Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OTITIS

MEDIA

TUGAS KEPERAWATAN KMB II

Disusun Oleh

Kelompok III :
Nomor Absen 36 - 52

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


S T I K E S K U S UM A H US A D A
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Juga sebagai syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai definisi, etiologi dan segala hal yang berkaitan dengan Otitis Media.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surakarta, 22 Oktober 2019

Penyusun
A. DEFINISI
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat
penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.(Roger watson, 2002, 102)
Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat
bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut.
Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan tersumbatnya
saluran. (Mansjoer, 2001, 76).
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan
karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).

Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Mansjoer, Arif, 2001). Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad
Mufti, 2005)

B. ETIOLOGI
1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media
yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu,
sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga akan terganggu
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya (misal :
sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis alergika). Pada
anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis
media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,
lebar, dan letaknya agak horisontal.
3. Bakteri
Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E.
coli, Pneumococcus vulgaris.

C. Tanda Gejala
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang
dewasa. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang
yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan
positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke
otoskop ), dapat mengalami perforasi.
a. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
b. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
c. Demam
d. Anoreksia
e. Limfadenopati servikal anterior
Stadium Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium
yaitu:
a. Stadium oklusi tuba eustakhius
Adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan negative di dalam tekanan
tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang
disebabkan oleh virus atau alergi.
b. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)
Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani atau
seluruh membrane timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
c. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Pada
keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah
hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
ischemia akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya trombophlebitis pada vena
kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang
lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur.
d. Stadium perforasi
Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi,
maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari
telinga tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini anak yang tadinya gelisah
menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur nyenyak. Keadaan ini disebut
Otitis Media Akut Stadium Perforasi.
e. Stadium resolusi
Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali, bila sudah
perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahanm
tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi dapat terjadi, walaupun tanpa
pengobatan.

2. Otitis Media Serosa


Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi
ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna
kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung
udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan
pendengaran konduktif.
3. Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat
otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri
kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan
dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan
nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan
kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau
keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak
terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.
Komplikasi yang terjadi :
a. Sukar menyembuh
b. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang
c. Ketulian sementara atau menetap
d. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis akut,
kelumpuhan saraf facialis, komplikasi intracranial(meningitis, abses otak),
thrombosis sinus lateralis.

D. Patofisiologi
Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang
diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negative di telinga
tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan
refluks sekresi esophagus ke daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk
bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi
secret dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi
membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan
mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
E. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Otitis Media Akut
1. Pengkajian Fokus
Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
seperti di bawah ini :
a. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas ataukah
sebelumnya klien mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga, perasaan penuh atau
tertekan di dalam telinga, perubahan pendengaran.
b. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.
c. Data yg muncul pada saat pengkajian :
1) Sakit telinga/nyeri
2) Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
3) Tinitus
4) Perasaan penuh pada telinga
5) Suara bergema dari suara sendiri
6) Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
7) Vertigo, pusing, gatal pada telinga
8) Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
9) Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
10) Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40C), demam
11) Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
12) Reflek kejut
13) Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
14) Tipe warna 2 jumlah cairan
15) Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
16) Alergi
17) Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
18) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya,
alergi
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2) Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani
3) Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
e. Pemeriksaan Fisik
1) Otoskopi
Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur
pada membran tympani
Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
2) Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes
bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi
telinga yang sakit
3) Tes garpu tala
4) Tes Rinne : pada uji rinne didapatkan hasil negatif
5) Tes Weber : pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan
pemberian antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera fisik
b. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan resepsi, transmisi dan
integritas sensori
c. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen penyebab cidera fisik
Kriteria Hasil NOC :
Menunjukkan Tingkat Nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada) :
1) Ekspresi nyeri pada wajah
2) Gelisah/ ketegangan otot
3) Durasi episode nyeri
4) Merintih dan menangis
5) Gelisah
Intervensi NIC :
O : Lakukan pengkajian yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan
dan durasi, frekuensi, intensitas, kualitas atau keparahan nyeri dan factor
presipitasinya.
N : Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien
terhadap analgesik.
E : Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
C : Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil

b. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan resepsi, transmisi dan


integritas sensori

Hasil NOC :
1) Orientasi kognitif : Kemampuan untuk mengidentifikasi orang, tempat dan
waktu secara akurat
2) Komunikasi : Reseptif : Resepsi dan interpretasi pesan verbal dan non verbal
3) Perilaku kompensasi pendengaran : Tindakan pribadi untuk mengidentifikasi,
memantau, dan mengompensasi kehilangan pendengaran
Intervensi NIC :
1) Pemantauan Neurologis : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis
2) Stimulus Kognitif : Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap sekitar
melalui penggunaan stimulus terencana
3) Peningkatan Komunikasi : Defisit pendengaran : Membantu pembelajaran dan
penerimaan metode alternative untuk menjalani hidup dengan penurunan
fungsi pendengaran
4) Orientasi Realitas : Promosi kesadaran pasien terhadap identitas pribadi,
waktu dan lingkungan

c. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri


Kriteria Hasil NOC :
Menunjukkan Pengendalian Diri Terhadap Ansietas yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering atau selalu) :

Intervensi NIC :
O : Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
N : Bantu pasien untuk memfokuskan pasien pada situasi saat ini, sebagai cara
untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
E : Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok, tempat ibadah, lembaga kesukarelawanan dan pusat rekreasi
C : Berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth . 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Buku II Edisi 9, Alih Bahasa :
Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Indonesia.
Wilkinson, Judith M and Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
edisi 9.
Jakarta, EGC.
Http://www.academia.edu_Askep_Otitis_Media_Akut

Anda mungkin juga menyukai