Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DEMAM BERDARAH (DBD)


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Dosen Koordintator : Ibu Lucia Endang Hartati,SKep,MN

DISUSUN OLEH :
Novitriya Widiyawan
P.17420113023

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN SEMARANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak

dengan Demam Berdarah (DBD) .


Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Pihak-pihak tersebut adalah:
1. Dosen koordinator mata kuliah Keperawatan Anak, Ibu Lucia Endang Hartati, Skep,
MN
2. Dosen-dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak.
3. Orang tua yang telah memberi izin dan doa restu serta telah mendukung penulis
dalam menyusun makalah.
4. Teman-teman kelas 2A1 prodi DIII Keperawatan Semarang yang juga telah
mendukung penulis dalam membuat makalah.
5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada anak yang menderita DBD. Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun
makalah ini. Namun, makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Semarang, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL....................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................................................4
Rumusan Masalah.........................................................................................5
Tujuan Masalah.............................................................................................5
BAB II KONSEP TEORI
Definisi..........................................................................................................6
Etiologi..........................................................................................................6
Manifestasi klinis..........................................................................................6
Discharge planning........................................................................................7
Patofisiologi..................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian.....................................................................................................10
Diagnosa keperawatan...................................................................................10
Intervensi.......................................................................................................10
Implementasi.................................................................................................14
Evaluasi.........................................................................................................16
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................17
Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau juga dikenal
dengan demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung oleh data-data berikut ini :
Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka
kejadian penyakit DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di
wilayah Republik Indonesia.
Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan kasus
DBD, angka kejadian luar biasa penyakit DBD diestimasikan setiap 5 tahun dengan
angka kematian tertinggi pada tahun 1968 (awal ditemukannya kasuss DBD) dan
angka kejadian tertinggi pada tahun 1988.
Angka kematian kasus DBD masih tinggi, terutama penderita DBD yang datang
terlambat dengan derajat IV.
Vektor penyakit DBD nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus masih
banyak dijumpai di wilayah Indonesia.
Kemajuan tekhnologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk
yang cepat memudahkan penyebaran sumber penularan dari satu kota ke kota yang
lain.
Selama awat tahun epidemic pada setiap negara, penyakit DBD kebanyakan
menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15
tahun walaupun kasus DBD pada usia dewasa juga ikut meningkat. Virus tersebut
menyerang kelompok umur 5-9 tahun, 10-15 tahun, dan 15-44 tahun dalam arti
penyakit ini banyak menyerang kelompok masyarakat yang mempunyai potensi
dalam pembangunan. Selain menjadi penyakit epidemic, DBD juga turut menjadi
penyumbang terbesar akibat kematian anak di Indonesia.
Asuhan keperawatan anak dengan DBD adalah salah satu pelayanan kesehatan
yang diperkirakan dapat menurunkan angka kematian anak. Selain itu, perlu
diadakannya system rujukan yang efektif yang dapat mengurangi angka kematian
yang disebabkan oleh penyakit endemic tersebut. Dengan adanya tingkat
terserang penyakit ini yang masih cukup tinggi merupakan tantangan bagi tenaga
kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komperhensif dan
memuaskan agar dapat menurunkan angka kematian yang terjadi. Dari dasar
4

tersebut di atas sehingga penulis timbul ketertarikan untuk lebih mencermati


masalah epidemiologi DBD yang sering terjadi pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
Apa definisi dari DBD?
Bagaimana perjalanan penyakit DBD?
Bagaimana manifestasi klinis dari DBD?
Bagaimana asuhan keperawatan anak yang terserang DBD?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang pentingnya asuhan keperawatan anak
dengan masalah gangguan hematologi khususnya pada anak dengan penyakit
DBD.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak yang

terserang penyakit DBD


Mahasiswa mampu menegakan diagnosa berdasarkan daftar masalah yang telah

didapatkan setelah melakukan anamnesa


Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan dengan tujuan SMART
Mahasiswa mampu melakukan implementasi dari tindakan yang telah

direncanakan
Mahasiswa mampu memberikan evaluasi setelah melakukan tindakan
keperawatan

BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Demam dengue(DF), dengue haemorrhagic fever (DHF), atau demam berdarah
degue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan

plasma

yang

ditandai

dengan

hemokonsentrasi

(peningkatan

hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue


(dengue shock syndrome/DSS) adalah DBD ayngditandai dengan renjatan/syok.
(Sudoyo Aru,dkk 2009)
Penyakt demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue I, II, III, IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. (Soegeng Soegiyanto,2006)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. (Suriadi,2001)
2.2 Etiologi
Virus dengue sejenis arbovirus. Virus dengue termasuk genus Flavivirus,
keluarga Flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Keempat macam virus tersebut dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia dengan DEN-3 sebagai serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotype
tersebut akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, namun
tidak menutup kemungkinan untuk bisa terjangkit lagi dengan serotype yang lain.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue bahkan dapat terserang oleh 3-4
serotype dalam hidupnya. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan perdarahan baik yang timbul
secara spontan maupun setelah uji tourniquet.Untuk menegakkan diagnosis klinis
DBD, WHO (1986) menentukan beberapa patokan gejala dan laboraturium sebagai
berikut :
Gejala klinis

1) Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari


2) Manifestasi perdarahan
Uji tourniquet positif
Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, dan melena
3) Hepatomegali
4) Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (<20mmHg) atau
nadi tak teraba, kulit dingin, ansietas
Laboraturium
1) Trombositopeni (<100.000 sel/ml)
2) Hemokonsentrasi (kenaikan Ht 20% dibandingkan fase konvalesen)
WHO juga membagi dejarat DBD (1986) sebagai berikut :

Derajat I
Derajat II

atau perdarahan lainnya


Derajat III
: Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai

: Demam dan uji tourniquet positif


: Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit, dan

hepatomegali, dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi


yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi

disertai ekstremitas dingin dan ansietas.


Derajat IV
: Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan
darah tak terukur).
Adanya renjatan disertai Ht yang tinggi dan trombositopeni menyokong

diagnosis DBD atau DBD dengan renjatan (dengue shock syndrome/DSS).


2.4 Discharge Planning
1. Minum yang cukup, diselingin minuman sari buah-buahan (tidak harus jus
jambu saja) dan hitung input output cairan
2. Upayakan untuk istirahat yang cukup
3. Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat
4.
5.
6.
7.

mengunjungi tempat endemic dengue


Cegah perkembangbiakan nyamuk dengan melakukan gerakan 3M+
Kenali tanda dan gejala penyakit DBD
Buang sampah pada tempatnya
Jangan memberikan sembarang obat pada pasien DBD (seperti asetosal, aspirin,

antiinflamasi nonsteroid karena potensial mendorong terjadinya perdarahan)


8. Melakukan pemberantasan jentik nyamuk dengan abate
7

2.5 Patofisiologi
Arbovirus
(melalui gigitan
Aedes aegypti)
Peningkat
an
reabsorbsi
Na dan

Agregasi
trombosit

trombositope
ni
Perfusi
jaringan
tidak efektif
Hipoksia
jaringan
Asidosis
metabolik
Resiko
Syock
Hipovolemi

Beredar
dalam

Infeksi
virus
dengue
(viremia)

hiperter
mi

PGE2
Hipothalam
us
Permeabilitas
membrane
meningkat

Membentuk dan
melepaskan zat C3a,
C5a

Resiko
syock
hipovolemi

Kerusakan
endotel pembuluh
darah
Merangsang dan
mengaktifasi factor
pembekuan
perdarah
an

DIC

Renjatan
hipovolemik dan
hipotensi
Kebocoran
plasma

Kekurangan
Volume
Cairan
Ketidakefektifa
n pola nafas

Mengaktifk
an system
komplemen

Ke
ekstravaskuler
Paruparu

Efusi
pleura
Penekanan
intra
abdomen

hepa
r

abdome
n

hepatome
gali

ascite
s

Mual,
muntah

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Keterangan :

Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks-kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
system komplemen. Akibat aktifasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,
dua peptide yang melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagau factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya


factor koagulasi (protrombin, factor V,VII,IX,X dan fibrinogen) merupakan
factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DBD.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas


dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopeni, dan diathesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

Nilai Ht meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel


dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apanila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis
metabolic hingga kematian.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Kaji riwayat keperawatan pada anak
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual muntah,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, dan harus diwaspadai
jika terjadi tanda-tanda adanya renjatan (denyut nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis,
gelisah, penurunan kesadaran).
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul diantaranya sebagai berikut :

Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke

intravaskuler
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi

yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Perubahan proses keluarga b.d proses infeksi virus
Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue
Resiko perdarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan

(trombositopeni)
Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot

darah

pernafasan, nyeri, hipoventilasi


3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Keperawatan
Kekurangan volume

Tujuan
Anak menunjukkan

cairan b.d pindahnya

tanda-tanda

cairan intravaskuler ke

terpenuhinya

intravaskuler

kebutuhan cairan

Intervensi
Observasi TTV paling sedikit

setiap 4 jam sekali


Monitor tanda-tanda
meningkatnya kekurangan cairan:
turgor tidak elastic, ubun-ubun

cekung, produksi urine menurun


Observasi dan catat intake dan

output
Berikan hidrasi yang adekuat

10

sesuai dengan kebutuhan tubuh


Monitor nilai laboraturium:
elektrolit darah, Bj urin, serum

Ketidakefektifan

Anak menunjukkan

albumin
Berikan hidrasi yang adekuat

sesuai dengan kebutuhan tubuh


Pertahankan intake dan output

uang adekuat
Monitor dan mencatat berat

badan
Monitor pemberian cairan

melalui intravena setiap jam


Kurangi kehilangan cairan yang

tidak terlihat (IWL)


Kaji dan catat TTV (kualitas dan

perfusi jaringan perifer tanda-tanda perfusi

frekuensi denyut nadi, tekanan

b.d kebocoran plasma jaringan perifer yang


darah

adekuat.

darah, capillary refill).


Kaji dan catat sirkulasi pada
ekstremitas (suhu, kelembaban,

warna)
Nilai kemungkinan terjadinya
kematian jaringan pada
ekstremitas seperti dingin, nyeri,

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

Anak menunjukkan

dari tanda-tanda

pembengkakan kaki
Ijinkan anak untuk makan
makanan yang ditoleransinya,

kebutuhan tubuh b.d kebutuhan nutrisi

rencanakan untuk perbaikan gizi

intake

saat nafsu makannya mulai

tidak

nutrisi
adekuat

yang yang adekuat.


akibat

mual dan nafsu makan

kembali muncul
Berikan makanan yang disetai
dengan suplemen nutrisi untuk

yang menurun

meningkatkan nualitas intake

nutrisi
Anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan

11

teknik porsi kecil namun sering


Timbang berat badan setiap
harinya pada waktu yang sama,

dan skala yang sama


Pertahankan kebersihan mulut

pasien
Jelaskan pentingnya intake nutrisi
yang adekuat untuk

Perubahan
keluarga

proses Keluarga
b.d

proses menunjukkan koping

infeksi virus

penyembuhan penyakit
Kaji perasaan dan persepsi orang
tua atau anggota keluarga

yang adaptif.

terhadap situasi yang penuh stress


Ijinkan orang tua dan keluarga
untuk memberikan respon secara
panjang lebar, dan identifikasi
factor yang paling mencemaskan

keluarga
Identifikasi koping yang biasa
digunakan dan seberapa besar
keberhasilannya dalam mengatasi

keadaan
Tanyakan kepada keluarga apa
yang dapat dilakukan untuk
membuat anak/keluarga menjadi
lebih baik, dan jika
memungkinkan memberikan apa

yang diminta oleh keluarga


Penuhi kebutuhan dasar anak
(jika anak sangat tergantung

Hipertermi b.d proses Anak menunjukkan


infeksi virus dengue

tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.

dalam beraktifitas)
Ukur suhu anak
Ajarkan kepada keluarga untuk

mengukur suhu anak


Lakukan kompres dengan air
biasa

12

Resiko perdarahan b.d Anak tidak


penurunan factor-faktor mengalami
pembekuan

darah trombositopeni dan

(trombositopeni)

terhindar dari resiko


perdarahan

Tingkatkan intake cairan


Berikan terapi untuk menurunkan

suhu
Identifikasi penyebab perdarahan
Monitor ketat tanda-tanda

perdarahan setiap 4 jam


Monitor TTV ortostatik
Ambil sampel darah guna
pemeriksaan Hb dan Ht per 4 jam
lalu bandingkan dengan hasil

pemeriksaan sebelumnya
Kolaborasi dalam pemberian
produk darah (platelet atau fresh

frozen plasma)
Anjurkan anak untuk makan
makanan yang banyak

Ketidakefektifan

pola Anak mampu

mengandung vitamin K
Identifikasi penyebab

ketidakefektifan pola nafas


Atur posisi anak semifowler atau

beri bantal
Identifikasi pasien jika

nafas b.d jalan nafas bernafas secara


terganggu

akibat efektif.

spasme

otot-otot

pernafasan,
hipoventilasi

nyeri,

diperlukan tindakan kolaborasi


pemberian oksigen

3.4 IMPLEMENTASI
1. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
intravaskuler
Mengobservasi TTV paling sedikit setiap 4 jam sekali
Memonitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak

elastic, ubun-ubun cekung, produksi urine menurun


Mengobservasi dan mencatat intake dan output
Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Memonitor nilai laboraturium: elektrolit darah, Bj urin, serum albumin
Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Mempertahankan intake dan output uang adekuat
Memonitor dan mencatat berat badan
Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
13

Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (IWL)


2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
Mengkaji dan mencatat TTV (kualitas dan frekuensi denyut nadi,

tekanan darah, capillary refill).


Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban,

warna)
Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas

seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Mengijinkan anak untuk makan makanan yang ditoleransinya,
merencanakan untuk perbaikan gizi saat nafsu makannya mulai kembali

muncul
Memberikan makanan yang disetai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan nualitas intake nutrisi


Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan

teknik porsi kecil namun sering


Menimbang berat badan setiap harinya pada waktu yang sama, dan skala

yang sama
Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan

penyakit
4. Perubahan proses keluarga b.d proses infeksi virus
Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga

terhadap situasi yang penuh stress


Mengijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara
panjang lebar, dan mengdentifikasi factor yang paling mencemaskan

keluarga
Mengidentifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar

keberhasilannya dalammengatasi keadaan


Menanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat
anak/keluarga menjadi lebih baik, dan jika memungkinkan memberikan

apa yang diminta oleh keluarga


Memenuhi kebutuhan dasar anak (jika anak sangat tergantung dalam

beraktifitas)
5. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue
Mengukur suhu anak

14

Mengajarkan kepada keluarga untuk mengukur suhu anak


Melakukan kompres dengan air biasa
Meningkatkan intake cairan
Memberikan terapi untuk menurunkan suhu
6. Resiko perdarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
Mengidentifikasi penyebab perdarahan
Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan setiap 4 jam
Memonitor TTV ortostatik
Mengambil sampel darah guna pemeriksaan Hb dan Ht per 4 jam lalu

bandingkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya


Berkolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen

plasma)
Menganjurkan anak untuk makan makanan yang banyak mengandung

vitamin K
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otototot pernafasan, nyeri, hipoventilasi
Mengidentifikasi penyebab ketidakefektifan pola nafas
Mengatur posisi anak semifowler atau beri bantal
Mengidentifikasi pasien jika diperlukan tindakan kolaborasi pemberian
oksigen
3.5 EVALUASI
Tindakan keperawatan dinyatakan berhasil jika pada klien berhasil dicapai
tujuan keperawatan berupa :
1. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2. Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat.
3. Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
4. Keluarga menunjukkan koping yang adaptif.
5. Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
6. Anak tidak mengalami trombositopeni dan terhindar dari resiko perdarahan
7. Anak mampu bernafas secara efektif.

15

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan sering menyerang anak-anak. DBD telah menjadi
penyakit epidemi dan terbagi menjadi 4 derajat menurut gejala yang dialami
oleh pasien. DBD mampu disembuhkan dengan penanganan yang tepat,
cepat, dan sessuai namun juga mampu menjadi penyakit yang mematikan
jika tidak ditangani dengan baik.
4.2 Saran
Diharapkan untuk ke depannya angka kejadian DBD dapat diturunkan
terutama yang menyerang usia anak. Diharapkan anak yang sudah terjangkit
DBD pun bisa mendapatkan penanganan yang baik sehingga dapat terolong
serta bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat

memberikan pelayanan

kesehatan yang komperhensif dan memuaskan agar dapat mmenghindari


kematian karena DBD.

16

DAFTAR PUSTAKA
Soegijanto,Soegeng.2006.Demam Berdarah Dengue.Airlangga University Press.
Surabaya
Soerdarmo, Sumarmo Sunaryo Poorwo. 1988. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Amin, Hardhi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Media Action Publishing,Yogyakarta
Suriadi. Yuliani, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. PT Fajar Interpratama.
Jakarta
Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai