Anda di halaman 1dari 20

DIABETES MELLITUS

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Ilmu Kesehatan Olahraga Lansia
Yang dibina oleh Ibu dr. Hartati Eko Wardani M. Si., Med.

Oleh :
Alis trijayanti (170612634003)
Dita Maulidya Rizka (170612634043)
Imelda Kanza Arifin (170612634002)
M. Ridlo Alifizzaman (170612634026)
Ni’matul Laili (170612634026)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan hasil observasi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
1. Dosen Pembina mata kuliah yang telah memberikan arahan tentang tema dan
tata cara penulisan makalah yang baik.
2. Teman-teman anggota kelompok yang telah secara kompak bekerjasama
menyelesaikan makalah ini sesuai bagian masing.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Kesehatan Olahraga Lansia yang dibina oleh Ibu dr. Hartati Eko Wardani M. Si.,
Med.
Penulisan makalah sebagai bahan presentasi dan diskusi diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep Diabetes mellitus. Kami menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna dan asih banyak kekurangan oleh karena itu,
diharapkan mendapat masukan melalui proses diskusi kelas.

Malang, 30 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1. Pengertian Diabetes Mellitus .................................................................... 3
2.2. Etiologi Diabetes Mellitus......................................................................... 3
2.3. Faktor Risiko Diabetes Mellitus ............................................................... 5
2.4. Tanda, gejala, dan diagnosa Diabetes Mellitus ......................................... 8
2.5. Pencegahan Diabetes Mellitus .................................................................. 10
2.6 Kontribusi Olahraga pada Diabetes Mellitus......................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................15


3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 15
Daftar Rujukan ................................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh
dunia.Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes
mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang
terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika
Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan
kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk
tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi
diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan,
antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah
penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita
diabetes menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran
untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada
tahun 1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak
memberikan timbal balik yang kehidupan patien diabetes dan
keluarganya.(Sharon n Margaret 2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya, hal ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan.
Persentase penderita diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa,
14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat
keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang ahli
kesehatan masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan promosi
kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa
dapat memahami dan menguasai konsep dan problematika pada penderita
diabetes mellitus khususnya penderita lansia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diabetes mellitus?
2. Apa saja etiologi diabetes mellitus?
3. Apa saja faktor risiko diabetes mellitus?
4. Apa saja gejala, tanda, dan diagnosa diabetes mellitus?
5. Apa saja pencegahan untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus?
6. Apa saja kontribusi olahraga untuk penyakit diabetes mellitus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus.
2. Memaparkan etiologi diabetes mellitus.
3. Menjelaskan faktor risiko dari diabetes mellitus.
4. Menjelaskan gejala, tanda, dan diagnosa diabetes mellitus.
5. Menjelaskan pencegahan diabetes mellitus.
6. Menjelaskan kontribusi olahraga untuk penyakit diabetes mellitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes mellitus


Diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia yang dihasilkan dari cacat sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya (American Diabetes Association, 2014).
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik dari berbagai
etiologi yang ditandai oleh hiperglikemia chronis dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihasilkan dari cacat
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (WHO, 1999).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang disebabkan
kurangnya produksi hormon insulin, yang diperlukan dalam proses
pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak. Kondisi yang
demikian mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya
kadar gula dalam darah atau terdapatnya kandungan gula dalam air
kencing dan zat-zat keton serta asam (keto-acidosis) yang berlebihan.
Keberadaan zat-zat keton danasam yang berlebihan ini menyebabkan
terjadinya rasa haus yang terus-menerus, banyak kencing, penurunan berat
badan meskipun selera makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh
(Lanywati , 2001).
Diabetes mellitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar
gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam
darah (hiperglikemia) (Depkes, 2014).
2.2 Etiologi Diabetes Mellitus
1. Kelebihan berat badan
Penderita penyakit diabetes tipe 2 diketahui lebih dari 85% memiliki
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas sering
dikaitkan dengan risiko terkena penyakit diabetes. Olahraga secara rutin

3
sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan
resistensi insulin.
2. Sering stres
Jika seseorang mengalami stres, tubuh orang tersebut akan meningkatkan
produksi hormon epinephrine dan kortisol agar gula darah naik dan
tersedia cadangan energi untuk beraktivitas. Namun, apabila gula darah
sering terus dipicu tinggi karena mengalami stres yang berkepanjangan
tanpa jalan keluar, sama saja dengan melakukan bunuh diri pelan-pelan.
Alangkah baiknya jika sedang mengalami masalah, bicaralah pada orang
yang bermasalah tersebut secara baik-baik atau ceritakan pada sahabat
terdekat.
3. Riwayat hidup keluarga
Faktor keturunan juga berperan seseorang terkena diabetes. Apabila orang
tua pernah didiagnosis penyakit diabetes tipe 2, maka anak beresiko
terkena diabetes.
4. Kondisi tertentu pada wanita
Pada wanita yang memiliki sindrom ovarioum polikistik lebih beresiko
untuk menderita diabetes. Sindrom ovarioum polikistik merupakan
ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan tidak teraturnya masa
siklus menstruasi pada wanita. Wanita yang pernah melahirkan bayi
dengan kategori gemuk (4kg atau lebih) diketahui berisiko terkena
diabetes. Adapun wanita hamil yang dapat menderita diabetes gestasional
(diabetes terjadi selama masa kehamilan), diketahui 7 kali lebih beresiko
terkena diabetes tipe 2 pada masa yang akan datang.
5. Kecanduan merokok
Penelitian di Amerika melibatkan setidaknya 4.572 relawan pria dan
wanita menemukan bahwa resiko perokok aktif terhadap diabetes naik
sebesar 22%. Naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh fakor merokok
saja, tetapi kombinasi antara berbagai gaya hidup tidak sehat.
6. Makanan tinggi gula dan lemak
Sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak merupakan salah
satu hal penyebab diabetes. Mengkonsumsi makanan seperti ini berisiko

4
dapat meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Tekanan darah
dan kadar kolesterol yang tinggi sering dikaitkan dengan diabetes dan
penyakit jantung.
7. Takut kulit menjadi hitam
Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan vitamin D yang
tinggi dan kalsium berisiko paling rendah untuk terkena diabetes tipe 2.
Sumber vitamin D dapat ditemukan di sejumlah makanan, namun yang
terbaik ada pada sinar matahari. Terkenan paparan matahari pagi selama
20 menit sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama 3 hari. Sebelum
berjemur pada paparan sinar matahari pagi, alangkah baiknya Anda
menggunakan sunscreen (tabir surya) selama 10-15 menit. Vitamin D juga
dapat membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk juga gula
darah.
8. Gorengan
Gorengan merupakan salah satu makanan faktor resiko tinggi pemicu
penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan diabetes
melitus. Penyebab utama penyakit kardiovaskular tersebut adalah adanya
penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan faktor resiko utama adalah
dislipidemia. Dislipidemia merupakan penyakit kelainan metabolisme
pada lipid yang ditandai dengan gejala peningkatan kadar kolesterol total,
LDL atau kolesterol jahat dan trigliserida. Meningkatnya proporsi
dislipidemia disebabkan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat
dan tinggi lemak, termasuk makanan gorengan.
2.2.1 Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus utamanya disebabkan oleh dua hal, yaitu
meningkatnya kadar gula darah dan kurangnya produksi insulin. Peningkatan
kadar gula darah disebabkan oleh meningkatnya asupan zat gizi yang masuk
ke dalam tubuh, terutama asupan karbohidrat. Sementara itu, kurangnya
produksi insulin dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu defisiensi insulin dan
resistensi insulin. Resistensi insulin disebabkan oleh jaringan tubuh yang
menjadi kurang sensitif terhadap dampak dari insulin. Hal ini menyebabkan
gula darah tidak meninggalkan darah, dan malah memasuki sel-sel tubuh.

5
Sementara itu, defisiensi insulin disebabkan oleh ketidakmampuan insulin
untuk memenuhi kadar yang dibutuhkan oleh tubuh (Nathan & Delahanty,
2005).
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap resistensi atau
defisiensi insulin, di antaranya adalah berat badan lebih, peningkatan usia,
gaya hidup yang kurang aktivitas, kelainan hormon, dan faktor genetik atau
keturunan (Nathan & Delahanty, 2005).
Berikut adalah beberapa faktor risiko dari diabetes mellitus yaitu di
antaranya sebagai berikut.
1. Konsumsi zat gizi
Menurut penelitian Sujaya (2009), konsumsi karbohidrat yang
tinggi dapat meningkatkan risiko terkena DM sebanyak 10,28 kali. Selain
itu, orang dengan konsumsi lemak yang tinggi berisiko 5,25 kali lebih
besar untuk terkena diabetes, dibandingkan dengan orang yang konsumsi
lemaknya rendah. Sementara itu, pada penduduk pria di Amerika Serikat,
pola makan western, yaitu yang mengandung daging, kentang goreng,
dan susu yang berlemak tinggi terbukti berhubungan dengan peningkatan
risiko terjadinya DM (Van Dam dkk. 2002 dalam Sujaya, 2009).
Konsumsi karbohidrat yang tinggi ini akan semakin meningkatkan risiko
DM jika diiringi asupan serat yang rendah (Gross dkk., 2004 dalam
Sujaya, 2009).
2. Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat,
protein, dan lemak yang merupakan faktor risiko dari obesitas
menyebabkan mengingkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid (FFA)
dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan translokasi transporter
glukosa ke membran plasma dan menyebabkan terjadinya resistensi
insulin pada jaringan adipose (Teixeira Lemos dkk., 2011).
Prevalensi DM sejalan dengan tingkat obesitas. Semakin berat
tingkat obesitas, semakin tinggi pula prevalensi DM. Setiap peningkatan
1 kg berat badan dapat meningkatkan risiko terjadinya DM sebesar 4,5%
(Webber, 2004 dalam Sujaya, 2009). Selain itu, pada penelitian Lies

6
(1998) ditemukan bahwa indeks massa tubuh memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian diabetes mellitus.
3. Faktor Genetik
Penelitian dari Genome-Wide Association menemukan bahwa
terdapat jenis Single Nucleotide Polimorphisms (SNPs) yang terkait
dengan fungsi sel ᵦ pankreas yang memicu terjadinya DM. Namun, faktor
lain seperti obesitas dan rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor yang
lebih penting (Sladek, 2007 dalam Praet, 2009).
4. Riwayat Keluarga
Penelitian dari Lies (1998) menunjukkan bahwa adanya riwayat
diabetes mellitus pada keluarga (orang tua atau kakek-nenek)
berhubungan signifikan dengan kejadian diabetes mellitus pada
seseorang. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Iswanto (2004) yang
menemukan bahwa adanya riwayat diabetes pada kakek, nenek, ayah,
ibu, paman, bibi, kakak, atau adik berhubungan signifikan dengan
kejadian diabetes mellitus.
Penyakit diabetes diturunkan menurut Hukum Mendel secara
resesif autosomal dengan penetrasi inkomplit. Apabila kedua orang tua
merupakan penderita diabetes melitus, maka semua anaknya juga akan
menderita penyakit tersebut. Sedangkan jika salah satu orang tua dan
kakek menderita diabetes, maka 50% dari anak-anaknya akan terkena
diabetes (Himawan, 1973).
5. Umur
Penelitian Iswanto (2004) menemukan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan kejadian diabetes mellitus.
Sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas 2007, peningkatan kelompok
umur ternyata juga diikuti dengan peningkatan prevalensi Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) dan Diabetes Mellitus. Namun, pada diabetes
mellitus, prevalensi pada umur 75 tahun ke atas kembali menurun jika
dibandingkan dengan kelompok umur sebelumnya.
Diabetes Tipe-1 yang diduga diakibatkanoleh faktor genetik
sebagian besar terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Sementara itu,

7
diabetes Tipe-2 biasanya banyak terjadi pada usia 40 tahun ke atas karena
pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya
proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel ᵦ pankreas
dalam memproduksi insulin (Budhiarta dkk., 2005 dalam Sujaya, 2009).
6. Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan jumlah energi yang
dikonsumsi melebihi jumlah energi yang dikeluarkan, sehingga
menimbulkan keseimbangan energi positif yang disimpan pada jaringan
adipose. Hal ini menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang
berkembang menjadi DM Tipe-2 (WHO, 2003 dalam Sujaya, 2009).
7. Jenis Kelamin
Beckles dan Thompson Reid (2001) dalam Grant, dkk. (2009)
memaparkan bahwa variasi proporsi diabetes mellitus, khususnya pada
wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu dampak dari diabetes
gestasional pada ibu dan bayi, serta tingginya diabetes mellitus pada
wanita yang berusia tua, yang disebabkan oleh usia harapan hidup wanita
lebih tinggi dari pria. Selain itu, wanita juga lebih rentan terkena faktor-
faktor risiko diabetes mellitus dibandingkan dengan pria (Beckles dan
Thompson Reid, 2001 dalam Grant, dkk., 2009).

2.2.2 Tanda, Gejala, dan Diagnosa


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM
atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala
dibawah ini meskipun tidak semua
dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

8
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan


seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes
mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas.
Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer

9
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Diagnosa meliputi:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi,
kacau mental.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia,
mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status
hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.

2.2.3 Pencegahan Diabetes Mellitus


1. Berhenti Merokok.
Jika Anda memiliki kebiasaan merokok maka sebaiknya berhenti
mulai sekarang. Rokok meninggalkan nikotin dalam saluran pernafasan
kemudian akan diambil oleh darah. Darah yang mengandung nikotin akan
merusak sistem insulin pada pankreas sehingga resiko diabetes menjadi
semakin tinggi. Bahaya merokok selain menjadi penyebab diabetes juga dapat
menimbulkan ratusan penyakit paling mematikan di dunia lainnya.

2. Berhenti Minum Alkohol.


Alkohol adalah salah satu pemicu beberapa jenis penyakit dalam
tubuh seperti jantung, stroke, kanker hati dan beberapa jenis penyakit lain.
Jantung menjadi salah satu potensi besar untuk merusak kemampuan tubuh
dalam menghasilkan insulin. Karena itulah bahaya alkohol bisa meningkatkan
potensi diabetes.

3. Hindari Kebiasaan Tidak Melakukan Aktivitas Apapun.

10
Ketika Anda sedang menonton televisi maka jangan menggunakan
remote kontrol. Terlalu banyak duduk akan memicu timbunan lemak dalam
tubuh sehingga Anda bisa menjadi lebih gemuk. Jadi, membuat tubuh selalu
bergerak paling tidak hanya berjalan-jalan akan membuat simpanan kalori
dalam tubuh bisa dibakar menjadi tenaga.

4. Turunkan Berat Badan


Obesitas adalah salah penyebab diabetes yang paling tinggi. Memiliki
berat badan yang berlebih akan memicu beberapa penyakit seperti jantung.
Ketika tubuh beresiko memiliki penyakit jantung maka potensi diabetes juga
akan semakin tinggi. Jika kondisi ini terjadi maka Anda bisa menurunkan
berat badan dengan melakukan olahraga secara teratur dan diet.

5. Ganti Sumber Karbohidrat dengan Biji-Bijian


Sumber karbohidrat yang berasal dari tanaman gandum dan biji-bijian
bisa membuat enzim pencernaan sulit merubah pati menjadi glukosa. Proses
ini akan membuat tubuh mendapatkan kadar gula dalam darah dengan proses
yang lebih lama. Jika hal ini terjadi maka tubuh akan memproses insulin
sesuai dengan kebutuhan. Dengan cara ini maka resiko diabetes bisa
dikurangi dan untuk mencegah terjadinya diabetes. beberapa jenis makanan
yang bisa digunakan untuk menggantikan karbohidrat lembut seperti nasi
adalah gandum, sereal, jagung dan ubi.

6. Hindari Terlalu Sering Konsumsi Minuman Manis


Minuman manis yang mengandung gula dan bahan pemanis lain
telah meningkatkan resiko diabetes. Minuman manis memang dibutuhkan
oleh tubuh sebagai sumber tenaga tapi dalam jumlah yang kecil. Selain
minuman manis maka minuman yang mengandung soda dan berbagai bahan
pengawet juga harus dihindari. Minuman manis akan meningkatkan kadar
glikemik dalam tubuh sehingga bisa meningkatkan resiko obesitas dan
diabetes.

7. Konsumsi Lemak Tak Jenuh Ganda

11
Lemak tak jenuh ganda adalah jenis lemak yang ditemukan pada
beberapa jenis kacang-kacanga, biji-bijian, ikan salmon, ikan sarden dan
beberapa jenis ikan lain . Lemak ini dapat membantu tubuh dalam mencegah
diabetes. Sementara jenis minyak trans seperti minyak sawit dan margarin
akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan meningkatkan resiko
diabetes.

8. Batasi Konsumsi Daging Merah


Daging merah yang berasal dari domba, sapi , dan babi ternyata bisa
meningkatkan resiko diabetes. Daging merah tidak mudah diterima oleh
tubuh termasuk dalam proses metabolisme. Untuk menghindari resiko ini
maka sebaiknya ganti daging merah dengan daging unggas.

9. Lakukan Berbagai Macam Aktifitas Fisik


Berbagai macam gerakan dan latihan fisik bisa menghindari tubuh
dari penumpulan lemak, resiko obesitas dan membuat jantung menjadi lebih
sehat. Dengan gaya hidup seperti ini maka tubuh akan meningkatkan
produksi insulin dan digunakan untuk membantu menormalkan kadar gula
dalam darah. Anda bisa memilih beberapa aktifitas fisik seperti berenang,
senam dan lari. Latihan fisik 20 menit setiap hari sudah bisa menurunkan
resiko terkena diabetes.

10. Konsumsi Makanan Berserat


Makanan yang mengandung serat akan membuat sistem metabolisme
dalam tubuh berjalan lebih lancar. Organ pencernaan bisa bekerja secara
maksimal dan zat-zat penting yang berasal dari makanan bisa digunakan oleh
tubuh dengan cepat. Makanan berserat juga bisa menurunkan resiko penyakit
jantung dan menjaga organ pencernaan. Dengan cara ini maka resiko diabetes
akan menjadi lebih rendah. beberapa makanan berserat antara lain adalah
sayuran hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, dan biji-bijian.

11. Atur Porsi Makan


Konsumsi makanan yang seimbang dengan kebutuhan nutrisi tubuh
adalah langkah yang sangat bijak. Pada dasarnya dalam setiap satu piring

12
makan harus terdapat sekitar seperempat bagian protein, sayuran, buah, dan
karbohidrat. Ini adalah salah satu pengaturan porsi makan yang paling sehat.
Namun kita sering lupa bahwa makan hanya untuk membuat perut menjadi
kenyang namun ternyata bukan hal itu yang dibutuhkan oleh tubuh. Mengatur
porsi makanan dengan jumlah yang kecil dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi
bisa mengurangi resiko diabetes.

2.3 Kontribusi Olahraga dalam Dibetes Mellitus


Olahraga merupakan istilah umum untuk segala pergerakan tubuh
karena aktivitas otot yang akan meningkatkan penggunaan energi. Olahraga
dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat
berolahraga. Olahraga mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga
kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga,
zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam
tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah
glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010).
Hal ini diperkuat dengan teori Ilyas (2009), pada DM Tipe II olahraga
berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Pada saat berolahraga
resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitifitas insulin meningkat, hal ini
menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe II akan berkurang.
Sensitifitas insulin pada saat berolahraga dapat meningkat karena pada saat
berolahraga terjadi peningkatan aliran darah, hal ini menyebabkan jala-jala
kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan aktif.
Respon ini hanya pada saat berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap
atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan secara terus
menerus dan teratur.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikhriyarotul ‘Arofah yang
berjudul Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Surakarta, dengan Populasi kasus
dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DM tipe II pada bulan Maret-
Mei 2015, sedangkan populasi kontrolnya adalah bukan penderita DM.
Pemilihan sampel pada kelompok kasus sebanyak 40 orang dan untuk

13
kelompok kontrol sebanyak 40 orang. Responden yang memiliki olahraga
yang ringan paling banyak terdapat pada status gizi lebih. Hal ini disebabkan
oleh olahraga yang ringan atau kurangnya pergerakan menyebabkan tidak
seimbangnya kebutuhan energi yang diperlukan dengan yang dikeluarkan.
Kurang olahraga menyebabkan kurangnya pemakaian energi sehingga dapat
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dalam bentuk lemak, yang jika
dalam jangka panjang dibiarkan akan menimbulkan kelebihan berat badan
(status gizi lebih). Makin tinggi jumlah kelebihan energi, makin besar jumlah
cadangan lemak yang akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Olahraga
adalah hal yang dianjurkan terhadap setiap orang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesegaran tubuh (Anugrah, 2013).
Menurut Suminarti 2002, semakin banyak durasi olahraga dalam
seminggu maka semakin rendah kadar glukosa darah. Penurunan kadar
glukosa darah kemungkinan berkaitan dengan peningkatan jumlah dan
sensitivitas reseptor insulin pada membran sel sehingga terjadi penurunan
kebutuhan insulin sebanyak 30 – 50% pada Diabetes Mellitus Tipe 1 dan
100% pada Diabetes Mellitus Tipe II. Dalam penelitian Fikasari (2012),
bahwa seseorang yang teratur melakukan olahraga / dalam kategori sedang
dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit DM tipe II sebesar 0,422 kali
dibandingkan yang tidak teratur / kurang. Karena olahraga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga dapat
memperbaiki kendali glukosa dalam darah (Misnadiarly, 2006). Seseorang
yang kurang olahraga memiliki risiko 4,5 kali menderita DM tipe II
dibandingkan yang cukup melakukan olahraga. Seseorang dikatakan
melakukan olahraga secara teratur jika melakukannya minimal 3 kali dalam
seminggu dan sekurang-kurangnya selama 30 menit (Handayani 2003).

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh


peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan
dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan
atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini
mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang
dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal
dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian
penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit
vaskuler perifer.

15
DAFTAR RUJUKAN

American Diabetes Association. 2014. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. (Online),
(http://care.diabetesjournals.org/content/37/Supplement_1/S81). Diakses 29
Oktober 2018.

WHO. 1999. Definition, Diagnosis and Classification of diabetes Mellitus and its
Complications. (Online),
(http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/66040/?sequence=1).
Diakses 29 Oktober 2018.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik


Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: laporan Nasional 2007. Jakarta,
2008.
Grant, Janet F., dkk. “Gender-Spesific Epidemiology of Diabetes: a
Representative Cross-Sectional Study.” International Journal for Equity
and Health 8 (2009): 1-12.
Nathan, David M. dan Linda M. Delahanty. 2005. Beating Diabetes: The first
Program Clinically Proven to Dramatically Improve Your Glucose
Tolerance. New York: Mc Graw Hill.
Praet, Stefan F. E. dan Luc J. C. van Loon. “Exercise theraphy in Type 2
diabetes.” Springer Acta Diabetol 46 (2009): 197-201.
Purnawati, Lies. “Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin pada Pasien Rawat Jalan di RSUPN Cipto
Mangunkusumo pada Tahun 1998.” Tesis, Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia,
Depok, 1998.
Sujaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada
Vol. 6 No 1: 75-81.
Teixeira-Lemos, Edite, Sara Nunes, Frederico Teixeira, Flavio Reis. 2011.
“Regular physical exercise training assists in preventing type 2 diabetes
development: focus on its antioxidant and anti-inflammatory properties.”
Biomed Central Cardiovascular Diabetology 10: 1-15.

16
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Kenali Kebiasaan Penyebab Diabetes (Online).
(http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-
15112500017), diakses 25 November 2015.

InfoDATIN Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes


(Online).(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin-diabetes.pdf), diakses 29 Oktober 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai