DOSEN PEMBIMBING
NAMA
NIM
P17320119009
TINGKAT / KELOMPOK
2A/1
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan
“isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu
paham tertarik pada dunianya sendiri (Suryana, 2004). Autistik adalah
suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum
anak berusia 3 tahun (Suryana, 2004).
Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis
pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut sindrom
Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-olah
sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk
menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi
(Budiman, 1998). Menurut American psychiatric association (2000),
bahwa autistic adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak
yang mengalami kondisi menutup diri.
Autisme tidak termasuk ke dalam golongan suatu penyakit tetapi suatu
kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan. Dengan
kata lain, pada anak Autisme terjadi kelainan emosi, intelektual dan
kemauan (gangguan pervasif). Berdasarkan uraian di atas, maka autisme
adalah gangguan perkembangan yang sifatnya luas dan kompleks,
mencakup aspek interaksi sosial, kognisi, bahasa dan motorik.
2. Etiologi
1) Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara
2) Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3) Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4) Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
5) Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6) Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
3. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus
listrik (dendrite).Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna
kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di
bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat
sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh
bulan.pada trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai
pembentukan akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir, terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah
dan berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di
pengaruhi secara genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brai growth factor dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan
akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan
pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan
sinaps.Kelainan genetis,keracunan logam berat,dan nutrisi yang tidak
adekuat dapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga
akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
4. Manifestasi klinis
1) Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan
non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli
karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya,
serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi
intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan
mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak
adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non
verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual
yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar
biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan
menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya,
menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan
mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek
mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai
perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari
suatu objek, dan dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan
kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan
hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut
terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya
sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif
tampak pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial,
berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya
berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada
sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
2) Cara mengetahui autis pada anak juga dapat dilihat dari interval
umur anak tersebut, karena tanda autis berbeda pada setiap
interval umurnya:
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat, cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye),
anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu
waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan
untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah,
apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap
orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi
tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek
menghadapi kedua orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-
hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat
ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera
atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan
nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton),
kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan
agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.
3) Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
4) Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
d. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
5) Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak dini :
a. USIA 0 - 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
Tidak "babbling"
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
b. USIA 6 - 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak "babbling"
Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
c. USIA 6 - 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor
kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
d. USIA 2 - 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai "benda"
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
e. USIA 4 - 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan audiologi
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Tes timbal atau logam – logam berat
4) Skrining test menggunakan alat skrining CHAT
6. Penatalaksanaan
Menurut Danuatmaja, (2003), gangguan otak pada anak autis umumnya
tidak dapat disembuhkan (not curable), tetapi dapat ditanggulangi
(treatable) melalui terapi dini, terpadu, dan intensif. Gejala autisme dapat
dikurangi, bahkan dihilangkan sehingga anak bisa bergaul dengan normal.
Jika anak autis terlambat atau bahkan tidak dilakukan intervensi dengan
segera, maka gejala autis bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak
tertanggulangi. Keberhasilan terapi tergantung beberapa faktor berikut ini
:
d) Terapi perilaku
AUTIS
Gg. komunikasi Gg. interaksi sosial Gg. perilaku Gg. persepsi sensori
Mengabaikan & mengacuhkan org lain Perilaku aneh Sensitif cahaya Sensitif sentuhan Sensitif suara
15
Sulit bicara
Gagap
Defisit penglihatan total
Bicara dengan kesulitan
Menolak bicara
16
Ungkapan atau observasi ketidakmampuan untuk menerima atau
mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki atau menyayangi,
tertarik, atau pengalaman berbagi
Mengungkapkan atau mengobservasi ketidaknyamanan situasi
sosial
Mengamati kegagalan dalam perilaku interaksi sosial
Disfungsi interaksi dengan teman sebaya, keluarga, atau orang
lain
Keluarga melaporkan perubahan gaya atau pola interaksi
Faktor yang berhubungan :
Kerusakan keterampilan/ keterampilan tentang cara untuk
meningkkatkan hubungan yang menguntungkan
Isolasi terapeutik
Ketidakcocokan sosial budaya
Kurangnya mobilitas fisik
Barier lingkungan (Rintangan lingkungan)
Barier komunikasi
Perubahan proses berpikir
Kurang dapat berhubungan dengan orang lain atau teman sebaya
Gangguan konsep diri
17
3. Perencanaan Keperawatan
1) Hambatan komunikasi verbal
19
Development: disruptif (spesifik) sabar
12 Months Meningkatkan hubungan dengan orang yang mempunya
Child ketertarikan dan tujuan yang sama
Keluarga akan:
Development: Misal: Perawat mengenalkan pasien dengan pasien lain yang
2 Years Menggambarkan strategi untuk punya tujuan yang sama untuk sembuh, sehingga pasien lebih
Child mendukung sosialisasi yang efektif semangat untuk sembuh
Development: Mendukung aktitifas sosial dan komunitas
3 Years Misal: bila ada kunjungan pada pasien perawat boleh
Child mengijinkan asal masih wajar, menjaga ketenangan di rumah
Development: sakit, selama kunjungan tersebut mempunyai efek terapeutik
4 Years bagi klien
Child Dukung pasien untuk mau membagi masalah yang dimiliki
Development: dengan orang lain
5 Years Misal: Meminta pasien untuk menceritakan apa yang
Child dirasakan dan apa penyebab dari perasaannya itu
Development: Mendukung kejujuran dalam menunjukkan jati diri pasien
Middle Chilhood pada orang lain
(6-11 Years) Misal: meminta pasien berterus terang mengenai diri sendiri
Child pada orang lain apabila hal ini tidak menyebabkan pasien
Development: merasa malu, dan meminta pasien berterus terang pada
Adolescence perawat dimana diharapkan hal ini akan membantu perawat
(12-17 Years) untuk memahami permasalahan klien
20
Play Atau perawat membuka diri secara jujur pada pasien, agar
Participation pasien memiliki kepercayaan pada perawat, sehingga pasien
Role akan berkata jujur karena merasa percaya pada perawat
Performance Mendukung ketertarikan baru secara menyeluruh
Sociasl Misal: mengenalkan aktifitas baru pada pasien, bila pasien
Interaction Skills tertarik maka perawat dapat memfasilitasi
Social Misal: mengajak pasien jalan-jalan, berbincang-bincang
Involvement dengan diselingi humor, pada anak kecil diajak bermain dan
ini akan menghasilikan aktitifas baru yang menyenangkan
Mendukung menghormati hak orang lain
Misal: perawat menyampaikan bahwa perawat mempunyai
tugas untuk merawat pasien lain sehingga pasien memahami
bahwa hubungan yang terjalin adalah hubungan profesional
Rujuk pasien pada grup analisis transaksional atau program
dimana memahami transaksi dapat ditingkatkan, dengan tepat
Mengijinkan pengetesan dari batasan hubungan
Misal perawat menjelaskan batasan dari hubungan profesional
antara perawat dan klien
Memberikan umpan balik tentang kemajuan dalam perawatan
mengenai penampilan personal atau aktifitas lain
Membantu pasien meningkatkan kesadaran mengenai
kekuatan dan batasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
21
Misal: membantu pasien memahami kekuatan pasien dalam
berkomunikasi dan batasan-batasan yang dapat diterima untuk
berkomunikasi dengan orang lain
Gunakan bermain peran untuk mempraktekkan peningkatan
ketrampilan dan teknik komunikasi
Misal: Perawat memberikan contoh bagaimana cara
berkomunikasi dan tehnik komunikasi untuk situasi tertentu
dan juga kemudian memberikan kesempatan pada pasien
untuk mempraktekkan dalam situasi yang aman (misalnya
dengan kegiatan drama)
Sediakan model peran yang mengekspresikan marah dengan
tepat
Misal: perawat memberikan contoh cara menyalurkan marah
dengan tepat misalnya dengan menggunakan tehnik
konfrontasi, dll
Mengkonfrontasikan mengenai kerusakan penilaian oleh
pasien, dengan tepat
Misal: pasien mengira orang lain yang mempunyai sifat
pendiam dianggap mengacuhkan pasien maka perawat dapat
mengkonfrontasikan penilaian tersebut sehingga pasien
mempunyai alternatif penilaian yang lain yang diharapkan
tidak membuat pasien tidak nyaman dengan adanya kerusakan
22
penilaian tersebut
Meminta dan dan mengharapkan komunikasi verbal
Misal dilakukan dengan cara mengatakan “Apabila anda mau
berbincang-bincang dengan saya mungkin kita akan
menemukan solusi masalah yang mengganggu pemikiranmu”
Memberikan umpan balik positif pada saat pasien mampu
memahami hal yang lain
Misal: Baik sekali anda sudah lebih memahami masalah yang
kita bahas
Mendukung pasien untuk merubah lingkungan, seperti keluar
untuk jalan-jalan atau melihat film
Memfasilitasi masukan dari pasien dan perencanaan untuk
aktitifas di masa depan
Misal: Menurut anda kira-kira aktifitas apa yang akan anda
lakukan ke depan?
Mendukung rencana grup kecil untuk aktifitas spesial
Misal: merencanakan bersama grup kecil untuk melakukan
aktifitas grup yang spesial misalnya:rekreasi bersama, diskusi
bersama, dll
23
meningkatkan ketrampilan sosial interpersonal
Intervensi:
24
tentang tujuan dan proses dari training ketrampilan sosial
Libatkan SO dalam session training ketrampilan sosial
(bermain peran) dengan pasien, dengan tepat
Sediakan umpan balik untuk pasien dan SO tentang ketepatan
dari respon sosial dalam situasi training
Dukung pasien/SO untuk mengevaluasi hasil dari interaksi
sosial, memberikan reward pada diri sendiri untuk hasil yang
positif, dan penyelesaian masalah yang hasilnya kurang dari
yang diharapkan
Terapi kelompok
Definisi: Aplikasi dari tehnik psikoterapi pada grup, meliputi
penggunaan dari interaksi antara angota dari grup
Intervensi:
25
aktif dan mengambil tanggung jawab pada masalahnya sendiri
Menentukan apakah tingkat darimotivasi cukup tinggi untuk
memberi keuntungan pada terapi grup
Menggunakan co leader dengan tepat
Menyampaikan isue perintah kehadiran
Menyampaikan isue apakah anggota baru dapat bergabung
kapan saja
Menetapkan waktu dan tempat pertemuan grup
Bertemu dalam 1-2 jam persesion dengan tepat
Mulai dan mengakhiri waktu dan mengharapkan partisipasi
sampai mendapatkan kesimpulan
Mengatur kursi melingkar yang cukup dekat
Menggerakkan grup untuk bekerja sesuai tahap secepat
mungkin
Membantu grup dalam membentuk norma terapeutik
Membantu grup untuk bekerja melalui resistensi untuk
berubah
Memberi grup arahan yang memungkinkan mereka untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan setiap tahap
perkembangan
Menggunakan tehnik “proses iluminasi” untuk mendukung
eksplorsi dari hal yang berarti dari pesan
26
Mendukung membuka diri dan diskusi dari hal yang lalu
hanya jika berkaitan dengan fungsi dan tujuan dari grup
Menggunakan tehnik dari “di sini dan penggiatan” untuk
menggerakkan fokus dari umum ke personal, dari abstrak ke
hal yang spesifik
Mendukng anggota untuk membagi pikiran yang mereka
miliki dengan yang lain
Mendukung anggota untuk membagi marah, kesedihan,
humor, ketidakpercayaan dan perasaan lain dengan yang lain
Membantu anggota dalam proses eksplorasi dan penerimaan
dari perasaan marah terhadap grup pemimpin dan lainnya
Konfrontasi tingkah laku yang mengancam kesatauan grup
(misalnya kelambanan, ketidakhadiran, gangguan sosialisasi
ekstra grup, subgrup, mengkambinghitamkan)
Menyediakan penguatan sosial (misalnya verbal dan non
verbal) untuk tingkah laku yang diinginkan/respon
Menyediakan strukutr latihan grup (dengan tepat, untuk
mendukung fungsi grup dan insight
Menggunakan bermain peran dan penyelesaian masalah,
dengan tepat
Membantu anggota smenyediakan umpan balik untuk yang
lain, sehingga mereka mengembangkan insight ke dalam
27
tingkah laku mereka
Menggabungkan sesi tanpa ada pemimpin, pada saat tepat
untuk tujuan dan fungsi dari grup
Menyelesaikan session dengan kesimpulan
Menemui secara individu dengan anggta yang menginginkan
terminasi lebih awal untuk mmeriksa rasional untuk hal ini
Membantu anggota untuk terminasi dari grup, jika tepat
Membantu grup untuk mereivew riwayat yang lalu dan
hubungan anggota dengan grup pada saat seseorang
meninggalkan grup
Merekrut anggota baru, dengan tepat untuk memelihara
integrity dari grup
Menyediakan sesi orientasi individu untuk setiap anggota
baru dari grup sebelum sesi grup pertama
Intervensi:
28
sistem dukungan
Menentukan keadekuatan dari jaringan sosial yang ada
Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga
Menentukan sistem dukungan yang saat ini digunakan
Menentukan tahanan untuk menggunakan sistem dukungan
Monitor situasi keluarga saat ini
Mendukung pasien untuk berpartisipasi dalam aktifitas
sosial dan komunitas
Mendukung hubungan dengan orang yang mempunyai
ketertarikan dantujuan yang sama
Rujuk pada self help group, jika tepat
Mengkaji sumber komunitas yang adekuat untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
Rujuk pada program
promosi/pencegahan/penanganan/rehabilatasi di komunitas
dengan tepat
Menyediakan pelayanan dengan perilaku caring dan
supportive
Melibatkan keluarga/SO/teman dalam perawatan dan
perencanaan
Menjelaskan untuk memperhatikan orang lain bagaimana
mereka dapat menolong
29
3)
30
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin. Hardhi Kusuma (2015) NANDA NIC – NOC Jilid II. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction Jogja