumnya. Tingkat energi dan kekuatan
makanan rumah sakit. Anak hanya otot belum adekuat.
mau makan beberapa sendok nasi tim. P : Intervensi 1, 2, dan 3 dilanjutkan.
Anak menghabiskan minum susu 250
ml, dan sedikit air putih + 10 cc Diagnosa 3
Anak disuapi dengan posisi duduk, S: Ibu mengatakan anak tidak teraba panas.
tidak ada keluhan pusing. O : - Anak terlihat rewel dan masih malas minum.
- Ekstrimitas teraba basah.
Memberikan terapi obat oral zinc.
62
- Tanda-tanda vital:
13.00 Memeriksa tanda-tanda vital: Suhu: 36,4oC
Suhu: 36,4oC Nadi : 110 x/menit, teraba lemah
Nadi : 112 x/menit, teraba lemah RR : 19 x/menit
RR: 20 x/menit - Hasil laboratorium: Leukosit: 17.000/ul, jauh di
Anak terdengar batuk, saat auskultasi atas batas normal. Hemoglobin: 10,2 gr/dl,
terdengar suara nafas tambahan dibawah batas normal
ronkhi. Sekret masih belum dapat A: Masalah teratasi sebagian. Suhu anak sudah dalam
keluar. batas normal, namun tanda bahwa anak masih infeksi
masih muncul. Anak masih rewel dan malas minum,
ekstrimitas anak masih teraba basah.
P : Intervensi 1, 2, 3, dan 4 dilanjutkan.
Diagnosa 4
S: Ibu mengatakan anak masih batuk dan masih
sedikit sudah menelan karena sakit di tenggorokan.
O: - Anak terdengar batuk
- Terdengar suara nafas tambahan ronkhi.
- Sekret belum dapat keluar.
- Tanda vital:
RR : 20 x/menit
A: Masalah belum teratasi.
P : Intervensi 1, 2, 3, 4 dilanjutkan.
Diagnosa 5
S: Ibu mengatakan anak masih belum mau
berinteraksi dan sering menangis.
O: - Anak tidak aktif dan menangis saat didekati oleh
tim kesehatan
- Anak masih sering rewel tapi tidak menangis
63
kuat.
- Anak masih menghindari kontak mata dan
menghindar.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1, 2, 3, dan 4 dilanjutkan.
20-6- 20-6- Diagnosa 1
2017 2017 S: Ibu mengatakan BAB cair sekali dan BAK hanya
1,2 07.00 Melakukan observasi pada An. Az. 14.00 kurang lebih 4 kali. Ibu juga mengatakan anak tidak
,3, Kesadaran kompos mentis, keadaan muntah. Anak hanya mau minum susu 550 ml. Anak
4,5 umum sudah aktif. mau makan setengah piring.
Ibu mengatakan kemarin BAB cair 4 O : - Anak BAB 1 kali dengan konsitensi cair dengan
kali dengan sedikit ampas dan tidak ampas tanpa darah. BAK 1 kali dengan konsistensi
ada darah. Anak sudah BAK sekitar 5 kuning jumlah sedikit.
kali dengan konsistensi cair, warna - Turgor kulit kembali kurang dari 3 detik
kuning, jumlah + 500 ml. - Anak menangis.
Tidak ada muntah. Saat sore anak - Tidak ada keluhan pusing.
makan setengah piring, malamnya - Cowong sudah mulai menghilang, mukosa bibir
dibawakan makanan dari rumah habis kering.
setengah piring juga. Anak - Tanda-tanda vital:
menghabiskan 750 ml susu. Anak Suhu: 36,7oC
hanya sedikit minum air putih Nadi : 112 x/menit, teraba lemah
sejumlah + 30 ml RR: 20 x/menit.
Ibu mengatakan batuk masih ada - Balance cairan anak
namun intensitasnya tidak sesering Input: Minum 360 cc, infus Ka-En 3B 500 cc, air
kemarin, sekret juga masih belum metabolisme : (8 x 14) = 112cc. Jumlah 972 cc
keluar. Output: BAK : 20 cc, IWL : 364. Jumlah 384 cc.
Anak hanya menangis jika di dekati Balance cairan: input-output: 972 – 3844 = + 588 cc
perawat atau dokter, ibu mengatakan A: Masalah teratasi sebagian. Tanda-tanda vital dalam
anak sudah mulai mau berinteraksi batas normal berhasil dicapai, asupan cairan menuju
dengan teman satu kamarnya. Anak adekuat. Turgor kulit masih baik namun mukosa bibir
64
dapat menjawab nama teman satu masih kering dan ekstrimitas basah.
kamarnya. P : Intervensi 1, 2, 3, 4 dilanjutkan.
65
dari tiga detik. Akral teraba basah. - Ekstrimitas teraba basah.
Tanda-tanda vital: - Tanda-tanda vital:
Suhu: 37,7oC Suhu: 36,7oC. Suhu sempat naik namun turun dalam
Nadi : 112 x/menit beberapa jam.
RR: 22 x/menit Nadi : 112 x/menit, teraba lemah
Edukasi ibu untuk memberikan minum RR: 20 x/menit
yang cukup. A: Masalah teratasi sebagian karena suhu anak
fluktuatif, ekstrimitas teraba basah. Namun anak
Mengganti cairan infus anak, Ka-En sudah tidak teraba panas, dan tanda-tanda vital dalam
1,2 10.30 3B 500 ml batas normal.
P : Intervensi 1, 2, 3, dan 4 dilanjutkan.
Mendukung anak untuk makan
2,5 12.00 makanan rumah sakit. Anak hanya Diagnosa 4
mau makan nasi dengan disuapi ibu. S: Ibu mengatakan anak masih batuk namun
Anak menghabiskan minum susu 350 intensitasnya tidak seseirang kemarin.
ml, dan sedikit air putih + 10 cc O: - Anak terdengar batuk namun intensitas berkurang
Anak disuapi dengan posisi duduk, - Terdengar suara nafas tambahan ronkhi halus.
tidak ada keluhan pusing. - Sekret belum dapat keluar.
Anak menceritakan makanan apa yang - Tanda vital:
dia sukai dan tidak ia sukai pada RR : 20 x/menit
perawat. A: Masalah belum teratasi.
Memberikan terapi obat oral zinc. P : Intervensi 1, 2, 3, 4 dilanjutkan.
Diagnosa 5
Memeriksa tanda-tanda vital:
1,2 12.00 S: Ibu mengatakan anak sudah mau berinteraksi dan
Suhu: 36,7oC
,3, berkenalan dengan teman satu kamarnya.
Nadi : 112 x/menit, teraba lemah
4,5 Anak mau bercerita tentang makanan kesukaan dan
RR: 20 x/menit. Anak terdengar batuk, saat
apa yang tidak dia senangi.
auskultasi terdengar suara nafas tambahan
O: - Anak mulai aktif namun menangis saat didekati
ronkhi. Sekret masih belum dapat keluar.
oleh tim kesehatan.
66
- Anak sudah tidak menghindari kontak mata
namun terkadang masih menghindar
- Anak dapat menyebutkan nama teman satu
kamar tanpa dibantu orang tua, menandakan
anak sudah mulai bergaul dengan teman
sebaynya.
A: Masalah teratasi sebagian. Anak dapat
mempertahankan hubungan sosial namun anak belum
dapat mengendalikan respon ketakutan.
P: Intervensi 1 dan 2 dihentikan karena anak sudah
mulai percaya dengan perawat. Intervensi 2, 3, dan 4
dilanjutkan.
21-6- 21-6- Diagnosa 1
2017 2017 S: Ibu mengatakan BAB konsistensi lembek dan BAK
1,2 07.00 Melakukan observasi pada An. Az. 14.00 3 kali. Ibu juga mengatakan anak tidak muntah. Anak
,3, Kesadaran kompos mentis, keadaan hanya mau minum susu 550 ml. Anak mau makan
4,5 umum baik dan aktif. setengah piring.
Ibu mengatakan kemarin BAB 1 kali O : - BAB anak sudah tidak encer melainkan
dengan konsistensi lembek tanpa berkonsisntensi lembek. BAK sudah lebih dari 3 kali.
ampas dan darah. Anak sudah BAK - Turgor kulit kembali kurang dari 3 detik
sekitar 5 kali dengan konsistensi cair, - Tidak ada keluhan pusing.
warna kuning, jumlah + 300 ml. - Cowong sudah menghilang, mukosa bibir
Tidak ada muntah. Saat sore anak kering.
makan setengah piring, malamnya - Tanda-tanda vital:
dibawakan makanan dari rumah habis Suhu: 36,5oC
setengah piring juga. Anak Nadi : 108 x/menit, teraba kuat
menghabiskan 850 ml susu. Anak RR: 20 x/menit..
hanya minum air putih sejumlah + 50 - Balance cairan anak
ml Input: Minum 550 cc, infus Ka-En 3B 250 cc, air
Ibu mengatakan batuk masih ada metabolisme : (8 x 14) = 112cc. Jumlah 800 cc
67
namun intensitasnya tidak sesering Output: BAK : 250 cc, IWL : 364. Jumlah 614 cc.
kemarin, sekret mulai keluar namun Balance cairan: input-output: 972 – 3844 = + 186 cc
sedikit kemarin. A: Masalah teratasi.
Anak hanya menangis jika di dekati P : Intervensi dihentikan
perawat atau dokter, ibu mengatakan
anak sudah mulai mau berinteraksi
dengan teman satu kamarnya. Anak Diagnosa 2
dapat menjawab nama teman satu S : Anak mau makan setengah piring. Anak mulai
kamarnya. semangat makan. Anak mulai tertarik dengan
makanan rumah sakit. Perut sudah tidak sakit.
2,3 08.00 Injeksi Cinam 500 mg via IV. O : - Keadaan umum mulai aktif.
,5 Injeksi ranitidine 14 mg via IV. - BAB konsisntensi lembek.
Saat akan diinjeksi anak menangis keras, - Anak hanya mau menghabiskan setengah piring
maka ia diberi contoh teman satu makanan.
kamarnya yang tidak menangis saat - Tanda-tanda vital:
disuntik. Anak diberi motivasi agar tidak Nadi : 102 x/menit, teraba kuat.
takut. Bising usus: 16 x/menit.
A : Masalah teratasi.
4 10.00 Melakukan clapping dada secara P : Intervensi dihentikan.
perlahan pada anak.
Anak terdengar batuk namun Diagnosa 3
intensitasnya berkurang. Irama nafas S: Ibu mengatakan anak tidak teraba panas.
reguler. Tidak ada otot bantu nafas. O : - Anak terlihat tidak rewel. Sudah rajin minum.
Pada auskultasi tidak terdengar ronkhi. Hanya sering minum susu, air putih hanya sedikit.
Tanda-tanda vital: - Ekstrimitas hangat
1,2 RR: 22 x/menit - Tanda-tanda vital:
,3 Suhu: 36,5oC
11.00 Memantau frekuensi kehilangan Nadi : 108 x/menit, teraba kuat
cairan: ibu mengatakan pagi ini anak RR: 20 x/menit.
belum BAB. Kencing keluar + 100 cc A: Masalah teratasi.
68
dengan konsistensi cair, warna kuning. P : Intervensi 1, 2, 3, dan 4 dihentikan.
Tidak ada muntah.
Anak tidak teraba hangat, mukosa
bibir lembab, turgor kulit kembali Diagnosa 4
kurang dari tiga detik. Akral teraba S: Ibu mengatakan anak masih batuk namun
hangat. intensitasnya tidak seseirang kemarin.
Tanda-tanda vital: O: - Anak terdengar batuk namun intensitas berkurang
Suhu: 36,5oC - Terdengar suara nafas tambahan ronkhi halus.
Nadi : 108 x/menit teraba kuat. - Sekret belum dapat keluar sedikit. Warna tidak
RR: 20 x/menit terkaji.
Edukasi ibu untuk memberikan minum - Tanda vital:
yang cukup. RR : 20 x/menit
Sesuai advis dokter, anak sudah A: Masalah teratasi sebagian.
dibolehkan untuk pulang. Melepas P : Intervensi dihentikan
infus Ka-En 3B.
Diagnosa 5
1,2 12.00 Mendukung anak untuk makan S: Ibu mengatakan anak sudah mau berinteraksi dan
makanan rumah sakit. Anak hanya berkenalan dengan teman satu kamarnya.
mau makan nasi dengan disuapi ibu. Anak mau bercerita tentang makanan kesukaan dan
Anak menghabiskan minum susu 550 apa yang tidak dia senangi.
ml. O: - Anak mulai aktif namun menangis saat didekati
Anak disuapi dengan posisi duduk, oleh tim kesehatan.
tidak ada keluhan pusing. - Anak sudah tidak menghindari kontak mata
Anak mau bermain dengan perawat namun terkadang masih menghindar
dan menghindari kontak mata. - Anak dapat menyebutkan nama teman satu
kamar tanpa dibantu orang tua, menandakan
Memberikan terapi obat oral zinc.
anak sudah mulai bergaul dengan teman
1,2 13.30 sebayanya.
Memeriksa tanda-tanda vital:
,3, A: Masalah teratasi sebagian. Anak dapat
Suhu: 36,5oC
4,5 mempertahankan hubungan sosial namun anak belum
Nadi : 108 x/menit, teraba kuat
69
RR: 20 x/menit. Anak terdengar batuk, saat dapat mengendalikan respon ketakutan.
auskultasi terdengar suara nafas tambahan P: Intervensi dihentikan
ronkhi halus. Sekret keluar sedikit belum
dapat keluar.
70
71
diare.
turgor kulit kembali lebih dari tiga detik, anak menangis tanpa air mata dan mata
terlihat cowong. Namun BAB dan BAKsudah berkurang menjadi satu kali.
Konsistensi feses cair tanpa ampas dan darah, sedangkan urine yang keluar
dilanjutkan.
Anak BAB satu kali dengan konsistensi cair tapi muntah sudah berhenti. Anak
masih terlihat tidak minat dengan makanan dan hanya mau beberapa sendok lalu
bahwa nutrisi anak kurang dari batas normal dibuktikan dengan kadar hemoglobin
dan hematokrit yang kurang. Masalah teratasi sebagian karena namun anak sudah
mulai mau makan daripada sebelumnya. Asupan gizi, tingkat energi dan kekuatan
Evaluasi: Anak tidak teraba panas. Anak rewel dan malas minum. Ekstrimitas
anak teraba basah dan terlihat pucat. Tanda-tanda vital: Suhu: 36,4oC dengan nadi
17.000/ul, jauh di atas batas normal. Masalah teratasi sebagian karena suhu anak
72
sudah dalam batas normal namun tanda infeksi masih muncul; anak rewel, malas
Evaluasi: anak masih terdengar batuk, hasil auskultasi terdengar suara nafas
tambahan ronkhi. Tidak ada nafas cuping hidung atau otot bantu nafas. Irama
nafas reguler. Sekret belum dapat keluar. Tanda vital: RR: 20 x/menit. Masalah
belum teratasi karena anak belum mencapai kriteria hasil Pasien tidak terdengar
batuk, Pasien dapat mengeluarkan sekret secara efektifdan Pada auskultasi pasien
Evaluasi: Anak belum aktif dan sering menangis saat di dekati tim kesehatan.
diare.
Evaluasi: BAB anak berkurang hanya satu kali dengan konsistensi cair tanpa
ampas dan darah. Intensitas BAK meningkat, yaitu 4 kali dengan konsistensi cair,
warna kuning. Cowong mulai menghilang, rkering dan turgor kulit tapi mukosa
bibir masih kering. Tanda-tanda vital: Suhu 36,7oC, nadi: 112 x/menit teraba
lemah. Hasil balance cairan +588 cc. Masalah teratasi sebagian. Tanda-tanda vital
dalam batas normal berhasil dicapai, asupan cairan menuju adekuat. Turgor kulit
masih baik namun mukosa bibir masih kering dan ekstrimitas basah.
73
BAB dengan konsistensi cair sekali tidak disertai muntah. Tanda-tanda vital:
Asupan gizi mulai adekuat. Tingkat energi dan kekuatan otot menuju adekuat.
Evaluasi: Anak tidak teraba panas, anak masih rewel namun sudah rajin minum.
Ekstrimitas teraba basah. Suhu: 36,7oC. Suhu sempat naik namun turun dalam
beberapa jam. Nadi : 112 x/menit, teraba lemah. Masalah teratasi sebagian karena
suhu anak fluktuatif, ekstrimitas teraba basah. Namun anak sudah tidak teraba
Evaluasi: Batuk anak tidak seintens awal masuk ke rumah sakit. Namun masih
terdengar suara nafas tambahan, ronkhi halus. Sekret belum dapat keluar. Tanda
vital: RR: 20 x/menit. Masalah teratasi sebagian karena anak masih terdengar
Evaluasi: Anak sudah mau berinteraksi dan aktif meskipun masih menangis saat
Intervensi nomor 1 dihentikan karena anak sudah mulai percaya dengan perawat.
diare.
Evaluasi: BAB anak sudah tidak encer, konsistensi lembek tanpa ampas. BAK
sudah lebih dari tiga kali. Cowong hilang, turgor kulit kembali kurang dari 3
detik, mukosa bibir lembab. Tanda vital: suhu 36,5oC, nadi: 108 x/menit teraba
Evaluasi: Anak mau makan setengah piring, keadaan umum aktif dan bermain
bersama teman. Anak hanya mau menghabiskan setengah piring makanan. Tanda-
tanda vital: nadi: 102 x/menit teraba kuat., bising usus 16 x/menit. Masalah
teratasi.
Evaluasi: anak tidak teraba panas. Suhu dalam batas normal. Anak rajin minum;
susu dan air. Ekstrimitas hangat. Tanda-tanda vital: suhu: 36,5 oC, nadi: 108
tambahan ronkhi halus, sekret dapat keluar hanya sedikit; warna tidak terkaji.
Evaluasi: Anak sudah mau berinteraksi dengan teman atua perawat. Meskipun
menyebutkan nama teman satu kamar dibantuk orang tua. Masalah teratasi
sebagian karena anak dapat mempertahankan hubungan sosial namun belum dapat
PEMBAHASAN
Surabaya yang dilaksanakan mulai tanggal 19 Juni sampai 21 Juni 2017. Melalui
4.1 Pengkajian
pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data
laki, usia 4 tahun, dan belum bersekolah. Diare paling sering menyerang anak-
anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 3 tahun. Bila dilihat per kelompok
umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi
pada anak balita (1-4 tahun) sedangkan menurut jenis kelamin insidensi laki-laki
Keluhan utama pada anak adalah anak BAB cair sebanyak 6 kali dalam
sehari dan demam tinggi. Ditemukan saat pengkajian anak dengan keadaan umum
lemas, mata cowong, membran mukosa yang kering serta malas minum. Ketika
75
76
seorang anak sakit muntah atau mengalami diare, mereka akan kehilangan garam
dan air dalam jumlah yang besar dari tubuh dan menjadi dehidrasi dengan sangat
cepat. Dehidrasi dapat sangat berbahaya apalagi bagi anak-anak dan bayi. Anak-
anak bahkan dapat meninggal jika mereka tidak diobati dengan tepat (CPS, 2013).
Dehidrasi pada anak dapat dilihat dari beberapa tanda, yaitu haluaran urine
yang kurang (jika anak memakai popok, maka anak hanya berganti 4 popok basah
karena urine), anak menangis tanpa air mata, membran kulit, mulut dan lidah
kering. Mata cowong (sunken eyes), warna kulit tidak cemerlang dan ubun-ubun
anak yang berusia kurang dari 12 bulan akan teraba cekung (CPS, 2013).
Ini disebabkan adanya infeksi yang terjadi pada usus anak yang dapat
menurun, dan lalu mineral serta air yang harusnya dapat kembali ke tubuh malah
keluar lewat diare (Nurarif & Kusuma, 2013). Demam tinggi juga dapat
disebabkan oleh infeksi yang terjadi di usus. Ketika tubuh terinfeksi, maka sistem
imun akan mendeteksi virus atau bakteri sebagai benda asing dan akan banyak
proses yang akan memicu tubuh untuk membunuh benda asing tersebut. Dari
beberapa proses tersebut akan muncul hasil kimiawi yang disebut pirogen yang
akan masuk dalam aliran darah. Ketika pirogen ini berjalan menuju otak, mereka
akan berinteraksi dengan bagian otak yaitu hipotalamus yang mana bertanggung
jawab untuk mengatur suhu tubuh. Ketika hipotalamus mendekteksi pirogen, dia
akan membuat suhu tubuh naik dan membuat tubuh memulai proses pembasmian
benda asing dan menambah suhu tubuh, yang mana ini disebut sebagai demam
(Johnson, 2015).
sebagai data dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang aktual maupun yang
normal. Tidak ada otot bantu nafas atau pernafasan cuping hidung. Pada
Batuk juga membantu menjaga agar anak tidak menghirup sesuatu ke jalan
terlihat kering. Anak muntah dua kali saat pengkajian. Anak BAB dengan
bising usus 18 x/menit. Diare terjadi karena adanya infeksi pada usus yang
menunjukkan nilai Leukosit 17,1 10^3/mL yaitu diatas batas normal yang
10,7 10^3/mL yang menunjukkan bahwa saat diare anak juga beresiko
juga mampu membuat kekurangan pada status nutrisi pada anak. Diantara
penyakit infeksi yang sering terjadi, penyakit diare adalah yang paling
yang menyebabkan pengeluaran feses lebih dari tiga kali kali dalam sehari
mengalami penurunan turgor kulit, turgor kulit kembali setelah tiga detik.
menurut orang tua, anak mudah diajak interaksi dan di dekati. Namun
setelah masuk rumah sakit, anak sangat sulit diajak berinteraksi dan
berkomunikasi.
Ditandai dengan anak BAB dengan konsistensi feses yang cair sebanyak 8
kali hingga waktu pengkajian dan muntah 2 kali saat pagi hari. Anak juga terlihat
lemas. Tanda-tanda vital anak didapatkan suhu: 37,7oC dengan nadi 90 x/menit,
atau instraselular. Hal ini meruju ke resiko dehidrasi, kehilangan air saja tanpa ada
perubahan natrium (Wilkinson, 2015). Pada diagnosa ini anak terlihat haus dan
anak kehilangan cairan yang berlebihan melalui rute normal yaitu diare
(Wilkinson, 2015).
Kurangnya intake anak dan kejadian muntah yang sering akan membuat
nutrisi pada anak terganggu. Ketika anak mual, anak tidak akan mau makan, ini
laboratorium menunjukkan hasil sel darah merah yang kurang, ini disebabkan
karena tubuh kehilangan atau kekurangan iron, folat dan vitamin dari diare yang
terjadi pada anak. Muntah juga dapat mengakibatkan dehidrasi, yang dimana
ketika muntah mineral dan nutrisi yang lain ikut keluar (CPS, 2003). Meskipun
anak mengalami diare akut yang dikatakan sedang, diare ini dapat mengakibatkan
80
dehidrasi berat karena kehilangan cairan yang elektrolit dalam jumlah yang
mungkin untuk mengganti cairan tubuh anak yang hilang. Anak diberikan terapi
IV; D5 ½ NS sesuai dengan program. Anak juga diberi intervensi tata laksana
zinc merupakan salah satu cara yang dimanfaatkan untuk membantu megnatasi
diare, ini karena zinc bermanfaat untuk pertumbuhan sel dan menjaga
menyimpan zinc, ini sebabnya asupan mineral tersebut dibutuhkan setiap hari
pada gastrointestinal anak, membuat efek merugikan pada struktur serta fungsi
dari sistem pencernaan (WHO, 2017). Volume ciran yang kurang pada anak akan
teratasi dibuktikan dengan keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat dan status
nutrisi yaitu asuan makanan dan cairan yang adekuat pula. Selain itu anak akan
memiliki konstrasi urien yang normal dan hasil hemoglobin yang berada di batas
diare disertai dengan dehidrasi sedang. Akut diare terjadi saat intensitas buang air
besar pada pasien lebih dari yang biasa pasien lakukan, dan bertahan kurang dari
dua minggu. Diare ini dapat menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan dan
dengan kejadian muntah yang sering, ini membuat anak akan menjadi lemas.
Anak terlihat kurang minat pada makanan dan menolak untuk makan, anak hanya
makan beberapa sendok nasi tim. Bising usus anak 18 x/menit dan hasil
hemoglobin anak yang kurang dari normal yaitu 10,2 10^3/mm. Berat badan anak
sebelum masuk rumah sakit dan setelah masuk tidak mengalami perubahan yang
dari kebutuhan metaoblik baik kalori total maupun zat gizi tertentu (Wilkinson,
2016). Diagnosa ini diangkat dengan beberapa faktor pendukung yaitu pada data
subyektif nyeri abdomen, anak menolak makan. Serta pad adata obyektif, anak
mengalami diare, adanya bukti kurangnya makan, membran mukosa yang buruk
Gangguan pencernaan dan gangguan absorpsi cairan dapat terjadi pada anak yang
yang disebabkan oleh infeksi (NRSCUS, 2012). Kurangnya intake anak dan
kejadian muntah yang sering akan membuat nutrisi pada anak terganggu. Muntah
juga dapat mengakibatkan dehidrasi, yang dimana ketika muntah mineral dan
nutrisi yang lain ikut keluar (Medical, 2015). Asupan nutrisi oleh anak terpantau
82
mengalami penurunan yang dapat dilihat pada pemasukan makanan dan karenanya
pemasukan kalori juga ikut berkurang pada saat mereka sakit. Setelah dilakukan
implementasi di harapkan status nutrisi yaitu asupan zat gizi untuk anak memenhi
bahwa anak malas makan dengna hanya menghabiskan setengah porsi makanan
hiperaktif dan memmbran mukosa yang buruk serta tonus otot yang melemah.
suhu anak 37,7oC. Hasil leukosit yang lebih dari batas normal yaitu 17.000 uL.
Anak terlihat rewel, malas minum serta ekstrimitas terlihat basah. Data ini
diagnosa ini terjadi karena anak beresiko terhadap kegagalan untuk memelihara
suhu tubuh dalam batas normal. Ini menunjukkan beberapa faktor-faktor resiko
yaitu dehidrasi dengan anak tidak dapat mengeluarkan keringat di tambah dengan
berkala dan memberikan suhu ruangan yang stabil. Suhu ruangan yang lebih
tinggi dari suhu tubuh akan membuat sistem tubuh berpikir bahwa anak
membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk hangat. Maka suhu ruangan yang
diatur akan membuat anak lebih nyaman serta demam tidak naik. Selain itu
demam, anak merasa enggan untuk makan dan minum. Namun dehidrasi juga
salah satu penyebab suhu tubuh naik dan minum air putih diharapkan dapat
Infeksi yang disebabkan oleh bakteria atau virus yang menumpuk di darah,
tulang sumsum akan memproduksi banyak sel darah putih untuk melawan infeksi.
Infeksi ini dapat mengarah ke inflamasi yang mana akan membuat jumlah sel
darah putih meningkat. Ketika tubuh terinfeksi, maka sistem imun akan
mendeteksi virus atau bakteri sebagai benda asing dan akan banyak proses yang
akan memicu tubuh untuk membunuh benda asing tersebut. Dari beberapa proses
tersebut akan muncul hasil kimiawi yang disebut pirogen yang akan masuk dalam
aliran darah. Ketika pirogen ini berjalan menuju otak, mereka akan berinteraksi
dengan bagian otak yaitu hipotalamus yang mana bertanggung jawab untuk
membuat suhu tubuh naik dan membuat tubuh memulai proses pembasmian benda
asing dan menambah suhu tubuh, yang mana ini disebut sebagai demam (Cathy,
2015).
dalam usus. Ini akan mengakibatkan inflamasi dalam perut dan usus. Pasien juga
akan mengalami beberapa gejala seperti muntah, sakit perut dan diare. Ini dapat
terjadi akrena kurangnya kebersihan. Infeksi juga dapat terjadi setelah kontak
(Marcin, 2016).
84
Analisis penulis adalah anak mengalami demam tinggi saat diare terjadi
dan masalah teratasi bersamaan dengan diare yang berhenti. Ini membuktikan
bahwa infeksi pada pencernaan yang mengakibatkan diare, membuat suhu tubuh
anak meningkat.
sekret.
Anak mengalami batuk sejak masuk ke rumah sakit. Anak terdengar batuk
berdahak dengan suara nafas tambahan ronkhi. Tidak ada otot bantu nafas dan
sputum tidak dapat keluar. Tanda-tanda vital anak: RR: 20x/menit dan irama nafas
reguler. Batuk dengan sputum yang tidak dapat keluar mengakibatkan anak batuk
sekret atau obstruksi saluran nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih
data obyektif yaitu anak mengalami suara nafas tambahan (ronkhi), adanya
mengakibatkan adanya akumulasi sekret pada saluran nafas. Adanya sekret yang
anak dapat mengalami batuk disertai dengan dahak yang tidak dapat keluar
(Muttaqin, 2012).
Analisa penulis bahwa an. Az batuk berdahak namun masalah tidak selesai
dada dan minum air hangat. Anak tidak mendapatkan terapi obat untuk mengatasi
menangis, namun saat di rumah sakit anak menangis keras saat di dekati dan
yang secara sadar dikenali sebagai bahaya. Anak berperilaku menghindar dan
anak dari sistem pendukung yaitu rumah, dalam situasi yang berpotensi
menimbulkan stress dan dalam hal ini adalah rumah sakit (Wilkinson, 2016).
karena anak mengidentifikasikan perawat sebagai hal yang membuat sakit untuk
dirinya. Anak juga satu kamar dengan pasien lain yang sebaya, untuk mengurangi
ketakutan anak dikenalkan pada orang lain. Dalam hal ini, saat dikenalkan akan
juga diberikan contoh bahwa pasien lain dapat mencapai keberhasilan dalam
mengatasi pengalaman yang sama seperti; di suntik obat atau makan. Penulis juga
(Sisilaningrum, 2013).
Analisis penulis, anak cukup kooperatif dan masalah teratasi pada hari
terakhir anak dirawat. Pada hari kedua, anak hanya diberikan intervensi penguatan
verbal dan non-verbal yang dapat membantu menurunkan ketakutan karena anak
sudah dapat membina hubungan saling percaya dan saling mengenal dengan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
konsistensi cair, disertai anak batuk dengan dahak yang tidak dapat keluar.
mentis dengan keadaan umum lemas. Tanda-tanda vital anak: suhu 37,7 oC,
5.1.2 Pasien muncul beberapa diagnosa yaitu: resiko kekurangan volume cairan
nutrisi yang hilang serta mematenkan jalan nafas dan menghilangkan resiko
86
87
Mg, vitamin zinc 1 x 1, infus Ka-En 3B, melakukan clapping dada untuk
5.1.5 Hasil evaluasi pada tanggal 21 Juni 2017, anak mulai makan dengan lahap,
tidak ada muntah, BAB satu kali dengan konsistensi yang lembek, tanda-
tanda vital 36,5oC, nadi 98 x/menit. Intensitas batuk sudah berkurang suara
nafas vesikuler tanpa ada suara nafas tambahan. Tidak ditemukan adanya
5.2 Saran
5.2.2 Perawat harus memberikan edukasi pada orang tua tentang makanan apa
yang dapat dikonsumsi anak saat masih dalam perawatan diare. Karena anak
87
88
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Lukman Zulkifli .(2015). Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ vol.42 no. 7,
tahun 2015. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo: Jakarta.
Canadian Pediatric Society .(2003). Science Article: A Note From The Doctor:
Advice for Parents and Caregivers; Dehydration and Diarrhea. Pediatric Child
Health, Vol 8, No 7, September 2003. Diunduh tanggal 21 Juni 2017.
Healthy Child Manitoba (HCM) .(2006). Caring a Child with Fever. Di unduh
tanggal 19 Juli.
Johnso, Cathy .(2015). Does having a fever mean in your infection is bacterial or
viral. Diakses tanggal 11 Juni 2017.
88
WHO .(2017). Zinc supplementation in the management of diarrhoea.
http://www.who.int/elena/titles/bbc/zinc_diarrhoea/en/ diakses tanggal 19
Juni 2017.
89