Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:
FLA AURELIA R
NIM: P2002023

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Defisit perawatan diri
B. Proses Terjadinya
1. Definisi
Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya. (Depkes, 2000 dalam Wibowo, 2009).
Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan
bahwa Personal Higiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Wahit Iqbal Mubarak (2007), juga mengemukakan bahwa
higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk
memperolah kesejahteraan fisik dan psikologis.
Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri
dinyatakan mengalami defisit perawatan diri. Nurjannah (2004),
dalam Wibowo (2009), mengemukakan bahwa Defisit Perawatan
Diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009),
Kurang Perawatan Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak
memperdulikan perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien
dikucilkan dalam keluarga dan masyarakat (Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami
defisit perawatan diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan
ketidakberdayaan yang berhubungan dengan keadaannya sehingga
terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan
gejala klien dengan defisit perawatan diri yaitu:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di
sembarang tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang
mengalami Defisit Perawatan Diri adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan
kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan
rambut acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien perempuan tidak berdandan
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh
kemampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran
dan makan tidak pada tempatnya
d. Ketidak mampuan eliminasi secara mandiri, ditandai
dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, dan tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK (Keliat,
2009).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat
juga menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi,
sakit infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya
penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya (Harist, 2011).

3. Rentang Respon
a) Pola perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan
stressor dan mampu untuk berprilaku adaptif maka pola
perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masi
melakukan perawatan diri
b) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak : saat pasien
mendapat stressor kadang-kadang pasien tidak memperhatikan
perawatan dirinya
c) Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor,
(Ade, 2011).
4. Penyebab
a) Predisposisi
 Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu
 Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri
 Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri
 Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan
diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi
latihan kemampuan dalam perawatan diri
b) Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. (Depkes, 2000, dalam Anonim, 2009) Sedangkan Tarwoto
dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), meyatakan bahwa
kurangnya perawatan diri disebabkan oleh :
 Kelelahan fisik
 Penurunan kesadaran
5. Sumber Koping
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri
b) Melatih pasien berhias/berdandan
c) Melatih pasien makan dengan benar
d) Melatih pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga,
jaringan interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan
sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau
tulisan (Stuart and Sundeen, 1998 dalam Lili Kadir, 2018).

C. Pohon Masalah
Halusinasi
Defisit perawatan diri
Effect

Isolasi Sosial Menurunnya motivasi


Core Problem dalam perawatan diri

Harga Diri Rendah


Causa

D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1) Halusinasi
2) Isolasi sosial
3) Harga Diri Rendah
4) Defisit perawatan diri
E. Data yang perlu dikaji
1) Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah
 Data subjektif
 Pasien merasa lemah
 Malas untuk aktivitas
 Merasa tidak berdaya
 Data Olbjektif
 Rambut kotor, acak-acakan
 Badan dan pakaian kotor dan bau
 Mulut dan gigi bau
 Kulit kusam dan kotor
 Kuku Panjang dan tidak terawat

2) Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah


 Regresi
 Penyangkalan
 Isolasi sosial, menarik diri
 intelektualisasi
F. Diagnosa Keperawatan
1) Halusinasi berhubungan dengan gangguan interaksi sosial
2) Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
dibuktikan dengan menarik diri
3) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan
pada citra tubuh dibuktikan dengan menilai diri negatif
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan
motivasi/minat dibuktikan dengan minat melakukan perawatan
diri kurang
G. Rencana Tindakan Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
Dx
1. Halusinasi b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Halusinasi
gangguan interaksi keperawatan selama 3 x 24 (I. 09288)
sosial jam di harapkan masalah
keperawatan halusinasi b/d Observasi
gangguan interaksi sosial 1.1 Monitor perilaku
teratasi dengan kriteria hasil yang mengindikasikan
: halusinasi
(L.09083) 1.2 Monitor dan
1. Verbalisasi sesuaikan tingkat
mendengar bisikan aktivitas dan stimulasi
2. Verbalisasi melihat lingkungan
bayangan 2 1.3 Monitor isi halusinasi
3. Verbalisasi (mis. Kekerasan atau
merasakan sesuatu membahayakan diri)
melalui indra
perabaan 2 Teraupetik
4. Verbalisasi 1.4 Pertahankan
merasakan sesuatu lingkungan yang aman
melalui indra 1.5 Lakukan tindakan
penciuman 2 keselamatan ketika
5. Verbalisasi tidak dapat
merasakan sesuatu mengontrol perilaku
indra pengecapan 2 1.6 Diskusikan perasaan
6. Menarik diri 2 atau respons terhadap
7. Melamun 2 halusinasi
8. Curiga 2
9. Mondar mandir 2 Edukasi
1.7 Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
1.8 Anjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk
memberi dukungan
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
1.9 Anjurkan melakukan
distraksi
1.10 Anjurkan pasien
dan keluarga
mengontrol halusinasi

2. Isolasi sosial b/d Setelah dilakukan tindakan Promosi Sosialisasi


perubahan keperawatan selama 3 x 24 (I. 13498)
penampilan fisik jam di harapkan masalah
dibuktikan dengan keperawatan isolasi sosial Obsevasi
menarik diri b/d perubahan penampilan 1.1 identifikasi
fisik dibuktikan dengan kemampuan melakukan
menarik diri teratasi dengan interaksi dengan orang
kriteria hasil : lain
(L.13115) 1.2 identifikasi
1. Minat Interaksi hambatan melakukan
2. Verbalisasi Isolasi interaksi dengan orang
Sosial lain
3. Verbalisasi ketidak
amanan di tempat Terapeutik
umum 1.3 motivasi
4. Perilaku Menarik meningkatkan
Diri keterlibatan dalam satu
hubungan
1.4 motivasi
berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok

Edukasi
1.5 anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
1.6 anjurkan ikut serta
kegiatan sosial
kemasyarakatan
3. Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perilaku
situasional b/d keperawatan selama 3 x 24 (I. 12463)
perubahan pada citra jam di harapkan masalah
tubuh dibuktikan keperawatan harga diri Observasi
dengan menilai diri rendah situsional b/d 1.1 identifikasi harapan
negatif perubahan pada citra tubuh untuk mengendalikan
dibuktikan dengan menilai perilaku terapeutik
diri negatif teratasi dengan 1.2 tingkatkan status
kriteria hasil : aktivitas sesuai
(L09069) kemampuan
1. Perilaku Konsisten 1.3 bicara dengan nada
2. Perasaan Fluktuatif rendah dan tenang
terhadap diri 1.4 lakukan kegiatan
3. Budaya pengalihan terhadap
4. Presepsi Terhadap sumber agitasi
Diri
Edukasi
1.5 Informasikan
keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif

4. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan


diri b/d penurunan keperawatan selama 3 x 24 Diri
motivasi/minat jam di harapkan masalah (I. 11348)
dibuktikan dengan keperawatan defisit
minat melakukan perawatan diri b/d Observasi
perawatan diri penurunan motivasi/minat 1.1 identifikasi
kurang dibuktikan dengan minat kebiasaan aktivitas
melakukan perawatan diri perawatan diri sesuai
kurang, teratasi dengan usia
kriteria hasil : 1.2 monitor tingkat
(L.11103) kemandirian
1. Kemampuan Mandi 1.3 identifikasi
2. Kemampuan kebutuhan alat bantu
Mengenakan kebersihan diri
Pakaian
3. Kemampuan makan Terapeutik
4. Kemampuan ke 1.4 sediakan lingkungan
toilet (BAB/BAK) yang terapeutik
5. Verbalisasi 1.5 fasilitasi
keinginan keinginan kemandirian, bantu jika
perawatan diri tidak mampu melakukan
6. Minat melakukan perawatan diri
perawatan diri
Edukasi
1.6 anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

STRTEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
Orientasi
“Selamat pagi, kenalkan saya Lastri” ”Namanya anda siapa, senang dipanggil
siapa?” ”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit
ini saya yang akan merawat T?” “Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk
badannya, gatal ya?” ” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ” ”
Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”
Kerja
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T
apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri?
Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-
tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal,
mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah
apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb. “Apa yang T
lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki) “Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan
T cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya...
sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke
perawat ya “Berapa kali T makan sehari? ”Apa pula yang dilakukan setelah
makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan. “Di mana biasanya T
berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan berak
harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai
air dan sabun”. “Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum
mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian
ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”. ”Bagaimana kalau
sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T melakukannya.
Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan
pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya
ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air
sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah
atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus,
lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai
bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya
T pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T sebutkan
lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”.
”Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore,
Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan
beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh,
B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani?
Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.

SP2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan: a) Berpakaian b)


Menyisir rambut c) Bercukur
Orientasi
“Selamat pagi Pak Tono? “Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana
mandinya?”sudah dilakukan? Sudah ditandai di jadual hariannya? “Hari ini kita
akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ?
lebih kurang setengah jam”.
Kerja
Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju? “Untuk
berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih
2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”. “Apakah T
menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke
cermin, bagus…sekali! “Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?”
betul 2 kali perminggu “Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang.
Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak
memelihara janggut)
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”. “Coba pak, sebutkan cara
berdandan yang baik sekali lagi”.. “Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi
berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadual kegiatan
harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?

SP3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita a) Berpakaian b)


Menyisir rambut c) Berhias
Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di
tandai dijadual harian ? “Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak
rapi dan cantik. Mari T kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak,
lipstik )
Kerja
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir
rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin
mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis.
Nach…coba lihat dikaca!
Terminasi
“Bagaimana perasaan T belajar berdandan” “T jadi tampak segar dan cantik, mari
masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama jamnya dengan mandi. Nanti
siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama pasien yang lain”.

SP4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri


a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
ORIENTASI
“Selamat siang T,” ” Wow...masih rapi dech T”. “Siang ini kita akan latihan
bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya..!”
Mari...itu sudah datang makanan.“
KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan!
“Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa
dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus.. “Mari kita makan.. saat makan kita harus
menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya
dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul..
dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat,
coba...T minta sendiri obatnya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”. ”Apa saja yang harus
kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil makanan,
berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)” ” Nach... coba
T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadual?.Besok kita
ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini
saja ya...!”

SP5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri


a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Orientasi
“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan
jadual kegiatannya..?” “Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing
yang baik? “ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana
dech...!
Kerja
Untuk pasien pria: “Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono,
berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang
tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di
sembarang tempat ya.....” “Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana
cara Tono cebok?” “Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok
adalah Tono membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan
pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”. “Setelah
Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan
tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang
berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing” “Setelah selesai membersihan
tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari
WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi , lalu cuci
tangan dengan menggunakan sabun.” Untuk pasien wanita: “Cara cebok yang
bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke belakang.
Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya
kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita” “Setelah Tono selesai
cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya
siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu
tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini,
berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada
kotoran/ air kencing” “Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar
dari WC/kakus, lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing
yang baik?” “Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”. “
Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan
jadual kegiatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Amang Bagas dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah
Defisit Perawatan Diri.
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-defisit-perawatan-
diri.pdf. Diakses pada tanggal 14 febuari 2021

Damaiyanti Mukhripah,dkk.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika


Aditama

Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).
Jakarta:Salemba Medika

Hoesny, Rezkiyah,.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit


Perawatan Diri diakses dari
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah%20Hoesny.pdf pada
14 febuari 2021

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari


https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TIN
DAKAN_KEPERAWATAN_SP1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Perte
muan_Ke-1 pada 14 febuari 2021

Purnomo Ade dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri (DPD).
http://www.academia.edu/9222718/ASUHAN_KEPERAWATAN_DEFIS
IT_PERAWATAN_DIRI_DPD_Disusun_Guna_Memenuhi_Tugas_Blok_
Jiwa_Disusun_oleh. Diakses pada tanggal 14 febuari 2021

Shinzu, Bekti,.2018. Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari


https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP
pada 14 febuari 2021

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Sulastri. 2021. Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri. Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai