MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Ilmu Kesehatan Olahraga Lansia
Yang dibina oleh Ibu dr. Hartati Eko Wardani M. Si., Med.
Oleh :
Alis trijayanti (170612634003)
Dita Maulidya Rizka (170612634043)
Imelda Kanza Arifin (170612634002)
M. Ridlo Alifizzaman (170612634026)
Ni’matul Laili (170612634026)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan hasil observasi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
1. Dosen Pembina mata kuliah yang telah memberikan arahan tentang tema dan
tata cara penulisan makalah yang baik.
2. Teman-teman anggota kelompok yang telah secara kompak bekerjasama
menyelesaikan makalah ini sesuai bagian masing.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Kesehatan Olahraga Lansia yang dibina oleh Ibu dr. Hartati Eko Wardani M. Si.,
Med.
Penulisan makalah sebagai bahan presentasi dan diskusi diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep Diabetes mellitus. Kami menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna dan asih banyak kekurangan oleh karena itu,
diharapkan mendapat masukan melalui proses diskusi kelas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diabetes mellitus?
2. Apa saja etiologi diabetes mellitus?
3. Apa saja faktor risiko diabetes mellitus?
4. Apa saja gejala, tanda, dan diagnosa diabetes mellitus?
5. Apa saja pencegahan untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus?
6. Apa saja kontribusi olahraga untuk penyakit diabetes mellitus?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan
resistensi insulin.
2. Sering stres
Jika seseorang mengalami stres, tubuh orang tersebut akan meningkatkan
produksi hormon epinephrine dan kortisol agar gula darah naik dan
tersedia cadangan energi untuk beraktivitas. Namun, apabila gula darah
sering terus dipicu tinggi karena mengalami stres yang berkepanjangan
tanpa jalan keluar, sama saja dengan melakukan bunuh diri pelan-pelan.
Alangkah baiknya jika sedang mengalami masalah, bicaralah pada orang
yang bermasalah tersebut secara baik-baik atau ceritakan pada sahabat
terdekat.
3. Riwayat hidup keluarga
Faktor keturunan juga berperan seseorang terkena diabetes. Apabila orang
tua pernah didiagnosis penyakit diabetes tipe 2, maka anak beresiko
terkena diabetes.
4. Kondisi tertentu pada wanita
Pada wanita yang memiliki sindrom ovarioum polikistik lebih beresiko
untuk menderita diabetes. Sindrom ovarioum polikistik merupakan
ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan tidak teraturnya masa
siklus menstruasi pada wanita. Wanita yang pernah melahirkan bayi
dengan kategori gemuk (4kg atau lebih) diketahui berisiko terkena
diabetes. Adapun wanita hamil yang dapat menderita diabetes gestasional
(diabetes terjadi selama masa kehamilan), diketahui 7 kali lebih beresiko
terkena diabetes tipe 2 pada masa yang akan datang.
5. Kecanduan merokok
Penelitian di Amerika melibatkan setidaknya 4.572 relawan pria dan
wanita menemukan bahwa resiko perokok aktif terhadap diabetes naik
sebesar 22%. Naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh fakor merokok
saja, tetapi kombinasi antara berbagai gaya hidup tidak sehat.
6. Makanan tinggi gula dan lemak
Sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak merupakan salah
satu hal penyebab diabetes. Mengkonsumsi makanan seperti ini berisiko
4
dapat meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Tekanan darah
dan kadar kolesterol yang tinggi sering dikaitkan dengan diabetes dan
penyakit jantung.
7. Takut kulit menjadi hitam
Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan vitamin D yang
tinggi dan kalsium berisiko paling rendah untuk terkena diabetes tipe 2.
Sumber vitamin D dapat ditemukan di sejumlah makanan, namun yang
terbaik ada pada sinar matahari. Terkenan paparan matahari pagi selama
20 menit sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama 3 hari. Sebelum
berjemur pada paparan sinar matahari pagi, alangkah baiknya Anda
menggunakan sunscreen (tabir surya) selama 10-15 menit. Vitamin D juga
dapat membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk juga gula
darah.
8. Gorengan
Gorengan merupakan salah satu makanan faktor resiko tinggi pemicu
penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan diabetes
melitus. Penyebab utama penyakit kardiovaskular tersebut adalah adanya
penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan faktor resiko utama adalah
dislipidemia. Dislipidemia merupakan penyakit kelainan metabolisme
pada lipid yang ditandai dengan gejala peningkatan kadar kolesterol total,
LDL atau kolesterol jahat dan trigliserida. Meningkatnya proporsi
dislipidemia disebabkan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat
dan tinggi lemak, termasuk makanan gorengan.
2.2.1 Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus utamanya disebabkan oleh dua hal, yaitu
meningkatnya kadar gula darah dan kurangnya produksi insulin. Peningkatan
kadar gula darah disebabkan oleh meningkatnya asupan zat gizi yang masuk
ke dalam tubuh, terutama asupan karbohidrat. Sementara itu, kurangnya
produksi insulin dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu defisiensi insulin dan
resistensi insulin. Resistensi insulin disebabkan oleh jaringan tubuh yang
menjadi kurang sensitif terhadap dampak dari insulin. Hal ini menyebabkan
gula darah tidak meninggalkan darah, dan malah memasuki sel-sel tubuh.
5
Sementara itu, defisiensi insulin disebabkan oleh ketidakmampuan insulin
untuk memenuhi kadar yang dibutuhkan oleh tubuh (Nathan & Delahanty,
2005).
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap resistensi atau
defisiensi insulin, di antaranya adalah berat badan lebih, peningkatan usia,
gaya hidup yang kurang aktivitas, kelainan hormon, dan faktor genetik atau
keturunan (Nathan & Delahanty, 2005).
Berikut adalah beberapa faktor risiko dari diabetes mellitus yaitu di
antaranya sebagai berikut.
1. Konsumsi zat gizi
Menurut penelitian Sujaya (2009), konsumsi karbohidrat yang
tinggi dapat meningkatkan risiko terkena DM sebanyak 10,28 kali. Selain
itu, orang dengan konsumsi lemak yang tinggi berisiko 5,25 kali lebih
besar untuk terkena diabetes, dibandingkan dengan orang yang konsumsi
lemaknya rendah. Sementara itu, pada penduduk pria di Amerika Serikat,
pola makan western, yaitu yang mengandung daging, kentang goreng,
dan susu yang berlemak tinggi terbukti berhubungan dengan peningkatan
risiko terjadinya DM (Van Dam dkk. 2002 dalam Sujaya, 2009).
Konsumsi karbohidrat yang tinggi ini akan semakin meningkatkan risiko
DM jika diiringi asupan serat yang rendah (Gross dkk., 2004 dalam
Sujaya, 2009).
2. Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat,
protein, dan lemak yang merupakan faktor risiko dari obesitas
menyebabkan mengingkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid (FFA)
dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan translokasi transporter
glukosa ke membran plasma dan menyebabkan terjadinya resistensi
insulin pada jaringan adipose (Teixeira Lemos dkk., 2011).
Prevalensi DM sejalan dengan tingkat obesitas. Semakin berat
tingkat obesitas, semakin tinggi pula prevalensi DM. Setiap peningkatan
1 kg berat badan dapat meningkatkan risiko terjadinya DM sebesar 4,5%
(Webber, 2004 dalam Sujaya, 2009). Selain itu, pada penelitian Lies
6
(1998) ditemukan bahwa indeks massa tubuh memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian diabetes mellitus.
3. Faktor Genetik
Penelitian dari Genome-Wide Association menemukan bahwa
terdapat jenis Single Nucleotide Polimorphisms (SNPs) yang terkait
dengan fungsi sel ᵦ pankreas yang memicu terjadinya DM. Namun, faktor
lain seperti obesitas dan rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor yang
lebih penting (Sladek, 2007 dalam Praet, 2009).
4. Riwayat Keluarga
Penelitian dari Lies (1998) menunjukkan bahwa adanya riwayat
diabetes mellitus pada keluarga (orang tua atau kakek-nenek)
berhubungan signifikan dengan kejadian diabetes mellitus pada
seseorang. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Iswanto (2004) yang
menemukan bahwa adanya riwayat diabetes pada kakek, nenek, ayah,
ibu, paman, bibi, kakak, atau adik berhubungan signifikan dengan
kejadian diabetes mellitus.
Penyakit diabetes diturunkan menurut Hukum Mendel secara
resesif autosomal dengan penetrasi inkomplit. Apabila kedua orang tua
merupakan penderita diabetes melitus, maka semua anaknya juga akan
menderita penyakit tersebut. Sedangkan jika salah satu orang tua dan
kakek menderita diabetes, maka 50% dari anak-anaknya akan terkena
diabetes (Himawan, 1973).
5. Umur
Penelitian Iswanto (2004) menemukan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan kejadian diabetes mellitus.
Sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas 2007, peningkatan kelompok
umur ternyata juga diikuti dengan peningkatan prevalensi Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) dan Diabetes Mellitus. Namun, pada diabetes
mellitus, prevalensi pada umur 75 tahun ke atas kembali menurun jika
dibandingkan dengan kelompok umur sebelumnya.
Diabetes Tipe-1 yang diduga diakibatkanoleh faktor genetik
sebagian besar terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Sementara itu,
7
diabetes Tipe-2 biasanya banyak terjadi pada usia 40 tahun ke atas karena
pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya
proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel ᵦ pankreas
dalam memproduksi insulin (Budhiarta dkk., 2005 dalam Sujaya, 2009).
6. Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan jumlah energi yang
dikonsumsi melebihi jumlah energi yang dikeluarkan, sehingga
menimbulkan keseimbangan energi positif yang disimpan pada jaringan
adipose. Hal ini menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang
berkembang menjadi DM Tipe-2 (WHO, 2003 dalam Sujaya, 2009).
7. Jenis Kelamin
Beckles dan Thompson Reid (2001) dalam Grant, dkk. (2009)
memaparkan bahwa variasi proporsi diabetes mellitus, khususnya pada
wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu dampak dari diabetes
gestasional pada ibu dan bayi, serta tingginya diabetes mellitus pada
wanita yang berusia tua, yang disebabkan oleh usia harapan hidup wanita
lebih tinggi dari pria. Selain itu, wanita juga lebih rentan terkena faktor-
faktor risiko diabetes mellitus dibandingkan dengan pria (Beckles dan
Thompson Reid, 2001 dalam Grant, dkk., 2009).
8
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
9
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Diagnosa meliputi:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi,
kacau mental.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia,
mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status
hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.
10
Ketika Anda sedang menonton televisi maka jangan menggunakan
remote kontrol. Terlalu banyak duduk akan memicu timbunan lemak dalam
tubuh sehingga Anda bisa menjadi lebih gemuk. Jadi, membuat tubuh selalu
bergerak paling tidak hanya berjalan-jalan akan membuat simpanan kalori
dalam tubuh bisa dibakar menjadi tenaga.
11
Lemak tak jenuh ganda adalah jenis lemak yang ditemukan pada
beberapa jenis kacang-kacanga, biji-bijian, ikan salmon, ikan sarden dan
beberapa jenis ikan lain . Lemak ini dapat membantu tubuh dalam mencegah
diabetes. Sementara jenis minyak trans seperti minyak sawit dan margarin
akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan meningkatkan resiko
diabetes.
12
makan harus terdapat sekitar seperempat bagian protein, sayuran, buah, dan
karbohidrat. Ini adalah salah satu pengaturan porsi makan yang paling sehat.
Namun kita sering lupa bahwa makan hanya untuk membuat perut menjadi
kenyang namun ternyata bukan hal itu yang dibutuhkan oleh tubuh. Mengatur
porsi makanan dengan jumlah yang kecil dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi
bisa mengurangi resiko diabetes.
13
kelompok kontrol sebanyak 40 orang. Responden yang memiliki olahraga
yang ringan paling banyak terdapat pada status gizi lebih. Hal ini disebabkan
oleh olahraga yang ringan atau kurangnya pergerakan menyebabkan tidak
seimbangnya kebutuhan energi yang diperlukan dengan yang dikeluarkan.
Kurang olahraga menyebabkan kurangnya pemakaian energi sehingga dapat
menyebabkan penumpukan kelebihan energi dalam bentuk lemak, yang jika
dalam jangka panjang dibiarkan akan menimbulkan kelebihan berat badan
(status gizi lebih). Makin tinggi jumlah kelebihan energi, makin besar jumlah
cadangan lemak yang akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Olahraga
adalah hal yang dianjurkan terhadap setiap orang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesegaran tubuh (Anugrah, 2013).
Menurut Suminarti 2002, semakin banyak durasi olahraga dalam
seminggu maka semakin rendah kadar glukosa darah. Penurunan kadar
glukosa darah kemungkinan berkaitan dengan peningkatan jumlah dan
sensitivitas reseptor insulin pada membran sel sehingga terjadi penurunan
kebutuhan insulin sebanyak 30 – 50% pada Diabetes Mellitus Tipe 1 dan
100% pada Diabetes Mellitus Tipe II. Dalam penelitian Fikasari (2012),
bahwa seseorang yang teratur melakukan olahraga / dalam kategori sedang
dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit DM tipe II sebesar 0,422 kali
dibandingkan yang tidak teratur / kurang. Karena olahraga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga dapat
memperbaiki kendali glukosa dalam darah (Misnadiarly, 2006). Seseorang
yang kurang olahraga memiliki risiko 4,5 kali menderita DM tipe II
dibandingkan yang cukup melakukan olahraga. Seseorang dikatakan
melakukan olahraga secara teratur jika melakukannya minimal 3 kali dalam
seminggu dan sekurang-kurangnya selama 30 menit (Handayani 2003).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR RUJUKAN
WHO. 1999. Definition, Diagnosis and Classification of diabetes Mellitus and its
Complications. (Online),
(http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/66040/?sequence=1).
Diakses 29 Oktober 2018.
16
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Kenali Kebiasaan Penyebab Diabetes (Online).
(http://www.depkes.go.id/development/site/depkes/pdf.php?id=1-
15112500017), diakses 25 November 2015.
17