Disusun oleh :
NIKEN APDININGSIH
NIM.2207901006
LHOKSEUMAWE
2022
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................19
4.2 Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian diatas, peran seorang perawat sangat penting dalam proses
perawatan penyembuhan penyakit ini agar tidak terjadi infeksi dan berujung
amputasi. Berdasarkan pada studi kasus yang dilaksanakan oleh penulis di RSU
Cut Meutia Lhokseumae Penulis mengangkat topik ini.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat diimplementasikan
kepada penderita ulkus diabetic
b. Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada
penderita ulkus diabetic
c. Diagnosa dan intervensi apa yang dapat digunakan.
1.3 Manfaat
a. Dapat meningkatkan pengetahuan dalam menegakkan asuhan keperawatan
pada penderita ulkus diabetic
b. Dapat mengimplementasikan intervensi yang ditegakkan
c. Meningkatkan keterampilan dalam mejalankan asuhan keperawatan
2
BAB II
KONSEP DASAR
3
saat istirahat dapat menyebabkan klaudikasio intermitten yang
merupakan gejala klinis yag sering ditemui.
d. Ketidakpatuhan diet pada penderita diabetes mellitus.
e. tidak teratur melakukan perawatan kaki.
f. Sembarangan menggunakan alas kaki.
g. Gaya hidup
Pola makan yang tidak sehat, merokok dan obesitas dapat mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetic (Roza, 2015; Purwanti & Maghfirah, 2016;
Sukmana, 2019).
2.1.3 Patofisiologi
Salah satu penyebab penderita diabetes mengalami ulkus diabetic,
berupa penurunan sensasi pada kaki yang berhubungan dengan luka pada
kaki Dan dapat menjadikan Kehilangan sensasi di daerah distal tungkai,
hingga amputasi adalah neuropati perifer. Neuropati diabetic yang khas
atau sering dijumpai adalah Neuropati sensori, motorik dan otonom. Ulkus
kaki yang disebabkan oleh neuropati biasanya terjadi pada permukaan
plantar kaki, yaitu di area yang mengalami tekanan tinggi, seperti di area
atas tulang atau area lain di atas deformitas tulang. Ulkus kaki diabetic
sering menyebabkan lebih dari 50% penderitanya mengalami nyeri dan
memar. penyebab ulkus yang sulit dikendalikan pada kaki penderita
diabetes adalah neuropati perifer. Hilangnya sensasi menyebabkan
berkurangnya rasa sakit, dan dapat mengakibatkan kerusakan kulit akibat
trauma atau tekanan dari sandal dan sepatu sempit yang dikenakan oleh
pasien, yang dapat menimbulkan luka dan infeksi.
Orang yang memiliki riwayat diabetes lebih dari 5 tahun bisa
mengalami ulkus hampir 2 kali jika dibandingkan dengan orang yang
menderita diabetes kurang dari 5 tahun. Besar peluang terkena
hiperglikemia kronik jika memiliki riwayat diabetes yang cukup lama dan
akhirnya bisa menyebabkan komplikasi diabetes meliputi retinopati,
nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum. Pada DM type 1 dan type 2
keduanya dapat memicu munculnya kelainan profil lipid dalam darah yang
4
menyebabkan gangguan kardiovaskular, nefropati dan hipertensi. Luka
yang terbuka mampu menghasilkan gas gangren yang berakibat terjadinya
osteomielitis yang disebabkan karena Luka yang timbul secara spontan
ataupun karena trauma. Penyebab dari dilakukannya amputasi kaki
nontraumatik adalah genggren kaki. Penderita diabetes rawan mengalami
amputasi karena kondisi penyakit yang kronik dan risiko komplikasi yang
sangat besar (Fitria, 2017).
Iskemik, neuropati, dan infeksi merupakan faktor yang disebut trias
dan bisa menyebabkan Ulkus diabetikum. Jika Pada penderita Diabetes
kadar glukosa darah tidak terkendali maka dapat menyebabkan komplikasi
kronik neuropati, yang dapat memicu perubahan jaringan syaraf
dikarenakan adanya penumpukan sorbitol dan fruktosa (Yunus, 2015).
Selain itu adanya infeksi, gangguan persyarafan, dan gangguan pada
pembulu darah juga dapat menyebabkan kelainan terjadinya ulkus
diabetikum (Tambunan M dan Gultom Y, 2015).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Penderita ulkus diabetic akan mengalami tanda dan gejala :
a. Sering merasakan kesemutan
b. Nyeri pada kaki saat istirahat
c. Sensasi rasa pada kaki berkurang
d. Kerusakan pada jaringan atau nekrosis
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan popliteal
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
g. Kulit menjadi kering (Yunus, 2015).
2.1.5 Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
2) Kadar gula darah
3) Urine
4) Kultur pus
5
Untuk melihat jenis kuman yang menginfeksi luka dan menentukan
antibiotic yang sesuai dengan kuman.
b. Pemeriksaan leukosit
Untuk melihat adanya risiko infeksi pada luka ulkus (Muhartono,
2017; Arsa, 2020).
2.1.6 Komplikasi
Ulkus dapat menyebabkan amputasi dan bisa meningkatkan risiko
kematian tiga kali lipat hanya dalam waktu 18 bulam. Infeksi dari ulkus
diabetic yang diikuti amputasi juga dapat menyebabkan penderita
mengalami depresi yang berat (Rizkiah, 2020).
Salah satu infeksi kronik diabetek yang paling ditakuti adalah ulkus
diabetic, karena dapat menyebabkan kecacatan atau amputasi dan bahkan
bisa menyebabkan kematian (Tut Wuri Prihatin, 2019).
2.1.7 Penatalaksanaan medis
Hampir 85% kasus ulkus diabetic harus diamputasi, berikut
penatalaksanaan dalam manajemen infeksi kaki diabetik agar
meminimalisir terjadinya amputasi :
1) Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk mengalirkan pus, dan
meminimalkan kerusakan jaringan dengan pengurangan tekanan di
kaki dan mengangkat jaringan yang terinfeksi.
2) Antibiotik
Antibiotic hanya digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi bukan
untuk penyembuhan luka, jadi meskipun luka belum sembuh terapi
antibiotic dapat dihentikan jika tanda dan gejala infeksi sudah
menghilang.
3) Perawatan pada luka
Kebanyakan kasus ulkus diabetic membutuhkan perawatan
debridement untuk mempercepat penyembuhan luka dengan cara
mengangkat jaringan yang terinfeksi dan jaringan nekrotik
(Hutagalung, 2019).
6
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
7
ataupun penyakit keturunan yang dapat mengakibatkan terjadinya
defisiensi insulin.
5) Riwayat psikososial
Mencakup informasi tentang perilaku, perasaan dan emosi yang
sedang dialami klien dan berhubungan dengan penyakitnya
sekarang serta tanggapan keluarga terhadap penyakit klien.
b. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas dan istirahat
Lelah, kelamahan, sulit bergerak atau berjalan, kram pada otot,
penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
2) Sirkulasi
Riwayat klaudikasi, AMI, hipertensi, kesemutan, kebas, ulkus kaki,
dan lama penyembuhan. Selain itu menunjukan gejala takikardi,
perubahan TD postural, penurunan atau absen nadi, distritmia JVP,
kulit yang kering, hangat dan mata cekung.
3) Integritas ego
Merasa cemas dan stress
4) Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih, nyeri tekan pada perut yang biasanya
ditandai dengan urine berkabut, bau busuk (infeksi) atau adanya
asites
5) Makan dan minum
Meliputi gejala penurunan nafsu makan, anoreksia, mual muntah,
berat badan turun, haus dan penggunaan diuretic biasanya ditandai
oleh turgor kulit yang jelek dan bersisik atau distensi perut.
6) Neurosensory
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia dan gangguan penglihatan.
7) Nyeri atau kenyamanan
Merasakan nyeri pada perut dan kembung, tanda yang muncul
yaitu ekspresi muka menyeringai saat palpasi abdomen dan sikap -
8
melindungi.
8) Pernapasan
Menunjukan nafas cepat (DKA), batuk dengan atau tanpa sputum
purulent (terganggunya adanya infeksi atau tidak).
9) Keamanan
Sering mengeluh gatal, kulit kering dan ulkus pada kulit,
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu :
1) Pemeriksaan darah
Meliputi pemeriksaan gukosa darah yaitu: GDS > 200 mg/dl, dua
jam post prandial > 200 mg/dl, dan gula darah puasa>120 mg/dl.
2) Urine
Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dengan cara reduksi. Hasil bisa dilihat melalui perubahan warna
pada urine: hijau (+), kuning(++), merah(+++), dan merah bata (++
++).
3) Kultur pus
untuk mlihat jenis kuman yang menginfeksi luka dan menentukan
antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.
4) Pemeriksaan leukosit
Untuk melihat adanya risiko infeksi pada luka ulkus.
3.1.2 Diagnosa keperawatan dan Intervensi keperawatan
3.1.2.1 Diagnosis
Sesuai hasil pengkajian dan penelitian yang didapatkan dari standar
diagnosis keperawatan Indonesia (2017) dengan masalah ulkus diabetic
adalah :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
c) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
d) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nutrisi tidak adekuat.
9
e) Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas
f) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
3.1.2.2 Intervensi keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
1 Nyeri akut NOC (Nursing Outcomes NIC (Nursing Intervention Classification)
berhubungan dengan Classification)
Pain Management
agen cedera fisik Pain level
Pain control Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
Comfort level karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyaman
Kriteria Hasil :
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Mampu mengontrol nyeri
pengalaman nyeri pasien
(tahu penyebab nyeri,
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
untuk mengurangi nyeri, Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
mencari bantuan) ketidakefektifan control nyeri masa lampau
Melaporkan bahwa nyeri Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
berkurang dengan dukungan
menggunakan manajemen Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Mampu mengenali nyeri Kurangi faktor presipitasi nyeri
10
(skala, intesitas, frekuensi Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
dan tanda nyeri) farmakologi dan inter personal)
Menyatakan rasa nyaman Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
setelah nyeri berkurang Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan control nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diprlukan atau kombinasikan dari analgesic
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
(IV atau IM)
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
11
Evaluasi efektivitas analgesic tanda dan gejala
2 Gangguan integritas NOC (Nursing Outcomes NIC (Nursing Intervention Classification)
kulit berhubungan Classification Pressure management
dengan neuropati Tissue integrity: skin and Monitor TD,nadi,suhu, RR
perifer mucous membranes Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Hemodyalis akses Hindari kerutan pada tempat tidur
Kriteria Hasil : Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Integritas kulit yang baik Mobilisasi pasien (ubah posisi setiap dua jam sekali)
bias dipertahankan Monitor kulit akan adanya kemerahan
(sensasi,elastisitas, Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
temperature,hidrasi,pigmen
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
tasi)
Tidak ada luka/lesi pada Insision site care
kulit Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
Perfusi jaringan baik penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan,klip atau
Menunjukan pemahaman straples
dalam proses perbaikan
Monitor proses kesembuhan area insisi
kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
Mampu melindungi kulit Bersihkan area sekitar jahitan atau staples menggunkanan lidi
dan mempertahankan kapas steril
kelembaban kulit dari Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
perawatan alami
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai
12
3 Risiko infeksi NOC (Nursing Outcomes NIC (Nursing Intervention Classification)
berhubungan dengan Classification) Infection Control
kerusakan integritas Immune status Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
kulit Knowledge:infection
Batasi pengunjung bila perlu
control
Risk control Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Kriteria Hasil: Gunakan sabun Antimikroba untuk mencuci tangan
Klien bebas dari tanda dan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
gejala infeksi
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, faktor Tingkatkan intake nutrisi
yang mempengaruhi Berikan terapi antibiotic bila perlu
penularan serta Montor kerentangan terhadap infeksi
penatalaksanaannya Ajarkan cara menghindari infeksi
Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
4 Ketidakseimbangan NOC (Nursing Outcome NIC (Nursing Intervention Classification)
nutrisi : kurang dari Classification)
Nutrition management
kebutuhan tubuh Nutritional status
Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan Nutritional status : food
penurunan nutrisi dan fluid intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
tidak adekuat Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien
13
Kriteria Hasil: Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Adanya peningkatan berat Anjurkan pasien untunk meningkatkan protein dan vitamin C
badan sesuai dengan tujuan
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
Berat badan ideal sesuai
mencegah konstipasi
dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan
kebutuhan nutrisi ahli gizi)
Tidak ada tanda-tanda Ajarkan pasien bagaimnan membuat catatan makanan harian
malnutrisi Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Menunjukan peningkatan Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
fungsi pengecapan dan
menelan Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
Tidak terjadi penurunan dibutuhkan
berat bada yang berarti Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa digunakan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
14
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral
5 Intoleransi aktivitas NOC (Nursing Outcomes NIC (Nursing Intervention Classification)
berhubungan dengan Classification)
Activicty Therapy
imobilitas Energy conservation
Activity tolerance Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam
Self care : ADLs merencanakan program terapi yang tepat
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
Kriteria hasil : dilakukan
Berpatisipasi dalam Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
aktivitas fisik tanpa disertai kemampuan fisik, psikologi dan social
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
Mampu melakukan diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
aktivitas sehari-hari Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
(ADLs) secara mandiri roda, krek
Tanda-tanda vital normal Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Energy psikomotor Bantu klien untuk membuat jadwak katihan diwaktu luang
Level kelemahan
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
Mampu berpindah: dengan
atau tanpa bantuan alat beraktivitas
Status kardiopulmunari Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
adekuat Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Sirkulasi status baik Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Status respirasi: pertukaran
gas dan ventilasi adekuat Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
15
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
6 Defisit volume cairan NOC (Nursing Outcomes NIC (Nursing Intervention Classification)
berhubungan dengan Classification)
Fluid management
kehilangan volume Fluid balance
cairan Hydration Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Intake Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
Kriteria hasil: adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
Mempertahankan urine Monitor vital sign
output sesuai dengan usia
dan BB, BJ urine normal, Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
HT normal Kolaborasikan pemberian cairan IV
Tekanan darah, nadi, suhu Monitor status nutrisi
tubuh dalam batas normal Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Tidak ada tanda-tanda Dorong masukan oral
dehidrasi, elastisitas turgor
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
rasa haus yang berlebihan Kolaborasikan dengan dokter
16
Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan hematokrit
Monitor tanda vital
Montor respon pasien terhadap penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah intake oral
Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
Sumber : Nurarif. A.H dan kusuma .H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jogjakarta: MediAction.
17
3.1.2.3 WOC Obesitas Pola Makan Salah Hereditas
gliserol ketogenesis
Penebalan membrane dasar vaskuler Glukosa sel
glukosoria
Disfungsi endotel Disfungsin endotel Nutri sel ketoanema
Diaresis osmotik
microvaskuler makrovaskuler
Sel lapar Polyuria polidipsi arterosklerosis
Makro angiopati ketoasedosis
Retinopati netropati
Kehilangan cairan
neuropati KETIDAK oklusi
Katarak GFR SEIMBANGAN
NUTRISI : DEFISIT VOLUME
KURANG DARI CAIRAN makroangiopati Infeksi
GGK KEBUTUHAN
TUBUH
Penyakit pembuluh
Neuropati Neuropati Neuropati Kelemahan dan darah kapiler
Otonom sensorik motorik NyerI
atropi otot
GANGG.
kesemutan INTEGRITAS
keringat Kolaps sendi ulkus
Kekakuan gerak sendi KULIT INTOLERANSI
AKTIVITAS
Kulit kering Hilang rasa NYERI AKUT
Deformitas sendi Titik tumpu baru
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ulkus diabetic merupakan terbentuknya luka yang dapat mengenai seluruh
jaringan kulit pada kaki penderita diabetes melitus sehingga dapat
menyebabkan terjadinya neuropati dan penyakit vaskuler perifer, ulkus
diabetikum menjadi salah satu komplikasi dari penyakit Diabetes
1) Pengkajian
Pada saat penulis melakukan pengkajian meliputi identitas Ny.R, alasan
Ny. R masuk rumah sakit, riwayat kesehatan, pola kesehatan fungsional,
dan pemeriksaan fisik didapatkan Hasil pengkajian penulis mendapatkan
terdapat luka ulkus diabetikum di kaki kanan dan klien mengeluh nyeri
pada data penunjang didapatkan juga GDS tinggi 237 mg/dL.
2) Diagnosa
Dari pengkajian yang telah penulis lakukan seharunya didapatkan 6
diagnosa yang muncul, namun hanya 3 diagnosa yang dimasukkan penulis
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, dibuktikan dengan
klien mengeluh nyeri dan gangguan integritas kulit berhubungan dengan
neuropati perifer dibuktikan dengan adanya luka ulkus dikaki kanan klien
dan Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan
klien yang tidak mampu beraktivitas.
3) Intervensi
Intervensi keperawatan yang telah disusun oleh penulis dengan tujuan dan
kriteria hasil yang sudah dicapai dan rencana tindakan keperawatan yang
telah sesuai standar luaran keperawatan indonesia dan standar intervensi
keperawatan indonesia yang meliputi observasi, teraupetik, edukasi dan
kolaborasi.
4) Implementasi
Implementasi dilakukan telah sesuai dengan rencana tindakan yang
disusun penulis sesuai diagnosa yang ditegakkan penulis dan dalam
19
melaksanakan tindakan penulis tidak menemukan adanya kendala karna
klien sangat kooperatif.
5) Evaluasi
Hasil evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa
yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Didapatkan dari assesment dalam penilaian implementasi adalah masalah
teratasi rencana tindakan menetapkan intervensi kolaborasi pemberian
analgesik.Diagnosa kedua yaitu defisit volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan dibuktikan dengan klien yang sering haus dan
BAK. Diagnosa ketiga yaitu Intoleran aktivitas berhubungan dengan
imobilitas dibuktikan dengan klien yang tidak mampu beraktivitas
didapatkan assesment dalam penilaian implementasi adalah masalah
teratasi rencana tindakan menetapkan intervensi Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
4.2 Saran
1) Bagi institusi pendidikan
diharapkan bisa menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam
menyusun asuhan keperawatan dengan klien ulkus diabetikum.
2) Bagi profesi perawat
Saran dari penulis bagi perawat adalah agar perawat tetap
mempertahankan tindakan keperawatan yang telah sesuai dengan standar
prosedur yang diterapkan. Perawat juga harus mampu memodifikasi
tindakan dengan baik sehingga masalah keperawatan dapat teratasi sesuai
yang diinginkan.
3) Bagi lahan praktik
Saran penulis bagi lahan praktik agar bisa menambahkan alat untuk
mengecek gula darah karena alat terbatas dalam melakukan pemeriksaan
cek gula darah setiap hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Tambunan, M dan Y. Gultom. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu:
Materi Penyuluhan 7, Perawatan Kaki Diabetes Edisi ke 2. Balai penerbit
FKUI. Jakarta
Muhartono, I. R. N. S. (2017). Ulkus Kaki Diabetik Kanan dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Diabetic Right Foot Ulcer with Type 2 Diabetes Mellitus. 4,
133–139.
Arsa, R. G. D. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ULKUS
DIABETIKUM YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT.
Tut Wuri Prihatin, R. D. M. (2019). Senam Kaki Diabetes Berpengaruh Terhadap
Nilai Ankle Brachial Index (ABI) Pada Pasien Diabetes Melitus. 001(46),
571–576.
Hutagalung, M. B. Z., Eljatin, D. S., Awalita, Sarie, V. P., Sianturi, G. D. A., &
Santika, G. F. (2019). Diabetic Foot Infection ( Infeksi Kaki Diabetik ):
Diagnosis dan Tatalaksana. 46(6), 414–418..
22