Anda di halaman 1dari 31

Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Keperawatan Anak : Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Keperawatan Anak

“ LAPORAN PENDAHULUAN AUTISME PADA ANAK “

DOSEN PEMBIMBING

Ibu Dra Hj. Sri Kusmiati, SKp., M.Kes

NAMA

Aprilia Salsabilla Dinda

NIM

P17320119009

TINGKAT / KELOMPOK

2A/1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN BANDUNG

2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan
“isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu
paham tertarik pada dunianya sendiri (Suryana, 2004). Autistik adalah
suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum
anak berusia 3 tahun (Suryana, 2004).
Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis
pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut sindrom
Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-olah
sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk
menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi
(Budiman, 1998). Menurut American psychiatric association (2000),
bahwa autistic adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak
yang mengalami kondisi menutup diri.
Autisme tidak termasuk ke dalam golongan suatu penyakit tetapi suatu
kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan. Dengan
kata lain, pada anak Autisme terjadi kelainan emosi, intelektual dan
kemauan (gangguan pervasif). Berdasarkan uraian di atas, maka autisme
adalah gangguan perkembangan yang sifatnya luas dan kompleks,
mencakup aspek interaksi sosial, kognisi, bahasa dan motorik.
2. Etiologi
1) Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara
2) Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3) Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4) Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
5) Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6) Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh


Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak.

Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan


respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan
tercengang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat
mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan
kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya
anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan
intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan
fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya.

Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita


perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari
tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif, marah
berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak
sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual
pada orang asing.

3. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus
listrik (dendrite).Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna
kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di
bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat
sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh
bulan.pada trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai
pembentukan akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah
dan berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di
pengaruhi secara genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brai growth factor dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan
akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan
pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan
sinaps.Kelainan genetis,keracunan logam berat,dan nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga
akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
4. Manifestasi klinis
1) Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan
non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli
karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya,
serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi
intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan
mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak
adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non
verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual
yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar
biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan
menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya,
menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan
mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek
mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai
perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari
suatu objek, dan dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan
kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan
hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut
terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya
sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif
tampak pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial,
berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya
berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada
sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
2) Cara mengetahui autis pada anak juga dapat dilihat dari interval
umur anak tersebut, karena tanda autis berbeda pada setiap
interval umurnya:
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat, cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye),
anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu
waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan
untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah,
apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap
orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi
tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek
menghadapi kedua orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-
hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat
ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera
atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan
nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton),
kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan
agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.
3) Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
4) Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
d. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
5) Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak dini :
a. USIA 0 - 6 BULAN
 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
 Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
 Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
 Tidak "babbling"
 Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
 Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
 Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
b. USIA 6 - 12 BULAN
 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
 Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
 Gerakan tangan dan kaki berlebihan
 Sulit bila digendong
 Tidak "babbling"
 Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
 Tidak ditemukan senyum sosial
 Tidak ada kontak mata
 Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
c. USIA 6 - 12 BULAN
 Kaku bila digendong
 Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
 Tidak mengeluarkan kata
 Tidak tertarik pada boneka
 Memperhatikan tangannya sendiri
 Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor
kasar/halus
 Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
d. USIA 2 - 3 TAHUN
 Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
 Melihat orang sebagai "benda"
 Kontak mata terbatas
 Tertarik pada benda tertentu
 Kaku bila digendong
e. USIA 4 - 5 TAHUN
 Sering didapatkan ekolalia (membeo)
 Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
 Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
 Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
 Temperamen tantrum atau agresif
5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan audiologi
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Tes timbal atau logam – logam berat
4) Skrining test menggunakan alat skrining CHAT
6. Penatalaksanaan
Menurut Danuatmaja, (2003), gangguan otak pada anak autis umumnya
tidak dapat disembuhkan (not curable), tetapi dapat ditanggulangi
(treatable) melalui terapi dini, terpadu, dan intensif. Gejala autisme dapat
dikurangi, bahkan dihilangkan sehingga anak bisa bergaul dengan normal.
Jika anak autis terlambat atau bahkan tidak dilakukan intervensi dengan
segera, maka gejala autis bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak
tertanggulangi. Keberhasilan terapi tergantung beberapa faktor berikut ini
:

1) Berat atau ringannya gejala, terganting pada berat-ringannya


gangguan di dalam sel otak.
2) Makin muda umur anak pada saat terapi dimulai, tingkat
keberhasilannya akan semakin besar. Umur ideal untuk
dilakukan terapi atau intervensi adalah 2-5 tahun, pada saat
sel otak mampu dirangsang untuk membentuk cabang-
cabang neuron baru.
3) Kemampuan bicara dan berbahasa: 20% penyandang autism
tidak mampu bicara seumur hidup, sedangkan sisanya ada
yang mampu bicara tetapi sulit dan kaku. Namun, ada pula
yang mampu bicara dengan lancer. Anak autis yang tidak
mampu bicara (non verbal) bisa diajarkan ketrampilan
komunikasi dengan cara lain, misalnya dengan bahasa isyarat
atau melalui gambar-gambar.
4) Terapi harus dilakukan dengan sangat intensif, yaitu antara 4-8
jam sehari. Di samping itu, seluruh keluarga harus ikut
terlibat dalam melakukan komunikasi dengan anak. Berikut
terapi yang diberikan

a) Terapi obat (medikamentosa)

Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan


untuk memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon terhadap
lingkungan, dan menghilangkan perilaku-perilaku aneh yang
dilakukan secara berulang-ulang. Pemberian obat pada anak autis
harus didasarkan pada diagnosis yang tepat, pemakaian obat
yang tepat, pemantauan ketat terhadap efek samping obat dan
mengenali cara kerja obat. perlu diingat bahwa setiap anak
memiliki ketahanan yang berbeda-beda terhadap efek obat, dosis
obat dan efek samping. Oleh karena itu perlu ada kehati- hatian
dari orang tua dalam pemberian obat yang umumnya
berlangsung jangka panjang (Danuatmaja, 2003).

Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki


respon anak sehingga diberikan obat-obat psikotropika jenis baru
seperti obat-obat anti depresan SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor) yang bisa memberikan keseimbangan antara
neurotransmitter serotonin dan dopamine. Yang diinginkan
dalam pemberian obat ini adalah dosis yang paling minimal
namun paling efektif dan tanpa efek samping. Pemakaian obat
ini akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak
terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima tata
laksana terapi lainnya. Bila kemajuan yang dicapai cukup baik,
maka pemberian obat dapat dikurangi, bahkan dihentikan
(Danuatmaja, 2003).
b) Terapi biomedis
Terapi melalui makanan (diet therapy) diberikan untuk
anak-anak dengan masalah alergi makanan tertentu. Terapi ini
bertujuan untuk memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet
dan pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan mengingat
banyaknya gangguan pada fungsi tubuh yang sering terjadi anak
autis, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh
yang rentan, dan keracunan logam berat. Gangguan – gangguan
pada fungsi tubuh ini yang kemudian mempengaruhi fungsi
otak.Diet yang sering dilakukan pada anak autis adalah GFCF
(Glutein Free Casein Free). Pada anak autis disarankan untuk
tidak mengkonsumsi produk makanan yang berbahan dasar
gluten dan kasein (gluten adalah campuran protein yang
terkandung pada gandum, sedangkan kasein adalah protein
susu). Jenis bahan tersebut mengandung protein tinggi dan tidak
dapat dicerna oleh usus menjadi asam amino tunggal sehingga
pemecahan protein menjadi tidak sempurna dan berakibat
menjadi neurotoksin (racun bagi otak). Hal ini menyebabkan
terjadinya penurunan sejumlah fungsi otak yang berdampak
pada menurunnya tingkat kecerdasan anak (Danuatmaja, 2003).
Menurut Veskarisyanti (2008), anak dengan autisme memang
tidak disarankan untuk mengasup makanan dengan kadar gula
tinggi. Hal ini berpengaruh pada sifat hiperaktif sebagian besar
dari mereka.
c) Terapi wicara
Menurut Veskarisyanti (2008), umumnya hampir semua
penyandang autisme mengalami keterlambatan bicara dan
kesulitan berbahasa. Kadang-kadang bicaranya cukup
berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai
kemampuan bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan
orang lain. Oleh karena itu, terapi wicara (speech therapy) pada
penyandang autisme merupakan suatu keharusan, tetapi
pelaksanaannya harus sesuai dengan metode ABA (Applied
Behavior Analysis).

d) Terapi perilaku

Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku


yang bersifat self-maladaption (tantrum atau melukai diri sendiri) dan
menggantinya dengan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat.
Terapi perilaku ini sangat penting untuk membantu anak ini agar lebih
bisa menyesuaikan diri didalam masyarakat. (Danuatmaja, 2003).
e) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak autis yang
mempunyai perkembangan motorik kurang baik yang dilakukan
melalui gerakan-gerakan. Terapi okupasi ini dapat membantu
menguatkan, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan ototnya. Otot
jari tangan misalnya sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya anak
bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan
ketrampilan otot jari tangannya seperti menunjuk, bersalaman,
memegang raket, memetik gitar, main piano, dan sebagainya
(Danuatmaja, 2003).
f) Terapi sensori integrasi
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk megolah dan
mengartikan seluruh rangsang yang diterima dari tubuh maupun
lingkungan, dan kemudian menghasilkan respon yang terarah. Terapi
ini berguna untuk meningkatkan kematangan susunan saraf pusat,
sehingga lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
Aktifitas ini merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks, dengan
demikian dapat bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
7. WOC

Partus lama Genetik Keracunan logam Infeksi GIT


Gg. nutrisi & oksigenasi >> neurotropin & neuropeptida Kebocoran usus
Kurang nutrisi ke otak
Gg. pada otak Kerusakan pada sel purkinye & hippocampus
Abnormalitas pertumbuhan sel saraf Gg. keseimbangan serotonin & dopamin
Neurokimia secara abnormal Gg. pada otak kecil
Tumbuh tanpa pengawasan Reaksi atensi lebih lambat

AUTIS

Gg. komunikasi Gg. interaksi sosial Gg. perilaku Gg. persepsi sensori

Terlambat bicara Bicara monoton Hiperaktif Agresif Sangat pasif

Hambatan komunikasi verbal Resiko kekerasan terhadap diri sendiri

Mengabaikan & mengacuhkan org lain Perilaku aneh Sensitif cahaya Sensitif sentuhan Sensitif suara

Hambatan interaksi sosial Kecemasan pada orangtua


B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Biodata Klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no
register, dan diagnosa medis
2) Riwayat kesehatan : Riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga,
3) Riwayat Psikologis : Meliputi koping keluarga dalam menghadapi
masalah
4) Riwayat Tumbuh Kembang
a. Bayi baru lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh
kembang, pernah mengalami trauma sakit
c. Sakit pada saat kehamilan mengalami infksi intrapartal
d. Sakit pada saat kehamilan tidak keluar mekonium
5) Riwayat Sosial
a. Hubungan sosial diluar lingkungan internal
b. Hubungan internal antar anggota keluarga
6) Pengkajian data fokus pada anak dengan gangguan
perkembangan pervasif menurut Issac, A (2005) dan Townsend,
M.C (1998) antara lain :
a. Tidak suka dipegang
b. Rutinitas yang berulang
c. Tangan digerak – gerakkan dan kepala diangguk – anggukan
d. Terpaku pada benda mati
e. Sulit berbahasa dan berbicara
f. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
g. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan
emosi diri sendiri dengan orang lain
h. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan orang
lain
i. Ketidakmampuan membedakan batas – batas tubuh diri sendiri
dengan orang lain
j. Mengulangi kata – kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang
lain atau gerakan – gerakan mimik orang lain
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Tidak ada tes laboratorium atau fisik yang memastikan secara pasti
diagnosa autisme, sebaiknya ada tim diagnostik yang terdiri dari neurolog,
ahli perkembangan anak, juru terpai perkataan / bahasa dan konsultan
pendidikan istimewa
1) Hambatan komunikasi verbal
Definisi : Penurunan, kelambatan, atau ketidakmampuan untuk
menerima, memproses, mengirim, dan atau mengggunakan sistem
simbol
Batasan karakteristik :
 Tidak ada kontak mata
 Tidak dapat berbicara
 Kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal (mis, afasia,
disfasia, apraksia, disleksia)
 Kesulitan menyusun kalimat
 Kesulitan menyusun kata-kata (mis : afonia, dislalia, disartria)
 Kesulitan memahami pola komunikasi yang biasa
 Kesulitan dalam kehadiran tertentu
 Kesulitan menggunakan ekspresi wajah
 Disorientasi orang
 Disorientasi ruang
 Disorientasi waktu
 Tidak bicara
 Dispnea
 Ketidakmampuan bicara dalam bahasa pemberi asuhan
 Ketidakmampuan menggunakan ekspresi tubuh
 Ketidakmampuan menggunakan ekspresi wajah
 Ketidaktepatan verbalisasi
 Defisit visual parsial
 Pelo

15
 Sulit bicara
 Gagap
 Defisit penglihatan total
 Bicara dengan kesulitan
 Menolak bicara

Faktor yang berhubungan :

 Ketiadaan orang terdekat


 Perubahan konsep diri
 Perubahan sistem saraf pusa
 Defek anatomis (mis : celah palatum, perubahan neuromuskular
pada sistem penglihatan, pendengaran, dan aparatus fonatori)
 Tumor otak
 Harga diri rendah kronik
 Perubahan harga diri
 Perbedaan budaya
 Penurunan sirkulasi ke otak
 Perbedaan yang berhubungan dengan usia perkembangan
 Gangguan emosi
 Kendala lingkungan
 Kurang informasi
 Hambatan fisik (mis : trakeostomi, intubasi)
 Kondisi psikologi (mis : psikosis, kurang stimulus)
 Harga diri rendah situasional
 Stress
 Efek samping obat (mis : agens farmaseutikal)
 Pelemahan sistem muskuloskeletal
2) Hambatan interaksi sosial
Definisi : Ketidakcukupan atau kuantitas berlebih atau tidak
efektifnya kualitas pertukaran sosial
Batasan karakteristik :

16
 Ungkapan atau observasi ketidakmampuan untuk menerima atau
mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki atau menyayangi,
tertarik, atau pengalaman berbagi
 Mengungkapkan atau mengobservasi ketidaknyamanan situasi
sosial
 Mengamati kegagalan dalam perilaku interaksi sosial
 Disfungsi interaksi dengan teman sebaya, keluarga, atau orang
lain
 Keluarga melaporkan perubahan gaya atau pola interaksi
Faktor yang berhubungan :
 Kerusakan keterampilan/ keterampilan tentang cara untuk
meningkkatkan hubungan yang menguntungkan
 Isolasi terapeutik
 Ketidakcocokan sosial budaya
 Kurangnya mobilitas fisik
 Barier lingkungan (Rintangan lingkungan)
 Barier komunikasi
 Perubahan proses berpikir
 Kurang dapat berhubungan dengan orang lain atau teman sebaya
 Gangguan konsep diri

17
3. Perencanaan Keperawatan
1) Hambatan komunikasi verbal

NOC KRITERIA HASIL NIC

 Anxiety self Setelah dilakukan tindakan Communication enhancement : Speech deficit


control keperawatan selama …x… diharapkan
Intervensi:
 Coping hambatan komunikasi verbal dapat
 Sensory function teratasi dengan kriteria hasil :  Gunakan penerjemah, jika diperlukan
: Hearing and  Komunikasi , penerimaan,  Beri satu kalimat sederhana setiap bertemu jika diperlukan
vision interpretasi dan ekspresi pesan lisan,  Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan terapi
 Fear self control tulisan, dan non verbal meningkat bicara
 Komunikasi ekspresif (kesulitan  Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
berbicara) : ekspresi pesan verbal mengulangi permintaan
dan atau non verbal yang bermakna  Dengarkan dengan penuh perhatian
 Komunikasi reseptif (kesutitan  Berdiri didepan pasien ketika berbicara
mendengar) : penerimaan  Gunakan kartu, bacaan, kertas, pensil, bahasa tubuh, gambar,
komunikasi dan intrepretasi pesan daftar kosakata, bahasa asing, dan lain – lain untuk
verbal dan/atau non verbal memfasilitasi komunikasi dua arah yang optimal
 Gerakan Terkoordinasi : mampu  Ajarkan bicara dari esophagus jika diperlukan
mengkoordinasi gerakan dalam  Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan
menggunakan isyarat alat bantu trakeosofag dan laring buatan
 Pengolahan informasi : klien  Berikan pujian positif
mampu untuk memperoleh,  Anjurkan pertemuan kelompok
mengatur, dan menggunakan  Anjurkan kunjungan keluarga secara teratus untuk
informasi meningkatkan stimulus komunikasi
 Mampu mengontrol respon  Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan
ketakutan dan kecemasan terhadap informasi (Bahasa isyarat)
ketidakmampuan berbicara
 Mampu memanajemen kemampuan
fisik yang di miliki

2) Hambatan interaksi sosial

NOC KRITERIA HASIL NIC

 Child Setelah dilakukan tindakan Peningkatan sosialisasi


Development: keperawatan selama …x… diharapkan Intervensi:
2 Months hambatan interaksi sosial dapat teratasi
 Mendukung pengembangkan keterlibatan dalam hubungan
 Child dengan kriteria hasil :
yang telah terbina
Development:
 Mengidentifikasi tingkah laku  Misalnya sikap ramah, murah senyum, sopan, menghormati
4 Months
problematik yang menghalangi  Perkataan Misalnya: “Bagaimana perasaannya hari ini?”
 Child
sosialisasi  Mengajak berbicara hal-hal yang sederhana
Development:
 Penggantian tingkah laku  Meningkatkan kesabaran dalam mengembangkan hubungan
6 Months
konstruktif tingkah laku sosial yang  Misalnya pada saat pasien menolak minum obat, perawat tetap
 Child

19
Development: disruptif (spesifik) sabar
12 Months  Meningkatkan hubungan dengan orang yang mempunya
 Child ketertarikan dan tujuan yang sama
Keluarga akan:
Development:  Misal: Perawat mengenalkan pasien dengan pasien lain yang
2 Years  Menggambarkan strategi untuk punya tujuan yang sama untuk sembuh, sehingga pasien lebih
 Child mendukung sosialisasi yang efektif semangat untuk sembuh
Development:  Mendukung aktitifas sosial dan komunitas
3 Years  Misal: bila ada kunjungan pada pasien perawat boleh
 Child mengijinkan asal masih wajar, menjaga ketenangan di rumah
Development: sakit, selama kunjungan tersebut mempunyai efek terapeutik
4 Years bagi klien
 Child  Dukung pasien untuk mau membagi masalah yang dimiliki
Development: dengan orang lain
5 Years  Misal: Meminta pasien untuk menceritakan apa yang
 Child dirasakan dan apa penyebab dari perasaannya itu
Development:  Mendukung kejujuran dalam menunjukkan jati diri pasien
Middle Chilhood pada orang lain
(6-11 Years)  Misal: meminta pasien berterus terang mengenai diri sendiri
 Child pada orang lain apabila hal ini tidak menyebabkan pasien
Development: merasa malu, dan meminta pasien berterus terang pada
Adolescence perawat dimana diharapkan hal ini akan membantu perawat
(12-17 Years) untuk memahami permasalahan klien

20
 Play  Atau perawat membuka diri secara jujur pada pasien, agar
Participation pasien memiliki kepercayaan pada perawat, sehingga pasien
 Role akan berkata jujur karena merasa percaya pada perawat
Performance  Mendukung ketertarikan baru secara menyeluruh
 Sociasl  Misal: mengenalkan aktifitas baru pada pasien, bila pasien
Interaction Skills tertarik maka perawat dapat memfasilitasi
 Social  Misal: mengajak pasien jalan-jalan, berbincang-bincang
Involvement dengan diselingi humor, pada anak kecil diajak bermain dan
ini akan menghasilikan aktitifas baru yang menyenangkan
 Mendukung menghormati hak orang lain
 Misal: perawat menyampaikan bahwa perawat mempunyai
tugas untuk merawat pasien lain sehingga pasien memahami
bahwa hubungan yang terjalin adalah hubungan profesional
 Rujuk pasien pada grup analisis transaksional atau program
dimana memahami transaksi dapat ditingkatkan, dengan tepat
 Mengijinkan pengetesan dari batasan hubungan
 Misal perawat menjelaskan batasan dari hubungan profesional
antara perawat dan klien
 Memberikan umpan balik tentang kemajuan dalam perawatan
mengenai penampilan personal atau aktifitas lain
 Membantu pasien meningkatkan kesadaran mengenai
kekuatan dan batasan dalam berkomunikasi dengan orang lain

21
 Misal: membantu pasien memahami kekuatan pasien dalam
berkomunikasi dan batasan-batasan yang dapat diterima untuk
berkomunikasi dengan orang lain
 Gunakan bermain peran untuk mempraktekkan peningkatan
ketrampilan dan teknik komunikasi
 Misal: Perawat memberikan contoh bagaimana cara
berkomunikasi dan tehnik komunikasi untuk situasi tertentu
dan juga kemudian memberikan kesempatan pada pasien
untuk mempraktekkan dalam situasi yang aman (misalnya
dengan kegiatan drama)
 Sediakan model peran yang mengekspresikan marah dengan
tepat
 Misal: perawat memberikan contoh cara menyalurkan marah
dengan tepat misalnya dengan menggunakan tehnik
konfrontasi, dll
 Mengkonfrontasikan mengenai kerusakan penilaian oleh
pasien, dengan tepat
 Misal: pasien mengira orang lain yang mempunyai sifat
pendiam dianggap mengacuhkan pasien maka perawat dapat
mengkonfrontasikan penilaian tersebut sehingga pasien
mempunyai alternatif penilaian yang lain yang diharapkan
tidak membuat pasien tidak nyaman dengan adanya kerusakan

22
penilaian tersebut
 Meminta dan dan mengharapkan komunikasi verbal
 Misal dilakukan dengan cara mengatakan “Apabila anda mau
berbincang-bincang dengan saya mungkin kita akan
menemukan solusi masalah yang mengganggu pemikiranmu”
 Memberikan umpan balik positif pada saat pasien mampu
memahami hal yang lain
 Misal: Baik sekali anda sudah lebih memahami masalah yang
kita bahas
 Mendukung pasien untuk merubah lingkungan, seperti keluar
untuk jalan-jalan atau melihat film
 Memfasilitasi masukan dari pasien dan perencanaan untuk
aktitifas di masa depan
 Misal: Menurut anda kira-kira aktifitas apa yang akan anda
lakukan ke depan?
 Mendukung rencana grup kecil untuk aktifitas spesial
 Misal: merencanakan bersama grup kecil untuk melakukan
aktifitas grup yang spesial misalnya:rekreasi bersama, diskusi
bersama, dll

Modifikasi tingkah laku: ketrampilan sosial


Definisi: Membantu pasien untuk mengembangkan atau

23
meningkatkan ketrampilan sosial interpersonal

Intervensi:

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah dari kurangnya


ketrampilan sosial
 Dukung pasien untuk memverbalisasikanperasan berkaitan
dengan masalah interpersonal
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi hasil yang diinginkan
dari hubungan interpersonal atau situasi yang problematik
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari interpersonal/sosialnya
 Identifikasi ketrampilan sosial yang spesifik yang akan
menjadi fokus dari training
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi step tingkah laku untuk
mencapai ketrampilan sosial
 Sediakan model yang menunjukkan step tingkah laku di
dalam konteks situasi yang berarti bagi pasien
 Bantu pasien untuk bermain peran dengan step tingkah laku
 Sediakan umpan balik (penghargaan atau reward) untuk
pasien tentang performance dari ketrampilan sosial yang
ditargetkan
 Didik SO pasien (keluarga, grup dan pimpinan) dengan tepat

24
tentang tujuan dan proses dari training ketrampilan sosial
 Libatkan SO dalam session training ketrampilan sosial
(bermain peran) dengan pasien, dengan tepat
 Sediakan umpan balik untuk pasien dan SO tentang ketepatan
dari respon sosial dalam situasi training
 Dukung pasien/SO untuk mengevaluasi hasil dari interaksi
sosial, memberikan reward pada diri sendiri untuk hasil yang
positif, dan penyelesaian masalah yang hasilnya kurang dari
yang diharapkan

Terapi kelompok
Definisi: Aplikasi dari tehnik psikoterapi pada grup, meliputi
penggunaan dari interaksi antara angota dari grup

Intervensi:

 Menentukan tujuan dari grup (misalnya memelihara testing


realita, memfasilitasi komunikasi, memeriksa ketrampilan
interpersonal, dan dukungan ) dan kealamiahan dari proses
grup
 Membentuk grup dengan ukuran optimal: 5 – 12 anggota
 Memilih anggtoa grup yang bersedia untuk berpartisipasi

25
aktif dan mengambil tanggung jawab pada masalahnya sendiri
 Menentukan apakah tingkat darimotivasi cukup tinggi untuk
memberi keuntungan pada terapi grup
 Menggunakan co leader dengan tepat
 Menyampaikan isue perintah kehadiran
 Menyampaikan isue apakah anggota baru dapat bergabung
kapan saja
 Menetapkan waktu dan tempat pertemuan grup
 Bertemu dalam 1-2 jam persesion dengan tepat
 Mulai dan mengakhiri waktu dan mengharapkan partisipasi
sampai mendapatkan kesimpulan
 Mengatur kursi melingkar yang cukup dekat
 Menggerakkan grup untuk bekerja sesuai tahap secepat
mungkin
 Membantu grup dalam membentuk norma terapeutik
 Membantu grup untuk bekerja melalui resistensi untuk
berubah
 Memberi grup arahan yang memungkinkan mereka untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan setiap tahap
perkembangan
 Menggunakan tehnik “proses iluminasi” untuk mendukung
eksplorsi dari hal yang berarti dari pesan

26
 Mendukung membuka diri dan diskusi dari hal yang lalu
hanya jika berkaitan dengan fungsi dan tujuan dari grup
 Menggunakan tehnik dari “di sini dan penggiatan” untuk
menggerakkan fokus dari umum ke personal, dari abstrak ke
hal yang spesifik
 Mendukng anggota untuk membagi pikiran yang mereka
miliki dengan yang lain
 Mendukung anggota untuk membagi marah, kesedihan,
humor, ketidakpercayaan dan perasaan lain dengan yang lain
 Membantu anggota dalam proses eksplorasi dan penerimaan
dari perasaan marah terhadap grup pemimpin dan lainnya
 Konfrontasi tingkah laku yang mengancam kesatauan grup
(misalnya kelambanan, ketidakhadiran, gangguan sosialisasi
ekstra grup, subgrup, mengkambinghitamkan)
 Menyediakan penguatan sosial (misalnya verbal dan non
verbal) untuk tingkah laku yang diinginkan/respon
 Menyediakan strukutr latihan grup (dengan tepat, untuk
mendukung fungsi grup dan insight
 Menggunakan bermain peran dan penyelesaian masalah,
dengan tepat
 Membantu anggota smenyediakan umpan balik untuk yang
lain, sehingga mereka mengembangkan insight ke dalam

27
tingkah laku mereka
 Menggabungkan sesi tanpa ada pemimpin, pada saat tepat
untuk tujuan dan fungsi dari grup
 Menyelesaikan session dengan kesimpulan
 Menemui secara individu dengan anggta yang menginginkan
terminasi lebih awal untuk mmeriksa rasional untuk hal ini
 Membantu anggota untuk terminasi dari grup, jika tepat
 Membantu grup untuk mereivew riwayat yang lalu dan
hubungan anggota dengan grup pada saat seseorang
meninggalkan grup
 Merekrut anggota baru, dengan tepat untuk memelihara
integrity dari grup
 Menyediakan sesi orientasi individu untuk setiap anggota
baru dari grup sebelum sesi grup pertama

Peningkatan sistem dukungan


Definisi: Memfasilitasi dukungan dari pasien oleh keluarga,
teman dan komunitas

Intervensi:

 Mengkaji respon psikologi terhadap situasi dan ketersediaan

28
sistem dukungan
 Menentukan keadekuatan dari jaringan sosial yang ada
 Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga
 Menentukan sistem dukungan yang saat ini digunakan
 Menentukan tahanan untuk menggunakan sistem dukungan
 Monitor situasi keluarga saat ini
 Mendukung pasien untuk berpartisipasi dalam aktifitas
sosial dan komunitas
 Mendukung hubungan dengan orang yang mempunyai
ketertarikan dantujuan yang sama
 Rujuk pada self help group, jika tepat
 Mengkaji sumber komunitas yang adekuat untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
 Rujuk pada program
promosi/pencegahan/penanganan/rehabilatasi di komunitas
dengan tepat
 Menyediakan pelayanan dengan perilaku caring dan
supportive
 Melibatkan keluarga/SO/teman dalam perawatan dan
perencanaan
 Menjelaskan untuk memperhatikan orang lain bagaimana
mereka dapat menolong

29
3)

30
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. Kamitsuru, Shigemi (2018) NANDA – I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Huda, Amin. Hardhi Kusuma (2015) NANDA NIC – NOC Jilid II. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction Jogja

Kasiat. Rosmalawati, Wayan. (2016) Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta Selatan :


Pusdik SDM Kesehatan

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Outcomes


Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. United Kingdom Elsevier

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Interventions


Classification (NIC) United Kingdom : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai