Anda di halaman 1dari 13

Tugas Kelompok Makassar, 09

November 2011

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah lll

ASKEP PRURITUS

Oleh:

KELOMPOK III

NURBAYANI RISMA NURLIM

NURAIDA NASDAYANI

SRIFATMAWATI ELPIPIT RIRIN N

PASKALIS RINTO MARIA DENSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR
2011.

A. PENGERTIAN
Pruritus merupakan sensasi kulit yang tidak nyaman
bersifat iritatif sampai tingkat ringan atau berat pada inflamasi
kulit dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Bila tidak
disertai dengan kelainan kulit maka disebut pruritus esensial
atau sine materia atau pruritus simptomatik

B. ETIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen.
Eksogen, misalnya dermatitis kontak (pakaian, logam,
benda asing), rangsangan oleh ektoparasit (serangga,
tengau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor
lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering.
Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sebagai
contoh dapat disebut diskriasia darah, limfoma, keganasan
alat dalam dan kelainan hepar atau ginjal. Acapkali kausa
secara klinis pada permulaan belum diketahui.

C. MANISFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pruritus adalah:
Tanda-tanda garukan yaitu Pada garukan akut dapat timbul
urtikaria, sedangkan garukan akut dapat timbul urtika,
sedangkan pada garukan kronik dapat timbul perdarahan
kutan dan likenifikasi.
Garukan dengan kuku menyebabkan ekskoriasi linear pada
kulit dan laserasi pada kukunya sendiri Keringanan
perasaan gatal dengan garukan hanya akan ada, bila
kausa pruritus tidak terletak di alat sentral.

D. PATOFISIOLOGI
Pruritus merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang
paling sering dijumpai pada gangguan dermatologic yang
menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas
kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa
gatal tidak bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat
(peniciate) yang hanya ditemukan dalam kuit, membrane
mukosa dan kornea (Sher, 1992).
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan
pelepasan histamine oleh ujung saraf yang memperberat gejala
pruritus yang selanjutnya menghasilkan lingkaran setan rasa
gatal dan menggaruk. Meskipun pruritus biasanya disebabkan
oleh penyakit kulit yang primer dengan terjadinya ruam atau lesi
sebagai akibatnya, namun keadaan ini bisa timbul tanpa
manifestasi kulit apapun. Keadaan ini disebut sebagai esensial
yang umumnya memiliki awitan yang cepat, bias berat dan
menganggu aktivitas hidup sehari-hari yang normal.

E. PENYEBABNYA
Faktor-faktor atau keadaan yang biasa menyebabkan pruritus
antara lain:
1) Faktor lokal,sensitivitas kulit terhadap sesuatu stimulus,
kulit kering akibat kelembaban kurang,mandi terlalu
sering,pada orang tua akibat faal perubagan kulit yang
menimbulkan iskemi dan atropi kulit.
2) Faktor lingkungan : suhu tinggi
3) Uremi penyakit pada gagal ginjal kronik
4) Bendungan saluran empedu dimana terjadi peningkatan
kadar garam empedu.
5) Policytemia urea. Rasa gatal diprofokasi oleh kontak
dengan air,disebut aquagenik pruritus. Berasosiasi dengan
konsentrasi darah vena yang tinggi,mungkin histamin
berperan sebagai mediator,biasanya rasa gatal bisa
dikurangi oleh anti histamin.
6) Kehamilan trimester akhir.
Pruritus bisa timbul dengan atau tanpa kelainan kulit,bisa
lokal atau generalisata. Pruritus generalisata bisa
merupakan gejala utama penyakit sistemik,maka harus
ditanggapi dengan serius seperi demam oleh sebab yang
tiada diketahui.
Penelitian membuktikan bahwa reseptor gatal hanya ditemukan
pada lapisan kulit teratas, sehingga gatal tidak pernah dirasakan
pada jaringan yang lebih dalam seperti otot, sendi, maupun
organ dalam. Mekanisme gatal dapat berasal dari:
1. Sistem saraf, yaitu akibat akumulasi bahan perangsang gatal
dan akibat kerusakan saraf yang ditimbulkan oleh berbagai
penyakit seperti tumor otak dan kencing manis.
2. Faktor psikologis yang berhubungan dengan gejala kelainan
jiwa seperti halusinasi.
3. Ransangan pada respon saraf kulit.

F. KOMPLIKASI
Bila tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,
dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk
impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat
timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang
terlalu sering.
G. PENGOBATAN
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada
penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk
mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara
untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan
lega pada penderita, yaitu:

Pengobatan topical:
Dinginkan kulit dengan kain basah atau air hangat.
Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada
kulit yang kering dan memiliki batasan waktu dalam
pemakaiannya karena mengandung phenols.
Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk
memberikan sensasi dingin.
Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit
kering.
Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang
pendek.
Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena
dapat mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi
dermatitis kontak.
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan,
jika rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur
terganggu:
Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh
mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat
memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik
dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan
tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih
parah.
Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung
penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang
dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular
dan beberapa jenis pruritus kronik.

Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus,


diantaranya mencegah factor pengendap, seperti pakaian yang
kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika
dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein, alcohol, makanan
pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan,
maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak
tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan
seperti kulit kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari
dan segera setelah mandi.
Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit
tinggi..
Memasang alat pelembab udara, terutama di ruangan ber-
AC.
Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti
katun dan sutra, menghindari bahan wol serta bahan
sintesis yang tidak menyerap keringat.
Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air
panas dan keringat berlebihan.
Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan
penyebab gatal.
Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan
memotong kuku dan menggosok kulit yang gatal
menggunakan telapak tangan sebagai ganti menggaruk.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup
umur, jenis kelamin, suku bangsa.
2. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan
dengan keluhan gatal pada kulitnya, intensitas gatal lebih
sering terasa pada malam hari.
3. Riwayat penyakit sekarang
Factor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh
adanya kelainan sistemik internal seperti diabetes melitus,
kelainan darah atau kanker, penggunaan preparat oral seperti
aspirin , terapi antibiotic, hormone. Adanya alergi, baru saja
minum obat yang baru, pergantian kosmetik dapat menjadi
factor pencetus adanya pruritus. Tanda-tanda infeksi dan
bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering, atau
seprei/selimut yang menyebabkan iritasi, harus
dikenal.Pruritus dapat terjadi pada orang yang berusia lanjut
sebagai akibat dari kulit yang kering.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pruritus merupakan penyakit yang hilang/ timbul, sehingga
pada riwayat penyakit dahulu sebagian besar klien pernah
menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa
sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Diduga factor genetic tidak mempengaruhi timbulnya
pruritus. Kecuali dalam keluarga ada kelainan sistemik
internal yang bersifat herediter mungkin juga mengalami
pruritus.
6. Riwayat psikososial
Rasa gatal dapat pula disebabkan oeh factor psikologik
seperti stress yang berlebihan dalam keluarga atau
lingkunagn kerja. Pruritus menimbulkan gangguan rasa
nyaman dan perubahan integritas kulit. Rasa gatal yang hebat
akan menganggu penampilan pasien

PENYIMPANGAN KDM
Pruritus

Dermatitis,kontak,EktoparasitPerubahan status Reaksi


obat/penyakit
(serangga,tungau, skabies,larva) kesehatan

Terjadi iritasi
kulit/
radang
Kurang informasi
kontak langsung dengan kulit

Kurang
Kulit kepala,punggung, pengetahuan
lengan,tangan,dll

Merangsang pruritoseptor

Pelepasan Histamin oleh sel Mast.

Gangguan
Timbul rasa gatal pada kulit. pola Tidur

Memicu saraf motorik untuk menggaruk

Kerusakan garukan dengan kuku

Eskoriasi linear,dgn adanya papul & vesikel


Kerusakan perlindungan kulit

Cedera sel

Degranulasi sel mast


Kecacatan kulit

Pelepasan mediator kimia

Gangguan citra tubuh


Nociceptor
Penurunan imunitas terhadap
Mikroorganisme.
Medula spinalis HDR

Korteks serebri
Resti
infeksi
Gangguan
Nyeri integritas
akut kulit

Cemas

B. DIAGNOSA
1. Resti Infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan
kulit.
INTERVENSI:
Monitor tanda dan gejala infeksi.
Beri obat Antibiotik,anti Histamin sesuai dengan
program terapi.
Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik
untuk semua individu yang datang kontak dengan
pasien.
Gunakan aseptic ketat selama perawatan luka
langsung.
Berikan pakaian steril pada pasien.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
INTERVENSI:
Kaji keluhan nyeri,perhatikan lokasi/karakter &
intensitas nyeri.
Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan,dan beri
waktu untuk istirahat yang cukup.
3. Gangguan citra tubuh dengan HDR berhubungan dengan
kecacatan kulit.
INTERVENSI:
Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan
gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota
tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
Tunjukkan rasa empati,perhatian dan penerimaan pada
pasien.
Bantu pasien mengadakan hubungan dengan orang
lain.
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan kehilangan.
Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam
perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang
konstruktif dari pasien.

4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


INTERVENSI:
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Temani pasien untuk pemberian keamanan dan
mengurangi takut.
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan.
Berikan informasi tentang diagnosis dan tindakan
prognosis.
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
5. Ganguan pola tidur berhubungan dengan adanya
INTERVENSI:
Menasehati pasien untuk menjaga kamar kamar tidur agar
tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Menjaga agar kulit tetap lembab.
Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian obat
Analgesic.
Nasehati pasien untuk untuk menjaga jadwal tidur yang
teratur.
Menghindari minuman yang mengandung alcohol,kafein
menjelang tidur malam.
Beri music klasik sebagai pengantar tidur.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Lesi atau
ruam.
INTERVENSI:
Anjurkan pasien menggunakan pakaian longgar.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan lembab.
Monitor kulit akan adanya kemerahan.

7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI
Kaji kesiapan klien mengikuti program pembelajaran.
Ajarkan tanda/gejala klinis yang memerluka evaluasi medik
(nyeri berat, perubahan sensasi kulit).
Persiapkan klien untuk mengikuti terapi pengobatan bila
diperlukan.

C. IMPLEMENTASI
a) Lakukan pengkajian ulang atau validasi masalah klien
b) Tentukan tindakan keperawatan yang akan di lakukan untuk
mengatasi masalah klien
c) Aplikasikan rencana tindakan tersebut ke dalam tindakan
nyata
d) Prioritaskan tindakan yang lebih penting dulu
e) Catat semua perkembangan masalah klien
f) Dokumentasikan tindakan tersebut.

D. EVALUASI
Tanyakan pada klien apakah status kesehatannya sudah
membaik
Lihat hasil perkembangan kesehatan terakhir
Dokumentasikan hasil evaluasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Susanne C.2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddart,

volume 3.EGC.Jakarta.

Djuanda, Adi, Dr, 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI
Jakarta.

Price, Sylvia, Anderson dan Wilson, LM, 1991. Patofisiologi : Konsep


Klinik Proses- proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Corwin, Elizabeth, J, 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC, Jakarta.

Doenges, M,E, dkk, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.


EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai