Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

DOSEN PEMBIMBING
Nurlina, S.Kep,Ns,M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI
YUSNITA (A. 19. 11. 071)
RAUDAH NOFAYANTI (A. 19. 11. 060)
RHOYFATUL RIZQY D.A.N (A. 19. 11. 063)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


KELAS DOMISILI SELAYAR
TP. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Askep ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM”.
Terwujudnya Askep ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Muriyati, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Ibu Nurlina, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan jiwa
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan moral maupun material,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
4. Rekan – rekan mahasiswa/i yang telah memberikan bantuan dalam rangka penyusunan
makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Askep ini masih jauh dari kriteria
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan Askep ini. Penulis harapkan semoga Askep ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

22 September2021

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar isi....................................................................................................................ii

BAB I 1PENDAHULUAN

1. A. Latar belakang........................................................................................
2. B. Tujuan....................................................................................................

BAB II KONSEP MEDIS

1. Definisi waham.........................................................................................
2. Etiologi waham.........................................................................................
3. Manifestasi klinik waham.........................................................................
4. Klasifikasi waham…................................................................................
5. Patofisiologi waham.................................................................................
6. Pemeriksaan waham...............................................................................
7. Penatalaksanaan bunuh waham..............................................................

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.....................................................................................................

2. Diagnosa keperawatan.................................................................................

3. Rencana asuhan keperawatan.......................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk
terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara
potimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-
individu lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala
klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan
dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak
mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian,
kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham
atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,
kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi waham
2. Sebutkan etiologi waham
3. Jelaskan manifestasi klinik waham
4. Jesakan klasifikasi waham…
5. Jelaskan patofisiologi waham
6. Jelaskan pemeriksaan waham.
7. Jelaskan penatalaksanaan bunuh waham
8. Menjelaskan pengkajian, diagnose, dan tindakan keperawatan waham
C. Tujuan
1. menjelaskan definisi waham
2. menyebutkan etiologi waham
3. menjelaskan manifestasi klinik waham
4. menjelaskan klasifikasi waham…
5. menjelaskan patofisiologi waham
6. menjelaskan pemeriksaan waham.
7. menjelaskan penatalaksanaan bunuh waham
8. Menjelaskan pengkajian, diagnose, dan tindakan keperawatan waham
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Menurut Budi Anna Kilat, 2006, waham adalah suatu keyakinan yang
dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Menurut Aziz R, 2003, waham adalah keyakinan seseorang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.
Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang
isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan
intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut
dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.

B. Etiologi
Doengoes M.E (1987, hal. 205) mengemukakan bahwa etiologi waham
dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu :
1. Teori Psikodinamika
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang menyebabkan
kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya dengan orang
lain sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan gangguan harga
diri, kehilangan kontrol, takut/cemas, sikap curiga terhadap orang lain dan sikap
umum yang digunakan yaitu proyeksi.
2. Teori Dinamika Keluarga
Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang
tua yang banyak permintaan dan yang ingin segalanya sempurna, sering marah,
mengutamakan kepentingan pribadi, mencurigai individu, sehingga pengalaman
yang didapat dari dulunya akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
3. Teori Biologi
Muncul karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari beberapa penyakit
individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit yang sama,
contohnya : pada anak kembar, jika salah satu terkena skizofrenia, maka
58% kemungkinan akan terkena pada anak yang satunya.
Faktor Predisposisi
a. Klien
 Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranoid, skizofrenia,
keracunan zat tertentu pada otak, dan gangguan pada pendengaran.
 Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas, misalnya
rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam mengungkapkan
perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang berkepanjangan.

b. Lingkungan yang tidak terapeutik


Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan pekerjaan,
support sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat, atau tidak
mempunyai orang dipercaya.

c. Interaksi
 Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku, tidak
toleran terhadap klien.
 Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi, dan isi pikir.
 Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan
pikiran, dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan.

Faktor Pretisipasi
a. Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara berulang,
ketakutan karena adanya penyakit fisik.

b. Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan orang
lain, adanya kritikan dari orang lain.
C. Klasifikasi Waham
Menurut Direja (2011), waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam,
yaitu :
a. Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di Kementrian
Semarang!”, “Saya punya perusahaan paling besar lho“.
b. Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Saya adalah Tuhan yang
bisa menguasai dan mengendalikan semua makhluk”. 
c. Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh : “Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri
dengan kesuksesan saya”.
d. Waham Somatic
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “Saya menderita penyakit kanker”, padahal hasil pemeriksaan lab
tidak ada sel kanker pada tubuhnya.
e. Waham Nihlistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Ini saya berada
di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh nya.”

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala waham menurut Kusumawati (2010), yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat), cara berpikir magis dan
primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian bicara (tangensial,
neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi, depersonalisasi dan halusinasi.

3. Fungsi emosi, afek tumpul yaitu kurang respon emosional, afek datar, afek
tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.

4. Fungsi motorik, imfulsif yaitu gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,


stereotopik, gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.

5. Fungsi sosial, kesepian yaitu isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri
rendah.

6. Dalam tatanan keperawatan jiwa, respon neurobiologis yang sering muncul


adalah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori :
halusinasi.

E. Proses Terjadinya Waham

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase Lack of Human Need


Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien, baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik, klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Secara
psikis, klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan
antara reality dengan  selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana
tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.

2. Fase Lack of Self Esteem


Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi
lingkungan tersebut, padahal  self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system, semuanya
sangat rendah.

3. Fase Control Internal External


Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan.

4. Fase Environment Support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien akan menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma, yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.

5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama, yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial.
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan
cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang
dilakukan dapat menimbulkan dosa besar, serta ada konsekuensi sosial.

F. Pohon Masalah

KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL AKIBAT

HARGA DIRI
RENDAH

GANGGUAN PROSES PIKIR :


WAHAM CORE PROBLEM

DEFISIT PERAWATAN DIRI

KURANGNYA DUKUNGAN CAUSA /PROBLEM


KELUARGA

G. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008), penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham
antara lain :
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat

 Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering
digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium
sitial. Sejak disahkan oleh “Food and Drug Administration” (FDA) pada
1970 untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan
mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping
yang dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang
ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam,
yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena
itu, selama  penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur
untuk menentukan kadar litium.
 Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang
dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium, juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang
pasien bipolar dengan riwayat mania.
 Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3-4 x
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 x sehari, interval
12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual,
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk
tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian
keduanya tetap sama. Control jangka panjang kadar serum litium yang
diinginkan adalah 0,6-1,2 mEq/L. Dosis bervariasi per individu, tapi
biasanya berkisar 900mg-1200mg/hari dalam dosis berbagi. Monitor
dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya
memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L.
 Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium
dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi
misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek
ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
 Contoh obat
Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet
controlled release.
 Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari
reseptor dopamine.

b. Haloperidol
 Farmakologi
Haloperidol merupakan obat antipsikotik pertama dari turunan
butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
 Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat
pada anak-anak yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol
juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif
juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku
seperti impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang
labil, dan tidak tahan frustasi.
 Dosis
Untuk dewasa, dosis yang digunakan adalah jika gejala sedang (0,5-
2mg), 2-3 x sehari, gejala berat (3-5mg), 2-3 x sehari. Sedangkan pada
pasien anak-anak, dosis yang digunakan adalah Haloperidol tidak boleh
diberikan pada anak-anak usia < 3 tahun. Pada anak-anak dengan usia 3-12
tahun (berat badan 15-40kg), obat mulai diberikan dengan dosis terkecil
(0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai
tercapai efek terapi yang diinginkan. Dosis total dapat dibagi yaitu 2-3 x
sehari. Kelainan psikotik : 0,05-0,15mg/kg/hari.
 Efek samping
Pada sistem saraf pusat, akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing, depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, dan kejang.
Pada kardiovaskular, akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG, dan aritmia. Pada kulit
memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform, dermatitis
kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic, antara lain
laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore,
gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna,
antara lain anoreksia, konstipasi, diare, mual, dan muntah. Pada mata
adalah penglihatan kabur. Pada pernapasan, adalah spasme laring dan
bronkus. Sedangkan pada saluran genitourinaria adalah retensi urin.
 Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi,
penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit
jantung atau penyakit hati berat, dan koma.
 Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik
mesolimbik otak, menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa,
menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi
metabolism basal.

c. Karbamazepin
 Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif dalam pengobatan kejang psikomotor,
serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak
berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang
digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.

 Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis
kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus
temporalis), pola kejang campuran, Neuralgia trigeminal, Karbamazepin.
 Dosis
Dewasa dan anak-anak >12 tahun, dosis awal adalah 200mg 2 x
sehari untuk tablet atau 1 sendok teh 4x1 sehari, untuk suspense adalah
400mg sehari. Untuk anak usia 6-12 tahun, dosis awal adalah 100mg 2 kali
sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari, untuk suspense adalah
200mg sehari. Dan untuk penggunaan Neuorologi trigeminal, dosis awal
pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 s e hari untuk tablet atau ½
sendok teh 4x1 sehari, untuk suspense adalah 200mg sehari.
 Efek Samping
Yang paling sering timbul terutama terjadi pada awal terapi adalah
pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
 Contoh Obat
Tegritol (ciba), Temporal (orion), dan Karbamazepin (generic).
 Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau
komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
 Mekanisme kerja
Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai
antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik,
antidepresif dan antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada
thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan
neural discharge, menstimulasi pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air
secara kimiawi terkait dengan antidepresan trisiklik.

2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial


Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi
untuk pengamanan pasien dengan penggunaan obat anti psikotik untuk
pasien waham.
3. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham, dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri. Hal ini berarti
penatalaksanaannya ditekankan pada gejala penarikan diri yang berkaitan
dengan kecanduan morfin, biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang
dijadwalkan berikutnya.

4. ECT Tipe Katatonik


Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini menyebabkan
perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit
mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik.

5. Psikoterapi
Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi
kelompok, terapi keluarga, dan terapi supportif.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 22 September 2021


Tanggal Dirawat di Ruangan : 23 September 2021
Tanggal Pengkajian : 25 September 2021
Ruang Rawat : Ruang Melinjo

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. J
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Kenari no.2, Selayar
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Pekerja di Perusahaan Proyek
Jenis Kel. : Laki-laki
No. CM : 241148

ALASAN MASUK
a. Data Primer
Klien mengatakan bahwa ia adalah orang yang suci dari dosa, dank lien sering
mengoceh sendirian
b. Data Sekunder
Keluarga mengatakan bahwa klien mulai mengalami hal tersebut setelah dipecat dari
tempatnya bekerja
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien banyak bicara tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya, sring berganti
topic, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami gangguan jiwa setelah dipecat dari
tempatnya bekerja setahun yang lalu karena dituduh menggelapkan uang proyek di
perusahaannya dan klien sering mengoceh sendirian

II. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan kejiwaan, selama ini klien belum
pernah melakukan pengobatan
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
☐ Ya
√ Tidak
JikaYa,Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniayafisik
2. Aniayaseksual
3. Penolakan
4. Kekerasandalamkeluarga
5. Tindakan kriminal
Jelaskan: klien tidak mengalami riwayat trauma
DiagnosaKeperawatan :
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuhdiri
Jelaskan: klien tidak pernah melakukam percobaan bunuh diri
DiagnosaKeperawatan :
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwakegagalan, kematian,
perpisahan )
Jika ada jelaskan : setelah klien dipecat dari tempat kerjanya satu tahun yang lalu
klien banyak berbicara tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya
DiagnosaKeperawatan : gangguan komunikasi
d. Pernahmengalamipenyakitfisik (termasukgangguantumbuhkembang)
☐Ya
√ Tidak
Jika ya Jelaskan
DiagnosaKeperawatan :
e. RiwayatPenggunaanNAPZA
Klien tidak menggunakan napza
DiagnosaKeperawatan : -
3. Upaya yang telah dilakukanterkaitkondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan: -
DiagnosaKeperawatan : -
4. RiwayatPenyakitKeluarga
Anggotakeluarga yang gangguanjiwa ?
☐Ada
√Tidak
Jika ada:
Hubungankeluarga:
Gejala:
Riwayatpengobatan:
DiagnosaKeperawatan:
III. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelumdansesudahsakit)
1. Genogram:

Jelaskan:
Laki-laki perempuan pasien
Diagnosa Keperawatan : tidak ada diagnose yang perlu diambil
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Klien merasa dirinya suci dari dosa
b. Identitas : Klien adalah seorang pekerja di Perusahaan Proyek, sekarang tidak bisa
bekerja lagi
c. Peran : Sekarang klien tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti orang yang
lainnya
d. Ideal diri : Jika klien sembuh nanti, klien ingin melanjutkan pekerjaannya
e. Harga diri : Klien merasa tidak dihargai oleh orang-orang karena dituduh
menggelapkan uang proyek
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
3. HubunganSosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan bahwa dekat dengan ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien dalam kegiatan sehari-hari selalu menyendiri, sering mengoceh sendiri, dan
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien merasa tidak diperhatian oleh keluarganya
DiagnosaKeperawatan : isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien menganut agama islam
Kegiatan ibadah : : klien mengatakan sebelum sakit ia sering melakukan shalat 5
waktu tetapi setelah masuk rumah sakit jiwa sudah jarang menglakukan shalat 5
waktu
DiagnosaKeperawatan:
IV. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum : komposmentis
2. Kesadaran (Kuantitas) : GCS : 4 5 6
3. Tanda vital:
TD : 110/80 mmHg
N : 84 kali/menit
S : 36,5oC
P : 22 kali/menit

4. Ukur:
BB : 65 kg
TB : 168 cm
5. Keluhan fisik
Jelaskan : klien tidak mengalami keluhan fisik
DiagnosaKeperawatan :
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pakaian kurang rapi, agak kotor, baju kusut, bau mulut, rambut ada ketombe, kuku
hitam ada kotorannya, memakai alas kaki benar
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Klientidak dapat berkomunikasi dengan baik, banyak berbicara tetapi tidak bisa
dipahami, sering berganti topic, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan
perawat
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan:

Peningkatan :
 Hiperkinesia, hiperaktifitas  Grimace
 Stereotipi  Otomatisma
 GaduhGelisahKatatonik  Negativisme
 Mannarism  Reaksikonversi
 Katapleksi  Tremor
 Tik  Verbigerasi
 Ekhopraxia  Berjalankaku/rigid
 Command automatism  Kompulsif : sebutkan …………
Jelaskan:
Diagnose keperawatan :
Mood dan Afek
a. Mood
√ Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain lain
Jelaskan

b. Afek
 Sesuai  Tidaksesuai
√ Tumpul/dangkal/datar  Labil
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan :
4. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan  Kontak mata kurang
√ Tidak kooperatif  Defensif
Mudah tersinggung  Curiga
Jelaskan: klien banyak berbicara tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya, sering
berganti topik, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan perawat.
Diagnosa Keperawatan : gangguan komunikasi verbal
5. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
√Tidak ada
Jelaskan:-
Diagnosa Keperawatan : -
6. Proses Pikir
a. Arus Pikir :
 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiasilonggar
 Tangensial  Flight of Idea
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain lain…
Jelaskan:
b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia : sebutkan…………..
 Ekstasi  Waham:
 Fantasi o Agama
 Alienasi o Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri √ Kebesaran
 Preokupasi o Kejar/curiga
 Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
 Ide yang terkait o Dosa
 Pikiran rendah diri o Sisip piker
 Pesimisme o Siar piker
 Pikiran magis o Kontrol piker
 Pikiran curiga  Lain lain :
Jelaskan:
c. Bentuk pikir :
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan :
7. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
 Meninggi
 Menurun:
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan: saat pengkajian pasien sadar baik ,komposmentis.pasien dapat menyebutkan
alamat dan nama.pasien tau orang yang diajak bicara adalah perawat pasien juga tau
dimana di berada saat ini dan pasien tidak mengalami disorientasi waktu
Diagnosa Keperawatan :
8. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (10 detik - 15 menit)
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami gangguan memori, dia ingat baik siapa yang
mengantarkannya ke RSJ yaitu keluarganya
Diagnosa Keperawatan :

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
√ Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan: klien banyak berbicara tapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya dan
sering berganti topik
b. Berhitung
Jelaskan: -
Diagnosa Keperawatan : gangguan komunikasi verbal

10. Kemampuan Penilaian


√ Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : saat pengkajian klien mampu memberikan suatu keputusan dan kemamuan
penilaian pasien cukup baik
Diagnosa Keperawatan :

11. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan: klien dipecat dari tempat bekerja sati tahun yang lalu karna dituduh
menggelapkan uang proyek diperusahaannya setelah itu klien tidak mau
bekerja lagi dan selalu dirumah
Diagnosa Keperawatan : isolasi sosial
VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan:
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan : klien mengatakan jarang mandi tetapi kadang klien
dimandikan oleh keluarganya
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan : klien tidak nampak berhias, klien tidak pernah mengganti
pakaian, dan rambut tidak tertata rapi
3) Makan
Jelaskan : klien mengatakan bisa makan sendiri tanpa bantuan orang lain,
akan tetapi klien tidak pernah menghabiskkan porsi makan
yang disediakan

4) Toileting (BAK, BAB)


Jelaskan : klien mengatakan BAB & BAK di toilet
Diagnosa Keperawatan : deficit perawatan diri

b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari
Klien mampu makan sendiri tanpa bantuan orang lain

Bagaimana nafsu makannya


Klien tidak pernah menghabiskan porsi makan yang telah disediakan
Bagaimana berat badannya
Berat badan klien mengalami penurunan karena pola makannya tidak teratur
Diagnosa Keperawatan : risiko penyimpangan perilaku sehat
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 11s/d 12
Tidur malam, lama : 10s/d 06
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : -
Jelaskan : -
Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain-lain
Jelaskan : -
Diagnosa Keperawatan :
3. Kemampuan lain-lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri
Diagnosa Keperawatan : -
4. Sistem Pendukung Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan : yang mendukung klien adalah keluarga dan terapis
Diagnosa Keperawatan : -

VII.MEKANISME KOPING
Jelaskan : klien tidak mau bekerja lagi dan selalu dirumah, karena dituduh menggelapkan
uang proyek di perusahaannya
Diagnosa Keperawatan : harga diri rendah
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Diagnosa Keperawatan :

IX. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya, faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb
 Penyakit/gangguan jiwa  Penatalaksanaan
 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktor presipitasi
Jelaskan : klien mengetahui tetang penyakitnya sekarang,dan klien tidak mempunyai
masalah yang berhubungan dengan pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :

X. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Medis : Harga diri rendah, deficit perawatan diri, kerusakan
komunikasi verbal
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : difisit perawatan diri
Axis II :harga diri rendah
Axis III :deficit perawtan diri
Axis IV : kerusakan komunikasi verbal
Axis V : kerusakan komunikasi verbal
3. Terapi Medis : psikoterapi yang efektif untuk gangguan waham adalah
psikoterapi individual, berorientasi insight, supotif, kognitif, dan behavioral.

ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: harga diri rendah
1. Menilai diri negative
2. Merasa malu dan bersalah
3. Sulit berkosentrasi
DO:
1. Lesuh dan tidak bergairah
2. pasif
2. DS: menolak melakukan perawatan diri deficit perawatan diri

DO:
1. tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ketoilet/berhias
secara mandiri
2. minat melakukan perwatan diri
kurang

3. DS: - ganguan komunikasi verbal


DO:
1. menunjukkan respon tidak sesuai
2. sulit memahami komunikasi
3. sulit mempertahankan komunikasi

XI. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga diri rendah
2. Difisit perawatan diri
3. Gangguan komunikasi verbal
XII. POHON MASALAH

Harga diri rendah

Deficit perawatan diri

Gangguan komunikasi verbal


XIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah
2. Gangguan komunikasi verbal

Mahasiswa yang mengkaji


yusnita
raudah novayanti
rhoyfatil rizki DAN
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Nama :Tn.J Ruang :
No CM : 241148

No Diagnosa rencana keperawatan intervensi keperawatan


. keperawatan tujuan kriteria hasil
1 Perubahan TUM: 1. Klien dapat Manajemen periaku
menyebutkan
proses pikir Klien mampu kemampuannya yang Observasi
ada setelah 1x
waham berhubungan dengan pertemuan. • Identifikasi harapan untuk
2. Klien dapat menyukai
kebesaran orang lain tanpa kelemahan pada
mengendalikan perilaku
berhubungan merasa rendah diri dirinya dan menjadi Terapeutik
halaman untuk
dengan harga TUK: mencapai • Diskusikan tanggung jawab terhadap
keberhasilannya.
diri rendah Klien dapat 3. Klien dapat perilaku
menyebutkan cita-cita
kronis memperluas dan harapan yang • Jadwalkan kegiatan terstruktur
sesuai dengan
kesadaran diri kemampuan setelah 1
• Ciptakan dan pertahankan lingkungan
x pertemuan. dan kegiatan perawtan konsisten setiap
dinas
• Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
kemampuan
• Batasi jumlah pengunjung
• Bicara dengan nada rendah da tenang
• Laukan kegiatan pengalihan terhadap
sumber agitasi
• Cegah perilaku pasif dan agresif
• Berikan penguatan positif
terhadapkeberhasilan mengendalikan
perilaku
• Lakukan pengekangan fisik, sesuai
indikasi
• Hindari bersikap menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
• Hindari sikap mengancam dan berdebat
• Hindari berdebat atau menawar batas
perilaku yang telah ditetapkan
Edukasi
• Informasikan keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan kognitif
2 gangguan TUM: 1. Klien dapat
mengungkapkan Observasi
komunikasi Klien dapat perasaannya dan
 Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas,
keadaan saat ini secara
verbal melakukan verbal. volume, dan diksi bicara
2. Klien dapat  Monitor proses kognitif, anatomis, dan
komunikasi verbal menunjukkan fisiologis yang berkaitan dengan bicara
kemampuan yang (mis, memori,pendengaran, dan bahasa)
dimilikinya.  Monitor frustrasi, marah, depresi, atau hal
TUK : 3. Klien dapat
lain yang mengganggu bicara
menyebutkan
1. Klien dapat kelemahan yang ada  Identifikasi perilaku emosional dan fisik
pada dirinya. sebagai bentuk komunikasi
membina hubungan 4. Klien dapat menjelaskan
semua kebutuhan yang
saling percaya. tidak terpenuhi. Terapeutik
2. Klien dapat  Gunakan metode komunikasi altematif
(mis. menulis, mata berkedip, papan
mengidentifikasi komunikasidengan dan huruf, isyarat
kemampuan yang tangan, dan komputer)
 Sesuaikan gaya komunikasi dengan
dimiliki kebutuhan (mis. berdiri di depan pasien,
3. Klien dapat dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu
gagasan atau pemikiran sekaligus,
mengidentifikasi bicaralah denganperlahan sambil
menghindari teriakan, gunakan
kebutuhan yang
komunikasi tertulis, atau meminta bantuan
tidak terpenuhi keluarga untuk memahami ucapan pasien)
 Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
 Ulangi apa yang disampaikan pasien
 Berikan dukungan psikologis
 Gunakan juru bicara, jika pertu

Edukasi
 Anjurkan berbicara perlahan
 Ajarkan pasien dan keluargaproses
kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
berhubungan
dengan kemampuan berbicara

Kolaborasi
 Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

:
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/ penuh, atau
kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang dilakukan pada waktu lalu
ditandai dengan gangguan fungsi sosial/okupasi.

Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-ide pikiran
yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan logika/bukti-bukti yang nyata.

B. Saran
Agar dapat memberikan dukungan mental dan seoptimal pada pasien dalam proses
penyembuhan dan mampu merawat pasien di rumah agar tidak kambuh lagi hari ini.
Dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam memotivasi pasien untuk cepat
sembuh dan meningkatkan harga diri pasien serta kepercayaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah Harif: (2017), Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta Selatan,
Jumat 25 Desember 2020, Jam 14:00

Fadhilah Harif: (2017), Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta Selatan,
Jumat 25 Desember 2020, Jam 14.00

Anda mungkin juga menyukai