Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TN. J DENGAN DIABETES MILITUS TIPE II


DI RUANG SEMPUR RSUD KOTA BOGOR

Disusun Oleh :
Bunga Nisa Mala, A.Md.Kep 2023022003
Deshar Selamet Wijaya, A.Md.Kep 2023021009
Muhammad Fajar, A.Md.Kep 2023021003
Suhanda, A.Md.Kep 2023021005

RSUD KOTA BOGOR


Jl. Dr. Semeru no 120 Bogor
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Tn. J dengan Diabetes Militus Tipe II di ruang Sempur RSUD Kota Bogor” dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Tujuan ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas selama
orientasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempatan baik dari segi
penyusunan maupun materinya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
peneympurnaan makalah selanjutnya.

Bogor, 23 Februari 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Tujuan Penelitian.....................................................................................................1

1. Tujuan Umum....................................................................................................1

2. Tujuan Khusus...................................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Definisi.....................................................................................................................2

B. Etiologi.....................................................................................................................2

C. Pencegahan..............................................................................................................4

D. Patofisiologi.............................................................................................................5

E. Patoflow...................................................................................................................5

F. Manifestasi Klinik ...................................................................................................6

G. Prognosis..................................................................................................................7

H. Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................................8

I. Penatalaksanaan ......................................................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.............................................................................................................11

B. Prioritas Masalah...................................................................................................14

C. Intervensi Keperawatan.........................................................................................14

D. Evaluasi.................................................................................................................17

ii
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian.............................................................................................................18
2. Analisa Data..........................................................................................................26
3. Diagnosis Keperawatan.........................................................................................27
4. Interfensi Keperawatan..........................................................................................28
5. Implementasi dan Evaluasi....................................................................................31

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................37
B. Saran......................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................38

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh dunia.Diperkirakan 15,7
juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan
perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di
Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian lebih
dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab utama kematian pada
daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak
terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah penyebab utama
dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita diabetes menderita hipertensi. Hal
yang  mengejutkan biaya pengeluaran untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung
untuk diabetes pada tahun 1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak
memberikan timbal balik yang kehidupan patien diabetes dan keluarganya.(Sharon n Margaret
2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia  terus meningkat setiap tahunnya, hal ini
dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita diabetes mellitus
lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki
peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat penting dalam
pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep medis diabetes mellitus
b. Memahami konsep keperawatan diabetes mellitus.

1
1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan
kadar gula darah (hiperglikemia) kronik. Keadaan hiperglikemia kronik tersebut dapat mengenai
banyak orang pada semua lapisan masyarakat di seluruh dunia (Waspadji, 1995). Diabetes
Mellitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan-gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang bertalian dengan defisiensi absolut atau relativ aktivitas dan atau sekresi
insulin. Karena itu meskipun diabetes asalnya merupakan endokrin, manifestasi pokoknya
adalah penyakit metabolik (Anonim, 2000). Diabetes mellitus seperti juga penyakit menular
lainnya akan berkembang sebagai suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia.
Penyakit ini akan merupakan beban yang besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di
Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui komplikasi-komplikasinya.
Definisi lain menyebutkan diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang 7 terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung
dan pembuluh darah. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa
DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan
singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana dapat defisiensi insulin absolut atau relativ dan
gangguan fungsi insulin (Gustaviani, 2006).
B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan
beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

2
3

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai
menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa
dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta
kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu
obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam
sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c.    Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33% untuk
anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes
pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.
( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM)
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
4

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:


5

Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit  pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer. Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami
peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut
mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa).
Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut
sebagai insulin resistance. Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam
darah terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta. Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi
dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten
terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat dan akantosis
negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi
C. Pencegahan
Pada penyakit DM seperti juga pada penyakit lain usaha pencegahan terdiri dari
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada
kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk
mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah
atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan
pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan memegang peran penting
untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam menuju
perilaku sehat. Untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Salah satu
penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab
6

utama kematian pada penyandang diabetes. Selain pengobatan terhadap tingginya kadar glukosa
darah, pengendalian berat badan, tekanan darah, profil lipid dalam darah serta pemberian
antiplatelet dapat menurunkan risiko timbulnya kelainan kardiovaskular pada penyandang
diabetes. Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi
pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap (PERKENI, 2015).
D. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2.  Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3.  Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena
tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,
klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain
adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.  Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
7

E. Patoflow
8

F. Manifestasi Klinik
Gejala diabetes melitus dibedakan atas gejala akut dan kronik
a. Gejala akut diabetes melitus yaitu polyphagia (banyak makan), polydipsia (banyak
minum), poliuria (banyak kencing atau sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namun berat badan menurun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
serta mudah mengalami kelelahan (Fatimah, 2015).
b. Gejala kronik diabetes mellitus seperti rasa kesemutan, kelainan kulit, mudah mengantuk,
gigi mudah goyah dan mudah lepas, gatal, bisul yang sulit sembuh, penglihatan kabur
gangguan refraksi mata, diplopia, mulut kering, impotensi pada pria, dan pruritus vulva pada
wanita (Fatimah, 2015).
Sedangkan menurut International Diabetes Federation tahun 2017, juga disebutkan
manifestasi klinis dari DM tipe 2 yaitu penderita dapat mengalami proses penyembuhan luka
yang lama (International Diabetes Federation, 2017).
G. Prognosis
Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien dalam
mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c < 7%), tanpa
disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak ada gangguan mikrovaskuler serta
makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup lebih lama. Namun jika pasien memiliki
riwayat penyakit kardiovaskuler dan telah menderita diabetes lama (≥ 15 tahun) akan
mempunyai harapan hidup lebih singkat, walaupun telah melakukan kontrol glikemik ketak
sekalipun (Khardori, 2017). DM dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas karena dapat
berkomplikasi pada penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, gangguan pembuluh darah
perifer, gangguan saraf (neuropati), dan retinopati. Pengontrolan kadar glikemik merupakan
cara efektif untuk pencegahan DM (Khardori, 2017).
9

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Barbara C. Long (1995 : 9 ) pemeriksaan diagnostik untuk penyakit diabetes
millitus adalah :

I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi
5. Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002:1226)
10

a.  Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)


Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI) telah ditetapkan
bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat(60-70%), protein (10-15%), lemak (20-25%),. Apabila diperlukan santapan dengan
komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk
golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol
<300mg/hari. Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan jenis serat larut.
Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
b.  Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5 jam
yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval, Progresiv, endurance training).
Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara
teratur, selang seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang
lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan
pilihan adlah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75%-85% denyut nadi
maksimal.Denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut:
DNM= 220 – umur (dalam tahun) Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani ini
adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi
orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, dan
memeriksa kaki setelah berolahraga.
c.   Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur tapi
kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik (oral/suntikan)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a)  Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b)  Menurunkan ambang sekresi insulin
c)  Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa
11

2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30),
dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di
dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.
4) Insulin sensitizing agent
Hoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah resistensi insulin
tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur,
pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas data/
petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko
tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2.  Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-
beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas berupa
polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
3.  Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
obesitas, hipertensi, atau juga atherosclerosis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab
terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan
dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang
untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar
gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan  penderita.

11
11
12

b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine (
glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita Pola
Aktivitas
Adanya  kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita  mudah
mengalami kelelahan.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
e. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
f. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun  ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
g. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif  berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
13

b. Head to Toe
1). Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
2). Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
3). Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
4). Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler.
5). Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih. Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6). Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
7). Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien
sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
14

a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata  (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
B. Prioritas Masalah
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh,
nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon
stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan
kulit.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
Kriteria Hasil : pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan
kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil,
tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran
mukosa lembab atau basah.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
b. Kaji pola napas dan bau napas.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
15

c. Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.


R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses
infeksi. Demam dengan kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran
dari dehidrasi.
d. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
e. Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.
R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
f. Ukur berat badan setiap hari.
R : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
g. Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respon pasien secara individual.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh,
nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon
stress.
Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil :
a. Pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat,
penurunan jumlah intake ( diet pada status nutrisi).
b. Mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi dan Implementasi :
a. Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.
b. Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
R: Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.
16

c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah,


pertahankan puasa sesuai indikasi.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
d. Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran,
dingin/lembab, denyut nadi cepat, lapar dan pusing.
R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali dan ditangani
secara tepat.
e.  Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.
R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan
kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi
potensial infeksi.
b. Pertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi / Implementasi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya
pus pada luka , sputum purulen, urin warna keruh dan berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan
ketosidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap
kontak pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
c. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus,
kateter folley, dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
d. Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
R : Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
17

e. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah


tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak
berkerut).
R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan
risiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.
f. Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan terjadinya
risiko hipoventilasi.
g. Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
D. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi.
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa Lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
18
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

1. Pengkajian
I. Identitas Pasien
a) Nama Pasien : Tn. J
b) Tanggal Lahir : 26 januari 1962
c) Jenis Kelamin : Laki-laki
d) Agama : islam
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : wiraswasta
g) Status Perkawinan : kawin
h) Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
i) Alamat : Bogor
j) Diagnosa Medik : Diabetes Melitus
k) No RM : xx.xx.xx
l) Tanggal Masuk RS : 17-02-2023

II. Pengangguang jawab / Keluarga

a) Nama : ny.i
b) Umur :-

c) Pendidikan :-

d) Pekerjaan : ibu rumah tangga

e) Alamat : blk. Bumi menteng asri

f) Hubungan Dengan Pasien : istri

g) Status Perkawinan : Menikah

18
19

Riwayat Kesehatan
1) Kesehatan Pasien
Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klein mengatakan lemas dan nyeri pada bagian tulang belakang pinggul

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


 Alasan Masuk RS
Pada tanggal 16 Februari 2023 pada pukul 07:00 pasien mengeluh lemas dan
pingsan.
 Riwayat kesehatan pasien
Pasien datang ke IGD dengan diagnosa hopiglikemia dengan keadaan tidak
sadar atau pingsan.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki penyakit hiperglikemia namun suka berobat ke
klinik wijaya kusuma dan Rs. marzoeki Mahdi dan setelah itu pasien selalu
mengonsumsi obat injeksi apidra 3x suntik dalam sehari.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada anggota kelurga yang menderita sakit
gula (diabetes melitus)

3) Kesehatan
Fungsional Aspek
Fisik – Biologis
Nutrisi
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya sebelum sakit makan sehari 3 kali dengan
porsi satu piring habis (nasi, lauk, sayur) serta minum air putih 6 – 8 gelas
perhari.
 Selama sakit
Selama sakit, pasien mengatakan makan 3 kali sehari dan selalu
menghabiskan porsi makan yang diberikan dari RSUD Kota Bogor, serta
minum air putih 5 gelas perhari.
20

a) Pola Eliminasi
 Sebelum sakit
 Pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1 kali dalam sehari dengan
konsistensi lembek tidak ada darah dan berwarna kuning, BAK lancar 4 – 5
kali sehari warna kuning jernih.
 Selama sakit
Selama sakit pasien mengatakan BAB 1 hari sekali dengan konsistensi lembek
dan berwana kuning, Frekuensi BAK 5-6x, dengan warna urin kuning jernih.

b) Pola Aktivitas
 Sebelum sakit

(a) Keadaan Aktivitas Sehari – Hari


Pasien mengatakan sehari hari bekerja sebagai ibu rumah tangga
(b) Keadaan Pernafasan
Pasien mengatakan tidak sesak.
(c) Keadaan Kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri di bagian dada kiri, dada
seperti berdebar – debar ataupun terasa cepat lelah saat aktivitas.

 Selama sakit
(a) Keadaan Aktivitas Sehari – Hari
Pasien dan kelurga mengatakan selama di rumah sakit pasien untuk makan
minum bisa sendiri tapi kalo untuk berpindah atau mau ke kamar mandi
pasien di bantu oleh kelurga karena lemas.

(b) Keadaan Pernafasan


Pasien tidak terpasang oksigen
(c) Keadaan Kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak terasa nyeri di dada dan berdebar debar, Nadi 82
x/menit, tidak terdengar suara tambahan

 Kebutuahan Istirahat tidur


(1) Sebelum sakit

Pasien dan kelurga mengatakan pasien biasa tidur pukul 21:00 malam dan
bangun ketika subuh sekitar jam 5.
21

(2) Selama sakit

Pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien lebih banyak


tidur dan istirahat.

B. Pemeriksaan Fisik

 Keadaaan Umum
a) Kesadaran

GCS : E : 4; V : 5; M : 6

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital :TD :110/80


mmHg
Nadi :82 x/menit

Suhu :36,6ºC;

Respirasi : 22x/menit

b) Status Gizi TB : 165 cm BB : 75 Kg

 Pemeriksaan Secara Sistematik

a) Kulit

Warna kulit normal tidak tampak pucat dan bersih. Tugor kulit baik

b) Kepala

Warna rambut putih kehitaman, tidak ada lesi, dan bersih. Pada muka
bentuk simetri dan tidak ada lesi

c) Leher

Bentuk simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembesaran kelenjar


tiroid. Tidak terdapat kekakuan kuduk dan tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid.

d) Tenggkuk

Tidak terdapat benjolan, dan tidak terdapat kaku kuduk


22

e) Dada
 Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan kiri, tidak ada dypsnea, ada retraksi otot dada
 Palpasi
Ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
 Perkusi
Terdengar bunyi resonan di semua lapang dada
 Auskultasi
Suara nafas vesikuler. Auskultasi jantung S1 dan S2 tunggal reguler,
tidak ada mur-mur, dan tidak ada bruit.
f) Payudara
 Inspeksi
Bentuk simetris, tidak tampak lesi atau benjolan
 Palpasi
Tidak teraba benjolan di payudara
g) Punggung
Tidak tampak lesi dan kemerahan.
h) Abdomen
 Inspeksi
Tidak tampak lesi, terlihat simetris
 Auskultasi

Terdengar bising usus 14 x/menit


 Perkusi
Terdengar bunyi timpani
 Palpasi
Tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan
i) Panggul
ada keluhan nyeri tekan
j) Anus dan Rectum
 Inspeksi
Tidak tampak hemoroid, tidak tampak kemerahan dan tidak tampak lesi
23

 Palpasi
Tidak ada massa serta nyeri tekan
k) Ektermitas
 Atas
Anggota gerak lengkap dan ditangan kiri klien terpasang infuse nacl 0,9%
+ kcl 50meq/12 jam. Akral teraba hangat
 Bawah
Anggota gerak lengkap dan tidak terlihat adanya edema. Akral teraba
hangat.
55
45

Keterangan :
0 : paralisis total
1 : tidak ada gerakan
2 : Gerakan otot penuh dengan sokongan
3 : Gerakan normal menentang gravitasi
4 : Gerakan normal dengan sedikit tahanan
5 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh
24

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Patologi Klinik
Pemeriksaan Laboratorium Tn. J di ruang Sempur RSUD Kota Bogor

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (Satuan) Normal

17-02-2023 PATOLOGI

Leokosit 10,11 4.00 – 11.00

Hemoglobin 10.3 11,7 – 15.5

Hematokrit 28.5 35.0 – 47.0

Trombosit 298 150- 440

Ureum 23,8 16,6 - 48,5

Kreatinin 0,96 0.51 – 0.95

17-02-2023 Gds jam 06:00 21 60 - 199

Gds jam 10:35 183 60 – 199

Gds Jam 13:00 171 60 – 199

18-02-2023 Gds jam 17:00 333 60 - 199

2. Hasil Pemeriksaan Radiologi

Hari dan Jenis Pemeriksaan Kesan / Interpretasi


Tanggal

18-02-2023 Ro Thorak Fibroinfiltrat kedua paru dd tb


paru (mohon konfirmasi lab)
25

3. Terapi

Hari Obat Dosis Rute


dan &
tanggal satuan

Kamis, 17- Infus nacl 0,9% 20 tpm Intra


02-2023 Vena

omeprazole 1x Intra
40mg Vena

Sucralfat syr 3 x 1cth peroral

Apidra 3 x 6 U subcutan

Sansulin 1 x 10 u subcutan

Keterangan : Pasien riwayat pemberian therapy insulin rutin.

Bila gds <100 berikan D40% 3flash.

Protocol pemberian insulin :


Gds 150- 200 3unit
Gds 201-250 6unit
Gds 251-300 9unit
>300 12 unit
26

2. Analisa Data
Pasien Tn. J di ruang Sempur RSUD Kota Bogor tanggal 16-02-2023
No. Data Penyebab Masalah

1. DS: Kurang terpapar Resiko


informasi tentang ketidakstabilan
- Pasien mengatakan sekitar 1 tahun
managemen gula darah
yang lalu baru mengetahui gula darah diabetes
pasien tinggi saat periksa di klinik
wijaya kusuma Kota Bogor.

DO:

- Pemeriksaan GDS pada

tanggal 17-02-2023

Jam 07:00. 21 mg/dl


Jam 10:28. 183 mg/dl
Jam 13:00. 171 mg/dl

Cek GDS tanggal 18-02-


2023 Jam 16:00 hasil 333
mg/dl

2. Ds : Agen pencedera Nyeri akut


- Pasien mengeluh nyeri. fisik

P : luka post op fraktur di paha


atas kanan.

Q : nyeri hilang timbul

R : di area kaki kanan


S : 2/10
T : saat kaki di Gerakan.

DO :
- pasien tampak meringis
- bersikap protektif
(menghindari nyeri)
- pasien sesekali sulit tidur
- td : 110/80 mmHg;
27

Nadi :87 x/menit, Suhu


:36,7ºC; Respirasi : 22x/menit

3. Ds : Tirah baring Intoleransi


aktivitas
Klien mengatakan lemas jika
berdiri atau berjalan.

DO:
Pasien terlihat tampak lemas dan
hanya berbaring di tempat tidur

3.Diagnos Keperawatan
Masalah prioritas keperawatan yang muncul yaitu :
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. nyeri
3. intoleransi aktivitas
28

4. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN


o KEPERAWATAN
1 Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa Manajemen
ketidakstabilan darah teratasi setelah dilakukan
kadar glukosa darah asuhan keperawatan selama 3 x hiperglikrmi (I.03115)
24jam (L.03022) Kriteria hasil : Tindakan :
(D.0038) ditandai dengan :
- Kurang terpapar -Kordinasi meningkat Observasi
informasi tentang -Kesadaran meningkat
- Identifikasi
managemen diabetes -Mengantuk menurun kemungkinan penyebab
- Ketidaktepatan -Pusing menurun hiperglikemi
pemantauan glukosa -Lelah/lesu menurun - Monitor kadar glukosa darah
darah -Keluhan lapar menurun - Monitor tanda dan gejala
- Kurang patuh pada -Mulut kering menurun hiperglikemi (mis. Polyuria,
rencana manajemen -Rasa haus menurun polidipsi, polipagi, kelemahan,
diabetes. -Kadar glukosa darah membaik malaise, pandangan kabur, sakit
- Manajemen kepala)
medikasi tidak - Monitor intake dan output cairan
terkontrol - Monitor keton urin, kadar Analisa
- Kehamilan gas darah, elektrolit, frekuensi
- Periode pertumbuhan nadi Terapeutik
cepat - Berikan asupan cairan oral
- Stres berlebihan - Konsultasi dengan medis jika tanda
- Penambahan berat badan dan gejala hiperglikemi tetap ada
- Kurang dapat atau memburuk
menerima
diagnosis. Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga
Kondisi klinis terkait : saat kadar glukosa lebih dari
250mg/dl
- Diabetes melitus - Anjurkan monitor kadar glukosa
- Ketoasidoasis diabetic darah secara mandiri
- Hipoglikemi - Anjurkan kepatuhan
- Diabetes gestasional terhadap diet dan olahraga
- Penggunaan Ajarkan pengelolaan diabetes (mis.
kortikosteroid Penggunaan insulin, obat oral, monitor
Nutrisi parenteral total asupan cairan)

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin jika
perlu
- Kolaborasi pemberian cairan i jika
perlu
- Kolaborasi pemberian kalium jika
perlu

2 Nyeri akut Tingkat nyeri menurun setelah


(D.0077) dilakukan asuhan keperawatan
berhubungan selama 3x 24jam (L.08066)
dengan :
- Kemampuan menuntaskan
Agen pecedera fisik aktivitas meningkat
(mis. abses, amputasi - Keluhan nyeri menurun
terbakar, terpotong, - Meringis menurun
29

- Sikap protektif menurun


mengangkat berat, - Muntah menurun
prosedur operasi, trauma, - Mual menurun
latihan fisik berlebihan) - Tekanan darah membaik
- Pola tidur membaik
Gejala dan
Tanda
Mayor
Subjektif :
Objektif:
- Mengeluh nyeri:
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
(mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
Sulit tidur
3 Intoleransi aktivitas Konservasi energi setelah Manajemen
(D.0056) Berhubungan dilakukan asuhan keperawatan
dengan: selama 3x 24jam (L.05040) energi (I.05178)
Ketidakseimbangan antara Tindakan:
suplay dan kebutuhan - Aktivitas yang tepat
oksigen, tirah baring, meningkat Observasi
kelemahan, imobilisasi, - Aktivitas fisik yang
gaya hidup monoton direkomendasikan meningkat - Identifikasi gangguan fungsi
- Teknik konservasi energi tubuh yang mengakibatkan
Gejala dan meningkat kelelahan
Tanda Mayor - Pembatasan energi meningkat Monitor kelelahan fisik dan emosional
Subjektif : - Pembatasan aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
Menurun
- Mengeluh lelah - Monitor lokasi dan
- Faktor yang meningkatkan
penggunaan energi menurun ketidaknyamanan selama
Objektif: melakukan aktivitas
- Frekuensi jantung Terapeutik
meningkat
>20% dari kondisi - Sediakan lingkungan nyaman
istirahat dan rendah stimulus (mis.
Cahaya, suara, kunjungan)
- Melakukan latihan rentang
Gejala dan Tanda gerak asip dan atau aktif
Minor Subjektif: - Berikan aktifitas distraksi yang
- Dispnea saat/setelah menenagkan
aktivitas - Fasilitasi duduk disisi tempat
- Merasa tidak nyaman tidur, jika tidak dapat berpinah
setelah beraktifitas atau berjalan
- Merasa lemah Edukasi

- Anjurkan tirah baring


Objektif: - Anjurkan melakukan aktifitas
- Tekanan darah berubah secara bertahap
> 20% dari kondisi - Anjurkan menghubungi perawat
istirahat jika tanda dan gejala kelelahan
- Gambaran EKG tidak berkurang
menunjukan aritmia - Anjurkan strategi koping untuk
saat atau setelah
mengurangi kelelahan
aktivitas
- Gambaran EKG Kolaborasi
menunjukan iskemia
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
30

- Sianosis cara menungkatkan asupan makanan

Kondisi Klinis Terkait


- Anemia
- Gagal jantung kongestif
- Penyakit jantungkoroner
- Penyakit katup jantung
Aritmia
31

5. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosis No Implementasi Evaluasi


dx

Resiko ketidakstabilan kadar gula 1 Kamis, 17-02-2023. jam 11.00 Kamis, 17-02-2023 Jam. 13.00
darah d.d kurang terpapar informasi
tentang manajemen diabetes - Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemi S : Pasien mengatakan sudah sekitar satu tahun
- Memonitor kadar glukosa darah
menderita diabetes
- Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi
(Polyuria, polidipsi, polipagi) O: Pemeriksaan GDS
- Memberikan asupan cairan oral Konsultasi dengan
medis jika tanda dan Jam 13:00 = 171 mg/dl
- gejala hiperglikemi tetap ada atau memburuk A : masalah risiko ketidakstabilan kadar gula darah belum
- Menganjurkan menghindari olahraga saat kadar
teratasi
glukosa lebih dari 250mg/dl
- Menganjurkan monitor kadar glukosa darah secara P : intervensi dilanjutkan
mandiri
- Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
- Mengajarkan pengelolaan diabetes (Penggunaan
insulin, obat oral, monitor asupan cairan)
- Kolaborasi pemberian insulin
- Cek gds per 3 jam
32

Nyeri akut 2. Kamis, 17-02-2023. Jam 11.30 Kamis, 17-02-2023. Jam 13.00

- Mengdentifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. S : pasien mengatakan nyeri pada kakinya post op
P :luka post operasi
- Mengdentifikasi skala nyeri
Q : nyeri tekan
- Mengdentifikasi respon nyeri non verbal
R : di area kaki
- Melakukan kontrol lingkungan yang memperberat
kanan S : 3/10
rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
T: saat kaki di tekan.
- Menjelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
O : Ku: sedang. Kes: Cm
- Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Pasien tampak meringis
- Mengajarkan Teknik nonfarmakologis
- Pasien sesekali sulit tidur
untuk mengurangi rasa nyeri
- td : 120/80 mmHg; Nadi :72 x/menit,

Suhu :36,7ºC; Respirasi : 21x/menit

A : masalahn nyeri akut belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
33

Intoleransi aktivitas 3 Kamis, 17-02-2023. Jam 11.00 Kamis, 17-02-2023. Jam 13.00
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
S: pasien mengatakan lemas (+)
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur O: Ku: sedang. Kes: Cm
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas - Pasien tampak terlihat lemas dan berbaring.
- Melakukan latihan rentang gerak asip dan atau aktif - TD : 110/80 mmHg; Nadi :72 x/menit, Suhu
- Berikan aktifitas distraksi yang menenagkan
:36,7ºC; Respirasi : 22x/menit
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
34

Resiko ketidakstabilan kadar gula 1 Jumat, 18-02-2023 Jam 08.00 Jumat, 18-02-2023 Jam 13.00
darah d.d kurang terpapar informasi
tentang manajemen diabetes - Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemi
- Monitor kadar glukosa darah S: pasien mengatakan lemas (+)
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
O: Ku: sedang. Kes: Cm
(Polyuria, polidipsi, polipagi)

- Berikan asupan cairan oral - Pasien tampak terlihat lemas dan berbaring.
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala - TD : 120/80 mmHg; Nadi :82 x/menit,
hiperglikemi tetap ada atau memburuk Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa Suhu :36,5ºC; Respirasi : 22x/menit
lebih dari 250mg/dl A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan diabetes (Penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan cairan) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin
Lantus 1 x 12unit SC Apidra 3x6
unit
35

Nyeri akut 2 Jumat, 18-02-2023. Jam 08.00 Jumat, 18-02-2023. Jam 11.00

- Mengdentifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. S : pasien mengatakan nyeri pada kakinya post op
- Mengdentifikasi skala nyeri P : luka post operasi
- Mengdentifikasi respon nyeri non verbal Q : nyeri tekan
- Melakukan kontrol lingkungan yang memperberat R : di area kaki kanan
rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) S : 3/10

- Menjelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri T : saat kaki di tekan


O: - pasien tampak sesekali meringis
- Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- bersikap protektif (menghindari nyeri)
- Mengajarkan Teknik nonfarmakologis - pasien sesekali sulit tidur
untuk mengurangi rasa nyeri - td : 120/80 mmHg; Nadi : 82 x/menit, Suhu
:36,5ºC;, Respirasi : 22x/menit

A: masalah nyeri akut belum teratasi

P: Interpensi dilanjutkan
36

Intoleransi aktivitas 3 Jumat, 18-02-2023. Jam 10.00 Jumat, 18-02-2023. Jam 13.00
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
S: pasien mengatakan lemas (+)
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur O: Ku: sedang. Kes: Cm
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas - Pasien tampak terlihat lemas dan berbaring.
- Melakukan latihan rentang gerak asip dan atau aktif - TD : 120/80 mmHg; Nadi :82 x/menit, Suhu
- Berikan aktifitas distraksi yang menenagkan
:36,5ºC; Respirasi : 22x/menit
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada tahap pengkajian dilakukan metode wawancara, observasi dan


pemeriksaan fisik, dapat di simpulkan bahwa ada kesesuaian tanda dan gejala
pada teori dengan yang dialami pasien.
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul 3 diagnosa pada pasien yaitu :
Resiko ketidakstabilan kadar gula darah d.d kurang terpapar informasi tentang
manajemen diabetes. Nyeri akut) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien
tampak meringis pada area post operasi.
Intolerasi aktivitas dikarenakan ny,J mengeluh lemas ditandai dengan kadar gula yang
tidak stabil.
2. Intervensi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan 3 S terbaru,
3. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi, selain itu ada
faktor pendukung dari dari pasien dan keluarga untuk bekerja sama sehingga
implementasi dapat dilaksanakan dengan baik.
4. Mengacu pada intervensi dan implementasi dari hasil evaluasi sebagian
intervensi yang dilakukan pada pasien berhasil.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada kasus diabetes melitus.

37
DAFTAR PUSTAKA

;Editor Edisi Bahasa Indonesia Huriawati Hartono…[et. al], EGC, Jakarta.

2 di Indonesia.(2011)
American Diabetes Association (ADA).(2014). Foot Care Diabetic.Diakses dari
http://www.diabetes.org/living.withdiabetes/complication/footcomplica tio
n/foot-care.htmltanggal08 Juli 2018 .

Brunner And Suddarth Edisi 8 Vol 2 AlihBahasa H. Y.


Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih, EGC,
Jakarta.

Burnner and Suddarth . (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi


12, EGC, Jakarta

Carpenito, L. J. (2009) Diagnosis Keperawtan Aplikasi Pada Praktek Klinis


Edisi 9, EGC, Jakarta.

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI


Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Bogor (2014). Diakses dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_ Edition.

(2015)Diakses dari: www.idf.org/diabetesatlas Tanggal 08 Juli 2018

File/1175/1003 Tanggal 08 Juli 2018

Gustaviani, Reno (2006) Diagnosis danKlasifikasi


Diabetes Mellitus dalamIlmuPenyakitDalamJilidIISudoyo,
Aru W,.EGC,

International Diabetes Federation.IDF Diabetes Atlas Sixth


Jakarta.

Julianto, Eko (2011) Pengobatan Diabetes Melitus dengan Tanaman


Obat Asli Indonesia, UNDIP, Semarang.

KOT A_2014/3471_DIY_Kota_Bogor_2014.pdf. Tanggal 08 Juli 2018.

Kusuma, Dewi (2009) Aplikasi Informatika Medis Untuk


Penatalaksanaan DiabetesMelitus Secara Terpadu. Diakses
dari http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/view

Padila, (2012) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Nuha


Medika, Bogor.
37
PARKENI, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melirus Tipe
Prince, Sylvia Anderson (2012) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit Edisi 6; Alih Bahasa, Brahm U. Pendit…[et. al.]

Smeltzer, Suzanne C. (2012) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah


Subekti, Imam. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,34
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Waspadji S., (2009). Buku Ajar PenyakitDalam: KomplikasiKronikDiabestes,
MekanismeTerjadinya, Diagnosis danStrategiPengelolaan, Jilid III, FK UI
pp. 1923-24.Edisi 4, Jakarta

Wilkinson, Judith M. (2012) Buku Saku Diagnosa Kepearwatan Dengan


IntervensiNIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta.

Wilkinson, Judith M. and Nancy R. Ahern (2012) BukuSaku Diagnose


Keperawatan : Diagnosa NANDA , Intervensi NIC, KriteriaHasil NOC ;
alihbahasaEstyWahyuningsih – edisi 9, EGC, Jakarta.

World Health Organization (WHO) (2014).Commission on Ending


Childhood Obesity.Geneva, World Health
Organization,Departement of Noncommunicable disease
surveillance.

37

Anda mungkin juga menyukai