Disusun Oleh :
Bunga Nisa Mala, A.Md.Kep 2023022003
Deshar Selamet Wijaya, A.Md.Kep 2023021009
Muhammad Fajar, A.Md.Kep 2023021003
Suhanda, A.Md.Kep 2023021005
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Tn. J dengan Diabetes Militus Tipe II di ruang Sempur RSUD Kota Bogor” dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Tujuan ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas selama
orientasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempatan baik dari segi
penyusunan maupun materinya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
peneympurnaan makalah selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian.....................................................................................................1
1. Tujuan Umum....................................................................................................1
2. Tujuan Khusus...................................................................................................1
A. Definisi.....................................................................................................................2
B. Etiologi.....................................................................................................................2
C. Pencegahan..............................................................................................................4
D. Patofisiologi.............................................................................................................5
E. Patoflow...................................................................................................................5
G. Prognosis..................................................................................................................7
I. Penatalaksanaan ......................................................................................................8
A. Pengkajian.............................................................................................................11
B. Prioritas Masalah...................................................................................................14
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................................14
D. Evaluasi.................................................................................................................17
ii
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian.............................................................................................................18
2. Analisa Data..........................................................................................................26
3. Diagnosis Keperawatan.........................................................................................27
4. Interfensi Keperawatan..........................................................................................28
5. Implementasi dan Evaluasi....................................................................................31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................37
B. Saran......................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh dunia.Diperkirakan 15,7
juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan
perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di
Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian lebih
dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab utama kematian pada
daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak
terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah penyebab utama
dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita diabetes menderita hipertensi. Hal
yang mengejutkan biaya pengeluaran untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung
untuk diabetes pada tahun 1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak
memberikan timbal balik yang kehidupan patien diabetes dan keluarganya.(Sharon n Margaret
2000)
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal ini
dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita diabetes mellitus
lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki
peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat penting dalam
pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep medis diabetes mellitus
b. Memahami konsep keperawatan diabetes mellitus.
1
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan
kadar gula darah (hiperglikemia) kronik. Keadaan hiperglikemia kronik tersebut dapat mengenai
banyak orang pada semua lapisan masyarakat di seluruh dunia (Waspadji, 1995). Diabetes
Mellitus ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan-gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang bertalian dengan defisiensi absolut atau relativ aktivitas dan atau sekresi
insulin. Karena itu meskipun diabetes asalnya merupakan endokrin, manifestasi pokoknya
adalah penyakit metabolik (Anonim, 2000). Diabetes mellitus seperti juga penyakit menular
lainnya akan berkembang sebagai suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia.
Penyakit ini akan merupakan beban yang besar bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di
Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui komplikasi-komplikasinya.
Definisi lain menyebutkan diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang 7 terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung
dan pembuluh darah. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa
DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan
singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan
kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana dapat defisiensi insulin absolut atau relativ dan
gangguan fungsi insulin (Gustaviani, 2006).
B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan
beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
2
3
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai
menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa
dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta
kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu
obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam
sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33% untuk
anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes
pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.
( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM)
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
4
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer. Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami
peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut
mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa).
Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut
sebagai insulin resistance. Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam
darah terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta. Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi
dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten
terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat dan akantosis
negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi
C. Pencegahan
Pada penyakit DM seperti juga pada penyakit lain usaha pencegahan terdiri dari
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada
kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk
mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah
atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan
pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan memegang peran penting
untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam menuju
perilaku sehat. Untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Salah satu
penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab
6
utama kematian pada penyandang diabetes. Selain pengobatan terhadap tingginya kadar glukosa
darah, pengendalian berat badan, tekanan darah, profil lipid dalam darah serta pemberian
antiplatelet dapat menurunkan risiko timbulnya kelainan kardiovaskular pada penyandang
diabetes. Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi
pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap (PERKENI, 2015).
D. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena
tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,
klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain
adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
7
E. Patoflow
8
F. Manifestasi Klinik
Gejala diabetes melitus dibedakan atas gejala akut dan kronik
a. Gejala akut diabetes melitus yaitu polyphagia (banyak makan), polydipsia (banyak
minum), poliuria (banyak kencing atau sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namun berat badan menurun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu),
serta mudah mengalami kelelahan (Fatimah, 2015).
b. Gejala kronik diabetes mellitus seperti rasa kesemutan, kelainan kulit, mudah mengantuk,
gigi mudah goyah dan mudah lepas, gatal, bisul yang sulit sembuh, penglihatan kabur
gangguan refraksi mata, diplopia, mulut kering, impotensi pada pria, dan pruritus vulva pada
wanita (Fatimah, 2015).
Sedangkan menurut International Diabetes Federation tahun 2017, juga disebutkan
manifestasi klinis dari DM tipe 2 yaitu penderita dapat mengalami proses penyembuhan luka
yang lama (International Diabetes Federation, 2017).
G. Prognosis
Prognosis dari DM bergantung pada pola hidup yang dilakukan oleh pasien dalam
mengontrol kadar gula nya. Pasien dengan kontrol glikemik ketat (HbA1c < 7%), tanpa
disertai riwayat gangguan kardiovaskuler, dan juga tidak ada gangguan mikrovaskuler serta
makrovaskuler akan mempunyai harapan hidup lebih lama. Namun jika pasien memiliki
riwayat penyakit kardiovaskuler dan telah menderita diabetes lama (≥ 15 tahun) akan
mempunyai harapan hidup lebih singkat, walaupun telah melakukan kontrol glikemik ketak
sekalipun (Khardori, 2017). DM dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas karena dapat
berkomplikasi pada penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, gangguan pembuluh darah
perifer, gangguan saraf (neuropati), dan retinopati. Pengontrolan kadar glikemik merupakan
cara efektif untuk pencegahan DM (Khardori, 2017).
9
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Barbara C. Long (1995 : 9 ) pemeriksaan diagnostik untuk penyakit diabetes
millitus adalah :
I. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi
5. Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002:1226)
10
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30),
dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di
dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.
4) Insulin sensitizing agent
Hoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah resistensi insulin
tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur,
pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas data/
petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko
tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-
beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas berupa
polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
obesitas, hipertensi, atau juga atherosclerosis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab
terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan
dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang
untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
4. Pola Aktivitas
a. Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar
gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
11
11
12
b. Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine (
glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita Pola
Aktivitas
Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).
e. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
f. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
g. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
13
b. Head to Toe
1). Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
2). Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
3). Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
4). Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler.
5). Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih. Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6). Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
7). Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien
sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
14
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
B. Prioritas Masalah
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh,
nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon
stress.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan
kulit.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik,
berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
Kriteria Hasil : pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan
kriteria : pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil,
tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran
mukosa lembab atau basah.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
b. Kaji pola napas dan bau napas.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
15
1. Pengkajian
I. Identitas Pasien
a) Nama Pasien : Tn. J
b) Tanggal Lahir : 26 januari 1962
c) Jenis Kelamin : Laki-laki
d) Agama : islam
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : wiraswasta
g) Status Perkawinan : kawin
h) Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
i) Alamat : Bogor
j) Diagnosa Medik : Diabetes Melitus
k) No RM : xx.xx.xx
l) Tanggal Masuk RS : 17-02-2023
a) Nama : ny.i
b) Umur :-
c) Pendidikan :-
18
19
Riwayat Kesehatan
1) Kesehatan Pasien
Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klein mengatakan lemas dan nyeri pada bagian tulang belakang pinggul
3) Kesehatan
Fungsional Aspek
Fisik – Biologis
Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya sebelum sakit makan sehari 3 kali dengan
porsi satu piring habis (nasi, lauk, sayur) serta minum air putih 6 – 8 gelas
perhari.
Selama sakit
Selama sakit, pasien mengatakan makan 3 kali sehari dan selalu
menghabiskan porsi makan yang diberikan dari RSUD Kota Bogor, serta
minum air putih 5 gelas perhari.
20
a) Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1 kali dalam sehari dengan
konsistensi lembek tidak ada darah dan berwarna kuning, BAK lancar 4 – 5
kali sehari warna kuning jernih.
Selama sakit
Selama sakit pasien mengatakan BAB 1 hari sekali dengan konsistensi lembek
dan berwana kuning, Frekuensi BAK 5-6x, dengan warna urin kuning jernih.
b) Pola Aktivitas
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri di bagian dada kiri, dada
seperti berdebar – debar ataupun terasa cepat lelah saat aktivitas.
Selama sakit
(a) Keadaan Aktivitas Sehari – Hari
Pasien dan kelurga mengatakan selama di rumah sakit pasien untuk makan
minum bisa sendiri tapi kalo untuk berpindah atau mau ke kamar mandi
pasien di bantu oleh kelurga karena lemas.
Pasien dan kelurga mengatakan pasien biasa tidur pukul 21:00 malam dan
bangun ketika subuh sekitar jam 5.
21
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan Umum
a) Kesadaran
GCS : E : 4; V : 5; M : 6
Suhu :36,6ºC;
Respirasi : 22x/menit
a) Kulit
Warna kulit normal tidak tampak pucat dan bersih. Tugor kulit baik
b) Kepala
Warna rambut putih kehitaman, tidak ada lesi, dan bersih. Pada muka
bentuk simetri dan tidak ada lesi
c) Leher
d) Tenggkuk
e) Dada
Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan kiri, tidak ada dypsnea, ada retraksi otot dada
Palpasi
Ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Terdengar bunyi resonan di semua lapang dada
Auskultasi
Suara nafas vesikuler. Auskultasi jantung S1 dan S2 tunggal reguler,
tidak ada mur-mur, dan tidak ada bruit.
f) Payudara
Inspeksi
Bentuk simetris, tidak tampak lesi atau benjolan
Palpasi
Tidak teraba benjolan di payudara
g) Punggung
Tidak tampak lesi dan kemerahan.
h) Abdomen
Inspeksi
Tidak tampak lesi, terlihat simetris
Auskultasi
Palpasi
Tidak ada massa serta nyeri tekan
k) Ektermitas
Atas
Anggota gerak lengkap dan ditangan kiri klien terpasang infuse nacl 0,9%
+ kcl 50meq/12 jam. Akral teraba hangat
Bawah
Anggota gerak lengkap dan tidak terlihat adanya edema. Akral teraba
hangat.
55
45
Keterangan :
0 : paralisis total
1 : tidak ada gerakan
2 : Gerakan otot penuh dengan sokongan
3 : Gerakan normal menentang gravitasi
4 : Gerakan normal dengan sedikit tahanan
5 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh
24
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Patologi Klinik
Pemeriksaan Laboratorium Tn. J di ruang Sempur RSUD Kota Bogor
17-02-2023 PATOLOGI
3. Terapi
omeprazole 1x Intra
40mg Vena
Apidra 3 x 6 U subcutan
Sansulin 1 x 10 u subcutan
2. Analisa Data
Pasien Tn. J di ruang Sempur RSUD Kota Bogor tanggal 16-02-2023
No. Data Penyebab Masalah
DO:
tanggal 17-02-2023
DO :
- pasien tampak meringis
- bersikap protektif
(menghindari nyeri)
- pasien sesekali sulit tidur
- td : 110/80 mmHg;
27
DO:
Pasien terlihat tampak lemas dan
hanya berbaring di tempat tidur
3.Diagnos Keperawatan
Masalah prioritas keperawatan yang muncul yaitu :
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. nyeri
3. intoleransi aktivitas
28
4. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin jika
perlu
- Kolaborasi pemberian cairan i jika
perlu
- Kolaborasi pemberian kalium jika
perlu
Resiko ketidakstabilan kadar gula 1 Kamis, 17-02-2023. jam 11.00 Kamis, 17-02-2023 Jam. 13.00
darah d.d kurang terpapar informasi
tentang manajemen diabetes - Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemi S : Pasien mengatakan sudah sekitar satu tahun
- Memonitor kadar glukosa darah
menderita diabetes
- Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi
(Polyuria, polidipsi, polipagi) O: Pemeriksaan GDS
- Memberikan asupan cairan oral Konsultasi dengan
medis jika tanda dan Jam 13:00 = 171 mg/dl
- gejala hiperglikemi tetap ada atau memburuk A : masalah risiko ketidakstabilan kadar gula darah belum
- Menganjurkan menghindari olahraga saat kadar
teratasi
glukosa lebih dari 250mg/dl
- Menganjurkan monitor kadar glukosa darah secara P : intervensi dilanjutkan
mandiri
- Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
- Mengajarkan pengelolaan diabetes (Penggunaan
insulin, obat oral, monitor asupan cairan)
- Kolaborasi pemberian insulin
- Cek gds per 3 jam
32
Nyeri akut 2. Kamis, 17-02-2023. Jam 11.30 Kamis, 17-02-2023. Jam 13.00
Intoleransi aktivitas 3 Kamis, 17-02-2023. Jam 11.00 Kamis, 17-02-2023. Jam 13.00
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
S: pasien mengatakan lemas (+)
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur O: Ku: sedang. Kes: Cm
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas - Pasien tampak terlihat lemas dan berbaring.
- Melakukan latihan rentang gerak asip dan atau aktif - TD : 110/80 mmHg; Nadi :72 x/menit, Suhu
- Berikan aktifitas distraksi yang menenagkan
:36,7ºC; Respirasi : 22x/menit
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
34
Resiko ketidakstabilan kadar gula 1 Jumat, 18-02-2023 Jam 08.00 Jumat, 18-02-2023 Jam 13.00
darah d.d kurang terpapar informasi
tentang manajemen diabetes - Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemi
- Monitor kadar glukosa darah S: pasien mengatakan lemas (+)
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
O: Ku: sedang. Kes: Cm
(Polyuria, polidipsi, polipagi)
- Berikan asupan cairan oral - Pasien tampak terlihat lemas dan berbaring.
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala - TD : 120/80 mmHg; Nadi :82 x/menit,
hiperglikemi tetap ada atau memburuk Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa Suhu :36,5ºC; Respirasi : 22x/menit
lebih dari 250mg/dl A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan diabetes (Penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan cairan) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin
Lantus 1 x 12unit SC Apidra 3x6
unit
35
Nyeri akut 2 Jumat, 18-02-2023. Jam 08.00 Jumat, 18-02-2023. Jam 11.00
P: Interpensi dilanjutkan
36
Intoleransi aktivitas 3 Jumat, 18-02-2023. Jam 10.00 Jumat, 18-02-2023. Jam 13.00
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
S: pasien mengatakan lemas (+)
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur O: Ku: sedang. Kes: Cm
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas - Pasien tampak terlihat lemas dan berbaring.
- Melakukan latihan rentang gerak asip dan atau aktif - TD : 120/80 mmHg; Nadi :82 x/menit, Suhu
- Berikan aktifitas distraksi yang menenagkan
:36,5ºC; Respirasi : 22x/menit
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang P : intervensi dilanjutkan
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada kasus diabetes melitus.
37
DAFTAR PUSTAKA
2 di Indonesia.(2011)
American Diabetes Association (ADA).(2014). Foot Care Diabetic.Diakses dari
http://www.diabetes.org/living.withdiabetes/complication/footcomplica tio
n/foot-care.htmltanggal08 Juli 2018 .
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Waspadji S., (2009). Buku Ajar PenyakitDalam: KomplikasiKronikDiabestes,
MekanismeTerjadinya, Diagnosis danStrategiPengelolaan, Jilid III, FK UI
pp. 1923-24.Edisi 4, Jakarta
37