Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS PADA TN.

DI RUANG CATTHELEYA RSUD DR CHASBULLAH ABDULMAJID KOTA BEKASI

Disusun oleh:

Amanda Mezzaluna D'Azzuri

Nim: 1720210026

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM ASSYAFIIYAH

2023/2024

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari laporan pendahuluan ini adalah
“Diabetes melitus"
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
Praktik Klinik Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu
kami mohon saran dan kritik kami dari teman-teman ataupun dosen. Demi tercapainya makalah yang
sempurna.
Jakarta, 31 Juli 2023

DAFTAR ISI

Judul........................................................................................................................................................1

Kata pengantar.......................................................................................................................................2

2
Daftar isi..................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...................................................................................................................................4

B. Rumusan masalah.............................................................................................................................4

C. Tujuan.................................................................................................................................................4

BAB II KONSEP PENYAKIT DM

1. Definisi................................................................................................................................................5

2. Etiologi................................................................................................................................................5

3. Patofisiologi.......................................................................................................................................6

4. Manifestasi klinis...............................................................................................................................6

5. Tanda dan gejala................................................................................................................................7

6. Klasifikasi...........................................................................................................................................7

7. Komplikasi..........................................................................................................................................8

8. Penatalaksanaan...............................................................................................................................9

9. Pemeriksaan penunjang....................................................................................................................9

10. Pathway..........................................................................................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian........................................................................................................................................11

2. Diagnosa keperawatan....................................................................................................................13

3. Intervensi keperawatan...................................................................................................................13

4. Implementasi keperawatan............................................................................................................16

5. Evaluasi keperawatan......................................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Diabetes Mellitus adalah salah satu bagian dari penyakit tidak menular. Diabetes Mellitus merupakan
penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula darah akibat gangguan pada pankreas dan insulin.
Empat jenis penyakit tidak menular utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskulair (Penyakit
Jantung Koroner dan Stroke), Kanker, Penyakit Pernafasan Kronis (Asma Dan Penyakit Paru Obstruksi
Kronis), dan Diabetes Mellitus (Depkes, 2012 )
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat adalah“ Bagaimanakah penerapan Asuhan Keperawatan pada Tn.S
yang mengalami DM di "RSUD Dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi"

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan Diabetes Melitus.

2. Tujuan Khusus

Mampu menerapkan proses keperawatan Tn. S dengan Diabetes Melitus

1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan Tn. S.

2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Tn. S.

3) Mampu menetapkan rencana keperawatan Tn. S.

4) Mampu melakukan tindakan keperawatan Tn. S.

5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan Tn. S.

BAB II

KONSEP PENYAKIT DM

1. Definisi

4
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(Smeltzer dan Bare, 2015)

Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi kronik akibat
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin yang disertai berbagai kelainan
metabolik lain akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf dan pembuluh darah ( Rendy dan Margareth, 2012).

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau
defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).

2. Etiologi

Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah:

a. DM Tipe I (IDDM: DM tergantung insulin).

1) Faktor genetik / herediter Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel
beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan
sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.

2) Faktor infeksi virus berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetik.

b. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)

Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat
menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin
yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.

c. DM Malnutrisi

1) Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)

5
2) Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi pangkreas
melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.

3) Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD) Karena kekurangan protein yang kronik
menyebabkan hipofungsi sel Beta pankreas.

d. DM Tipe Lain

1) Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll

2) Penyakit hormonal Seperti: Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel
beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak.

3) Obat-obatan Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin dan Yang mengurangi
produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.

3. Patofisiologi

Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan
kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah
merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Askandar, 2001 dalam Andra Safer, 2013).

4. Manifestasi klinis

Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh
penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin.
Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria
ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati
ambang ginjal untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar
yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price dan Wilson,
2012).

Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan polidipsia, pliuria,
turunnya berat badan, polifagia, lemah, somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa
minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak
mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan
umumnya penderita peka terhadap insulin. Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali
tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di
laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut
mungkin menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami

6
ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. Sejumlah insulin
tetap disekresi dan masih cukup untuk mnenghambat ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012).

