Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT kami ucapkan karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah dengan judul “Luka Diabetes
Millitus” untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan Luka.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang umum terjadi pada
kalangan orang dewasa yang membutuhkan iabetic medis berkelanjutan dan
edukasi perawatan mandiri pada pasien. Namun, bergantung pula dengan tipe
DM dan usia pasien, dan kebuthan. Asuhan keperawatan pasien dapat sangat
berbeda (LeMone. Priscilla, 2016).
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis progresif yang
ditandai dengan adanya ketidak mampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat. Lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa
darah tinggi). Diabetes mellitus terkadang disebut sebagai “gula tinggi”.
Pemikiran dari hubungan gula dengan DM adalah sesuai karena lolosnya
sejumlah besar urine yang mengandung gula. Walaupun hiperglekemia
memainkan sebuah peran penting dalam perkembangan komplikasi terkait DM,
kadar yang tinggi dari glukosa darah hanya satu komponen dari proses
patologis dan manifestasi klinis yang berhubungan dengan DM. Diabetes
mellitus dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namun orang dengan
DM dapat mengambil cara-cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan
kejadian tersebut (Black, M. Joyce, 2014).
Ulkus diabetic (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers,
luka neuropati, luka diabetic neuropati. Ulkus/luka diabetic atau neuropati
adalah luka yang terjadi pada pasien yang diabetic, melibatkan gangguan pada
saraf perifer dan otonomik (Suriadi, 2004 dalam Maryunani, 2015).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran luka yang dialami oleh pasien Diabetes Mellitus dan
cara penanganannya?
1
C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran luka yang dialami oleh pasien Diabetes
Mellitus dan cara penanganannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berkurang dan terhambatnya tekanan oksigen gradien di jaringan. Keadaan
hipoksia dan trauma berulang ini menyebabkan ulkus berkembang menjadi
luka kronis (Heyneman et al., 2016).
Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-
pembuluh kecil, mikroangiopati, dan pembuluhpembuluh sedang dan besar
sampai terjadi makroangiopati. Makroangiopati adalah lesi spesifik diabetes
yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus
ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otototot
serta kulit. Pada jaringan saraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa serta
penurunan mioinositol yang menimbulkan neuropati. Perubahan biokimia pada
jaringan saraf akan mengganggu kegiatan metabolik sel-sel Schwann dan
menyebabkan hilangnya akson. Kecepatan konduksi motorik akan berkurang
pada tahap dini perjalanan neuropati. Selanjutnya timbul nyeri, parestesia,
berkurangnya sensasi getar dan propioseptik serta gangguan motorik yang
disertai hilangnya refleks tendon dalam, kelemahan otot dan atrofi yang
beresiko tinggi menjadi penyebab terjadinya lesi yang kemudian berkembang
menjadi ulkus diabetes (Price & Wilson, 2011)
Luka kaki merupakan kejadian luka yang tersering pada klien diabetik,
yang patogenesisnya diuraikan secara umum berikut ini:
a. Kaki diabetik sangat rentan terhadap kelainan pembuluh darah dan syaraf,
walaupun keluhan dan gejala syaraf atau pembuluh darah tidak selalu
bersamaan.
b. Gejala klinisnya biasanya berupa kombinasi kelainan syaraf atau
pembuluh darah, kemudian diikuti oleh infeksi.
c. Infeksi inilah yang kemudian bisa menjadi 'luka gangren' dan
memperburuk keadaan, yang akhirnya seringkali mengakibatkan kaki
diamputasi.
d. Neuropati diabetik merupakan salah satu penyebab utama timbulnya luka.
4
C. Tanda dan Gejala Luka Diabetes Mellitus
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan
terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan
syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga
mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia,
menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang
rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi
ulkus diabetika Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan
oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh
darah sehingga sirkulasi jaringan
Menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada
arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku
menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus
yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis merupakan
sebuah kondisi di mana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan
lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat
memengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga
mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus
diabetika Proses angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada
5
tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetika (Tjokroprawiro, 2012)
Tujuan Pembalutan
6
c. Mempercepat penyembuhan dengan cara menyerap drainase dan untuk
melakukan debridemen luka.
d. Menyangga atau mengencangkan tepi luka.
e. Melindungi klien agar tidak melihat keadaan luka (bila luka terlihat
akan tidak menyenangkan).
f. Meningkatkan isolasi suhu pada permukaan luka.
g. Efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematoma.
h. Mempertahankan kelembapan yang tinggi di antara luka dengan
balutan (Potter, 2006).
5. Jenis-Jenis Balutan
a. Balutan terdiri atas berbagai jenis bahan dan cara pemakaiannya (basah
dan kering).
b. Balutan harus dapat digunakan dengan mudah, nyaman, dan terbuat dari
bahan yang mempercepat penyembuhan luka. Pedoman klinik dari
ACHPR (1994) dapat membantu memilih jenis yang sesuai dengan
tujuan perawatan luka (Potter, 2006).
6. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotic dan pada
luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotic. Jika
pemberian antibiotic sudah dilakukan dan dalam beberapa hari tidak
ditemukan perkembangan luka, maka perlu dilakuakn pemerikasaan pus
(kultur pus). Sudahkah tepat antibiotic yang telah diberika untuk
melumpuhkan dan memusnahkan kuman-kuman tersebut.
7. Kultur Pus
Kultur pus adalah Tindakan mengisolasi bakteri pathogen untuk uji
kepekaan antibiotika dari sampel pus.
8. Pengambilan Sample Pus
a. Pastikan luka belum dibersihkan (pembukaan pertama dari balutan)
b. Pus diambil menggunakan spuit steril secukupnya atau mengguanakan
lidi kapas steril
7
c. Jika produksi pus sedikit, bisa memijit (massage) area luka untuk
merangsang prodiuksi pus lebih banyak
d. Segera masukkan pus/lidi ke dalam media tioglikolat dan kirim ke
laborat
8
bactigras/ cutissel classic
2. Pengakajian pasien
a. Cek ABI (ankle brachial index)
b. Cek profil lipid ( LDL, HDL, trigleserida)
c. Cek Hba1C dan lainnya
d. Cek tekanan darah dan Gula darah
3. Perawatan Luka
e. Pengkajian luka kronik (diabetes) (MUNGS), luka
akut non diabetes
a. Mengkaji tampilan dan kondisi balutan pada saat
pasien pertama kali datang (seperti rembesan balutan,
warna, bau, kontaminasi dan lain- lain).
b. Gunakan handscoen bersih untuk membuka balutan
dan membuang balutan di tempat sampah infeksi
c. Mengkaji kondisi wound bed/ dasar luka dan wound
edge/ tepi luka sekitar.
d. Melepas handscoen kotor dan mengenakan handscoon
bersih yang baru
e. Mencuci luka dengan normal salin dan atau larutan
pencuci luka dan atau cairan steril menggunakan
kassa steril/bersih dicampur sabun aseptik dan diusap
secara lembut sirkular, dibilas dan kemudian
dikeringkan
f. Melakukan sharp debridement pada wound bed dengan
jaringan slough atau nekrotik yang sudah
lembut. Bila terdpat biofilm, ambil menggunakan pinset
anatomis. Wound bed dengan granulasi tidak
boleh dilakukan debridement
g. Mencuci kembali luka yang sudah dilakukan
debridement atau tanpa debridement
h. Berikan terapi ozon bagging selama 20-30 menit
i. Berikan primary dressing madu (pada wound bed
9
dengan jaringan slough dan nekrotik yang
tebal/keras/lunak), cutimed sorbact (pada wound bed
dengan jaringan slough/nekrotik/biofilm yang terdapat
tunneling/sinus), acticoat pada wound bed dengan
granulasi yang terdapat epitelisasi di tepi
luka nya, cutimed alginate pada wound bed dengan
granulasi penuh.
j. Setelah itu tutup menggunakan secondary dressing pad/
melolin tergantung kondisi luka apakah besar atau kecil
atau cenderung banyak eksudatnya atau tidak.
k. Tempelkan plester pada secondary dressing kemudian
balut dengan kassa gulung dan tempel
dengan plester kembali. Hindari penggunaan plester
apabila ada iritasi kulit, dan langsung dibalut
dengan kassa gulung
Hari Pertama
10
Hari Kedua
Hari Ketiga
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka diabetik merupakan jenis luka yang ditemukan pada penderita
diabetes melitus. Luka kronis dapat berubah menjadi luka gangren dan
berakibat fatal serta berujung pada amputasi. Luka gangren merupakan proses
dimana keadaan luka kronis yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau
nekrosis. Terdapat beberapa gejala seperti berupa rasa sakit, dingin, jika ada
luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Luka harus dirawat dengan penanganan yang tepat dan steril agar terindar dari
infeksi yang dapat membuat luka menjadi fatal.
12
DAFTAR PUSTAKA
Insana Maria. 2021. Asuhan Keperawatan Diabetes Millitus dan Asuhan
Keperawatan Stroke. Yogyakarta:Deepublish Publisher.
Yulyastuti ,Diyah Ayu ddk . 2021. Penceghan Dan Perawaan Ulkus Diabetikum.
Jawa Timur:Strada Press.
13