Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN

JUVENILE DIABETES
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang diampuh Ns. Ita
Sulistiani Basir, S.kep, M.kep

Disusun Oleh:

Kelas A

Ramdan Hunowu (841418015) Iin Uno (841418020)


Moh. Amin Mosi (841418037) Fitrianingsih laiya (841418023)
Ririn Hasan (841418003) Ni Wayan Sukariyani (841418026)
Sumiyati Moo (841418010) Widya puspa molou (841418027)
Arawindah prameswari (841418011) Zatul hikmah katili (841418028)
Delfianti hasan (841418012) Nurlin arsyad (841418031)
Filsa Husain (841418013) Rozianti H. biya (841418034)
Fatia Ali (841418018) Anggi Abdullah (841418048)
Susfiyanti R. asala (841418019) Safira pagau (841418113)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini terwujud
berkat partisispasi berbagai pihak.Oleh Karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Tak ada gading yang tak retak begitu juga kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
agar kami menjadi lebih baik lagi.Adapun harapan kami semoga makalah ini dapat diterima
dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT meridhai
kami.Aamiin.

Gorontalo ,Januari 2021

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Konsep Medis...................................................................................................................5
2.1.1 Devinisi......................................................................................................................5
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................................6
2.1.3 Manifestasi Klinis......................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi...............................................................................................................7
2.1.5 Komplikasi.................................................................................................................9
2.1.6 Penatalaksanaan.......................................................................................................11
2.1.7 Dampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam konteks keluarga. 14
2.2 Perjalan Penyakit............................................................................................................16
Pathway................................................................................................................................17
2.3 Konsep Keperawatan......................................................................................................18
2.2.1 Pemgkajian...............................................................................................................18
2.2.2 Diagnosa..................................................................................................................21
2.2.3 Tabel Intervensi.......................................................................................................22
BAB III.....................................................................................................................................35
PENUTUP................................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................35
3.2 Saran...............................................................................................................................35
Daftar Pustaka..........................................................................................................................36

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan insiden yang semakin
meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga
pada anak. Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan
produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya. Berdasarkan penyebabnya, DM
dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes
pada kehamilan atau gestasional. Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi
defisiensi insulin absolut akibat kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun (Skyler
JS, dkk. 2017).
Masalah utama DM tipe-1 di Indonesia adalah kesadaran masyarakat dan tenaga
kesehatan yang kurang sehingga banyak pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan tata
laksana adekuat (Pulungan et al., 2019).
Insidens DMT1 sangat bervariasi baik antar negara maupun di dalam suatu negara. Di
beberapa negara barat kasus DMT1 mencakup 5-10% dari seluruh jumlah penderita diabetes
di negara masing-masing, dan lebih dari 90% penderita diabetes pada anak dan remaja adalah
DMT1. Data registri nasional DMT1 pada anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia hingga
tahun 2014 tercatat 1021 kasus dengan 2 puncak insidens yaitu pada usia 5-6 tahun dan 11
tahun. Sebagian besar penderita DMT1 mempunyai riwayat perjalanan klinis yang akut.
Poliuria, polidipsia, polifagia tetapi disertai penurunan berat badan yang cepat dalam 2-6
minggu sebelum diagnosis ditegakkan, kadang-kadang disertai gangguan penglihatan.
Apabila gejala-gejala klinis ini disertai dengan hiperglikemia maka diagnosis DM tidak
diragukan lagi (Pulungan et al., 2019).
Insiden Diabetes Mellitus (DM) Tipe-1 pada anak di dunia dan Indonesia terus
meningkat. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tercatat 1220 dengan
DM tipe-1 pada tahun 2018. Kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan mengenai diabetes
pada anak masih rendah, yang direfleksikan melalui tingginya angka anak yang terdiagnosis
dengan DM tipe-1 saat mengalami ketoasidosis diabetikum mencapai 71% pada tahun 2017.
Berdasarkan pedoman IDAI, terdapat lima pilar penanganan DM tipe-1 pada anak: injeksi
insulin, pemantauan gula darah, nutrisi, aktivitas fisik, dan edukasi. IDAI merekomendasikan
insulin minimal dua kali per hari menggunakan insulin basal dan kerja cepat. Pemantauan
gula darah mandiri dilakukan minimal 4-6 kali per hari. Nutrisi seimbang diberikan sesuai

3
kebutuhan kalori; pasien dan keluarga juga perlu diajarkan untuk menyesuaikan dosis insulin
sesuai dengan konsumsi karbohidrat. Rekomendasi aktivitas fisik anak dengan DM tipe-1
adalah aktivitas aerobik, menguatkan otot dan tulang lebih dari 60 menit per hari. Walaupun
demikian, pasien dan keluarga harus diedukasi mengenai kondisi khusus sebelum berolahraga
agar tidak terjadi komplikasi akut. Keterlibatan pemegang kebijakan, termasuk pemerintah,
dan dukungan masyarakat dibutuhkan agar anak dengan DM tipe 1 tertangani dengan baik.
(Sari Pediatri 2019)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Medis Juvenile Diabetes?

2. Bagaimana Perjalanan Penyakit Juvenile Diabetes?

3. Bagaimana Konsep Keperawatan Juvenile Diabetes?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Medis Juvenile Diabetes.
2. Untuk Mengetahui Perjalanan Penyakit Juvenile Diabetes.
3. Untuk Mengetahui Konsep Keperawatan Juvenile Diabetes.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Devinisi
Diabetes Melitus tipe-1 (DMT1) adalah kelainan sistemik akibat terjadinya
gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik
sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Sekresi insulin yang rendah
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Klinis,
Dokter, & Indonesia, 2017).
DM dapat menyerang anak-anak. Pada anak-anak yang tersering adalah DM -1
(insulindependent), danMaturity onset diabetes of the young (MODY) (noninsulin-
dependent)(Gardner DSL, 2012). DM tipe 1 mewakili sekitar 10% dari semua kasus
diabetes, menyerang sekitar 20 juta orang di seluruh dunia. Meskipun DM tipe 1
menyerang semua kelompok umur, mayoritas individu didiagnosis di sekitar usia 4
sampai 5 tahun, atau di usia remaja dan dewasa awal.

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2018).


1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
Pankreatitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasia; Kistik fibrosis;
Haemokhromatosis; Fibrokalkulus pankreatopati; dll.

5
d. Gangguan endokrin
Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma; Feokromositoma;
Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
e. Terinduksi obat dan kimia
Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon tiroid;
Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -interferon; dll.
4. Diabetes mellitus kehamilan

2.1.2 Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-
1.Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor genetik/keturunan.
Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada.Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal,
yang  sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)

6
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya
akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin.Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik
yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak
diterapi dengan baik.(Sujono Riyadi, 2014)

2.1.4 Patofisiologi

7
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
 Periode pra-diabetes
 Periode manifestasi klinis diabetes
 Periode honey-moon
 Periode ketergantungan insulin yang menetap.
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada
proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan
terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang ditandai dengan
mulai berkurangnya sel β-pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai
menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan
pemeriksaanlaboratorium.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi
sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka
kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180
mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi).
Karena gula darah tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar
(polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita
memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-
sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari
dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan
berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya
berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu
adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang
menetap.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini
penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.

8
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi DM Tipe-1 mencakup komplikasi akut dan kronik. Pada anak,
komplikasi kronik jarang menimbulkan manifestasi klinis signifikan saat masih
dalam pengawasan dokter anak. Sebaliknya, anak berisiko mengalami komplikasi
akut setiap hari. Komplikasi akut terdiri atas KAD dan hipoglikemia, Studi
SEARCH menemukan bahwa sekitar 30% anak dengan DM tipe-1 terdiagnosis saat
KAD. Kriteria KAD mencakup hiperglikemia, asidosis, dan ketonemia. Gejala KAD
antara lain adalah dehidrasi, takikardi, takipnea dan sesak, napas berbau aseton,
mual, muntah, nyeri perut, pandangan kabur, dan penurunan kesadaran (Wolfsdorf
JI, dkk. 2018).
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi
dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton,
peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion
hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan
diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga
hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2) Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami
hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia
dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita
mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya
tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,
palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit
kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh,
sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan
koma.

9
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi
memasuki tahun ke 5)
1) Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola
retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetic/dijumpai
pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer (neuropaty
diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat
terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat
mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan
hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan
menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai
akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan
insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan.
Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan
kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang
syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.
2) Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat
menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a) Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b) Hiperlipoproteinemia
c) Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan
penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat
menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio
intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria
koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark
miokardium.Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan
diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara
keseluruhan.(Sujono Riyadi, 2014)

10
2.1.6 Penatalaksanaan
Diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dengan tata
laksana dan pemantauan yang adekuat anak dapat memiliki kualitas hidup yang baik. Tujuan
dari terapi pada DM tipe-1 adalah mencapai kontrol metabolik yang optimal, mencegah
komplikasi akut, mencegah komplikasi jangka panjang mikrovaskular dan makrovaskular,
serta membantu psikologis anak dan keluarga (IDAI, 2017).

Lima pilar tata laksana DM tipe-1 pada anak adalah injeksi insulin, pemantauan gula
darah, nutrisi, aktivitas fisik, serta edukasi. Dalam menangani DM tipe-1, dibutuhkan
pendekatan holistik dari tim tenaga kesehatan terintegrasi yang terdiri atas dokter anak
endokrinologi, ahli gizi, psikiater atau psikolog dan, edukator DM(Pulungan et al., 2019).

1. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM
Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin,
regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang diperlukan.
a. Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat,
kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin campuran
(campuran kerja cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis
insulin ini tergantung regimen yang digunakan.
b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg
beratbadan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur
disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun
penderitanya.
c. Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional
serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-split regimendapat berupa
pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen
intensif berupa pemberian regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus
dibedakan antara insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal
maupun dosis bolus.
d. Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal
absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan atas,
lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk
absorpsinya.

11
e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa
hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia pubertas
terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat badan/hari), kondisi
stress maupun saat sakit.

2. Pemantauan gula darah


Pemantauan pada pasien DM tipe-1 mencakup pemantauan gula darah mandiri
(PGDM), HbA1C, keton, dan glukosa darah berkelanjutan. Ikatan Dokter Anak
Indonesia menyarankan PGDM paling tidak 4-6 kali per hari, yaitu (1) pagi hari saat
bangun tidur, (2)sebelum makan, (3) 1,5-2 jam setelah makan, dan (4) malam hari.
Pemantauan gula darah mandiri dapat lebih sering dilakukan dan bervariasi pada
setiap individu. American Diabetes Association (ADA) dan The International Society
for Pediatric and Adolescent Diabetes (ISPAD) merekomendasikan PGDM lebih
sering, mencapai 6-10 kali per hari.10,18 Di Indonesia, persentase pasien yang terdata
melakukan pemantauan gula darah mandiri minimal 3 kali per hari relatif rendah,
yaitu sekitar 20%.
Pemantauan glukosa kontinu menggunakan alat minimal invasif yang dapat
mengukur glukosa cairan interstisial subkutan setiap 1-5 menit. Alat ini dapat
memberikan peringatan kepada pasien jika kadar glukosa diperkirakan akan
meningkat atau menurun dari target dalam 10-30 menit. Cemeroglu dkk (Pulungan et
al., 2019)mendapatkan dalam studinya bahwa pencegahan hipoglikemi merupakan
manfaat utama dari pemantauan glukosa kontinu yang dirasakan oleh pasien, diikuti
oleh berkurangnya ansietas yang berhubungan dengan hipoglikemi, kemudahan tata
laksana, dan perbaikan kontrol diabetes.

3. Nutrisi
Nutrisi yang baik dibutuhkan agar tumbuh kembang anak dengan DM tipe-1
optimal, serta mencegah komplikasi akut dan kronik. Prinsip dari terapi nutrisi adalah
makan sehat. Pasien disarankan untuk mengonsumsi buah, sayur, produk susu,
gandum utuh, dan daging rendah lemak dengan jumlah sesuai usia dan kebutuhan
energi. Kebutuhan kalori per hari dapat dihitung berdasarkan berat badan ideal dan
dan kecukupan kalori yang dianjurkan. Sebagai panduan, distribusi makronutrien
adalah karbohidrat 45-50% energi, lemak <35% energi, dan protein 15-20% energi.
Pasien dan keluarga harus diajarkan untuk menyesuaikan dosis insulin berdasarkan

12
konsumsi karbohidrat sehingga anak lebih fleksibel dalam konsumsi karbohidrat. Cara
ini diketahui meningkatkan kontrol glikemik dan kualitas hidup. Hitung karbohidrat
dan koreksi insulin berhubungan signifikan dengan kadar HbA1c yang lebih rendah
(Pulungan et al., 2019).

4. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik penting untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan
menurunkan kebutuhan insulin. Selain itu, aktivitas fisik dapat meningkatkan
kepercayaan diri anak, mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan kapasitas
kerja jantung, meminimalisasi komplikasi jangka panjang, dan meningkatkan
metabolisme tubuh. Rekomendasi aktivitas fisik pada anak dengan DM tipe-1 sama
dengan populasi umum, yaitu aktivitas ≥60 menit setiap hari yang mencakup
aktivitas aerobik, menguatkan otot, dan menguatkan tulang. Aktivitas aerobik
sebaiknya tersering dilakukan, sementara aktvitas untuk menguatkan otot dan tulang
dilakukan paling tidak 3 kali per minggu. Beberapa kondisi yang harus diperhatikan
sebelum aktivitas fisik adalah (1) peningkatan keton, kadar keton darah ≥1,5 mmol/L
atau urin 2+ merupakan kontraindikasi aktivitas fisik, (2) riwayat hipoglikemia, (3)
pemantauan gula darah, anak sebaiknya mengukur gula darah sebelum, saat, dan
setelah aktivitas fisik, (4) ketersediaan karbohidrat jika terjadi hipoglikemia, dan (5)
keamanan dan komunikasi, sebagai contoh anak sebaiknya menggunakan identitas
diabetes. Asupan cairan juga perlu ditingkatkan sebelum, setelah, dan saat olahraga.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh anak DM tipe-1 jika akan berolahraga.
Memastikan kecukupan aktivitas fisik penting karena anak DM tipe-1 kurang aktif
dibandingkan teman sebaya tanpa DM. Menemukan bahwa remaja dengan DM tipe-1
yang memenuhi rekomendasi aktivitas fisik (60 menit/hari minimal 5 hari/minggu)
memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak (Pulungan et
al., 2019).

5. Edukasi
Edukasi memiliki peran penting dalam penangan DM tipe-1 karena didapatkan
bukti kuat berpengaruh baik pada kontrol glikemik dan keluaran psikososial. Edukasi
dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri atas paling tidak dokter anak
endokrinologi atau dokter umum terlatih, perawat atau edukator DM, dan ahli nutrisi.
Edukasi tahap pertama dilakukan saat pasien pertama terdiagnosis atau selama

13
perawatan di rumah sakit yang meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1,
pengaturan makan, insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, dan efek
samping), serta pertolongan pertama kedaruratan DM tipe-1 (hipoglikemia, pemberian
insulin saat sakit), sementara tahap kedua dilakukan saat berkonsultasi di poliklinik.
Kemampuan berhitung dan kepercayaan diri orang tua dalam menangani
diabetes berhubungan signifikan dengan kadar HbA1c anak. Edukasi pada masyarakat
dan tenaga kesehatan juga tak kalah penting dalam penatalaksanaan diabetes. Studi
oleh Vanelli dkk28,29 menemukan bahwa program pencegahan KAD pada anak
dengan diabetes melalui penyebaran poster bermanfaat dalam menurunkan angka
KAD.

2.1.7 Dampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam konteks keluarga
Pada klien dengan DM mengalami beberapa gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar, antara lain :

a. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman


Menurut Potter & Perry (2005), Keamanan seringkali didefinisikan sebagai
keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar
manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan adalah konsep sentral tentang
kiat keperawatan.

1) Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Potter & Perry, 2005).

2) Fisiologi Nyeri
Stimulus penghasil-nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abuabu di
medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan selsel saraf
inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi
tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks
serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam
upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry, 2005).
Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan rasa aman dan
nyaman karena nyeri neuropatik. Nyeri Neuropatik adalah proses abnormal dari
input sensorik oleh sistem saraf pusat atau perifer; pengobatan biasanya
mencakup beberapa tambahan analgesik (Potter Perry, 2010).
1) Nyeri yang timbul secara terpusat

14
a) Deafferentation pain: cedera pada sistem saraf pusat atau perifer.
Contoh: nyeri phantom (tidak nyata) yang menggambarkan cedera
pada sistem saraf perifer; nteri seperti terbakar di bawah tingkatan
luka medula spinalis menggambarkan cedera pada sistem saraf pusat.

b) Pertahanan nyeri simpatetik: berhubungan dengan disregulasi dari


sistem saraf otonom. Contoh: nyeri yang berhubungan dengan refleks
distrofi simpatis/kausalgia (sindrom nyeri lokal yang kompleks, tipe I,
tipe II).

2) Nyeri yang timbul di perifer

a) Nyeri polineuropati: klien merasakan nyeri di sepanjang jalur


sarafsaraf perifer. Contoh: neuropatik diabetikum, neuropatik
alkoholnutrisi, dan sindrom Guillain-Barre.

b) Nyeri mononeuropati: biasanya berhubungan dengan cedera saraf


yang diketahui, dan nyeri dirasakan setidaknya sebagian dari saraf
yang rusak. Contoh: penekanan pada akar saraf, saraf yang terjepit,
dan neuralgia trigeminal.

b. Kebutuhan Nutrisi
Menurut Alimul (2006) dalam Sujono, 2013), Nutrisi merupakan proses
pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ
asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu
terlaksananya sistem pencernaan makanan secara kimiawi.
Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan. Penderita diabetes melitus mengeluh
ingin selalu makan tetapi berat badannya justru turun karena glukosa tidak dapat
ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan massa sel (Sujono, 2013).
Penderita diabetes miletus mengalami kurang pengetahuan ditandai dengan
tidak tahunya tentang pengertian, penyebab dan tanda dan gejal penyakit yang
dideritanya.

c. Kebutuhan belajar

15
Kebutuhan belajar adalah bagimana cara menurunkan kadar gula darah,
begaimana cara mengkonsumsi makanan yang aman dan bagaimana cara
menghindari komplikasi seperti tekanan darah tinggi. Kebutuhan belajar yang
meningkat adalah bagaimana cara menurunkan kadar gula darah, bagaimana cara
mengkonsumsi makanan yanga aman dan bagimana cara menghindari komplikasi
seperti tekanan darah tinggi (Sujono, 2013).
2.2 Perjalan Penyakit

16
Pathway

Kelainan genetik Gaya hidup stres Malnutrisi Obesitas Faktor imunologi

Penyampaian Beban metabolik Produksi insilun Kebutuhan insulin Virus / toksin


kelainan pankreas pankreas tertentu masuk

Juvenile Diabetes Infeksi

Tubuh kurang Merusak pankreas


insulin

Glukosa tidak dapat diserap Sel tidak memperoleh nutrisi


Terjadi glikogenesisi oleh sel
Starvasi seluler
Glukosa menumpuk di darah
Pembongkaran glikogen, asam Pembongkaran protein dan
lemak, keton untuk energi asam amino
Peningkatan tekanan
osmolalitas plasma
Massa otot Penumpukan Antibodi Perbaikan
benda keton jaringan
Kelebihan gluikoa di ginjal
Berat Badan Risiko infeksi
Ketoasidosi
Diuresis osmotik Mudah luka

Defisit Asidosis
Poliuria Gangguan integritas
kulit/jaringan
Pernapasan
HIPOVOLEMI
terganggu

Suplai darah ke
jaringan kurang

Perfusi perifer
tidak efektif

17
2.3 Konsep Keperawatan

2.2.1 Pemgkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang
lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds  yg mungkin timbul :
 Klien mengeluh sering kesemutan.
 Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
 Klien mengeluh sering merasa haus
 Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
 Klien mengeluh merasa lemah
 Klien mengeluh pandangannya kabur

Do :
 Klien tampak lemas.
 Terjadi penurunan berat badan
 Tonus otot menurun
 Terjadi atropi otot
 Kulit dan membrane mukosa tampak kering
 Tampak adanya luka ganggren
 Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum

18
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
 Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung
memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
 Pulse rate
 Respiratory rate
 Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
 Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi
otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak
adanya retinopati, kekaburan pandangan.
 Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
 Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan
control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis,
ISK baru)

19
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal)
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin
dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m)Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
g. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus :
1) Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3) Integritas Ego
Stress, ansietas

20
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
7) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9) Keamanan
10) Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2.2.2 Diagnosa
1. Defisit Nutrisi (D.0019)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

2. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Sirkulasi

3. Hipovolemia (D.0022)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

4. Risiko Infeksi (D.0142)

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan Proteksi

5. Gangguan Integritas Kulit. (D.0129)

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan Proteksi

21
22
2.2.3 Tabel Intervensi
No. SDKI SLKI SIKI RASIONAL
1. Defisit Nutrisi (D.0019) 1. Penahapan diet 1. Penahapan diet
Kategori : Fisiologis Status Nutrisi (L.03030)
Subkategori : Nutrisi dan Observasi : Observasi:
Cairan Setelah melakukan pengkajian
Definisi : selama 3 × 24 jam status nutrisi 1. Monitor toleransi 1. Untuk mengetahui seberapa
membaik, dengan kriteria
Asupan nutrisi tidak cukup hasil : peningkatan diet banyak peningkatan toleransi
untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. 1. Porsi makanan yang Mandiri : glukosa
dihabiskan cukup
Penyebab 2. Temukan cara untuk bisa Mandiri:
meningkat
1. Kurangnya asupan 2. Kekuatan otot memasukkan makanan 2. Agar diet dapat dilakukan
makanan pengunyah cukup
2. Ketidakmampuan meningkat kesukaan pasien dalam diet dengan baik tanpa menyiksa
menelan makanan 3. Kekuatan otot menelan
3. Ketidakmampuan cukup meningkat yang dianjurkan pasien
mencerna makanan 4. Serum albumin cukup
4. Ketidakmampuan Kolaborasi : Kolaborasi:
meningkat
mengabsorbsi nutrient 5. Verbalisasi keinginan 3. Kolaborasikan dengan 3. Peningkatan diet dapat
5. Peningkatan kebutuhan untuk meningkatkan
metabolisme nutrisis cukup tenaga keshatan lain untuk membantu meningkatkan
6. Faktor ekonomi (mis. meningkat
financial tidak 6. Pengetahuan tentang meningkatkan diet secepat kesehatan pasien
mencukupi) pilihan makanan yang
7. Faktor psikologis (mis. mungkin jika tidak ada HE: -
sehat cukup meningkat
stress, keengganan 7. Pengetahuan tentang komplikasi 2. Manajemen nutrisi
makan) pilihan minuman yang

23
Gejala dan Tanda Mayor sehat cukup meningkat HE: - Observasi:
Subjektif : 8. Pengetahuan tentang
(tidak tersedia) standar asupan nutrisi 2. Manajemen nutrisi 1. Untuk mengetahui seberapa
Objektif : cukup meningkat
Observasi : parahnya kondisi pasien
9. Penyiapan dan
1. Berat badan menurun penyimpanan makanan 1. Monitor kecenderungan Mandiri:
minimal 10% di bawah yang aman cukup
rentang ideal meningkat penurunan dan kenaikan 2. Perilaku caring perawat dapat
10. Penyiapan dan
Gejala dan Tanda Minor berat badan membantu kesembuhan
penyimpanan minuman
Subjektif :
yang aman cukup
1. Cepat kenyang setelah Mandiri : pasien
meningkat
makan
11. Sikap terhadap 2. Bantu pasien untuk Kolaborasi:-
2. Kram/nyeri abdomen
makanan/minuman
3. Nafsu makan menurun
sesuai dengan tujuan membuka kemasan makan, HE:
Objektif :
kesehatan cukup
1. Bising usus hiperaktif momotong makanan,dan 3. Kelebihan natrium, kalium,
meningkat
2. Otot pengunyah lemah
12. Perasaan cepat kenyang
3. Otot menelan lemah makan jika diperlukan protein dan cairan dapat
cukup menurun
4. Membrane mukosa pucat
13. Nyeri abdomen cukup Kolaborasi : - memperburuk kondisi pasien
5. Sariawan
menurun
6. Serum albumin turun
14. Sariawan cukup HE: 3. Manajemen berat badan
7. Rambut rontok
menurun
berlebihan 3. Anjurkan pasien terkait Observasi:
15. Rambut rontok cukup
8. Diare
menurun
Kondisi Klinis Terkait dengan kebutuhan diet 1. Agar kondisi pasien dapat
1. Stroke 16. Diare cukup menurun
2. Parkinson 17. Berat badan cukup untuk kondisi sakit (yaitu terkontrol
3. Mobius syndrome membaik
4. Cerebral palsy 18. Indeks massa tubuh untuk pasien dengan Mandiri:

24
5. Cleft lip (IMT) cukup membaik penyakit ginjal, pembatasan 2. Mengetahui
6. Cleft palate 19. Frekuensi napas cukup
7. Amyotropic lateral membaik natrium,kalium,protein dan kelebihan/kekurangan lemak
sclerosis
20. Nafsu makan cukup
8. Kerusakan cairan dalam tubuh pasien
neuromuskuler membaik
9. Luka bakar 21. Bising usus cukup 3. Manajemen berat badan Kolaborasi:
10. Kanker membaik
11. Infeksi 22. Tebal lipatan kulit riset Observasi : 3. Agar pasien segera mungkin
12. AIDS trisep cukup membaik
1. Kaji motivasi pasien untuk mengatasinya secara mandiri

mengubah pola makanan

Mandiri:

2. Hitung presentasi lemak

tubuh ideal pasien

Kolaborasi: -

HE:

3. Informasikan ke pasien jika

terdapat komunitas

manajemen berat badan

2. Perfusi Perifer Tidak Efektif 1. Perfusi perifer (L.02011) Tindakan


(D.0009) Perawatan Sirkulasi Observasi :
Definisi : keadekuatan aliran

25
Kategori : Fisiologis darah pembuluh darah distal 1. Untuk mengetahui
Subkategori : Sirkulasi (I.02079) gangguan pada sirkulasi
untuk menunjang funsi
Definisi : perifer
jaringan. Definisi :
Penurunan sirkulasi darah pada 2. Untuk dapat mengethaui
Kriteria Hasil: Mengidentifikasi dan merawat faktor yang bisa
level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme area lokal dengan keterbatasan menyebabkan risiko
Setelah melakukan pengkajian sirkulasi perifer. gangguan sirkulasi.
tubuh.
selama 3 × 24 jam perfusi 3. Untuk mengetahui adanya
Penyebab perifer meningkat, dengan Tindakan : inflamasi pada bagian
1. Hiperglikemia kriteria hasil : Observasi : ekstremitas
2. Penurunan konsentrasi 1. Periksa sirkulasi perifer Terapeutik :
1. Kekuatan nadi perifer (mis. Nadi perifer,
haemoglobin 1. Untuk mengurangi risiko
cukup meningkat edema, pengisian
3. Peningkatan tekanan cedera pada area perfusi
2. Penyembuhan luka kapiler, warna, suhu,
darah 2. Untuk menghindari cedera
cukup meningkat ankle-rachial index)
4. Kekurangan volume menjadi lebih buruk
3. Sensasi cukup 1. Identifikasi faktor risiko
cairan 3. Untuk menghindari
meningkat gangguan sirkulasi (mis.
5. Penurunan aliran arteri terjadinya infeksi
4. Warna kulit pucat Diabetes, perokok,
dan/atau vena 4. Untuk menjaga kebersihan
cukup menurun orang tua, hipertensi dan
6. Kurang terpapar kaki dan kuku
5. Edema perifer cukup kadar kolestrol tinggi)
informasi tentang faktor 5. Untuk menjaga
menurun 2. Monitor panas,
pemberat (mis. merokok, keseimbangan cairan
6. Nyeri ekstremitas kemerahan, nyeri, atau
gaya hidup monoton, dalam tubuh.
cukup menurun bengkak pada
trauma, obesitas, asupan Edukasi :
7. Parastesia cukup eksremitas
garam, imobilitas) 1. Untuk memperbaiki
menurun Terapeutik :
7. Kurang terpapar sirkulasi udara dalam
8. Kelemahan otot cukup 1. Hindari pemasangan
informasi tentang proses tubuh
menurun infus atau pengambilan
penyakit (mis. diabetes 2. Agar sirkulasi darah klien
9. Kelemahan otot cukup darah di area
mellitus, hiperlipidemia) dapat kembali normal
menurun keterbatasan perfusi 3. Untuk menghindari kulit

26
10. Kram otot cukup 2. Hindari pengukuran terbakar
8. Kurang aktivitas fisik menurun tekanan darah pada 4. Untuk mempertahan nilai
11. Bruit femoralis cukup eksremitas dengan normal tekana darah,
Gejala dan Tanda Mayor
menurun keterbatasan perfusi antikoagulan dan kolestrol
Subjektif :
12. Nekrosis cukup 3. Hindari penekanan dan 5. Untuk mengontrol tekanan
(tidak tersedia)
menurun pemasangan tourniquet darah
Objektif :
13. Pengisian kapiler cukup pada area yang cedera 6. Untuk menjaga
1. Pengisian kapiler >3
membaik 4. Lakukan pencegahan kelembapan kulit
detik
14. Akral cukup membaik infeksi 7. Untuk memperbaiki
2. Nadi perifer menurun
15. Turgor kulit cukup 5. Lakukan perawatan kaki sirkulasi
atau tidak teraba
membaik dan kuku 8. Untuk menghindari
3. Akral teraba dingin
16. Tekanan darah sistolik 6. Lakukan hidrasi terjadinya keadaan darurat
4. Warna kulit pucat
cukup membaik Edukasi :
5. Turgor kulit menurun
17. Tekanan darah diastolik 1. Anjurkan berhenti
Gejala dan Tanda Minor cukup membaik merokok
Subjektif : 18. Tekanan arteri rata-rata 2. Anjurkan berolahraga
1. Parastesia cukup membaik rutin
2. Nyeri ekstremitas 19. Indeks ankle-brachial 3. Anjurkan mengecek air
(klaudikasi intermiten) cukup membaik mandi untuk
Objektif : menghindari kulit
1. Edema terbakar
2. Penyembuhan luka 4. Anjurkan menggunakan
lambat obat penurun tekanan
3. Indeks ankle–brachial darah, antikoagulan, dan
<0,90 penurunan kolestrol,
4. Bruit femoralis jika perlu
Kondisi Klinis Terkait 5. Anjurkan minum obat
1. Trombofelbitis pengontrol tekanan
2. Diabetes melitus darah secara teratur

27
3. Anemia 6. Anjurkan menghindari
4. Gagal jantung kongestif penggunaan obat
5. Kelainan jantung penyekat beta
kongenital
7. Anjurkan melakukan
6. Trombosis arteri
7. Verises perawatan kulit yang
8. Trombosis vena dalam tepat (mis.
9. Sindrom kompartemen Melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program
rehabilitas vaskular
9. Anjurkan program diet
untuk meperbaiki
sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
10. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak
hi;ang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya
rasa)
3. Hipovolemia (D.0022) 1. Status cairan Manajemen Hipovolemia Manajemen hipovolemia
Kategori : Fisiologis
Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
Subkategori : Nutrisi
danCairan keperawatan selama 3x24 1. Periksa tanda dan gejala Pemeriksaan tanda dan gejala
Devinisi
jam maka status cairan hipovolemia hipovolomia bertujuan untuk
Penurunan volume cairan
intravaskular, interstisiel, pasien membaik. Dengan (mis.frekuensi nadi mengatasi gejala.
dan/atau intraselular.
kriteria hasil : meningkat,nadi teraba Terapeutik

28
Penyebab 1. Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan darah 1. Mengetahui jumlah cairan
1. Kehilangan cairan aktif
2. Berat badan cukup menurun, tekanan nadi 2. Mempercepat penyembuhan.
2. Kagagalan mekanisme
regulasi meningkat menyempit, turgor kulit Edukasi
3. Peningkatan permeabilitas
3. Perasaan lemah menurun menurun, membrane Kebutuhan cairan terpenuhi
kapiler
4. Kekurangan intake cairan 4. Frekuensi nadi normal mukosa kering, volume Kolaborasi
5. evaporasi
5. Tekanan darah normal urin menurun, hematokrit pemberian kolaborasi bertujuan
Gejala dan tanda mayor
agar pengobatan pasien lebih
Subjektif meningkat, haus, lemah)
maksimal
(tidak terdeteksi)
2. Monitor intake dan
Objektif
1. frekuensi nadi meningkat output cairan.
2. nadi teraba lemah
Terapeutik
3. tekanan darah menurun
4. tekanan nadi menyempit 1. Hitung kebutuhan
5. turgor kulit menurun
cairan
6. membran mukosa kering
7. volume urine menurun 2. Berikan posisi modified
8. hematokrit meningkat
trendelenburg
Gejala dan tanda minor
Subjektif 3. Berikan asupan cairan
1. merasa lemah
oral
2. mengeluh haus
Objektif Edukasi
1. pengisian vena menurun
1. Anjurkan
2. status mental berubah
3. suhu tubuh meningkat memperbanyak asupan
4. konsentrasi urine meningkat
cairan oral
5. berat badan turun tiba-tiba
2. Anjurkan menghindari
Kondisi klinis terkait
1. penyakit Addinson perubahan posisi
2. trauma/perdarahan

29
3. luka bakar mendadak
4. AIDS
Kolaborasi
5. Penyakit Chorn
6. Muntah 1. Kolaborasi pemberian
7. Diare
cairan IV isotonis
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia 2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloit
4. Kolaborasi pemberian
produk darah.

4. Risiko Infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi Observasi


Kategori : Lingkungan
Definisi Definisi : mengidentifikasi dan 1.  Infeksi local hanya pada
Subkategori : Keamanan dan
Proteksi Derajat infeksi berdasarkan menurunkan resiko terserang bagian tertentu Infeksi lokal yang
Definisi:
observasi atau sumber organisme patogenik dapat menjadi sistemik bilamikro-
Beresiko mengalami
informasi. Tindakan organisme mencapai sistem
peningkatan terserang organisme
Kriteria Hasil Observasi limfatikatau vascular
patogenik
Setelah dilakukantindakan kep 1. Monitor tanda dan Terapeutik
Faktor resiko
erawatan selama 3x24 jam gejala infeksi lokal dan 1. Agar pasien tidak merasa
1. Penyakit kronis( mis.
masalah Risiko Infeksi sistemik risih apabila yang
Diabetes militus)
diharapakan menurun Terapeutik mengunjungi ruangan
2. Efek prosedur infasif
dan teratasi dengan indikator: 1. Batasi jumlah terlalu banyak
3. Malnutrisi
1. Kebersihan tangan dari pengunjung 2. Agar area edema tidak

30
4. Peningkatan paparan awalnya skala 2 cukup 2. Berikan perawatan kulit mengalami infeksi
organisme patogen menurun menjadi skala pada area edema 3. Untuk mengantisipasi
lingkungan 4 cukup meningkat. 3. Cici tangan sebelum apabila pasien mengidap
5. Ketidak adekuatan 2. Kebersihan badan dari dan sesudah kontak penyakit yang menular
pertahanan tubuh primer : awalnya skala 2 cukup dengan pasien dan 4. Agar bebas dari infeksi
a. Gangguan menurun menjadi skala lingkungan pasien dan juga mikroorganisme
peristaltik 4 cukup meningkat 4. Pertahankan tehnik Edukasi
b. Kerusakan 3. Nyeri menurun dari aseptik pada pasien 1. Agar pasien dapat
integritas kulit awalnya skala 2 cukup beresiko tinggi mengetahui secara dini
c. Perubahan sekresi meningkat menjadi Edukasi tanda tanda terjadinya
pH skala 4 cukup menurun. 1. Jelaskan tanda dan infeksi
d. Penurunan kerja 4. Bengkak menurun dari gejala infeksi 2. Agar pasien dapat
siliaris awalnya skala 2 cukup 2. Ajarkan cara mencuci mengetahui cara mencuci
e. Ketuban pecah meningkat menjadi tangan dengan benar tangan dengan 6 langkah
lama skala 4 cukup menurun 3. Ajarkan etika batuk cuci tangan
f. Ketuban pecah 5. Kultur urine dari 4. Ajarkan cara 3. Agar pasien dapat
sebelum awalnya skala 2 cukup memeriksa kondisi luka melakukan batuk efektif
waktunnya memburuk menjadi / luka operasi 4. Agar pasien dapat
g. Merokok skala 4 cukup membaik 5. Anjurkan memperhatikan lukanya
h. Statis cairan meningkatkan asupan apabila ada perubahan atau
tubuh nutrisi tingkat luka semakin parah
6. ketidak adekuatan 6. Anjurkan maka dapat dilaporkan

31
pertahanan tubuh meningkatkan asupan kepada petugas medis
sekunder: cairan 5. Agar kebutuhan nutrisi
a. Penurunan Hb Kolaborasi pasien dapat terpenuhi
b. Imununosupresi Kolaborasi pemberian 6. Agar kebutuhan cairan
imunisasi , jika perlu
c. Leukopenia pasien dapat terpenuhi
d. Supresi respon secara seimbang
inflamasi
e. Vaksinisasi tidak
adekuat
Kondisi klinis terkait
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruktif
kronik
4. Diabetes mielitus
5. Tindakan infasif
6. Kondisi penggunaan
terapi steroid
7. Penyalah gunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum
waktunya
9. Kanker

32
10. Leukimia
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
5. Gangguan Integritas Kulit. Tindakan :
(D.0129) Integritas Kulit/Jaringan Perawatan Integritas Kulit Observasi :
Kategori : Lingkungan (L.14125) (I.11353) 1. Untuk mengetahui apa yang
Subkategori : Keamanan dan
menyebabkan gangguan pada
Proteksi Setelah melakukan pengkajian Definisi :
Definisi : integritas kulit
selama 3 × 24 jam integritas
Mengidentifkasi dan merawat Terapeutik :
kulit / jaringan meningkat,
Kerusakan kulit (dermis dan / kulit untuk menjaga keutuhan, 1. Untuk menghindari terjadinya
dengan kriteria hasil :
atau epidermis) atau jaringan kelembaban dan mencegah luka dekubitus
(membrane mukosa, kornea, 1. Elastisitas cukup perkembangan mikrogranisme. 2. Untuk menghindari terjadinya
fasia, otot, tendon, tulang, meningkat infeksi
kartilago, kapsul sendi dan/atau 2. Hidrasi cukup Tindakan : 3. Untuk menjaga kelembapan
ligament). meningkat Observasi : kulit
3. Perfusi jaringan cukup 1. Identifkasi penyebab 4. Untuk mengindari terjadinya
Penyebab: gangguan integritas sensitifitas pada kulit
meningkat
1. Perubahan sirkulasi kulit (mis. Perubahan 5. Untuk menjaga kelembapan
4. Kerusakan jaringan
2. Perubahan status nutrisi sirkulasi, perubahan kulit
cukup menurun
(kelebihan atau statu nutrisi, penurunan Edukasi :
5. Kerusakan lapisan kulit
kekurangan) kelembaban, suhu 1. Untuk dapat mempertahankan
cukup menurun
3. Kekurangan/kelebihan lingkungan ektrem, kelembapan kulit
6. Nyeri cukup menurun
volume cairan penurunan mobilitas) 2. Untuk mencegah dehidrasi
7. Perdarahan cukup
4. Penurunan mobilitas Terapeutik : dan kulit kering
menurun
5. Bahan kimia iritatif 1. Ubah posisi tiap 2 jam 3. Untuk menjaga kesehatan
8. Kemerahan cukup
6. Suhu lingkungan yang jika tirah baring kulit
menurun

33
ekstrim 9. Hematoma cukup 2. Lakukan pemijatan 4. Untuk menjaga kesahatan dan
7. Faktor mekanisme (mis. menurun pada area penonjolan kelembapan kulit
penekanan pada tonjolan 10. Pigmentasi abnormal tulang , jika perlu 5. Untuk menghindari kerusakan
tulang, gesekan) atau cukup menurun 3. Bersihkan perineal pada kulit
faktor elektris 11. Jaringan parut cukup dengan air hangat, 6. Untuk menjaga kulit dari
(elektrodiatermi, energi menurun terutama selama paparan sinar matahari
listrik bertegangan 12. Nekrosis cukup periode diare 7. Untuk mencegah kulit kering
tinggi) menurun 4. Gunakan produk
8. Efek samping terapi 13. Abrasi kornea cukup berbahan petrolium
radiasi menurun atau minyak pada kulit
9. Kelembaban 14. Suhu kulit cukup kering
10. Proses penuaan membaik 5. Gunakan produk
11. Neuropati perifer 15. Sensasi cukup membaik berbahan ringan/alami
12. Perubahan pigmentasi 16. Tekstur cukup dan hipoalergik pada
13. Perubahan hormonal membaik kulit sensitif
14. Kurang terpapar 17. Pertumbuhan rambut 6. Hindari produk
informasi tentang upaya cukup membaik berbahan dasar alkohol
mempertahankan/melind pada kulit kering
ungi integritas kulit. Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
Gejala dan Tanda Mayor pelembab (mis. Lotion,
Subjektif : serum)
(tidak tersedia) 2. Anjurkan minum air
Objektif : yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan
1. Kerusakan jaringan dan /
asupan nutrisi
atau lapisan kulit.
4. Anjurkan meningkatkan
Gejala dan Tanda Minor asupan buah dan sayur
Subjektif : 5. Anjurkan menghindari

34
(tidak tersedia) terpapar suhu ekstrem
Objektif : 6. Anjurkan menggunakan
1. Nyeri tabir surya SPF
2. Perderahan minimal 30 berada di
3. Kemerahan luar rumah
4. Hematoma 7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mekanisme autoimun pada DM tipe 1 dapat dipicu oleh adanya infeksi atau
stimulus lingkungan lain seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Sel beta dapat
mulai berkurang jumlahnya dan sekresi insulin menurun secara progresif meskipun
kadar gula darah masih dapat dipertahankan. Kerusakan sel beta yang progresif
merupakan petanda penting pada tipe-1, namun residual C-peptida dapat terdeteksi
lebih dari 40 tahun setelah diagnosis, baik diagnosis awal ditemukan saat masa kanak-
kanak, maupun saat dewasa.

3.2 Saran
Semoga askep ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca,
terutama dapat memberikan pemahaman tentang diabetes melitus.

36
Daftar Pustaka

Klinis, P. P., Dokter, I., & Indonesia, A. (2017). Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus
Tipe-1 pada Anak dan Remaja Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1
pada Anak dan Remaja.

Perry, Potter. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku.2 Edisi: 7. Jakarta : EGC

Pulungan, A. B., Annisa, D., Imada, S., Kedokteran, F., Indonesia, U., Pulungan, A. B., …
Imada, S. (2019). Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak : Situasi di Indonesia dan Tata
Laksana. 20(6).

Riyadi, Sujono. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Riyadi, Sujono.(2013). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Eksokrin dan
Endokrin pada pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu

Skyler JS, Bakris GL, Bonifacio E, Darsow T, Eckel RH, Groop L. Differentiation of diabetes by
pathophysiology, natural history, and prognosis. Diabetes 2017;66:241-55.

Tim Pokja. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

UKK Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis dan tata laksana diabetes mellitus
Tipe-1 pada anak dan remaja. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.

Wolfsdorf JI, Glaser N, Agus M, Fritsch M, Hanas R, Rewers A, dkk. ISPAD clinical practice
consensus guidelines 2018: diabetic ketoacidosis and the hyperglycemic hyperosmolar
state. Pediatric Diabetes 2018;19:155-77.

37

Anda mungkin juga menyukai