5. Tanda dan gejala

Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu (PERKENI, 2015) :

a. Gejala akut penyakit DM

Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa
pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak
makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak
segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang
atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak
lekas diobati, akan timbul rasa mual.

b. Gejala kronik penyakit DM


Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti
kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun, dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg .
6. Klasifikasi

Ada 4 jenis klasifikasi Diabetes Melitus menurut (American Diabetes Association, 2018)

a. Diabetes melitus tipe 1

Dengan penyakit ini banyak sekali menyerang orang-orang dari segala usia, biasanya terjadi pada
anak-anak ataupun orang dewasa muda. Orang dengan penyakit diabetes tipe ini tentu membutuhkan
insulin setiap hari untuk bisa mengendalikan kadar glukosa dalam darahnya. Orang yang tanpa insulin
pada penderita diabetes melitus tipe 1 akan menyebabkan kematian. Orang yang memiliki penyakit
diabetes melitus tipe 1 juga memiliki gejala seperti : kehausan dan mulut kering yang tidak normal, sering
buang air kecil, kurangnya energi, merasa lemas, merasa lapar terus menerus, penurunan berat badan
yang tiba-tiba, dan penglihatan kabur. Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosa dengan penurunan
berat badan yang baru saja terjadi (Ernawati, 2013).

b. Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes tipe 2 ini adalah tipe yang sangat tinggi yang sering terjadi pada penderita diabetes. Diabetes
tipe 2 ini lebih banyak menyerang orang dewasa, namun saat ini meningkat pada anak-anak dan remaja.
Pada diabetes melitus tipe 2 ini, tubuh bisa memproduksi insulin namun insulin menjadi resisten sehingga
insulin menjadi tidak efektif bagi tubuh dan semakin lama kadar insulin menjadi tidak mencukupi .

c. Diabetes Melitus tipe lain

7
Diabetes melitus tipe lain merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula
darah akibat efek genetik fungsi sel beta,efek genetik kerja insulin , penyakit
eksorin .endokrinopati,karena obat atau zat kimia ,infeksi,sebab imunolgi yang jarang, sindrom genetik
lain yang berkaitan dengan diabetes melitus.

d. Diabetes Gestasional

Wanita dengan kadar glukosa darah sedikit meningkat diklasifikasikan memiliki diabetes melitus
pada kehamilan . Fiabetes pada kehamilan mulai terjadi pada trimester kedua atau ketiga sehingga perlu
dilakukan skrining atau tes toleransi glukosa pada semua wanita hamil dengan usia kehamilan antara 24
sampai 28 minggu (Ernawati, 2013).

7. Komplikasi

a. Komplikasi akut

1) Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma
keton (+) kuat. Osmolaritas plasmameningkat (300-320 mos/mL) dan terjadi peningkatan anion gap.
( PERKENI, 2015).

2) Hiperosmolar non ketotik (HNK) Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat .( PERKENI, 2015)

3) Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan
diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar,
banyak keringat, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma. ( PERKENI,
2015).

b. Komplikasi kronik

Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini sejalan dengan
penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama
akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik. ( PERKENI, 2015).

1) Neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan
paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki
terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.
Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di
malam hari.
8. Penatalaksanaan

Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani
yang cukup selama beberapa waktu (2 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat

8
memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat
- obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi
metabolik berat, misalnya ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan
sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila
dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu
(PERKENI,2015).

9. Pemeriksaan penunjang

1. Kadar glukosa darah

a. Kadar Glukosa darah sewaktu (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma (2015)

Kadar glukosa darah sewaktu DM Belum pasti DM

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

b. Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) menurut Nurarif & Kusuma (2015)

Kadar glukosa darah puasa DM Belum pasti DM

Plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8mmol/L)

c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2
jam post prandial (pp) >200 mg/dl)

3. Tes Laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk
mendeteksi komplikasi.

4. Tes saring

9
GDP, GDS, Tes glukosa urin

10. Pathway

BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan dengan Diabetes Mellitus

A. Pengkajian

Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti wawancara, observasi rumah
keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.

a. Data umum

Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan
berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola makan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan

10
serta perawatan diabetes mellitus. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya
diabates mellitus dan usia dewasa tua ( >40 tahun ) adalah resiko tinggi diabetes mellitus (Harmoko, 2012).

b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik atau faktor keturunan untuk timbulnya
diabetes mellitus pada pasien.
c. Suku

Mengkaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa dan kebiasaan adat
penderita tersebut terkait dengan penyakit diabetes melitus.
d. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi terjadinya
diabetes melitus.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Menjelaskan mengenai riwayat keluarga meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga karena diabetes mellitus juga merupakan salah satu
dari penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap pencegahan
penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.

f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggotakeluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan
fisik tidak berbeda denganpemeriksaan fisik klinik head to toe, untuk pemeriksaan fisik Diabetes Mellitus
adalah sebagai berikut :

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda - tanda
vital.Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat badan yang diatas normal / obesitas.

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher, kondisi mata, hidung, mulut
dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui
penglihatan yang kabur / ganda serta diplopia dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang
berdenging, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah.
3) Sistem Integumen

11
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit menurun, kulit menjadi kering dan
gatal. Jika ada luka atau maka warna sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah
kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan menjadi ganggren.

4) Sistem Pernafasan

Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita Diabetes Mellitus mudah terjadi
infeksi pada sistem pernafasan.

5) Sistem Kardiovaskuler

Pada penderita Diabetes Mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah
atau berkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

6) Sistem Gastrointestinal

Pada penderita Diabetes Mellitus ditemuipolifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.

7) Sistem Perkemihan
Pada penderita Diabetes Mellitus ditemui terjadinya poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.

8) Sistem Muskuluskletal

Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

9) Sistem Neurologis

Pada penderita Diabetes Mellitus biasanya didapatkan penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.
B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (D.0077)

2. Difisit nutrisi berhubungan dengan Faktor psikologis (mis: stres, keengganan untuk makan) (D.0019)

3. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif (D.0023)

4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Hiperglikemia (D.0009)


C. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan

12
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri ( I.08238 )
berhubungan keperawatan...x24 jam
Observasi
dengan agen Tingkat nyeri menurun
injuri biologis diberi kode L.08066 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) kualitas, intensitas nyeri
Dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal

2. Meringis menurun Terapeutik

3. Sikap protektif menurun 1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
4. Gelisah menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Difisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)


berhubungan keperawatan...x24 jam
Observasi
dengan Faktor Status nutrisi membaik
psikologis diberi kode L.03030 1. Identifikasi status nutrisi
(mis: stres, 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Dengan kriteria hasil:
keengganan 3. Identifikasi makanan yang disukai
untuk makan) 1. Porsi makan yang
(D.0019) Terapeutik
dihabiskan
meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Berat badan 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida
membaik makanan)
3. Indeks massa tubuh 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
(IMT) membaik
Edukasi

1. Ajarkan posisi duduk, jika mampu

13
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis:


Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia (I.03116)


berhubungan keperawatan...x24 jam
Observasi
dengan Status cairan membaik
Kehilangan diberi kode L.03028 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi
cairan aktif nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
(D.0023) Dengan kriteria hasil:
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
1. Kekuatan nadi menurun, membran mukosa kering, volume urin
meningkat menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
2. Output urin 2. Monitor intake dan output cairan
meningkat
Terapeutik
3. Membran mukosa
lembab meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan
4. Ortopnea menurun 2. Berikan posisi modified Trendelenburg
5. Dispnea menurun 3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)


2. Kolaborasi pemberian produk darah

Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (I.02079)


tidak efektif keperawatan...x24 jam
Observasi
berhubungan Perfusi perifer meningkat
dengan diberi kode L.02011 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema,
Hiperglikemia pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
Dengan kriteria hasil:
(D.0009) 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis:
1. Kekuatan nadi diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar
perifer meningkat kolesterol tinggi)

14
2. Warna kulit pucat Terapeutik
menurun
1. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di
3. Pengisian kapiler
membaik area keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
4. Akral membaik
dengan keterbatasan perfusi
5. Turgor kulit
membaik Edukasi

1. Anjurkan berhenti merokok


2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar

3. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini
perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan
kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan
komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan,
implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.

4. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, P. E. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Pb. Perkeni.

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

Sihombing, M. (2017). Faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada penduduk Indonesia yang
menderita diabetes melitus (data riskesdas 2013). Indonesian Bulletin of Health Research, 45(1), 53-64.

Rosyada, A., & Trihandini, I. (2013). Determinan komplikasi kronik diabetes melitus pada lanjut usia.
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 7(9), 395-402.

Astuti, T. S. R., & Soewondo, P. (2019). Analisis Kesiapan Pembiayaan Hipertensi, Diabetes Melitus dan
Gangguan Jiwa dalam Mendukung Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) Tahun
2018-2020. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 3(1).

16

Anda mungkin juga menyukai