Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II

(JUVENILLE DIABETES PADA ANAK)


Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata kuliah Keperawatan Anak II

Dosen : Ayu Puspita., Ners. M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Dantini 2018.C.10a.0963
2. Fitrialiyani 2018.C.10a.0967
3. Fredrick Immanuel 2018.C.10a.0968
4. Sarpika Yena A 2018.C.10a.0985

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Juvenille
Diabetes Pada Anak”.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Demikian, penulisan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi


pembacanya. Terima kasih

Palangka Raya, 20 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..............................................................................................
1.2 Rumusan masalah........................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit............................................................................................
2.1.1 Definisi....................................................................................................
2.1.2 Klasifikasi................................................................................................
2.1.3 Etiologi....................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi (WOC)...............................................................................
2.1.6 Manifestasi klinis....................................................................................
2.1.7 Komplikasi..............................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan penunjang...........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan medis............................................................................
2.2 Manajemen Asuhan keperawatan.................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................
4.2 Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada
membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes
telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2
juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien
diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus
pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah
memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak
lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit
absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2,
yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai
sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik
mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari
total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau
tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal.
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan
koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan
kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan
molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung
gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan
prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal tersebut diatas
kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode masalah yang sistematis
melalui proses keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diabetes mellitus (juvenile diabetes) pada anak?
2. Sebutkan klasifikasi dari diabetes mellitus pada anak?
3. Apa saja penyebab dari diabetes mellitus pada anak?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit diabetes mellitus?
5. Apa saja pathway dari diabetes mellitus?
6. Apa manifestasi klinis diabetes mellitus pada anak?
7. Komplikasi apa saja yang ditimbulkan dari diabetes mellitus pada
anak?
8. Apa saja pemeriksaan pemeriksaan penunjang diabetes mellitus pada
anak?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit diabetes mellitus pada
anak
10. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak penderita penyakit
diabetes mellitus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan
pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes
mellitus.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus.
2. Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.
3. Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
4. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
5. Mengetahui pathway/pathoflow diabetes mellitus.
6. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
7. Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus.
9. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes
mellitus.
10. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
mellitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah
gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau
gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti
dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya
hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput
dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup
masyakarat modern di Indonesia antara lain adalah semakin meningkatnya angka
kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih dikenal oleh masyarakat awam
sebagai kencing manis.
Diabetes Mellitusadalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh
karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan
penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di
seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi
Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang
Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerjasama
berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrinolog
anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan
Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan Remaja (IKADAR),
penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerjasama dengan perawat
edukator National University Hospital Singapura untuk memperoleh data
penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya di
Singapura.Data lain dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi
anak di seluruh wilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan
jumlah penderita Diabetes Mellitus usia anak-anak juga usia remaja dibawah 20
tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes
Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65
anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh
dua anak diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010)
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitusyang cukup signifikan di
Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko
anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada Diabetes Mellitusmerupakan
hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian.Diabetes
Mellitustipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter
karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada
gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan
koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin
terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian(Pulungan, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi
dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi
insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi
insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan
meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin
lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi ataupun
hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
4. Diabetes mellitus kehamilan
2.1.3 Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui
faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2.1.4 Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi
untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B
pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps)
dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin
perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu
kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau
fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B
setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen
yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi
pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas
sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin.
Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah
insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis
(pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino, laktat,
dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan
kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam
lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi lipogenesis
namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa
menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam
sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa
dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan
menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan
hilangnya elektrolit lewat urin, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat
merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh
kekurangan bahan bakar (cell starvation) pasien merasa lapar dan peningkatan
asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan
mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan
tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir
tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B
pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah
ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa
darah (Tandra,2007).
WOC JUVENILLE DIABETES

(Virus, obat, genetic, Defisiensi insulin


autoimun)

Insulinopenia
Memproduksi
autoantibodi pada sel beta
Diabetes Melitus

Dekstruksi sel Beta


DM Tipe I

Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Asidosis metabolik Peningkatan VLDL Mikroaneurisma dari Glukosa di ginjal Produksi glukosa Penimbunan
berat dari hati arteriola retina meningkat dari simpanan sorbitol di lensa
protein dan lemak
Ph plasma menurun Kadar kolesterol Perdarahan, Perubahan biokimia
Reabsorbsi dalam
plasma darah neurovaskularisasi dalam jar. saraf
batas maksimal Kadar keton dan
pd jar. Parut retina asidosis
Merangsang pusat
CO 2 menurun
pernafasan Tekanan osmotik Mengganggu kegiatan
Kebutaan Nafas berbau keton metabolik sel schwan dan
Sirkulasi ke seluruh hilangnya akson
Respirasi cepat dan tubuh Dehidrasi
dalam (kusmaul) Anoreksia
Resiko Cedera Kec. Konduksi
Hipotensi motorik (-)
Hipovolemia
Pola nafas tidak Defisit Nutrisi
efektif Kelemahan otot
Gangguan perfusi
jaringan
Intoleransi
aktifitas
2.1.5 Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a) Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b) Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe
1 pada anak.
c) Polidipsia
d) Poliphagia
e) Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f) Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g) Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
h) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
i) Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase
ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit
ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan
hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini
perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk
memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada
penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti
penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini
terjadi kekurangan insulin endogen.
2.1.6 Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang
beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu
alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi
dua kategori (Schteingart, 2006):
Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah
kurang dari  80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional,
mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel
permanen sehingga mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh
kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang
diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan,
atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu
tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang
sering timbul adalah:
1. disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik
harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi
setelah tahun ke-5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik
dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak) :
1. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2. Katarak
3. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
4. Hepatomegali
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-109 >110
b.   Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c.    Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d.   Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e.    Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun
f.   Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g.   Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h.   Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
i.    Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (pada
tipe 1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody . (autoantibody)
j.    Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
k.   Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
/ mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan  jangka panjangnya
adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya
tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara
holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Tabel Kriteria pengendalian DM.
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena
(mg/dl) 80-109 110-139 >140
- puasa 110-159 160-199 >200
-2 jam
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
- tanpa PJK <200 <200-249 >250
- dengan PJK <150 <150-199 >200
BMI/IMT
- perempuan 18,9-23,9 23-25 >25atau
- laki-laki 20 -24,9 25-27 <18,5
>27 atau <20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/90- >160/95
95

Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1


yang mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan
mutlak insulin. Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi
insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki
keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll,
stabilisasi penyakit  dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan
kepada penyandang DM / keluarga mengenai pentignya pemantauan
penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin,
pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan
jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status
metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin
dicapai dalam penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1.      Bebas dari gejala penyakit
2.      Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3.      Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya,
yaitu diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4.   Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi
dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5.   Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun
oleh lingkungan/
6.   Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan
terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan terapi insulin ini
terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa
terutama bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga
bisa menaikan glukosa. Secara terus menerus pankreas melepaskan insulin
pada saat makan atau tidak. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan
membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin
turun. Maka hati akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke
darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar yang
normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan
sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya
jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah
kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau
suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai
secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem
tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni :
1.      Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2.      Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3.      Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4.      Mixed Insulin
5.      Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6.      Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
b. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak                  60 – 70 %
2) Protein sebanyak                          10 – 15 %
3) Lemak sebanyak                           20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal =
(TB-100)-10%, sehingga didapatkan:
1)      Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2)      Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3)      Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4)      Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25
kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30%
untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus
ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas
dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak   20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak    25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
c.       Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30
menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat
jogging.
d.      Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat
yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih
baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan
diabetes.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
1.3.3 Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat
dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
1.3.4 Keluhan utama  
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.

Data Subjektif yg mungkin timbul :

1. Klien mengeluh sering kesemutan. Klien mengeluh sering kesemutan.


2. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari.
3. Klien mengeluh sering merasa haus.
4. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5. Klien mengeluh merasa lemah.
6. Klien mengeluh pandangannya kabur Klien mengeluh pandangannya
kabur.
Data Objektif :
1. Klien tampak lemas.
2. Terjadi penurunan berat badan
3. Tonus otot menurun
4. Terjadi atropi otot
5. Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6. Tampak adanya luka ganggren
7. Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
1.3.5 Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. dan respon verbal klien.
1.3.6 Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang
berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type
1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/tinggi/ hipertensi.
1. Pulse rate Pulse rate
2. Respiratory rate Respiratory rate
3. Suhu Suhu
1.3.7 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
1. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam,
tampak adanya retinopati, nopati, kekaburan pandangan.
2. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru. Palpasi : kulit teraba
kering, tonus otot menurun.
3. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah. Auskultasi : adanya
peningkatan tekanan darah.

Pemeriksaan penunjang :

1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Glukosa darah : meningkat


200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Natrium : mungkin normal, meingkat, atau menurun
6. Kalsium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
7. Fosfor: lebih sering menurun
8. Hemoglobin glikosilat: kadarnyameningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama
hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA
dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
9. Gas Darah Arteri : Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada penurunan pada HCO3
(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
10. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis:
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
11. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
12. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
13. Insulin darah: mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang, sekunder terhadap pembentukan
antibody ( autoantibody).
14. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
15. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
16. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah keluarga yang menderita seperti penyakit klien
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya, apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.

Hal-hal yangbiasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes


mellitus:

1. aktivitas/istirahat
Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun
2. sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
3. Integritas ego
stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria), diare Perubahan
pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / Batuk
dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1


meliputi:
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan penyakit
diabetes mellitus
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik
ditandai dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak
bergairah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien
menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah,
konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
tidak adekuat (penurunan fungsi limfosit).
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.

2.2.3 Intervensi
dx.1 Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan
dengan penyakit melitus .
Intervensi :
1. Monitor kadar gula darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Berikan terapi insulin sesuai program kepada pasien dan keluarga
mengenai pencegahan dan pengenalan tanda-tanda hiperglikemia dan
hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan tanda hiperglikemia
5. Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap dietnya
dx.2 Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolik ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak
letargi /tidak bergairah.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
2. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
3. Monitor TTV
dx.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan
karena factor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat
badan pasienmenurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan
muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200
mg/dl.
Intervensi :
1. monitor berat badan tiap hari
2. ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkonsumsi makanan
3. berikan terapi insulin sesuai dengan program
4. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
5. libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai indikasi
dx.4 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan fungsi limfosit).
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien
sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
4. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
dx.5 Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
3. Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori
2.2.4 Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara
mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak
ada tanda-tanda malnutrisi.
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja didiagnosis


Diabetes Melitus tipe 1 masuk untuk dirawat di Bangsal Anak Rs.
Hasil anamnesis anak mengatakan bahwa ia tidak nafsu makan,
banyak minum, banyak kencing, berat badannya turun, enuresis.
Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama ketika
mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur,
sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang
flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25,5kg, PB: 135

cm, suhu: 37,4oC, nadi: 88x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70


mmHg. Turgor kulit kembali segara, kulit kering, membrane
mukosa lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan:

Hb:11,2gr/dl, Hematokrit:30%, eritrosit: 4 ,0(x106/uL), trombosit:

210000/mm3,leukosit: 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.


Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan
tidak percaya ketika anaknya didiagnosa Diabetes Melitus tipe
1, padahal tidak ada anggota keluarga yang menderita Diabetes
Melitus. Mereka mengatakan tidak paham tentang Diabetes
Melitus tipe 1 dan cara perawatannya terutama setelah pulang
dari Rumah Sakit. Orang tua khawatir memikirkan masa epan
anaknya.
Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula
darah 2x/hari, insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan.

3.1 Pengkajian :
a. Identitas :
b. Nama : An. B
c. Umur :10 th
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Keluhan Utama : Banyak makan, banyak minum, banyak
kencing,
f. Riwayat keluarga : -
g. Riwayat kesehatan sekarang : Diabetes Melitus tipe 1
h. Hasil pemeriksaan :BB = 25,5 kg, PB =135 cm suhu = 37,4 c
nadi = 88 kali/menit, respirasi = 24kali/menit, tekanan darah =
110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segera. Kulit kering,
membrane mukosa lembab.
i. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Hb : 11,2 gr/dl
haematokrit ; 30% eritrosit : 4,0 (10 6 )
1. Aktivitas / istirahat (Doengoes, 1993)
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur / istirahat.
Tanda: a) Takikardi dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan
aktivitas
b) Letargi / disorientasi, koma
c) Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi : IM akut.
Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali,
penyembuhan yang lama
Tanda: a) Takikardi
b) Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
c) Nadi yang menurun
d) Disritmia
3. Integritas ego
Gejala : a) Stress, tergantung pada orang lain.
b) Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
4. Eliminasi
Gejala : a) Perubahan pola kemih (poliuria) nokturia.
b) Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang
c) Nyeri tekan
d) Diare lancer
Tanda : a) Urine encer, pucat, kuning, poliuri
b) Urine berkabut
c) Abdomen keras, adanya asites
d) Makanan / cairan
Gejala: a) Hilang nafsu makan.
b) Mual/muntah
c) Tidak mengikuti diet
d) Penurunan BB
Tanda: a) Kulit bersisik, turgor jelek.
b) Keluarkan / distensi abdomen, muntah
c) Pembesaran tiroid
d) Neurosensori
e) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-hati
f) Pernafasan
Gejala: Merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulen
Tanda: Lapar udara, frekuensi pernafasan
g) Keamanan
Gejala:Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: a) Demam, diaforesis
b) Kulit rusak, lesi / ulserasi
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Intake nutrisi kurang Defisit nutrisi
Anak mengatakan tidak
nafsu makan
Peningkatan HCL
DO :
− IMT : (BB/TB) ²
=25,5 kg/(135 cm) ² Mual, anoreksia
=13.9
− TTV:
 Suhu = 37,4 ˚C Nutrisi kurang dari
 Nadi = 88 x/menit kebutuhan
 RR = 24x /menit
 TD = 110/70
mmHg.
− Kulit kering
− Membrane mukosa
lembab.
− Badan pasien tampak
kurus
2 DS : Hiperglekemi Hipovolemia
Anak mengatakan banyak
minum, banyak kencing,
berat badannya turun, Dieresis osmotik
enuresis
DO :
Poliuri
− Berat badan turun
− Anak tampak sering
kencing
Kekurangan volume cairan
− Kulit kering
− Mudah tersinggung
− Sakit kepala
− Penglihatan kabur
− Tidak bisa perhatian
lama ketika mengikuti
pelajaran sekolah
3 DS : Peningkatan kadar gula Gangguan integritas
dalam darah. kulit
Pasien mengatakan kalau
ada luka sukar sembuh
DO : Penebalan membran dasar
kapiler.
− Kulit tampak bersisik
− Klien tampak
menggaruk badannya Gangguan sirkulasi darah
− Kulit kering perifer.
− Kalau ada luka sukar
sembuh
Gangguan hantaran
elektrolit.

Kerusakan sel endotel

Mencetuskan reaksi imun


dan peradangan.

Luka

Kerusakan integritas kulit


4 DS : Intake nutrisi menurun Defisit perawatan
Pasien mengatakan diri
tubuhnya terasa lelah
Metabolisme menurun
DO :
− Pasien tampak lelah
Energi menurun
− Tercium bau tak sedap
saat berbicara/ bau
keton
Kelemahan fisik
− Kebutuhan ADL
seperti makan, minum,
dan mandi klien Defisit perawatan diri
dibantu oleh keluarga
dan perawat

PRIORITAS MASALAH

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral


ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan
nafsu makan, lemah, tonus otot menurun ditandai dengan anak mengatakan
tidak nafsu makan, IMT : (BB/TB) ², =25,5 kg/(135 cm) ², =13.9, TTV:
Suhu = 37,4, Nadi = 88 x/menit, RR = 24x /menit, TD = 110/70 mmHg,
Kulit kering, Membrane mukosa lembab, Badan pasien tampak kurus

2. Hipovolemia berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan,


masukan yang terbatas dibuktikan dengan banyak minum, banyak kencing,
berat badannya turun, enuresis, berat badan turun, anak tampak sering
kencing, kulit kering, mudah tersinggung, sakit kepala, penglihatan kabur,
tidak bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka, mencetuskan reaksi


imun dan peradangan dibuktikan dengan pasien mengatakan kalau ada luka
sukar sembuh, kulit tampak bersisik, klien tampak menggaruk badannya,
kulit kering, kalau ada luka sukar sembuh
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, energi
menurun, dan metabolisme menurun dibuktikan dengan pasien menagtakan
badannya terasa lelah, pasien tampak lelah, tercium bau tak sedap saat
berbicara/ bau keton, kebutuhan ADL seperti makan, minum, dan mandi
klien dibantu oleh keluarga dan perawat
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: An. D
Ruang Rawat : Bangsal Anak
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawata
n
Dx 1 Tujuan : 1. Identifikasi status nutrisi 1.
Mengetahui status nutrisi pasien
Setelah dilakukan tindakan 2. Identifikasi makanan yang disukai 2.
Mengetahui makanan yang disukai
keperawatan selama 1x7 jam 3. Memonitor asupan makanan 3.
Mempertahankan keadaan pasien
diharapkan status nutrisi 4. Monitor berat badan 4.
Mengetahui perkembangan pasien
pasien membaik 5. Sajikan makanan secara menarik dan 5.
Makanan yang menarik dan hangat
suhu yang sesuai membangkitkan nafsu makan
Kriteria hasil : pasien
1. Porsi makanan yang 6. Berikan suplemen makanan 6. Membuat nafsu makan bertambah
dihabiskan meningkat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 7. Merupakan tindakan dependen
2. Frekuensi makan membaik menentukan jumlah kalori dan jenis perawat
3. Nafsu makan membaik nutrien yang dibutuhkan
4. Indeks massa tubuh (IMT)
membaik
Dx 2 Tujuan : 1. Identifikasi tanda dan gejala hipovolemia 1. Mengetahui tanda dan gejala
Setelah dilakukan tindakan terjadinya hipovolemia
keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor intake dan output cairan 2. Mengetahui intake dan output
diharapkan status cairan cairan pada anak
pasien membaik dengan 3. Hitung kebutuhan cairan 3. Mengetahui kebutuhan cairan
yang dibutuhkan
Kriteria hasil : 4. Mencegah terjadinya dehidrasi
4. Berikan asupan cairan oral
1. Turgor kulit membaik 5. Kolaborasi pemberian cairan IV 5. Menambah cairan pada tubuh
isotonis (NaCl) anak dan mencegah terjadi nya
dehidrasi
2. Output urine menurun 6. Kolaborasi pemberian produk darah 6. Mencegah terjadi nya kekurangan
3. Berat badan meningkat darah pada anak
4. Keluhan haus menurun
5. Intake cairan membaik
6. Frekuensi nadi membaik
7. Tekanan darah membaik
8. Tekanan nadi membaik
9. Membrane mukosa membaik

Dx 3 Tujuan : 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Mengetahui penyebab gangguan


Setelah dilakukan tindakan integritas kulit integritas kulit
keperawatan selama 1x7 jam 2. Gunakan produk berbahan petrolium atau 2. Melembabkan kulit yang kering
diharapkan status cairan minyak pada kulit kering
pasien membaik 3. Anjurkan menggunakan pelembab 3. Melembabkan kulit dan
mencegah terjadinya kerusakan
Kriteria hasil : 4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4. Membuat kulit lebih ternutrisi
1. Elastisitas kulit meningkat 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu 5. Mencegah komplikasi pada
2. Hidrasi meningkat ekstrim integritas kulit
3. Kerusakan lapisan kulit 6. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun 6. Dapat mengurangi kontaminasi
menurun secukupnya
Dx 4 Tujuan : 1. Monitor tingkat kemandirian 1. Mengetahu tingkat kemandirian
Setelah dilakukan tindakan pasien
keperawatan selama 1 x 7 jam 2. Sediakan lingkungan yang terapeutik 2. Lingkungan terapeutik membuat
diharapkan status cairan 3. Siapkan keperluan pribadi (mis. suasana nyaman
pasien membaik parfum, sikat gigi, dan sabun mandi) 3. Memudahkan dalam melakukan
4. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak intervensi selanjutnya
Kriteria hasil : mampu melakukan perawatan diri 4. Membantu kebutuhan klien yang
1. Kemampuan mandi meningkat 5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri tidak terpenuhi secara mandiri
2. Kemampuan makan meningkat 5. Membantu meningkatkan
3. Mempertahankan kebersihan 6. Anjurkan melakukan perawatan diri kemandirian pasien
mulut meningkat secara konsisten sesuai kemampuan 6. Memberikan kesempatan kepada
klien meningkatkan kemandirian

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal, Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
S:
Pasien mengatakan masih tidak nafsu
makan
Selasa, 10 1. Mengidentifikasi status nutrisi
O:
November 2. Mengidentifikasi makan yang disukai
1. Pasien tidak menghabiskan makanan
2020 3. Menyajikan makan yang menarik dan yang dihidangkan, hanyak
07.00- suhu yang sesuai menghabiskan ¼ dari porsi Fitrialiyani
4. Memonitor berat badan 2. Nafsu makan pasien masih menurun
14.00
3. Frekuensi makan belum meningkat
Dx. 1 4. BB pasien 25,5 kg
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Selasa, 10 1. Mengidentifikasi tanda dan gejalaS : Fitrialiyani
November hypovolemia
2020 2. Memonitor intake dan output cairan 1. Pasien mengatakan masih sering kecing
07.00- 3. Menghitung kebutuhan cairan dan mengompol pada malam hari
4. Memberikan asupan cairan oral 2. Pasien mengatakan sering minum
14.00 3. Pasien mengatakan sakit kepalanya
Dx. 2 sudah berkurang
O:
1. Pasien tampak sering minum
2. Pasien tampak pucat
3. Pasien tampak lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
S:
Pasien mengatakan gatal pada badannya
1. Mengidentifikasi penyebab gangguan berkurang
Selasa, 10
integritas kulit O:
November
2. Menggunakan produk berbahan petrolium 1. Kulit pasien tampak bersisik
2020
atau minyak pada kulit kering 2. Pasien tampak menggaruk badannya Fitrialiyani
07.00-
3. Menganjurkan menggunakan pelembab 3. keluarga menggunakan pelembab pada
14.00 4. Menganjurkan meningkatkan asupan kulit pasien
nutrisi
Dx. 3
5. A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Selasa, 10 1. Memonitor tingkat kemandirian S: Fitrialiyani
November 2. Menyediakan lingkungan yang 1. Pasien mengeluh tubuhnya masih terasa
2020 terapeutik lelah
07.00- 3. Menyiapkan keperluan pribadi 2. Pasien mengatakan pergerakannya
(parfum, sikat gigi, dan sabun mandi) terbatas
14.00
4. Memfasilitasi kemandirian
Dx. 4 5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri O:
6. Menganjurkan melakukan perawatan 1. Mulut pasien masih berbau tidak sedap/
bau keton
diri secara konsisten sesuai kemampuan
2. ADL masih dibantu oleh perawat dan
keluarga
3. Badan pasien teraba hangat
4. Kuku jari pasien tampak panjang dan
kotor
5. Tangan kiri terpsang infus

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan remaja.
Perlu kewaspadaan pada tenaga medis mengenai penyakit ini maupun komplikasi
yang mungkin terjadi yang seringkali salah diagnosis. Keterlambatan dalam
diagnosis akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa penderita DM tipe 1.

4.2 Saran
Penulis tentu menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan
pendahuluan ini, supaya dapat menjadi laporan pendahuluan yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf sebesar-
besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/15996339/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_AN
AK_DENGAN_DM_JUVENILE
http://macrofag.blogspot.com/2013/02/makalah-diabetes-pada-anak.html
Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and
adolescents, basic training manual for healthcare professionals in
developing countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:
Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).
Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B.
Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010, h
124-161.ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric
Diabetes 2009: 10.
http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada
tanggal 1 Maret 2015)

Anda mungkin juga menyukai