DOSEN PEMBIMBING
Nurlina, S.Kep,Ns,M.Kep
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI
YUSNITA (A. 19. 11. 071)
RAUDAH NOFAYANTI (A. 19. 11. 060)
RHOYFATUL RIZQY D.A.N (A. 19. 11. 063)
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Askep ini masih jauh dari kriteria
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan Askep ini. Penulis harapkan semoga Askep ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
22 September2021
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................................ii
BAB I 1PENDAHULUAN
1. A. Latar belakang........................................................................................
2. B. Tujuan....................................................................................................
1. Definisi waham.........................................................................................
2. Etiologi waham.........................................................................................
3. Manifestasi klinik waham.........................................................................
4. Klasifikasi waham…................................................................................
5. Patofisiologi waham.................................................................................
6. Pemeriksaan waham...............................................................................
7. Penatalaksanaan bunuh waham..............................................................
BAB III
1. Pengkajian.....................................................................................................
2. Diagnosa keperawatan.................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk
terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara
potimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-
individu lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala
klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan
dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak
mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian,
kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham
atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,
kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi waham
2. Sebutkan etiologi waham
3. Jelaskan manifestasi klinik waham
4. Jesakan klasifikasi waham…
5. Jelaskan patofisiologi waham
6. Jelaskan pemeriksaan waham.
7. Jelaskan penatalaksanaan bunuh waham
8. Menjelaskan pengkajian, diagnose, dan tindakan keperawatan waham
C. Tujuan
1. menjelaskan definisi waham
2. menyebutkan etiologi waham
3. menjelaskan manifestasi klinik waham
4. menjelaskan klasifikasi waham…
5. menjelaskan patofisiologi waham
6. menjelaskan pemeriksaan waham.
7. menjelaskan penatalaksanaan bunuh waham
8. Menjelaskan pengkajian, diagnose, dan tindakan keperawatan waham
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Menurut Budi Anna Kilat, 2006, waham adalah suatu keyakinan yang
dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Menurut Aziz R, 2003, waham adalah keyakinan seseorang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.
Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang
isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan
intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut
dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.
B. Etiologi
Doengoes M.E (1987, hal. 205) mengemukakan bahwa etiologi waham
dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu :
1. Teori Psikodinamika
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang menyebabkan
kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya dengan orang
lain sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan gangguan harga
diri, kehilangan kontrol, takut/cemas, sikap curiga terhadap orang lain dan sikap
umum yang digunakan yaitu proyeksi.
2. Teori Dinamika Keluarga
Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang
tua yang banyak permintaan dan yang ingin segalanya sempurna, sering marah,
mengutamakan kepentingan pribadi, mencurigai individu, sehingga pengalaman
yang didapat dari dulunya akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
3. Teori Biologi
Muncul karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari beberapa penyakit
individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit yang sama,
contohnya : pada anak kembar, jika salah satu terkena skizofrenia, maka
58% kemungkinan akan terkena pada anak yang satunya.
Faktor Predisposisi
a. Klien
Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranoid, skizofrenia,
keracunan zat tertentu pada otak, dan gangguan pada pendengaran.
Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas, misalnya
rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam mengungkapkan
perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang berkepanjangan.
c. Interaksi
Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku, tidak
toleran terhadap klien.
Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi, dan isi pikir.
Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan
pikiran, dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan.
Faktor Pretisipasi
a. Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara berulang,
ketakutan karena adanya penyakit fisik.
b. Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan orang
lain, adanya kritikan dari orang lain.
C. Klasifikasi Waham
Menurut Direja (2011), waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam,
yaitu :
a. Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di Kementrian
Semarang!”, “Saya punya perusahaan paling besar lho“.
b. Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Saya adalah Tuhan yang
bisa menguasai dan mengendalikan semua makhluk”.
c. Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh : “Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri
dengan kesuksesan saya”.
d. Waham Somatic
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “Saya menderita penyakit kanker”, padahal hasil pemeriksaan lab
tidak ada sel kanker pada tubuhnya.
e. Waham Nihlistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Ini saya berada
di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh nya.”
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala waham menurut Kusumawati (2010), yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat), cara berpikir magis dan
primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian bicara (tangensial,
neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi, depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi, afek tumpul yaitu kurang respon emosional, afek datar, afek
tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
5. Fungsi sosial, kesepian yaitu isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri
rendah.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama, yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial.
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan
cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang
dilakukan dapat menimbulkan dosa besar, serta ada konsekuensi sosial.
F. Pohon Masalah
HARGA DIRI
RENDAH
G. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008), penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham
antara lain :
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering
digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium
sitial. Sejak disahkan oleh “Food and Drug Administration” (FDA) pada
1970 untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan
mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping
yang dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang
ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam,
yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena
itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur
untuk menentukan kadar litium.
Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang
dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium, juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang
pasien bipolar dengan riwayat mania.
Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3-4 x
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 x sehari, interval
12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual,
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk
tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian
keduanya tetap sama. Control jangka panjang kadar serum litium yang
diinginkan adalah 0,6-1,2 mEq/L. Dosis bervariasi per individu, tapi
biasanya berkisar 900mg-1200mg/hari dalam dosis berbagi. Monitor
dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya
memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L.
Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium
dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi
misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek
ini mungkin saja menetap selama pengobatan.
Contoh obat
Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet
controlled release.
Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari
reseptor dopamine.
b. Haloperidol
Farmakologi
Haloperidol merupakan obat antipsikotik pertama dari turunan
butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat
pada anak-anak yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol
juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif
juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku
seperti impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang
labil, dan tidak tahan frustasi.
Dosis
Untuk dewasa, dosis yang digunakan adalah jika gejala sedang (0,5-
2mg), 2-3 x sehari, gejala berat (3-5mg), 2-3 x sehari. Sedangkan pada
pasien anak-anak, dosis yang digunakan adalah Haloperidol tidak boleh
diberikan pada anak-anak usia < 3 tahun. Pada anak-anak dengan usia 3-12
tahun (berat badan 15-40kg), obat mulai diberikan dengan dosis terkecil
(0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai
tercapai efek terapi yang diinginkan. Dosis total dapat dibagi yaitu 2-3 x
sehari. Kelainan psikotik : 0,05-0,15mg/kg/hari.
Efek samping
Pada sistem saraf pusat, akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing, depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, dan kejang.
Pada kardiovaskular, akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG, dan aritmia. Pada kulit
memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform, dermatitis
kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic, antara lain
laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore,
gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna,
antara lain anoreksia, konstipasi, diare, mual, dan muntah. Pada mata
adalah penglihatan kabur. Pada pernapasan, adalah spasme laring dan
bronkus. Sedangkan pada saluran genitourinaria adalah retensi urin.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi,
penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit
jantung atau penyakit hati berat, dan koma.
Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik
mesolimbik otak, menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa,
menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi
metabolism basal.
c. Karbamazepin
Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif dalam pengobatan kejang psikomotor,
serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak
berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang
digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis
kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus
temporalis), pola kejang campuran, Neuralgia trigeminal, Karbamazepin.
Dosis
Dewasa dan anak-anak >12 tahun, dosis awal adalah 200mg 2 x
sehari untuk tablet atau 1 sendok teh 4x1 sehari, untuk suspense adalah
400mg sehari. Untuk anak usia 6-12 tahun, dosis awal adalah 100mg 2 kali
sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari, untuk suspense adalah
200mg sehari. Dan untuk penggunaan Neuorologi trigeminal, dosis awal
pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 s e hari untuk tablet atau ½
sendok teh 4x1 sehari, untuk suspense adalah 200mg sehari.
Efek Samping
Yang paling sering timbul terutama terjadi pada awal terapi adalah
pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
Contoh Obat
Tegritol (ciba), Temporal (orion), dan Karbamazepin (generic).
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau
komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
Mekanisme kerja
Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai
antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik,
antidepresif dan antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada
thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan
neural discharge, menstimulasi pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air
secara kimiawi terkait dengan antidepresan trisiklik.
5. Psikoterapi
Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi
kelompok, terapi keluarga, dan terapi supportif.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. J
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Kenari no.2, Selayar
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Pekerja di Perusahaan Proyek
Jenis Kel. : Laki-laki
No. CM : 241148
ALASAN MASUK
a. Data Primer
Klien mengatakan bahwa ia adalah orang yang suci dari dosa, dank lien sering
mengoceh sendirian
b. Data Sekunder
Keluarga mengatakan bahwa klien mulai mengalami hal tersebut setelah dipecat dari
tempatnya bekerja
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien banyak bicara tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya, sring berganti
topic, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami gangguan jiwa setelah dipecat dari
tempatnya bekerja setahun yang lalu karena dituduh menggelapkan uang proyek di
perusahaannya dan klien sering mengoceh sendirian
Jelaskan:
Laki-laki perempuan pasien
Diagnosa Keperawatan : tidak ada diagnose yang perlu diambil
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Klien merasa dirinya suci dari dosa
b. Identitas : Klien adalah seorang pekerja di Perusahaan Proyek, sekarang tidak bisa
bekerja lagi
c. Peran : Sekarang klien tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti orang yang
lainnya
d. Ideal diri : Jika klien sembuh nanti, klien ingin melanjutkan pekerjaannya
e. Harga diri : Klien merasa tidak dihargai oleh orang-orang karena dituduh
menggelapkan uang proyek
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
3. HubunganSosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan bahwa dekat dengan ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien dalam kegiatan sehari-hari selalu menyendiri, sering mengoceh sendiri, dan
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien merasa tidak diperhatian oleh keluarganya
DiagnosaKeperawatan : isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien menganut agama islam
Kegiatan ibadah : : klien mengatakan sebelum sakit ia sering melakukan shalat 5
waktu tetapi setelah masuk rumah sakit jiwa sudah jarang menglakukan shalat 5
waktu
DiagnosaKeperawatan:
IV. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum : komposmentis
2. Kesadaran (Kuantitas) : GCS : 4 5 6
3. Tanda vital:
TD : 110/80 mmHg
N : 84 kali/menit
S : 36,5oC
P : 22 kali/menit
4. Ukur:
BB : 65 kg
TB : 168 cm
5. Keluhan fisik
Jelaskan : klien tidak mengalami keluhan fisik
DiagnosaKeperawatan :
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pakaian kurang rapi, agak kotor, baju kusut, bau mulut, rambut ada ketombe, kuku
hitam ada kotorannya, memakai alas kaki benar
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Klientidak dapat berkomunikasi dengan baik, banyak berbicara tetapi tidak bisa
dipahami, sering berganti topic, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan
perawat
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia, hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Peningkatan :
Hiperkinesia, hiperaktifitas Grimace
Stereotipi Otomatisma
GaduhGelisahKatatonik Negativisme
Mannarism Reaksikonversi
Katapleksi Tremor
Tik Verbigerasi
Ekhopraxia Berjalankaku/rigid
Command automatism Kompulsif : sebutkan …………
Jelaskan:
Diagnose keperawatan :
Mood dan Afek
a. Mood
√ Depresi Khawatir
Ketakutan Anhedonia
Euforia Kesepian
Lain lain
Jelaskan
b. Afek
Sesuai Tidaksesuai
√ Tumpul/dangkal/datar Labil
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan :
4. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Kontak mata kurang
√ Tidak kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga
Jelaskan: klien banyak berbicara tetapi tidak bisa dipahami isi pembicaraannya, sering
berganti topik, dan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan perawat.
Diagnosa Keperawatan : gangguan komunikasi verbal
5. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
b. Ilusi
Ada
√Tidak ada
Jelaskan:-
Diagnosa Keperawatan : -
6. Proses Pikir
a. Arus Pikir :
Koheren Inkoheren
Sirkumtansial Asosiasilonggar
Tangensial Flight of Idea
Blocking Perseverasi
Logorhoe Neologisme
Clang Association Main kata kata
Afasia Lain lain…
Jelaskan:
b. Isi Pikir
Obsesif Fobia : sebutkan…………..
Ekstasi Waham:
Fantasi o Agama
Alienasi o Somatik/hipokondria
Pikiran bunuh diri √ Kebesaran
Preokupasi o Kejar/curiga
Pikiran isolasi sosial o Nihilistik
Ide yang terkait o Dosa
Pikiran rendah diri o Sisip piker
Pesimisme o Siar piker
Pikiran magis o Kontrol piker
Pikiran curiga Lain lain :
Jelaskan:
c. Bentuk pikir :
Realistik
Non realistik
Dereistik
Otistik
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan :
7. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
Meninggi
Menurun:
Kesadaran berubah
Hipnosa
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan: saat pengkajian pasien sadar baik ,komposmentis.pasien dapat menyebutkan
alamat dan nama.pasien tau orang yang diajak bicara adalah perawat pasien juga tau
dimana di berada saat ini dan pasien tidak mengalami disorientasi waktu
Diagnosa Keperawatan :
8. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
Gangguan daya ingat pendek (10 detik - 15 menit)
Jelaskan:
Pasien tidak mengalami gangguan memori, dia ingat baik siapa yang
mengantarkannya ke RSJ yaitu keluarganya
Diagnosa Keperawatan :
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari
Klien mampu makan sendiri tanpa bantuan orang lain
VII.MEKANISME KOPING
Jelaskan : klien tidak mau bekerja lagi dan selalu dirumah, karena dituduh menggelapkan
uang proyek di perusahaannya
Diagnosa Keperawatan : harga diri rendah
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan : tidak ada
Diagnosa Keperawatan :
X. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Medis : Harga diri rendah, deficit perawatan diri, kerusakan
komunikasi verbal
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : difisit perawatan diri
Axis II :harga diri rendah
Axis III :deficit perawtan diri
Axis IV : kerusakan komunikasi verbal
Axis V : kerusakan komunikasi verbal
3. Terapi Medis : psikoterapi yang efektif untuk gangguan waham adalah
psikoterapi individual, berorientasi insight, supotif, kognitif, dan behavioral.
ANALISA DATA
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS: harga diri rendah
1. Menilai diri negative
2. Merasa malu dan bersalah
3. Sulit berkosentrasi
DO:
1. Lesuh dan tidak bergairah
2. pasif
2. DS: menolak melakukan perawatan diri deficit perawatan diri
DO:
1. tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ketoilet/berhias
secara mandiri
2. minat melakukan perwatan diri
kurang
Edukasi
Anjurkan berbicara perlahan
Ajarkan pasien dan keluargaproses
kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
berhubungan
dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/ penuh, atau
kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang dilakukan pada waktu lalu
ditandai dengan gangguan fungsi sosial/okupasi.
Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-ide pikiran
yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan logika/bukti-bukti yang nyata.
B. Saran
Agar dapat memberikan dukungan mental dan seoptimal pada pasien dalam proses
penyembuhan dan mampu merawat pasien di rumah agar tidak kambuh lagi hari ini.
Dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam memotivasi pasien untuk cepat
sembuh dan meningkatkan harga diri pasien serta kepercayaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah Harif: (2017), Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta Selatan,
Jumat 25 Desember 2020, Jam 14:00
Fadhilah Harif: (2017), Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta Selatan,
Jumat 25 Desember 2020, Jam 14.00