Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DEWASA

DI RT 12 RAWASARI

Disusun Oleh:

Joapridiansah, S.Tr.Kep
NIM PO.71.20.222.00.33

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

A. PENGERTIAN
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang
saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah sebagaimana
sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ).
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing
mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.
(Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.

Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak yang
hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan dan
jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota
individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus
dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai
keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa
melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).

Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi dan
digunakan sebagai referensi secara luas :

1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah
dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah,
atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga
tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran –
peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak
perempuan, saudara dan saudari.
4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil
dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
B. TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).

Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :

1. Tipe keluarga tradisional


a. Keluarga Inti (The nuclear family)

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).

b. Keluarga Dyad

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

c. Single Parent  

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

d. Single adult living alone

Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.

e. The childless

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena


mengejar karir atau pendidikan.

f. Keluarga Besar (The extended family)

Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman,
bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau
hari libur saja.

h. Multi generation

Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1 rumah.
i. Kin-network family

Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan


menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.

k. Keluarga usila

Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak
sudah memisahkan diri.

2. Tipe keluarga non tradisional


a. Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage mother).

Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan
tanpa nikah.

b. The step parents family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.

d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

e. Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)

Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana


pasangan suami istri.

f. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan
tertentu.

g. Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu
termasuk seks dan membesarkan anak.

h. Group nertwork family

Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan
dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab
membesarkan anak.

i. Foster family

Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada  hubungan saudara untuk waktu
sementara.

j. Home less family

Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan


ekonomi atau problem kesehatan mental.

k. Gang

Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan


emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

C. FUNGSI KELUARGA
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu :

1. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam
kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif,
seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih
sayang akan maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar
memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau masyarakat.
b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengemban proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
perilaku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian keluarga
keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah kelurga
timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi

Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluaarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya


manusia.

4. Fungsi ekonomi

Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan makanan,


tempat tinggal dan lain sebagainya.
5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu


mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

D. DIMENSI STRUKTUR KELUARGA


Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi


Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
c. Berfikir positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:

a. Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
4)
2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam masyarakat
misalnya sebagai suami atau istri atau anak.

3. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah prilaku seseorang kearah positif.
Tipe struktur kekuatan antara lain :

a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak.
b. Referent power : Seseorang yang ditiru.
c. Reword power : Pendapat ahli.
d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.

4. Nilai –nilai dalam keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

E. PERAN PERAWAT KELUARGA


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga
sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu
keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga
(Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga
adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) :
1. Pendidik

Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.


b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

2. Koordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif dapat dicapai.


Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari
berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3. Pelaksanaan

Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan
menggunakan metode keperawatan.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur untuk
mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

5. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.


Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien
harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi
yang disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.

6. Kolaborasi

Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.

7. Fasilisator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi,


sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan
penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus

Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat sehingga


menghindari dari ledakan kasus atau wabah.

9. Modifikasi lingkungan

Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar


tercipta lingkungan sehat.

F. TINGKAT PENCEGAHAN
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut  sebagai tingkat pencegahan, yang
digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan
tersebut mencakup seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang
sesuai untuk masing-masing tingkat. Leavell dkk. (1965,  dalam  Friedman, 1998).
Ketiga tingkatan tersebut adalah adalah :

a. Pencegahan primer  yang meliputi peningkatan kesehatan ddan tindakan preventif


khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari penyakit dan cedera.
b. Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan pengobatan.
c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang
untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.

Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari keperawatan keluarga. Tujuan -
tujuan tersebut terdiri atas peningkatan, pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan
(Hanson, 1987 dalam  Friedman, 1998). Peningkatan kesehatan merupakan pokok
terpenting dari keperawatan keluarga. Akan tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara
dini, diagnosa dan pengobatan merupakan tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau
rehabilitasi dan pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan yang penting bagi
keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan keperawatan kesehatan
dirumah dan pravelensi penyakit – penyakit kronis, serta ketidakberdayaan dikalangan
lanjut usia yang populasinya semakin meningkat dan cepat (Friedman, 1998)
G. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA
Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal
sebagai berikut:

1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai
menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk
memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran baru
sebagai orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru yang
berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang memiliki
peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu seseorang berada
pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta
permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan memasuki
dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan dengan kelompok
teman sebaya semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola hidup
baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru
dalam kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan kemandirian,
ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok
orang dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

H. TUGAS PERKEMBANGAN
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu orang
mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada masa dewasa
awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni
perkembangan-perkembagan yang dialami oleh individu tersebut.
Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir,
motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat. 
Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang bekurang harapan hidupnyadisebut proses
menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua.
Proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi
orang itu sendiri, yaitu  regulasi diri sendiri.

Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu


sebagai proses perubahan yang dinamis pada  masa dewasa berjalan bersama keadaan
menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang
menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya.

Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus terkait pada
usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses penuaan berbeda-beda pada
orang yang satu dengan orang yang lain.

Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu pula dirasa
sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak
terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran
citra yang negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006.
323-324)

Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :

1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki


kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,
yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan jenisnya, asalkan
memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu,
dorongan biolohid tersebut mungkin akan ditahan terlebih dahulu.

Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan
pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga
berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku
bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai
kriteria yang berbeda-beda.
2. Membina kehidupan rumah tangga

Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina,
danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat
mencapai kebahagiaan hidup.

3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas,


umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan
keahliannya, mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang baik.

4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang,
damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat untuk menjadi warga
negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya
yang berlaku di masyarakat

I. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA


Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang
waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada
setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan
tersebut dapat dilalui dengan sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya
masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial
atau aktual.

Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:

 Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga


 Nasehat untuk hidup mandiri
 Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

J. PERTIMBANGAN KESEHATAN
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama minimum. Akan
tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit atau
kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan
secara genetik terhadap penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan
hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis
pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga
meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak
klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)

1. Masalah Fisiologis
a. Faktor Resiko

Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan
riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai berikut ;

 Kematian dan Cedera karena kekerasan

Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi


dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik,
kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.

Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang mengakibatkan


cedera atau kematian, yaitu :

 Kemiskinan
 Keretakan keluarga
 Penganiayaan
 Pengabaian anak

Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian psikososial


secara keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku, riwayat
penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat pekerjaan dan
system pendukung sosial untuk mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan
personal dan lingkungan.

 Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung berperan terhadap


mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal
dapat menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang
dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada
obat stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system
kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas sehingga menyebabkan
kematian.

Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada tahap awal.
Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan membuat pertanyaan yang
spesifik tentang masalah medis di masa lalu, perubahan masukan makanan,
pola tidur atau masalah labilitas emosi. Laporan penangkapan karena
mengemudi saat intoksikasi, penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang
melanggar peraturan untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat
secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods, 1992).

 Kehamilan yang tidak diinginkan

Kehamilan yang tidak direncanakan meskipun lebih umum terjadi pada masa
remaja, sebanyak 55% kemamilan terjadi pada wanita dewasa awal dan tengah
(Alan Guttmacher Institute). Kehamilan yang tidak direncanakan dapat
mempunyai efek fisik dan emosional jangka panjang pada masa awal dewasa.
Kehamilan yang tidak direncanakan adalah sumber stress yang berkelanjutan.
Sering kali dewasa awal yang mempunyai tujuan pendidikan, karier dan
mengutamakan perkembangan keluarganya. Gangguan pada tujuan tersebut
dapat mempengaruhi hubungan masa depan dan hubungan orang tua-anak
nantinya.

 Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan
AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya
rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang
diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau
bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang
yang aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS
terjadi pada individu berusia antara 15-24 tahun (Killion,1994).

 Faktor Lingkungan dan Pekerjaan

Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan terhadap partikel
udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang
termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema
karena  kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru,
hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap
bahan-bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin pengkajian perawat.   

2. Gaya Hidup

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene personal
yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam
keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan
risiko penyakit juga. Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu
mengidentifikasi faktor yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa
awal.

Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang diketahui
dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap rokok. Inhalasi polutan
rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis.
Nikotin pada tembakau adalah vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner,
darah meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner.
Nikotin juga menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah
vaskular.

Stres lama meningkatkan wear and fear pada kapasitas adaptif tubuh. Pola latihan
dapat mempengaruhi status kesehatan. Latihan yang dilakukan terus-menerus
meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali seminggu
meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah
dan denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah
insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian
muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan
pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres dalam
menentukan efek-efek latihan.

Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa awal dapat
menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan seseorang yang
mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene
gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit periodontal.

Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko


berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir. Contohnya,
seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya yang mempunyai infark
miokard (serangan jantung), pada usia 50-an mempunyai risiko infark miokard di
masa depan. Adanya penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko
bagi anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit
keluarga jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk
pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat
karena kegagalan deteksi dini.

3. Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan konsepsi involunter pada pria, wanita atau


pasangan.
A. PENGKAJIAN
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan
perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta
konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.

1. Perkembangan Psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.
Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik,
kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga
usia subur sangat luas.

Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering
kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering
menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai
berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal,
kecuali klien mempunyai penyakit.

Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari
pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan
klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung,
maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya.

Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup
secara umum, yaitu:

 Hobi dan Minat


 Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan
kafein, alcohol dan obat terlarang
 Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan
hewan peliharaan
 Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan
mental.
2. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan
tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara
umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu,
pemecahan masalah dan keterampilan motorik.

Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal.
Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan
karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya
meraka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal
kekurangan sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih
lanjut atau pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi
pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang
terbatas

3. Perkembangan Psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang
terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada
tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau
kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa
memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun
orang dewasa mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan
penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari
tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial
dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan  “krisi usia baya”
ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.

Selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada pengejaran
pekerjaan dan sosial. Selam periode ini individu mencoba untuk membuktikan status
sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat melalui pilihan karier. Akan
tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan
posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal menghadapi
peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk
mencapai dan mempertahankan status kelas-menengah. Konseling karier dan
kepribadian dapat membantu individu mengidentifikasi pilihan karier dan
menentukan tujuan yang realistik.
Faktor etnik dan jender mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam
kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi
asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan mengenain kerier,
pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan
tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang
tercangkup dalam aspek pengembangan psikososial dewasa awal.

4. Stress Pekerjaan
Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan
situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat
waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar.
Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan
menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya
lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang
tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu
menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien.
Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa
dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi
kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan,
dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
5. Stress Keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat diprediksi
untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan
menjadi bagian efektif dalam masyarakat. Salah satu peran penting adalah kepala
keluarga. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga
atau kedua orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua
atau adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika
perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji
faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme
yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah :

1. Masalah Potensial
a. Gangguan proses keluarga
b. Gangguan penampilan
c. Gangguan proses berpikir
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan
e. Gangguan peyalahgunaan zat
f. Gangguan pola seksual
g. Konflik peran keluarga
h. Konflik pengambilan keputusan
i. Ketidakefektifan koping keluarga
j. Hambatan interaksi social
k. Ketidakberdayaan
l. Defisit pengetahuan
m. Defisit  perawatan diri
n. Perubahan kebutuhan nutrisi
2. Masalah Resiko
a. Risiko perubahan peran orang tua
b. Risiko penularan infeksi
c. Risiko kesepian
d. Risiko cedera
3. Masalah Potensial
a. Potensial berkembangnya koping keluarga
b. Potensial pemeliharaan kesehatan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber
psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier
ANALISA DATA
Data Mayor :
 Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima bantuan
 Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai
 Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
Data Minor :
 Rasa khawatir, ansietas
 Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan
 Ketidaefektifan partisipasi social
 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
 Perubahan pola komunikasi yang biasa
Intervensi :
a. Kaji status koping individu saat ini
 Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
 Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata,
intonasi, dan intensitas suara
b. Berikan dukungan jika individu berbicara
 Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit
 Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member harapan
pandangan realistis
c. Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya
 Apa hal tersebut berguna bagi anda?
 Bagaimana hal tersebut dapat membantu?
d. Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
 Apa yang menjadi masalah
 Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut
 Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
e. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan dengan
orang terdekat)
f. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan
stress (misalnya jogging, yoga)
2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga
(misalnya pernikahan)
ANALISA DATA
Data Mayor :
Tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga
Data Minor :
 Tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua anggota
keluarga
 Tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka
Intervensi :
a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut
b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan
diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota
keluarga
c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk
mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang pencegahan penyakit
ANALISA DATA
Data Mayor :
Melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya
penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet tinggi lemak)
Data Minor :
Melaporkan atau memperlihatkan :
 Sistem pernapasan (sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat aktivitas)
 Rongga mulut (sering sariawan, ompong pada usia dini)
 Sistem pencernaan dan nutrisi (obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia kronis)
 Sistem musculoskeletal ( tot sering tegang, sakit punggung, nyeri leher)
 Konstitusional (keletihan kronis, malaise, apatis)
 Neurosensori (sakit kepala,adanya kerutan pada wajah)
 Psikoemosional (emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa sanga kacau)

Intervensi :
a. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer
 Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam, tinggi
karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi, air 2-3
liter sehari)
 Kontrol berat badan
 Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau)
 Hindari penyakit hubungan seksual
 Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)
 Imunisasi
 Pola olahraga teratur
 Penatalaksanaan stress
 Bimbingan gaya hidup (misalnya seks aman, keluarga berencana,
ketermpilan menjadi orangtua, perencana keuangan)
b. Ajarkan pentingnya pencegahan sekunder
c. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit
d. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi asuhan,
keuangan, peralatan)

4. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam system


pendukung
ANALISA DATA
Data Mayor :
 Mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi
alternative tindakan yang diinginkan
 Kebimbangan tentang alternative pilihan
 Menunda pengambilan keputusan
Data Minor :
 Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan
 Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan
(peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan
menjadi focus perhatian
 Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan suatu
pengambilan keputusan
Intervensi :
a. Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian
dan perhatian
b. Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis
 Bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas
mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat
 Gali apa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan
 Bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative
 Bantu individu untuk menghadapi ketakutan
 Benahi kesalahan informasi
 Bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada ancaman
potensial atau actual terhadap nilai-nilai atau keyakinan
 Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan
c. Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses
pengambilan keputusan
d. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya dan
menjadi haknya untuk melakukan itu
e. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan

5. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi
dari rumah)
ANALISA DATA
Data Mayor :
 Pengungkapan rasa kesepian  karena telah melepaskan anak yang  menikah
 Ingin mencari suasana yang lebih ramai
Data Minor :
 Cemas, gelisah
 Sedih
 Sering merenung
Intervensi :
a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang
b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
c. Tingkatkan interksi social
 Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
 Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
 Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri pada
orang lain
d. Kurangi hambatan kontak sosial
 Tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas (umum, yang
berubngan dengan ibadah)
 Identifikasi aktivitas yang membantu mempertahankan individu tetap sibuk,
terytama dalam periode risiko tinggi kesepian
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek.
Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC

Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik
Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all];
editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC

Setiawati, santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info med

Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC

Suprayitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai