Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN GERONTIK

APLIKASI ASKEP GERONTIK DI KELUARGA DENGAN DIABETES


MELITUS

OLEH :
KELOMPOK III

Ida Ayu Made Sukmadewi 193223177


Luh Made Agustina D. 193223180
Ni Kadek Dwi Suryani 193223181
I Wayan Tangsub Suartama 193223175
I Wayan Widyarsana 193223176
Ni Nyoman Anggraeni 193223193
Ni Nyoman Yudani 193223194

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

1
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Aplikasi Askep Gerontik dengan
Diabetes Melitus”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan
dari semua pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat,
buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu
melalui media ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 18 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................5
C. Manfaat Penulisan......................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...............................................................................................6
A. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik...................................................6
B. Konsep Penyakit Diabetes Melitus............................................................7
BAB III..................................................................................................................41
PENUTUP.............................................................................................................41
A. Kesimpulan................................................................................................41
B. Saran..........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi kronis
paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di sembuhkan. Alih-alih,
lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar untuk menguasai program
pemantauan dan perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak
perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan.
( Beare, 2007).
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang 2 menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron
(Mansjoer, 2001).
Menurut WHO, Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat 5
sedunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun
2025. Menurut penelitian Epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di
Indonesia kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4% sampai dengan 2
1,6%. Kecuali dua tempat yaitu Pekajangan, suatu desa didaerah Semarang 2,3%
dan di Manado 6% (Suyono, 2007)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes melitus.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan Mampu :
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan gerontik dengan Diabetes
melitus.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan gerontik dengan Diabetes
melitus.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis

4
Diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan Gerontik pada klien
dengan Diabetes Melitussesuai dengan teori yang didapat di bangku kuliah
serta menambah wawasan dan memperluas pengetahuan bagi penulis.
2. Manfaat Bagi Program Studi Keperawatan
Dapat menambah wawasan peserta didik dalam pembuatan asuhan
keperawatan dan sebagai peningkatan atau pengembangan ilmu
pengetahuan keperawatan terutama dalam masalah mencegah Diabetes
Melitus.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik


1. Definisi Keperawatan Gerontik
...............Menurut siti Badriah (2009), keperawatan gerontik adalah
suatupelayanan professional yang berdasarkan ilmu dan kiat/ teknik

5
keperawatanyang berbentuk bio-psiko-sosial- spiritual dan cultural yang
holistic yangditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Tujuan Keperawatan Gerontik
a) Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
dengan peningkatan kesehatan, pncegahan penyakit, dan pemeliharaan
kesehatan, sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai
akhir hayatnya.
b) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya
lanjut dengan perawatan dan pencegahan.
c) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia.
d) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (kronis ataupun akut).
e) Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan
tertentu.
f) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa pertolongan (memelihara kemandirian
secara maksimal).
3. Fokus Asuhan Keperawatan Gerontik
a) Peningkatan kesehatan (health promotion)
b) Pencegahan penyakit (preventif)
c) Mengoptimalkan fungsi mental
d) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
4. Proses Keperawatan Gerontik
a) Pengkajian
b) Perumusan diagnosis keperawatan
c) Perencanaan keperawatan
d) Pelaksanaan tindakan keperawatan
e) Evaluasi keperawatan

B. Konsep Penyakit Diabetes Melitus


1. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).

6
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.
( Mary,2009)
2. Etiologi
1. Diabetes Tipe I
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, Yaitu oto antibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
3. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia
pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria
tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul

7
keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu
tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses
menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala
sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut
yang sering ditemukan adalah :
1) Katarak
2) Glaukoma
3) Retinopati
4) Gatal seluruh badan
5) Pruritus Vulvae
6) Infeksi bakteri kulit
7) Infeksi jamur di kulit
8) Dermatopati
9) Neuropati perifer
10) Neuropati viseral
11) Amiotropi
12) Ulkus Neurotropik
13) Penyakit ginjal
14) Penyakit pembuluh darah perifer
15) Penyakit koroner
16) Penyakit pembuluh darah otak
17) Hipertensi

4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting
yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai
bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh
sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat

8
masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah
yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik
yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta
pankreas.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat

5. Pathway

Proses menua / kemunduran Life Style yang buruk (junk food, minim
olahraga, konsumsi alkohol, dll)

Fungsi pengecap Fungsi pankreas


menurun menurun
9
Konsumsi gula Menurunnya kualitas
berlebih dan kuantits insulin

Hiperglikemi (DM)

Glukosa intra sel Komplikasi Konsumsi gula


menurun vaskuler berlebih

Glukoneogenesis Mikro Makro Osmotik diuresis


meningkat Proses pembuatan
ATP/energi vaskuler vaskuler
terganggu
Cadangan Basa keton Kelemahan/ retinopati nefropati Kekurangan
lemak dan meningkat Keletihan Volume Cairan
protein neuropati Paratesia
berkurang PK : ketoasidosis Resiko (kesemutan,
BB diabetik cedera rasa
PK GGK
menurun terbakar)
Semibilitas
Gangguan nutrisi : Gangguan nyeri
kurang dari Integritas Suhu ekstremitas
kebutuhan tubuh Kulit Resiko Infeksi
gangren menurun
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :


1. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak,
15% Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak
hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas
reseptor insulin.

2. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah
diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk

10
memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien
yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang,
dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang
sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM,
olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina
dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta
membantu menurunkan berat badan.
3. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus
selalu diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan
lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas
yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
4. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM.
Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan
kadar glukosa darah dalam parameter yang   telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.

5. Pendidikan
a) Diet yang harus dikomsumsi
b) Latihan
c) Penggunaan insulin
d) Pemeriksaan Diagnostik
e) Glukosa darah sewaktu
f) Kadar glukosa darah puasa
g) Tes toleransi glukosa

7. Komplikasi
1. Komplikasi akut
 Diabetes ketoasidosis
2. Komplikasi kronis:
 Retinopati diabetic
 Nefropati diabetic
 Neuropati

11
 Displidemia
 Hipertensi
 Kaki diabetic
 Hipoglikemia

8. Pengkajian Fokus
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah
melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci
adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 1999)
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat
melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau
terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi
oral).
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular,
kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram
otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan
terjadinya komplikasi aterosklerosis.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi
stress.
b) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan
peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

12
4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah
komplikasi.
5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
9. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi:kurangdarikebutuhantubuhberhubungan dengan
peningkatanmetabolisme protein, lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis
ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada
extremitas.
4. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
5. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang
tinggi.
6. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

13
10. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional


Keperawatan
1 Gangguan Setelah 1. Pasien Timbang berat badan Mengkaji pemasukan
nutrisi:kurang diberikan dapat sesuai indikasi. makanan yang
mencerna
dari asuhan jumlah adekuat.
kalori atau Tentukan program diet, Mengidentifikasikan
kebutuhantubu keperawatan
pola makan, dan kekurangan dan
hberhubungan diharapkan
nutrien
bandingkan dengan penyimpangan dari
yang tepat makanan yang dapat kebutuhan terapeutik.
dengan pening kebutuhan 2. Berat dihabiskan klien.
katanmetabolis nutrisi pasien badan Auskultrasi bising usus, Hiperglikemi,
stabil atau
me dapat catat nyeri abdomen gangguan
penambaha
protein,lemak. terpenuhi. n ke arah atau perut kembung, keseimbangan cairan
rentang mual, muntah dan dan elektrolit
biasanya
pertahankan keadaan menurunkan motilitas
puasa sesuai inndikasi atau fungsi lambung
(distensi atau ileus
paralitik).
Berikan makanan cair Pemberian makanan
yang mengandung melalui oral lebih baik
nutrisi dan elektrolit. diberikan pada klien
Selanjutnya sadar dan fungsi
memberikan makanan gastrointestinal baik
yang lebih padat.
Identifikasi makanan Kerja sama dalam
yang disukai. perencanaan makanan.

Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa


perencanaan makan. keterlibatannya,
memberi informasi
pada keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi klien.

14
Observasi tanda Pada metabolism
hipoglikemia kaborhidrat (gula
(perubahan tingkat darah akan berkurang
kesadaran, kulit lembap dan sementara tetap
atau dingin, denyut nadi diberikan tetap
cepat, lapar, peka diberikan insulin,
rangsang, cemas, sakit maka terjadi
kepala, pusing). hipoglikemia terjadi
tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat
kesadaran.
Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan Analisa di tempat tidur
gula darah terhadap gula darah
dengan finger stick lebih akurat daripada
memantau gula dalam
urine.
Pantau pemeriksaan Gula darah menurun
laboratorium (glukosa perlahan dengan
darah, aseton, pH, penggunaan cairan dan
HCO3) terapi insulin
terkontrol sehingga
glukosa dapat masuk
ke dalam sel dan
digunakan untuk
sumber kalori. Saat ini,
kadaar aseton menurun
dan asidosis dapat
dikoreksi.

15
Berikan pengobatan Insulin regular
insulin secara teratur
memiliki awitan cepat
melalui IV
dan dengan cepat pula
membantu
memindahkan glukosa
ke dalam sel.
Pemberian melalui IV
karena absorpsi dari
jaringan subkutan
sangat lambat.
Berikan larutan glukosa Larutan glukosa
( destroksa, setengah ditambahkan setelah
salin normal). insulin dan cairan
membawa gula darah
sekitar 250 mg /dl.
Dengan metabolism
karbohidrat mendekati
normal, perawatan
diberikan untuk
menghindari
hipoglikemia.
Konsultasi dengan ahli Bermanfaat dalam
gizi penghitungan dan
penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
2 Kekurangan Setelah Pasien Kaji riwayat klien Membantu
volume cairan diberikan menunjukkan sehubungan dengan memperkirakan
berhubungan asuhan hidrasi yang lamanya atau intensitas kekurangan volume
dengan keperawatan adekuat dari gejala seperti total. Adanya proses
osmotik diharapkan dibuktikan oleh muntah dan pengeluaran infeksi mengakibatkan
diuresis kebutuhan tanda vital urine yang berlebihan. demam dan keadaan
ditandai cairan atau stabil, nadi hipermetabolik yang
dengan tugor hidrasi pasien perifer dapat meningkatkan
kulit menurun terpenuhi diraba, turgor kehilangan air.

16
dan membran kulit dan Pantau tanda – tanda Hipovolemi
dimanifestasikan oleh
mukosa pengisian vital, catat adanya
hipotensi dan
kering. kapiler baik, perubahan tekanan takikardia. Perkiraan
berat ringannya
haluaran urin darah ortostatik.
hipovolemi saat
tepat secara tekanan darah sistolik
turun ≥ 10 mmHg dari
individu dan
posisi berbaring ke
kadar elektrolit duduk atau berdiri.
Hipovolemi Perlu mengeluarkan
dalam batas
dimanifestasikan oleh
asam karbonat melalui
normal. hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat pernapasan yang
ringannya hipovolemi
menghasilkan
saat tekanan darah
sistolik turun ≥ 10 kompensasi alkalosis
mmHg dari posisi
respiratoris terhadap
berbaring ke duduk atau
berdiri. keadaan ketoasidosis.
Napas bau aseton
disebabkan pemecahan
asam asetoasetat dan
harus berkurang bila
ketosis terkoreksi.
Pantau frekuensi dan Hiperglikemia dan
kualitas pernapasan, asidosis menyebabkan
penggunaan otot bantu pola dan frekuensi
napas, adanya periode pernapasan normal.
apnea dan sianosi. Akan tetapi
peningkatan kerja
pernapasan,
pernapasan dangkal
dan cepat serta sianosis
merupakan indikasi
dari kelelahan
pernapasan atau
kehilangan
kemampuan melalui
kompensasi pada
asidosis

17
Pantau suhu, warna Demam, menggigil,
kulit, atau dan diaphoresis adalah
kelembapannya. hal umum terjadi pada
proses infeksi, demam
dengan kulit
kemerahan, kering
merupakan tanda
dehidrasi.
Kaji nadi perifer, Merupakan indicator
tingkat dehidrasi atau
pengisian kapiler, turgor
volume sirkulasi yang
kulit, dan membrane adekuat.
mukosa.
Pantau masukan dan Memperkirakan
kebutuhan cairan
pengeluaran
pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan
terapi yang diberikan.
Ukur berat badan setiap Memberikan hasil
hari. pengkajian terbaik dari
status cairan yang
sedang berlangsung
dan selanjutnya dalam
memberikan cairan
pengganti
Pertahankan pemberian Mempertahankan
cairan minimal 2500 hidrasi atau volume
ml/hari sirkulasi.
Tingkatkan lingkungan Menghindari
yang menimbulkan rasa
pemanasan yang
nyaman. Selimuti klien
dengan kain yang tipis. berlebihan terhadap
klien lebih lanjut dapat
menimbulkan
kehilangan cairan.

18
Kaji adanya perubahan Perubahan mental
mental atau sensori. berhubungan dengan
hiperglikemi atau
hipoglikemi, elektrolit
abnormal, asidosis,
penurunan perfusi
serebral, dan hipoksia.
Penyebab yang tidak
tertangani, gangguan
kesadaran menjadi
predisposisi aspirasi
pada klien.
Observasi mual, nyeri Kekurangan cairan dan
abdomen, muntah, dan
elektrolit mengubah
distensi lambung.
motilitas lambung
sehinnga sering
menimbulkan muntah
dan secara potensial
menimbulkan
kekurangan cairan dan
elektrolit.
Observasi adanya Pemberian cairan
perasaan kelelahan yang
untuk perbaikan yang
meningkat, edema,
peningkatan berat cepat berpotensi
badan, nadi tidak teratur,
menimbulkan
dan distensi vaskuler.
kelebihan cairan dan
gagal jantung kronis.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan
sesuai indikasi :
Normal salin atau Tipe dan jumlah cairan
setengah normal salin
tergantung pada derajat
dengan atau tanpa
dekstrosa. kekurangan cairan dan
respon klien secara
individual.

19
Albumin, plasma, atau Plasma ekspander
dekstran.
(pengganti) dibutuhkan
jika mengancam jiwa
atau tekanan darah
sudah tidak dapat
kembali normal
dengan usaha rehidrasi
yang telah dilakukan.

3 Gangguan Setelah 1. menunjuka Inspeksi kulit terhadap Menandakan aliran


n
integritas kulit diberikan perubahan sirkulasi buruk yang
peningkata
berhubungan asuhan n integritas warna,turgor,vaskuler,pe dapat menimbulkan
kulit
dengan peruba keperawatan rhatikan kemerahan. infeksi
2. Menghind
Ubah posisi setiap 2 jam Menurunkan tekanan
han status diharapkan ari cidera
kulit beri bantalan pada pada edema dan
metabolik tidak terjadi
tonjolan tulang menurunkan iskemia
(neuropati komplikasi.
Pertahankan alas Menurunkan iritasi
perifer) kering dan bebas dermal
ditandai lipatan
Beri perawatan kulit Menghilangkan
dengan gangre
seperti penggunaan kekeringan pada kulit
n pada
lotion dan robekan pada kulit
extremitas. Lakukan perawatan luka Mencegah terjadinya
dengan teknik aseptik infeksi
Anjurkan pasien untuk Menurunkan resiko
menjaga agar kuku tetap cedera pada kulit oleh
pendek karena garukan
Motivasi klien untuk Makanan TKTP dapat
makan makanan TKTP membantu
penyembuhan jaringan
kulit yang rusak
4 Kelelahan setelah klien dapat Diskusikan kebutuhan Pendidikan dapat
diberikan mengidentifikasi
berhubungan akan aktivitas. Buat memberikan motivasi
asuhan kan pola
dengan kondisi keperawatan keletihan setiap jadwal perencanaan dan untuk meningkatkan
diharapkan hari.
fisik yang identifikasi aktivitas tingkat aktivitas
kelelahan Klien dapat
kurang. dapat teratasi. mengidentifikasi yang menimbulkan meskipun klien sangat
tanda dan gejala
kelelahan. lemah.

20
peningkatan Diskusikan penyebab Dengan mengetahui
aktivitas
keletihan seperti nyeri penyebab keletihan,
penyakit yang
mempengaruhi sendi, penurunan dapat menyusun
toleransi
efisiensi tidur, jadwal aktivitas.
aktivitas.
Klien dapat peningkatan upaya yang
mengungkapkan
diperlukan untuk ADL.
peningkatan
Bantu mengidentivikasi Mengidentifikasi
tingkat energi.
Klien dapat pola energi dan buat waktu puncak energi
menunjukkan
rentang keletihan. Skala dan kelelahan
perbaikan
kemampuan 0-10 (0 =tidak lelah, membantu dalam
untuk
10 = sangat kelelahan) merencanakan akivitas
berpartisipasi
dalam aktivitas untuk memaksimalkan
yang diinginkan.
konserfasi energi dan
produktivitas.
Berikan aktivitas Mencegah kelelahan
yang berlebih.
alternatif dengan
periode istirahat yang
cukup/ tanpa diganggu.
Pantau nadi , frekuensi Mengindikasikan
tingkat aktivitas yang
nafas, serta tekanan
dapat ditoleransi
darah sebelum dan secara fisiologis.
seudah melakukan
aktivitas.
Tingkatkan partisipasi Memungkinkan
klien dalam melakukan kepercayaan diri/ harga
aktivitas sehari-hari diri yang positif sesuai
sesuai kebutuhan. tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi.

21
Ajarkan untuk Membantu dalam
mengidentifikasi tanda
mengantisipasi
dan gejala yang
menunjukkan terjadinya keletihan
peningkatan aktivitas
yang berlebihan.
penyakit dan
mengurangi aktivitas,
seperti demam,
penurunan berat badan,
keletihan makin
memburuk.

5 Risiko tinggi setelah 1. Tidak ada Observasi tanda-tanda Pasien mungkin masuk
infeksi rubor, kalor, infeksi dan peradangan
diberikan dengan infeksi yang
berhubungan dolor, sperti demam,
dengan asuhan tumor, kemerahan, adanya pus biasanya telah
glukosa darah fungsiolesia pada luka, sputum
keperawatan mencetuskan keadaan
yang tinggi. 2. Terjadi purulen, urine warna
diharapkan tid perubahan keruh atau berkabut. ketoasidosis atau dapat
gaya hidup
ak terjadi mengalami infeksi
untuk
tanda-tanda mencegah nosokomial.
terjadinya Tingkatkan upaya Mencegah timbulnya
infeksi
infeksi. pencegahan dengan
infeksi nosokomial.
melakukan cuci tangan
yang baik pada semua
orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Pertahankan teknik Kadar glukosa yang
aseptik pada prosedur
tinggi dalam darah
invasif.
akan menjadi meddia
terbaik dalam
pertumbuhan kuman.
Berikan perawatan kulit Sirkulasi perifer bisa
dengan teratur dan terganggu dan
sungguh-sungguh, menempatkan pasien
masase daerah tulang pada peningkatan
yang tertekan, jaga kulit risiko terjadinya
tetap kering, linen kerusakan pada kulit.
kering dan tetap
kencang.

22
Berikan tisue dan Mengurangi
penyebaran infeksi.
tempat sputum pada
tempat yang mudah
dijangkau untuk
penampungan sputum
atau secret yang lainnya.

Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan Untuk
kultur dan sensitifitas mengidentifikasi
sesuai dengan indikasi. adanya organisme
sehingga dapat
memilih atau
memberikan terapi
antibiotik yang terbaik.
Berikan obat antibiotik Penanganan awal
yang sesuai dapat mambantu
mencegah timbulnya
sepsis.
6 Resiko terjadi Setelah Dapat Hindarkan lantai yang Lantai licin dapat
injury diberikan menunjukkan licin.
menyebabkan risiko
berhubungan asuhan terjadinya
dengan keperawatan perubahan jatuh pada pasien
penurunan diharapkan tid perilaku untuk Gunakan bed yang Mempermudah pasien
penglihatan. ak terjadi menurunkan rendah
untuk naik dan turun
injuri factor risiko dan
untuk dari tempat tidur.
melindungi diri Orientasikan klien Lansia daya ingatnya
dari cidera. dengan ruangan.
Mengubah sudah menurun,
lingkungan sehingga diperlukan
sesuai indikasi
orientasi ruangan agar
untuk
meningkatkan lansia bisa
keamanan.
menyesuaikan diri
terhadap ruangan.

23
Bantu klien dalam Lansia sudah
melakukan aktivitas mengalami penurunan
sehari-hari dalam fisik, sehingga
dalam melakukan
aktivitas sehari
diperlukan bantuan
dari orang lainsesuai
dengan yang dapat
ditoleransi

Bantu pasien dalam Keterbatasan aktivitas


ambulasi atau perubahan
tergantung pada
posisi
kondisi lansia

24
CONTOH KASUS:

A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
Nama : Tn.Y
Alamat : air gading
Tanggal lahir : 6 juni 1939
Umur : 82 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku : Ogan
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SR/SD
Orang yang terdekat : Istri
Alamat : air gading

2. Riwayat keluarga / genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: tinggal serumah

3. Riwayat pekerjaan
 Status pekerjaan saat ini : pensiunan
 Pekerjaan sebelumnya : sipil

25
 Sumber-sumber pendapatan: gaji pensiunan

4. Riwayat lingkunga hidup


 Tipe tempat tinggal : permanen
 Jumlah kamar :2
 Jumlah tingkat :1
 Jumlah orang tinggal di rumah : 2
 Tetangga terdekat : tetangga sebelahan rumah.
5. Riwayat rekreasi
 Hobi/minat : klien biasa duduk sambil bercerita dengan istrinya.
 Keanggotaan organisasi : tidak ada
 Liburan/perjalanan : tidak ada
6. Sistem pendukung yang digunakan
Puskesmas,poskeskel, dan rumah sakit.
7. Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama : klien mudah lesu, dan kakinya sering kesemutan.
 Diagnosis medis : diabetes melitus
 Obat yang digunakan: metformin 500 mg
 Status imunisasi : tidak diketahui
 Alergi : tidak ada
 Nutrisi : nasi biasa, 3 kali sehari
8. Status kesehatan masa lalu
 Status kesehatan setahun yang lalu: diabetes melitus
 Status kesehatan 5 tahun yang lalu: kusta, tukak lambung
 Penyakit serius / kronik : diabetes melitus, tukak lambung
 Penyakit masa kanak-kanak : tidak ada
 Trauma : tidak ada
 Pernah dirawat, kapan, berapa lama: 10 kali dalam setahun terakhir
 Operasi terdahulu,kapan,alasan : tidak ada

9. Pengkajian umum
 Kelelahan : iya, sering merasa lelah.
 Perubahan berat badan yang lalu : iya
 Perubahan nafsu makan : iya
 Demam : tidak ada
 Keringat malam : tidak ada
 Kesulitan tidur :iya
 Sering pilek, infeksi : tidak ada
 Penilaian diri terhadap status kesehatan : klien menyadari penyakitny
 Kemampuan melakukan ADL : mandiri
10. Pengkajian hemopoetik
 Perdarahan/memar abnormal : tidak ada
 Pembengkakan kelenjar limfa :tidak ada

26
 Anemia :tidak ada
 Riwayat transfusi darah :tidak ada
11. Pengkajian mata
 Perubahan penglihatan : iya, penglihatan kabur / rabun.
 Kacamata/lensa : tidak ada
 Nyeri :tidak ada
 Air mata berlebihan :tidak ada
 Pruritis :tidak ada
 Bengkak sekitar mata :tidak ada
 Floater : iya, penglihatan kabur dan berbayang.
 Diplopia : tidak ada
 Kabur : iya, penglihatan kabur
 Fotofobia :tidak ada
 Skotomata :tidak ada
 Riwayat infeksi :tidak ada
 Tanggal pemeriksaan terakhir : tidak diketahui
 Tanggal pemeriksaan glukoma terakhir : tidak diketahui
 Dampak pada penampilan ADL : penglihatan klien kabur dan berbayang.

12. Pengkajian hidung dan sinus


 Rinorea : tidak ada
 Rabas :tidak ada
 Epitaksis :tidak ada
 Obstruksi :tidak ada
 Mendengkur :mendengkur saat tidur.
 Nyeri pada sinus :tidak ada
 Drip post natal : tidak ada
 Alergi :tidak ada
 Riwayat infeksi :tidak ada
 Penilaian diri pada kemampuan penciuman : klien merasa masih memiliki
penciuman yang baik.
13. Pengkajian pernafasan
Batuk :tidak ada
Sesak nafas :tidak ada
Hemoptisis :tidak ada
Sputum :tidak ada
Mengi :tidak ada
Asama/alergi :tidak ada
Tanggal dan hasil pemeriksaan rontgen terakhir : tidak diketahui
14. Pengkajian gastrointestinal
Disfagia : tidak ada
Tak dapat mencerna :tidak ada
Nyeri ulu hati :tidak ada
Mual/muntah : tidak ada

27
Hematemesis :tidak ada
Perubahan nafsu makan :tidak ada
Intoleran makan : tidak ada
Ulkus : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Ikterik :tidak ada
Benjolan/massa :tidak ada
Perubahan kebiasaan defekasi : tidak ada
Diare : tidak ada
Konstipasi :tidak ada
Melena :tidak ada
Hemoroid :tidak ada
Perdarahan rektum :tidak ada
Pola defekasi : 1 kali sehari

15. Pengkajian genitoreproduksi pria


Lesi :tidak ada
Rabas :tidak ada
Nyeri vestikuler :tidak ada
Masa vestikuler :tidak ada
Masalah prostat :tidak ada
Penyakit kelamin :tidak ada
Perubahan hasrat seksual :iya, klien tidak pernah lagi berhubungan
Impotensi :tidak ada
Masalah aktivitas seksual :tidak ada
16. Pengkajian muskuloskeletal
Nyeri persendian :tidak ada
Kekakuan :tidak ada
Pembengkakan sendi :tidak ada
Deformitas :tidak ada
Spasme :tidak ada
Kram : iya, sewaktu-waktu pada kaki.
Kelemahan otot : iya, pada kaki dan tangan saat berjalan
Masalah cara berjalan : iya, berjalan dengan tertatih
Nyeri punggung : tidak ada
Prostesa : tidak ada
Pola kebiasaan latihan : tidak ada
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada
17. Pengkajian psikososial
cemas :tidak ada
depresi :tidak ada
insomnia :tidak ada
menangis :tidak ada
gugup :tidak ada
takut :tidak ada
masalah dalam mengambil keputusa : tidak ada

28
kesulitan berkonsentrasi : tidak ada
pernyataan perasaan kepuasan/frustasi : tidak ada
stres saat ini : tidak ada
masalah tentang kematian : tidak ada
dampak penampilan ADL : tidak ada

18. Pengkajian integumen


Lesi/luka : luka pada telapak kaki kanan
Pruritis :tidak ada
Perubahan pigmentasi :tidak ada
Perubahan tekstur :tidak ada
Sering memar :tidak ada
Perubahan rambut :tidak ada
Perubahan kuku :tidak ada
Pemajanan lama terhadap matahari :tidak ada
Pola penyembuhan lesi, memar, : diberi obat luka, dan dituutp perban

19. Pengkajian kepala


Sakit kepala :tidak ada
Trauma berarti pada masa lalu :tidak ada
Pusing :tidak ada
Gatal kulit kepala :tidak ada
20. Pengkajian telinga
Perubahan pendengaran : penurunan pendengaran karena usia
Rabas :tidak ada
Tunitis :tidak ada
Vertigo :tidak ada
Sensitifitas pendengaran : penurunan karena usia
Alat-alat prostesa : tidak ada
Riwayat infeksi :tidak ada
Tanggal pemeriksaan terakhir :tidak diketahui
Kebiasaan perawatan telinga : seminggu sekali menggunakan cotton bud
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada
21. Pengkajian mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : tidak ada
Lesi/ulkus :tidak ada
Serak :tidak ada
Perubahan suara :tidak ada
Kesulitan menelan :tidak ada
Perdarahan gusi :tidak ada
Karises :tidak ada
Alat prostesa :tidak ada
Riwayat infeksi :tidak ada
Tanggal pemeriksaan gigi terakhir : tidak diketahui
Pola menggosok gigi : 1 kali sehari

29
22. Pengkajian leher
Kekakuan :tidak ada
Nyeri/nyeri tekan :tidak ada
Benjolan/masa :tidak ada
23. Pengkajian kardiovaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan dada :tidak ada
Palpitasi :tidak ada
Sesak nafas :tidak ada
Dispneu pada aktivitas :tidak ada
Dispneu nukturnal paroksimal :tidak ada
Orthopneu :tidak ada
Murmur :tidak ada
Edema :tidak ada
Varises :iya, pada betis kiri dan kanan
Kaki timpang :tidak ada
Parestesia :tidak ada
Perubahan warna kaki :tidak ada
24. Pengkajian perkemihan
Disuria :tidak ada
Frekuensi : 7-10 kali sehari
Menetes :tidak ada
Ragu-ragu/anyang-anyang : tidak ada
Dorongan :tidak ada
Hematuria :tidak ada
Poliuria : iya, pada malam hari, 4-5 kali
Oliguria : tidak ada
Nuktoria : iya, pada malam hari, 4-5 kali
Inkontinensia : tidak ada
Keterbatasan gerak : tidak ada
Nyeri saat berkemih : tidak ada
Batu :tidak ada
Infeksi :tidak ada
25. Pengkajian sistem saraf pusat
Sakit kepala :tidak ada
Kejang :tidak ada
Sinkop/serangan jatuh :tidak ada
Paralisis :tidak ada
Paresis :tidak ada
Masalah koordinasi :tidak ada
Tic/tremor/spasme :tidak ada
Parestesia :tidak ada
Cedera kepala :tidak ada
Masalah memori :tidak ada
26. Pengkajian sistem endokrin

30
Intoleran panas :tidak ada
Intoleran dingin :tidak ada
Goiter :tidak ada
Pigmentasi kulit :tidak ada
Perubahan rambut : pemutihan rambut (uban)
Polifagi : iya, klien selalu lapar padahal sudah makan
Polidipsi : iya, klien selalu haus padahal sudah minum
Poliuri : iya, pada malam hari, 4-5 kali.

B. ANALISIS DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Kondisi fisik keletihan
- Klien mengatakan sejak 10
yang
tahun yang lalu mempunyai
berkurang
keluhan cepat merasa kekas
saat beraktivitas.
- Klien mengatakan badannya
lemas saat beraktivitas
sehari-hari
DO :
- Klien memenuhi kebutuhan
ADL secara mandiri
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 85 x
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- BSS : 92 mg/dl
2 DS: Penurunan Resiko terjadi
- Klien mengatakan fungsi
penglihatan injury
penglihatannya sudah
berkurang, sudah tidak
mampu lagi melihat jarak
jauh dengan jelas
- Klien mengeluh kaki
kesemutan tetapi tidak mati
rasa
DO :
- Klien memenuhi kebutuhan

31
sehari-hari dengan tertatih.
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 85 x
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- BSS : 92 mg/dl

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis keperawatan
1 Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik yang berkurang
2 Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Waktu Tujuan, kriteria hasil Perencanaan
1 Rabu, Tujuan : 1.skusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal
setelah diberikan asuhan perencanaan dan identifikasi aktivitas yang
11
keperawatan diharapkan menimbulkan kelelahan.
april
kelelahan dapat teratasi. 2.iskusikan penyebab keletihan seperti nyeri
2018
sendi, penurunan efisiensi tidur, peningkatan
Kriteria hasil :
1. klien dapat upaya yang diperlukan untuk ADL.
mengidentifikas 3.antu mengidentivikasi pola energi dan buat
ikan pola rentang keletihan. Skala 0-10 (0 =tidak lelah,
keletihan setiap
10 = sangat kelelahan)
hari. 4.Perikan aktivitas alternatif dengan periode
2. Klien dapat
mengidentifikas istirahat yang cukup/ tanpa diganggu.
i tanda dan 5.Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan
gejala darah sebelum dan seudah melakukan aktivitas.
peningkatan 6.ingkatkan partisipasi klien dalam melakukan
aktivitas aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan.
penyakit yang 7. Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan
mempengaruhi
toleransi gejala yang menunjukkan peningkatan aktivitas
aktivitas. penyakit dan mengurangi aktivitas, seperti
3. Klien dapat demam, penurunan berat badan, keletihan makin
mengungkapkan
peningkatan memburuk.
tingkat energi.
4. Klien dapat
menunjukkan
perbaikan
kemampuan

32
untuk
berpartisipasi
dalam aktivitas
yang
diinginkan.
2 Rabu, Tujuan : Pindarkan lantai yang licin
Setelah diberikan asuhan Gunakan bed yang rendah
11
keperawatan Prientasikan klien dengan ruangan
april Lantu klien dalam melakukan aktivitas
diharapkan tidak terjadi
2018 sehari-hari
injury
Pantu klien dalam ambulasi atau perubahan
Kriteria hasil ; posisi
1. Dapat
menunjukkan
terjadinya
perubahan
perilaku untuk
menurunkan
factor risiko dan
untuk
melindungi diri
dari cidera.
2. Mengubah
lingkungan
sesuai indikasi
untuk
meningkatkan
keamanan.

E. TINDAKAN KEPERAWATAN
N Wakt Tindakan par
o u af
1 Rabu,  Mendiskusikan kebutuhan akan aktivitas, buat jadwal
11 perencanaan dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan
april kelelahan.
2018  Mendiskusikan penyebab keletihan, seperti penurunan
09.00. efisiensi tidur, peningkatan upaya yang diperlukan untuk ADL
wib  Mengajarkan untuk mengidentifiksi tanda dan gejala yang
menunjukkan peningkatan aktivitas penyakit dan emngurangi
aktivitas, seperti demam, penurunan BB, keletihan makin

33
memburuk
2 Rabu,  Menganjurkan klien menggunakan alas kaki yang aman untuk
11 menghindari lantai yang licin.
april  Menganjurkan klien untuk tidur di tempat tidur yang rendah
 Menganjurkan klien untuk memodifikasi gaya dalam ambulasi
2018
09.15. dan perubahan posisi.

wib

F. EVALUASI KEPERAWATAN
No waktu Perkembangan paraf
1 Kamis, S:
Klien mengatakan aktivitas yang bisa dilakukan
12 april
hanya kebutuhan dasar, seperti kekamar mandi,
2018
09.00.wib makan, dan mengisi waktu luang dengan membaca
koran.
O:
- Klien mampu memilih dan membatasi aktivitas
fisiknya
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 85 x
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- BSS : 92 mg/dl
A:
Keletihan
P:
- Memotivasi klien untuk mempertahankan jenis
aktivitas yang bisa dilakukan
- Mengingatkan klien untuk meminum obat
secara teratur (metformin 500 mg x 1)
- Mengingatkan klien untuk berobat ke petugas
kesehatan jika gejala penyakit muncul
memburuk
2 Kamis, S:
Klien mengatakan sudah memakai sandal anti slip
12 april
dan tidur di tempat tidur yang rendah
2018

34
09.00.wib O :
- Klien mengggunakan sandal anti slip saat ke
kamar mandi/wc
- Gaya berjalan klien perlahan dan hati-hati
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 85 x
- RR : 22 x
- Suhu : 37 x
- BSS : 92 mg/dl

A:
Resiko terjadinya injury

P:
- Memotivasi klien untuk mempertahankan gaya
berjalan hati-hati, pemakaian sandal anti slip
saat ke wc, dan penggunaan tempat tidur
rendah.
- Mengingatkan klien untuk meminum obat
secara teratur (metformin 500 mg x 1)
- Mengingatkan klien untuk berobat ke petugas
kesehatan jika gejala penyakit muncul
memburuk

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu direncanakan beberapa tindakan
keperawatan dengan menentukan tujuan dan kriteria hasil dari tindakan
tersebut.Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sangat diperlukan kerjasama
yang baik antara, keluarga, tim kesehatan yang lain guna mendapatkan tindakan
keperawatan yang berkesinambungan.

35
B. Saran
Untuk mahasiswa-mahasiswi semoga dengan adanya tugas ini, dapat
menambah ilmu dan wawasan kalian tentang Asuhan keperawatan Keluarga, serta
lebih giat belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo, T, 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit


FKUI, Jakarta
Baradero, Mary, 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta : EGC
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
H, Rumahorbo, 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : EGC
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta, EGC.

Suyono, Slamet. 2007. Patofisiologi diabetes mellitus dalam : Waspadi, S.,


Sukardji, K., Octariana, M. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

36
37

Anda mungkin juga menyukai