Disusun Oleh:
FLA AURELIA R
NIM: P2002023
3. Rentang Respon
a) Pola perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan
stressor dan mampu untuk berprilaku adaptif maka pola
perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masi
melakukan perawatan diri
b) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak : saat pasien
mendapat stressor kadang-kadang pasien tidak memperhatikan
perawatan dirinya
c) Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor,
(Ade, 2011).
4. Penyebab
a) Predisposisi
Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu
Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri
Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri
Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan
diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi
latihan kemampuan dalam perawatan diri
b) Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. (Depkes, 2000, dalam Anonim, 2009) Sedangkan Tarwoto
dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), meyatakan bahwa
kurangnya perawatan diri disebabkan oleh :
Kelelahan fisik
Penurunan kesadaran
5. Sumber Koping
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri
b) Melatih pasien berhias/berdandan
c) Melatih pasien makan dengan benar
d) Melatih pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga,
jaringan interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan
sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau
tulisan (Stuart and Sundeen, 1998 dalam Lili Kadir, 2018).
C. Pohon Masalah
Halusinasi
Defisit perawatan diri
Effect
Edukasi
1.5 anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
1.6 anjurkan ikut serta
kegiatan sosial
kemasyarakatan
3. Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perilaku
situasional b/d keperawatan selama 3 x 24 (I. 12463)
perubahan pada citra jam di harapkan masalah
tubuh dibuktikan keperawatan harga diri Observasi
dengan menilai diri rendah situsional b/d 1.1 identifikasi harapan
negatif perubahan pada citra tubuh untuk mengendalikan
dibuktikan dengan menilai perilaku terapeutik
diri negatif teratasi dengan 1.2 tingkatkan status
kriteria hasil : aktivitas sesuai
(L09069) kemampuan
1. Perilaku Konsisten 1.3 bicara dengan nada
2. Perasaan Fluktuatif rendah dan tenang
terhadap diri 1.4 lakukan kegiatan
3. Budaya pengalihan terhadap
4. Presepsi Terhadap sumber agitasi
Diri
Edukasi
1.5 Informasikan
keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif
Orientasi
“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan
jadual kegiatannya..?” “Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing
yang baik? “ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana
dech...!
Kerja
Untuk pasien pria: “Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono,
berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang
tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di
sembarang tempat ya.....” “Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana
cara Tono cebok?” “Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok
adalah Tono membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan
pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”. “Setelah
Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan
tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang
berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing” “Setelah selesai membersihan
tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari
WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi , lalu cuci
tangan dengan menggunakan sabun.” Untuk pasien wanita: “Cara cebok yang
bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke belakang.
Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya
kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita” “Setelah Tono selesai
cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya
siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu
tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini,
berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada
kotoran/ air kencing” “Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar
dari WC/kakus, lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing
yang baik?” “Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”. “
Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan
jadual kegiatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amang Bagas dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah
Defisit Perawatan Diri.
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-defisit-perawatan-
diri.pdf. Diakses pada tanggal 14 febuari 2021
Purnomo Ade dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri (DPD).
http://www.academia.edu/9222718/ASUHAN_KEPERAWATAN_DEFIS
IT_PERAWATAN_DIRI_DPD_Disusun_Guna_Memenuhi_Tugas_Blok_
Jiwa_Disusun_oleh. Diakses pada tanggal 14 febuari 2021
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika