Anda di halaman 1dari 89

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada pembangunan kesehatan merupakan bagian internal dari

pembangunan nasional yang bertujuan bahwa setiap penduduk mempunyai

kemampuan hidup sehat yaitu keadaan sejahtera badan dan jiwa, dan

kemungkinan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.(1)

Tenaga keperawatandibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memberikan keperawatan atau pelayanan yang digunakan untuk melaksanakan

asuhan keperawatan . sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi bidang keperawatan, untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Maka

perawat dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan pelayanan secara komprehensif yang meliputi aspek biopsikososial

spiritual melalui pendekatan proses keperawatan, sehingga asuhan keperawatan

dapat diberikan secara tepat dan diberikan secara tepat guna dengan penuh

tanggung jawab.(1)

Salah satu penyakit yang sering terjadi dan menyersng bayi dan balita

yaitu Bronkopneumonia yang penyebab nya oleh virus, bakteri, jamur, yang

menimbulkan komplikasi pada pertumbuhan dan perkembangan

anak.Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah

.Penyakit ini dapat menyerang anak anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila

1
2

penyakit ini tidak segera ditangani, dapat menyebabkan beberapa komplikasi

bahkan kematian.(1)

Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit pneumonia.

Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus,

yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulent untuk membentuk bercak

konsolidasi pada lobus-lobus yang berbeda didekatnya, disebut pneumonia

lobularis (1)

Menurut WHO (2008), insidens pneumonia anak balita di negara berkembang

adalah 151,8 juta kasus pneumonia/tahun, 10% diantaranya merupakan

pneumonia berat dan perlu dirawat dirumah sakit. Di negara maju terdapat 4 juta

kasus setiap tahun sehingga total insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156

juta kasus pneumonia anak-balita paling tinggi, mencangkup 74% (115,3 juta)

dari 156 juta kasus diseluruh dunia. Lebih dari 2 setengah nya terdapat di 6

negara, mencangkup 44% populasi anak-balita di dunia.(1)

Berdasarkan kemenkes (2009), jumlah pneumonia pada balita masih tetap

tinggi . Pneumonia pada balita bila tidak ditangani dengan benar maka di

khawatirkan dapat menghambat upaya mencapai target MDGs menurut angka

kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan

pneumonia pada bayi dan balita dengan perbaikan gizi dan imunisasi dan

mengingatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia. Penemuan pneumonia

pada balita tahun 2010 sebesar 23% dengan jumlah kasus yang ditemukan

sebanyak 499.259 kasus.(2)


3

Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2013 menyebutkan bahwa diindonesia

pneumonia menempati peringkat kedua kematian balita (15,5%) dari seluruh

penyebab kematian, jumlah kematian anak balita disebabkan kasus pneumonia

pada tahun 2013ditetapkan menjadi 78,8% per 1000 balita, dan kematian pada

bayi akibat pneumonia sebanyak 13,6% per 1000 bayi.(2)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah kasus pneumonia

di Jawa Barat mencapai 216.281 kasus dengan tingkat insiden 5,19% dan

menurun pada tahun 2010 menjadi 4,28% dengan jumlah 195.691 kasus. Kasus

pneumonia ditemukan dikarawang , Bandung, Indramayu dan Cirebon.(2)

Menurut data dari RSD Gunung Jati Kota Cirebon kasus Bronkopneumonia

dari bulan oktober sampai desember 2018 tercatat ada 95 kasus. Berdasarkan

uraian singkat diatas, maka penulis tertarik untuk lebih mengenal, menangani dan

memberi asuhan keperawatan kepada pasien dengan bronkopneumonia dalam

karya tulis ilmiah berjudul “Asuhan keperawatan pada An. N dengan

bronkopneumonia di ruang kemuning RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun

2019”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien Bronkopneumonia Di Ruang

Arya Kemuning RSD gunung jati cirebon 2019?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


4

Untuk memperoleh pegalaman secara nyata dan mampu melaksanakan

serta memberikan asuhan keperawatan pada An.N dengan gangguan

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Bronkopneumonia Di

Ruang Arya kemuning RSUD Gunung jati Cirebon.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Bronkopneumonia Di

Ruang Arya Kemuning RSUD Gunung jati

2. Mampu menentukan diagnose dengan menganalisis data yang

diperoleh dari pengkajian Diruang Arya Kemuning RSD Gunung jati

3. Mampu membuat rencana keperawatan terhadap semua permasalahan

yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia Di Ruang Arya Kemuning

RSD Gunung jati

4. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun Di Ruang Arya Kemuning RSD Gunung jati

5. Mampu melakukan evaluasi dan tindakan yang sudah dilakukan dan

mengetahui kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan selama

melaksanakan asuhan keperawatan pada anak Bronkopneumonia Di

Ruang Arya Kemuning RSD Gunung jati

6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak

Bronkopneumonia Di Ruang Arya Kemuning RSD Gunung jati

1.4 Ruang lingkup

1.4.1 Sasaran
5

Asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien dengan gangguan

pernafasan Bronkopneumonia Di RSD Gunung jati Cirebon

1.4.2 Tempat

Tempat pengambilan studi kasus pada pasien dengan ganguan pernafasan

di ruang keperawatan anak RSD Gunung jati Cirebon

1.4.3 Waktu

Kegiatan asuhan keperawatan Bronkopneumonia dilaksanakan pada

tanggal bulan Januari 2019

1.4.4 Manfaat penulisan

Karya tulis diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantara nya

yaitu:

1. Manfaat teoritis

1) Bagi penulisan

Menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien Bronkopneumonia

2) Bagi Institusi

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang

akandating.

2. Manfaat praktis
6

1) Bagi rumah sakit

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit dalam

menjalankan asuhan keperawatan pada pasien Bronkopneumonia Di RSD

Gunung jati.

2) Bagi pasien dan keluarga

Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang

cara mencegah agar klien tidak terjadi gangguan nutrisi baik asupan

pemasukan atau pengeluaran nya Di RSD gunung jati

3) Bagi perawat dan profesi

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat

dalam rangka meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada

pasien dengan Bronkopneunobia Di RSD Gunung jati.

1.4.5 Metode Memperoleh Data

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulisan menggunakan metode

pengumpulan data dalam bentuk stady karna karna dengan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian,perumusan dignosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Teknik penulisan yang digumakan meliputi :

1. Wawancara

Suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian secara luas dari

seseorang sasaran penelitian atau bercakap cakap dengan seseorang


7

melalui face to face atau berhadapan langsung. Berkomunikasi secara

langsung pada keluarga tentang keluhan atau permasalahanyang sedang

dihadapi.

2. Pengamatan ( observasi )

Pengamatan untuk mencapai hal hal yang berhubungan dengan keadaan

pasien dengan melaksanakan tindakan secara langsung pada pasien sesuai

dengan masalah yang dihadapi.

3. Dokumentasi

Mempelajari catatan medik pasien sebagai salah satu sumber data dan

laporan harian mengenai keadaan pasien

4. Study kepuastakaan

Penulisan mempelajari buku buku pustaka, juenal, untuk dijadikan

pedoman teoritisnya.

5. Pemeriksaan fisik

Pemeriksan fisik ini yang dilakukan penulisan meliputi inspeksi, perkusi,

palpasi, auskultasi.

1.5 Sistematika penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyuluhan Karya Tulis

Ilmiah disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN
8

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang

lingkup, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSAKA

Meliputi tinjauan teori medisyang berisi tentang pengertian, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan

medis, pengkajian khusus, diagnose, fokus intervensi .

BAB III : TINJAUAN KASUS

Berisi tentang laporan hasil dan asuhan keperawatan yang meliputi :

pengkajian, diagnos, intervensi, implementasi, evaluasi

BAB IV : PEMBAHASAN

Meliputi tentang pembahasan pengkajian

diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

BAB V : PENUTUP

Meliputi dan saran kesimpulan.


9

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh ( pertumbuhan ) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran organ individu dan hal ini dapat diukur melalui ukuran berat,

ukuran panjang, besar, lingkaran kepala. Semua hal ini memerlukan proses

pemantauan yang tepat.

Sedangkan kembang ( berkembang ) adalah tambahnya kemampuan (skill)

dalam stuktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Peristiwa

perkembangan ini biasanya berkaitan dengan masalah psikologis seperti

kemampuan gerak kasar dan halus, intelektual, soaial dan emosional.

2.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang pada

anak.

1. Faktor Internal

1). Ras/etnik atau bangsa

2). Keluarga

3). Umur

4). Jenis kelamin


10

5). Genetik

6). Kelainan kromosom

2. Faktor Eksternal

1). Faktor Prenatal, gizi, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,


9
kelainan imunologi, anoksia embrio, psikologi ibu.

2). Faktor Persalinan, Trauma kepala, asfiksia, kerusakan jaringan otak

3). Faktor Pasca Persalinan , gizi, kelainan kognital, lingkungan fisik dan

kimia, psikologi, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan,

stimulasi, dan obat-obatan.

2.1.2 Ciri-ciri Anak

1. Semua anak mempunyai ingatan yang mudah menyerap/cepat belajar

2. Semua anak belajar melelui bermain belajar ide-ide baru, adaptasi

social, mengatasi masalah – masalah emosi

3. semua anak melalui sejumlah tahap perkembangan setiap tahap

saling berkaitan.

4. Semua anak ingin kebebasan dan menunjukan kemampuan/

keterampilan yang dimiliki.

2.1.3 Karakteristik Anak Usia Dini

1. Suka meniru

2. Selalu ingin mencoba

3. Spontan

4. Riang

5. Selalu ingin tahu


11

6. Unik

7. Suka bermain

2.1.4 Tahapan Tumbuh Kembang

1. Masa Prenatal

1). Masa mudigah/ embrio : konsepsi – 8 minggu

2). Masa janin : 9 minggu – Lahir

2. Masa Bayi ( 0-1 tahun)

1). Masa neonatal (0-28 hari )

Neonatal Dini : 0-7 hari

Neonatal Lanjut :8-28 hari

2). Masa pasca Neonatal : 29 hari- 1 Tahun

3. Masa Pra Sekolah : 1-6 tahun

4. Masa sekolah : 6- 10 tahun

5. Masa Pra Remaja : 6- 18/20 tahun

1). Remaja Dini

Pria : 10-15 tahun

Wanita : 8-18/20 tahun

2). Remaja Lanjut

Pria : 15-20 tahun

Wanita : 13-18 tahun


12

2.1.5 Tahapan Perkembangan

1. BAYI BARU LAHIR

1). Perubahan dari tulang rawan ke tulang sejati ( osifikasi ) tidak

sempurna . Hal ini dapat dilihat dari cekungan halus ( fontanel ) dan

garis sutura ( sendi ) tengkorak.

2). Sistem saraf belum sepenuh nya berkembang sehingga aktifitas otot-

otot belum teroedinasi

3). Penglihatan tidak jelas, tetapi fungsi pendengaran dan pengecapan

sudah ada. Reflek- reflek tentu saja sudah ada.

4). Reflek moro ( bila suara keras mengejutkan bayi, tangan bayi

mengepal di depan dada, kaki lurus dan kepala tertarik ke berlakang )

5). Reflek genggam ( sentuhan pada telapak tangan bayi menyebabkan

jari-jarinya menekuk dalam gerakan menggenggam).

6). Reflek menghisap (rooting reflek), usapan pada pipi atau di tepi pipi

untuk memalingkan kepalanya kea rah sentuhan.

7). Makanan nya adalah ASI atau PASI ( pengganti air susu ibu )

8). Rutinitas terbesarnya adalah tidur, makan dan eliminasi (BAB &

BAK)

2. BAYI 3 BULAN

1). Sudah mempunyai cukup koorgonisasi otot untuk menahan

kepalanya dan meningkat bahunya.


13

2). Reflek moro, menghisap, dan menggenggam sudah hilang.

3). Dapat mengeluarkan air mata.

4). Dapat mengikuti gerakan objek dengan matanya.

5). Dapat tersenyum dan bersuara kepada orang yang merawat nya.

3. BAYI 6 BULAN

1). Sudah belajar tengkurap.

2). Dapat duduk untuk beberapa saat.

3). Memegang benda pada kedua tangannya dan langsung

memasukannya kedalam mulut

4). Berespon terhadap suara

5). Mengenan anggota keluarga

6). Mulai timbul rasa takut dengan orang yang tidak dikenal

4. BAYI 9 BULAN

1). Merangkak dan mulai berdiri bila dibantu

2). Pertumbuhan gigi lebih banyak

3). Berespons bila di panggil

4). Menyebutkan satu atau dua suku kata seperti “ mama “

5). Makan makanan bayi

5. BAYI 1 TAHUN

1). Memahami perintah-perintah sedehana seperti “jangan”

2). Mulai dapat melangkah pertama dibantu, kemudian bias sendiri

3). Makan makanan yang ada di meja dan dapat memegang cangkir

sendiri
14

6. USIA BERMAIN (2-3 TAHUN)

1). Merupakan masa eksplor dan investigasi

2). Belajar mengendalikan eliminasi

3). Mulai menyadari mana yang benar dan mana yang salah

4). Dapat bermain dengan anak-anak lain tanpa interaksi

5). Dapat menghadapi perpisahan yang tidak terlalu lama dengan ibu

7. PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN)

1). Kurang bergantung pada ibu

2). Berkembang rasa bersaing dengan saudara dan mengembangkan

hubungan lebih dekat dengan ayah atau orang yang merawatnya

3). Perlahan-lahan meningkat kemampuan bermain yang kooperatif

4). Memiliki keterampilan berbahasa dan banyak bertanya

5). Memiliki daya imaginasi dan semakin berkembang

6). Semakin berkembang keingatan seksual

8. USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)

1). Dapat berkomunikasi

2). Mengembangkan sedikit keterampilan, anak dapat menyelesaikan

tugas dengan menulis

3). Meningkatkan rasa percaya diri

4). Membina hubungan dengan teman sebaya


15

5). Membangan perilaku social yang baik melalui permainan dan

bermain

6). Memilih teman dengan jenis kelamin yang berbeda

7). Ikut serta dalam kelompok seperti pramuka

8). Mulai menunjukan perhatian terhadap hewan dan tumbuh-

tumbuhan

9. PRA SEKOLAH (12-14 TAHUN)

1). Merupakan masa peralihan.

2). Perubahan hormone merangsang pertumbuhan karakteristik

seksnya.

3). Tempramen yang labil dan perasaan tidak aman.

4). Timbul kesadaran dan perhatian pada lawan jenis kelamin yang

berbeda.

10. REMAJA (14-20 TAHUN)

1). Kematanga seksual yang berkembang .

2). Lebih menghargai akan identitas dirinya sebagai seorang pria atau

wanita.

3). Menetapkan sestem koping pribadi dan kemampuan membuat

pernilaian dan keputusan.

4). Remaja dapat membuat perbandingan antara nilai-nilai yang sudah

diajarkan dan kenyataan.

11. DEWASA (20-50 TAHUN)

1). Kemandirian dan pembuatan keputusan pribadi .


16

2). Memilih teman hidup.

3). Keberhasilan karir dan berkeluarga.

4). Kesehatan yang optimal.

5). Memilih teman untuk membentuk kelompok pendukung.

12. USIA BAYA ( 50-65 TAHUN )

1). Akhir dari kemajuan karir, yang diakhiri dengan pensiun.

2). Anak-anak yang semula berkumpul mulai meningggalkan rumah.

13. MASA TUA ( 65-75 TAHUN )

1). Penurunan bertahap vitalitas dan stamina.

2). Perubahan fisik yang memadai proses penuaan sebagai contoh

berkurangnya penglihatan dan pendengaran.

3). Kondisi yang kronis yang semakin berkembang dan menetap.

4). Masa kehilangan yang bertahap : kehilangan pasangan hidup,

teman, harga diri, kemandirian.

5). Depresi.

6). Mengenang kembali masa hidup.

2.1.6 STIMULASI PENDIDIKAN PADA ANAK

1. Memahami karakteristik anak.

2. Didasarkan pada tahap-tahap tumbuh kembang anak.

3. Memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak.

4. Ciptakan suasana yang menyenangkan, tidak membosankan dan tidak

memaksa.
17

2.1.7 MANFAAT BERMAIN UNTUK ANAK

1. Bermain adalah salah satu cara untuk membentuk kepribadian dan

kecerdasan anak.

2. Dalam melakukan aktivitas bermain, anak tidak benyadari kalua

dirinya juga belajar. Mereka bermain dengan perasaan senang, lucu,

spontan, dan tidak ada unsur paksaan.

3. Anak yang selalu bergembira akan memiliki pertumbuhan badan dan

perkembangan jiwa yang baik.

2.2 Tinjauan Teori Bronkopneumonia

2.2.1 Definisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu

peradangan pada parenkin paru yang terlokalisir yang biasa nya mengenai

bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang disebabkan oleh

bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda benda

asing.(3)

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobaris yaitu suatu peradangan

pada parenkin paru yang terlokalisir yang biasa nya mengenai bronkiolus dan

juga mengenai alveolus disekitarnya yang sering menimpa anak anak dan

balita, yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri , virus,

jamur, dan benda asing . Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh

mikroorganisme , tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu

dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder


18

terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bias

juga sebagai infeksi primer yang biasa nya kita jumpai pada anak anak dab

orang dewasa.(4)

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkin paru yang melibatkan

bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak bercak

(patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada

paru yang disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan

konsulidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.(4)

Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran nafas bawah akut pada

parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,

virus, jamur, dan parasite. (4)

Peradangan pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis

tidak dikategorikan ke dalam pneumonia.(5)

2.2.2Etiologi

Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah

mikroorganisme ( virus, bakteri, jamur) , dan sebagian kecil oleh penyebab

lain seperti hidrokarbon ( minyak tanah ,bensin, atau sejenisnya) dan

masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung kedalam saluran pernafasan

(aspirasi). Berbagai penyebab bronkopneumonia tersebut dikelompokan

berdasarkan golongan umur, berat ringan nya penyakit dan penyulit yang

menyertai nya ( komplikasi ). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab

bronkopneumonia adalah virus dan bakteri yaitu Diplococcus pneumonia,

streptococcus pneumonia, Virus Influenza. Awalnya, mikroorganisme masuk


19

melalui percikan ludah ( droplet), kemudian terjadi penyebaran

mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan ( parenkim) paru

dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.(6)

Menurut monsjoer (2008), etiologi terjadinya pneumonia diantaranya:

1. Bakteri

1) Pneumotorakokus, merupakan penyebab utama pneumonia. Pada

orang dewasa umumnya disebabkan oleh pneumokokus serotype

1 sampai dengan 8. Sedangkan pada anak anak serotype 14, 1,6,

dan . Insiden meningkat pada usia lebih kecil 4 tahun dab

menurun dengan meningkat nya umur.

2) Steptokokus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus

lain, seperti mobildan varisela atau komplikasi penyakit kuman

lain nya seperti pertussis, pneumonia oleh pnemokokus.

3) Himiphilus influenza, pneumokokus aureginosa, tuberculosa.

4) Streptokokus, lebih banyak pada anak anak dan bersifat progresif,

resisten terhadap pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi

seperti: abses paru, empyema, tansion pneumotoraks.

2. Virus

Virus respiratory syncytial, virus influenza, virus adeno, virus

sistomagelik.

3. Aspirasi

Makanan, pada tetanus neonatorum, benda asing, koreson.


20

4. Pneumonia hipostatik

Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama, missal pada anak

sakit dengan kesadaran menurun.

5. Jamur

6. Histoplasmamosis capsultatum candid an abicans, biastomokasis,

kalsedis mikosis, aspergilosos dan aktino mikosis.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Menurut arief mansjoer (2008) , manisfestasi klinis secara umum dapat

dibagi menjadi:

1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit

kepala, iritabel, gelisah, melaise, nafsu makan kurang, keluhan

gastrointestinal.

2. Gejala umum pernafasan bahwa berupa baruk buruk, ekspektorasi

sputum, cuping hidung, sesak, sianosis.

3. Tanda pneumonia berupa peningkat frekuensi nafas, suara nafas

melemah, ronchi, wheezing.

4. Tanda empyema berupa perkusi pekak, nyeri dada, kuku kuduk, nyeri

abdomen.

5. Infeksi ektrapulmonal.
21

2.2.4Anatomi Fisiologi

Dengan setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya

dan pada saat yang samamelepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang

bernyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan yang

memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses

metabolismenya,yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam

bentuk karbondioksida dan air dihilangkan .

Pernafasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran

gas didalam jaringan atau “pernafasan dalam” dan dalam paru-paru atau

“pernafasan luar”.

Udara ditarik kedalam paru-paru pada waktu menarik nafas dan didorong

keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan nafas .(7)


22

2.2.5Anatomi

Gambar 2.1

1. Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan :

1) Hidung (Nasal)

2) Faring (Tekak)

3) Laring ( Pangkal tenggorokan )

2. Saluran nafas bagian bawah , antara lain :

1) Trakea (Batang tenggorokan )

2) Bronkus ( cabang tenggorokan )

3) Paru paru

3. Struktur Pernafasan

1. Hidung ( Nasal )

Hidung merupakan saluran udara yang pertama,

mempunyai dua lubang ( kavum nasi )dipisahkan oleh

sekat hidung (septum nasi). Didalam nya terdapat bulu-


23

bulu yang berguna menyaring udara , debu, dan kotoran

yang masuk ke dalam lubang hidung.

Bagian – bagian hidung terdiri atas :

1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit

2) Lapisan tengah terdiri dari otot otot dan tulang rawan

3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat

lipat dinamakan karang hidung (konka sanalis) yang

berjumlah 3 buah konka nasalis inferior ( karang hidung

bagian bawah) , konka nasalis media ( karang hidung

bagian tengah ), konka nasalis superior ( karang hidung

bagian bawah).

Konka-konka ini terdiri dari tiga buah lekukan yaitu superior,

meatusmedialis dan meatus inferior. Meatus meatus yang dilewati oleh udara

pernafasan , sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang

disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke

atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus-

sinus paranalis yaitu sinus maksilons ( pada rongga rahang atas ) , sinus frontalis

( pada rongga tulang dahi ) , sinus svenaidalis ( pada rongga tulang baji ), dan

sinus etmoidalis (pada rongga tepi).

Sinus etmoidalis keluar ujung saraf-saraf perciuman yang menuju ke

konka nasalis, Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel-sel tersebut

terutama terdapat dibagian atas .Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-
24

serabut saraf atau resptor-reseptor dari saraf penciuman disebut nevus

olfakterius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari la

ngit langit terdapat satu lubang pembukuh yang menghubungkan telinga

tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan air mata

disebut dengan tuba lakrinalis.(8)

Fungsi hidung terdiri dari:

1) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.

2) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu

hidung.

3) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.

4) Pembunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara

pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir

(mukosa) atau hidung.

2. Faring (Tekak)

Menurut syaifuddin (2006), faring merupakan tempat

persimpanganantara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat

dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebeah

depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke

atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan dengan

lobang yang bernama koana, terdepan berhubungan dengan rongga

mulut, tempat hubungan ini bernama istimus fausium, ke bawah

terdapat dua lubang kedepan lubang laring, kebelakang lubang


25

esophagus. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga

dibeberapa tempat terdapat polikel getah bening.Perkumpulan getah

bening ini dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat dua buah tonsil

kiri dan kanan dari tekak. Disebalah belakang terdapat epiglottis

(empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu

menelan makanan.

Rongga tekak dibagi kedalam 3 bagian, antara lain:

1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan konan disebut

nasofaring.

2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut

orofaring.

3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring

3. Laring

Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah yang

memisahkan dari kolumna fertebra, berjalan dari faring sampai

ketinggian fertebra servikalis.

Laring terdiri dari kepingantulang rawan yang di ikat bersama oleh

ligament dan membrane. Yang terbesar diantaranya ialah tulang

rawan tiroid, dan disebalah depannya terdapat benjolan subkutaneus

yang dikenal sebagai jaku, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri

atas dua lempeng atau lamina yang bersambung digaris tengah.Ditepi

atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak

dibawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengn mohornya


26

disebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang

berbentuk lingkaran lengkap).Tulang rawan lainnya adaah kedua

tulang rawan aritenoid yang menjulang di sebalah krikoid, kanan dan

kiri tulang rawan kuneifrom, dan tulang rawan kornikulata yang

sangat kecil.

Terkait dipuncak tulang rawan tiroid terdapat epiglottis, yang

merupakan tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu

menelan. Laring dilapisi sejenis selaput lendir yang sama dengan

yang di trakea, kecuali pita suaraan bagian epiglottis yang dilapisi

epithelium berlapis.

Pita suara terletak disebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan

tiriod disebelah depan sampai di kedua rawan artienoid. Dengan

gerakan dari tulang aritenoid yang ditimbulkan oleh otot laryngeal,

pita suara di tegakkan atau dikendurkan.Dengan demikian lebar sela-

sela antara pita-pita atau prima glotidis berubah-ubah sewaktu

bernafas dan berbicara.

Suara dihasilkan karena getaran pita yang di sebabkan udara yang

melalui glottis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan

suara, dan juga menutup lubang atau laring sewaktu menelan.(7)

4. Trakea (batang tenggorokan)

Trakea ( batang tenggorokan) kira-kira 9cm panjangnya. Trakea

berukuran dari laring sampai kira-kira ketinggian fertebratorakalis ke

5 dan di tempat ini bercabang menjadi 2 bronkus (bronki). Trakea


27

tersususn atas 16 sampai 20 lingkaran tak lengkap berupa cincin

tulang rawan yang di ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang

melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea, selain itu juga

memuat berupa jaringan otot. Trakea di lapisi selaput lendir yang

terdiri atas epithelium bersilia dan sel cangkir.Selia ini bergerak

menuju keatas kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan

butiran-butiran halus lainnya yang trurut masuk bersama dengan

pernafsan dapat dikeluarkan.Tulang rawan berfungsi mempertahankan

agar trakea tetap terbuka, karena itu, disebelah belakangnya tidak

tersambung, yaitu di tempat trakea menempel pada esophagus, yang

memisahkan dari tulang belakang.

Trakea servikalis yang berjalan melalui leher di silang melingkari

sisa-sisa trakea.Trakea torasika berjalan melintasi mediastinum, di

belakang stenum menyentuh arteri inominata dan arkus aorta.

Usofagus terletak di belakang trakea.(7)

5. Bronkus (cabang tenggorokan)

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat

pada ketinggian vertebratorakalis ke IV dan ke V mempunyai

struktur serupa dengan trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping kearah tampak paru-

paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri

dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang.Bronkus kiri lebih panjang


28

dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan

mempunyai 12 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang

paling kecil disebut bronkiolus ( bronkioli ). Pada bronkioli terdapat

gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli.(9)

6. Paru-paru

Paru-paru merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi

rongga dada. Paru-paru ada dua bagian terletak disebelah kanan dan

kiri yang dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah dab

struktur lain nya yang terletak didalam mediastrum. Paru-paru adalah

organ berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul

sedikit lebih tinggi daripada klavikula didalam dasar leher.Pangkal

paru-paru duduk diatas landau rongga toraks, diatas diagfragma.

Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga,

permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang

yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi

sebagian sisi depan jantung.(7)

7. Pembuluh darah dalam paru-paru

Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak

mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru ,

cabang-cabang nya menyentuh saluran-saluran bronchial,

bercabang dab bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus,


29

arteriol itu membelah-belah dan membentuk jaringan kapiler itu

menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.

Kapiler halus itu hanya memuat sedikit, maka praktis dapat

dikatakan sel-sel dan darah membuat baris tunggal. Aliran nya

bergerak lambat dan dipisahkan dari dua dalam alveoli hanya

oleh dua membrane yang sangat tipis, maka pertukaran gas

berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernafasan.

Kapiler bersatu dan bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah

lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonaris meninggalkan

setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri

jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.

Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronkialis

membawa darah berisi oksigeb langsung dari aorta toraksika ke

paru-paru guna member makan dan menghantarkan oksigen

kedalm jaringan paru0paru sendiri.Cabang akhir arteri-arteri ini

membentuk pleskus kapiletr yang tampak jelas dan terpisah dari

yang berbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi dari

beberapa kapiler ini akhirnya bersatu kedalam vena pulmonaris

dan darah nya kemudian dibawa masuk kedalam vena

pulmonaris.Sisa darah itu diantarka dari setiap paru-paru oleh

vena bronkialos dan ada yang dapat mencapai vena kava

superior. Maka dengan demikian paru-paru mempunyai

persediaan darah ganda.(7)


30

2.2.6 Fisiologi pernafasan

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan kardioksida. Pad

pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen

dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen

masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli,dan dapat

berhubungan erat dengan darah didalam kapiler pulmonaris.

Hanya satu membrane, yaitu membrane alveoli kapiler, yang

memisahkan oksigen dan darah.Oksigen menembus membrane ini dan

di pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawah

kejantung.Dari sini di pompa didalam arteri ke semua bagian

tubuh.Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100

mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.

Didalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil dibuang

metabolism, menembus membarane alveolar-kapiler dan kapiler darah

ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronchial dan trakea, dinafaskan

keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau

pernafasan eksterna:

1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara

dalam alveoli darah melalui paru-paru

2. Arus darah melalui paru-paru


31

3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga

dalam jumlah tempat dapat mencapai semua bagian tubuh

4. Dufusi gas menembus membrane pemisah alveoli dan kapiler,

CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian hingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat karbondioksida

dan oksigen. Pada waktu bergerak badan.Lebih banyak darah

dating ke paru-paru membawa terlalu banyak karbondioksida

dan terlampau sedikit oksigen, jumlah karbondioksida tidak

dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri

bertambah.Hal ini merangsang pusat dalam otak untuk

membesar untuk membesar kecepatan dan dalam nya

pernafasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan

karbondioksida dan mungut lebih banyak oksigen.(7)

2.2.7 Patofisologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme ( jamur, bakteri, virus ) dan sebagian kecil oleh

penyebab lain seperti hidrokarbon ( bensin, minyak tanah, dan

sejenisnya ). Awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah

( dropet ) itenfasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan

menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan


32

peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat

menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin

lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus

menjadi semakin sempit dab pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya

terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus

paru dan mengganggu sistem pertukaran gas diparu.

Tidak hanya meninfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat

menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini

dapat membuat flora normal usus menjadi agen pathogen sehingga

timbul masalah GI tract.

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme. Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme

pertahanan paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukan

adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat

berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat

melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi

dari bahanbahan yang ada di nasofaring dan asofaring serta perluasan

langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat

efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri dari susunan anatomis


33

rongga hidung, jaringan limfoid di nasofaring, bulu getar yang

meliputi sebagai besar epitel traktus respiratorius dan secret lain yang

dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. Reflek batuk, reflex epiglottis

yang mencegah terjadinya aspirasi secret yang terinfeksi .drainase

sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

Fagositosis, aksi limfosit dan respon imunohimoral terutama dari

IgA.Sekresi enzim-enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial

yang bekerja sebagai anti mikroba yang non spisifik.Bila pertahanan

tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas

sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan

jaringan sekitarnya. Setelan itu mikroorganisme tiba dialveoli

membentuk suatu proses peradangdangan yang meliputi empat

stadium, yaitu :

1. Stadium (4-12 jam pertama/kongesti)

Disebut hyperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan

yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi.Hal ini ditandai

dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kailer ditempat

infeksi.Hipermia ini terjadi akibat pelepasan mediator mediator

peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera

jaringan.Mediator-mediator tersebut mencangkup histamine dan

prostaglandin.Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur

komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamine dan

prostaglandin untuk melemaskan otot polos veskuler paru dan


34

peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema anatr kapiler dan

alveolus.Penimbunan cairan kapiler dan alveolus meningkatan jarak

yang harus di tempuh oleh oksigen dan karbon dioksida, sehingga

mempengaruhi perpindahan gas dalam darah dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel

darah merah , eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh prnjamu (host)

sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi

padat oleh Karena adanya penumpukan leukosit , eritrosit dan cairan,

sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,

pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal hingga

anakakan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,

yaitu selama 48 jam.

3. Stadium III (3-8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endepan

fibrin terakumulasi diseluruh daerah yang terkena cedera dan terjadi

fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai

diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
35

warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi

mengalami kongesti.

4. Stadium IV (7-11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan merada, sia sia sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi

oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke stukturnya semula.


36

2.2.8 Pathway
37

2.2.9Komplikasi

Pneumonia biasanya dapat di obati dengan baik tanpa menimbulkan

komplikasi. Bagaimanapun, komplikasi dapat terjadi pada beberapa

pasien terutama penderita yang termasuk ke dalam kelompok resiko

tinggi ( factor resiko):

1. Akumulasi cairan : cairan dapt menumpuk diantara pleura dan

bagian bawah dinding dada ( disebut efusi pleura ) dan dapat

pula terjadi empyema. Chest tube ( atau drainage secara bedah

) mungkin dibutuhkan untuk mengeluarkan cairan.

2. Abses : pengumpulan pus ( nanah) pada area yang terinfeksi

pneumonia disebut dengan abses. Biasanya membaik dengan

terapi antibiotic, namun meskipun jarang terkadang

membutuhkan tindakan bedah untuk membuangnya.

3. Bacteremia : Bacteremia muncul bila infeksi pneumonia

menyebar dari paru masuk ke peredaran darah. Ini merupakan

komplikasi yang serius karena infeksi dapat menyebar dengan

cepat melalui peredaran darahke organ-organ lain.

4. Kematian : Walaupun sebagian besar penderita dapat sembuh

dari pneumonia, pada beberapa kasus dapat menjadi fatal.

Kurang dari 3 % penderita yang dirawat dirumah sakit dan

kurang dari 1% penderita yang dirawat dirumah meninggal

dunia aleh pneumonia atau komplikasinya.


38

2.2.10 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan penderita pneumonia adalah

menghilangkan infeksi dan mencegah terjadiya komplikasi akibat

infeksi tersebut. Penatalaksanaan pneumonia didasarkan kepada

organisme apa yang menyebabkan pneumonia tersebut (disebut dengan

terapi empiric ). Kebanyakan penderita membaik dengan terai empiric

ini.

Kebanyakan dengan pasien ini ditatalaksanaan dirumah dengan

pemberian antibiotic-antibiotik oral.Penderita dengan faktor resiko

untuk menjadi lebih berat dari dapat ditatalaksaan dirumah

sakit.Monitoring dirumah sakit termasuk control termasuk dengan

frekuensi denyut jantung dan pernafasan, temperature, dan

oksigenisasi.Penderita yang dirawat dirumah sakit iasanya diberikan

antibiotic intravena dengan dosis dan pemberian yang

terkontrol.Lamanya hari perawatan dirumah sakit sangat bervariasi

tergantung bagaimana respon penderita terhadap pengobatan, apakah

dari penyakit penyerta?Sebelumnya, dan apakah ada masalah masalah

medis lainnya yang dapat memberat pneumonia yang

dideritanya.Beberapa penderita, termasuk penderita yang sebelumnya

menderita kerusakan paru atau penyakit paru berat lainnya. Penderita

dengan imunitas menurun, atau penderita dengan pneumonia yang

mengenai lebih dari 1 lobus ( disebut multilobar pneumonia ) ,dapat

lebih lambat untuk membaik atau mungkin membutuhkan perawatan


39

lebih lama dirumah sakit. Berbagai macam regimen antibiotic tersedia

untuk terapi pneumonia. Pemilihan antibiotic mana yang baik

digunakan bergantung pada banyak faktor, termasuk :

1. Penyakit peserta / sebelumnya

2. Terinfeksi dengan bakteri yang resisten antibiotic tertentu.

Penderita yang sebelumnya menggunanakan antibiotic untuk terapi

yang lebih tinggi untuk terinfeksi bakteri yang resisten antibiotic

tertentu.Untuk semua regimen antibiotic, penting untuk menggunakan

antibiotic tersebut sampai selesai dan sesuai dengan prosedur

penatalaksanaan.

Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan,

sehinggapemberian antibiotic diberikan secara empiric sesuai dengan

pola kuman tersaring yaitu streptococcus pneumonia dan H.

influenza.Bila keadaan pasien berat atau terdapat empyema, antibiotic

adalah golongan safalosporin.Antibiotic parenteral diberikan sampai

48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral

selama 7-10 hari.Bila didiga penyebab pneumonia adalah S.aureus,

kloksasilin dapat segera diberikan.Bila alergi terdapat penisilin dapat

diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan

untuk stafilokokus alah 3-4 minggu.


40

2.3DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

2.3.1 Kebutuhan oksigenasi

Reaksi pada peradangan broncus dan alveolus terjadi peningkatan produksi

secret, terjadi akumulasi secret pada saluran nafas, mengakibatkan

abstruksi jalan nafas, terjadi peningkatan frekuensi nafas akibat bersihan

jalan nafas tidak efektif. Sedangkan fibrosis jaringan paru mengakibatkan

terjadinya atelektatif, terjadinya gangguan pertukaran gas ( difusi

)sehingga suplay oksigen kejaringan menurun.

2.3.2 Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Respon tubuh terhadap proses inflamasi pada saluran pernafasan terjadi

peningkatan suhu tubuh ( hipertermis ), kehilangan cairan tubuh melalui

evaporasi meningkat, terjadi deficit volume cairan tubuh.

2.3.3 Kebutuhan Nutrisi

Respon gastrointestinal terhadap reaksi paradangan pada saluran terjadi

mual anoreksia, menyebabkan intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

sehingga terjadi ketidakseimbangan antara intake nutrisi dengan

peningkatan kebutuhan metabolism

2.3.4 Kebutuhan Aktifitas.

Perfusi jaringan menurun terjadi peningkatan metabolisme anaerob,

produksi ATP menurun, terjadi kelemahan fisik yang mengakibatkan

terjadi nya keterbatasan dalam beraktifitas.


41

2.3.5 Kebutuhan rasa aman

Kurang nya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan penyakit

merupakan faktor yang memicu timbulnya kecemasan pada keluarga.

2.3.6 Pertumbuhan dan perkembangan

Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan faktor penyebab

terjadinya penurunan status gizi, dan penurunan imunitas yang

mengakibatkan kalien menjadi rentan terhadap infeksi, sehingga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan

dan perkembangan anak.

2.4 Konsep Teori Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis

yang terorganisasi dan meliputi tiga aktifitas dasar yaitu: pertama

mengumpulkan data secara sistematis: kedua, memilah dan mengatur data

yang dikumpulkan: dan ketiga, mendokumentasikan data dalam format

yang dapat dibuka kembali.

Pengumpulan dan pengorganisasien data harus menggambarkan dua hal

sebagai berikut: pertama, status kesehatan pasien: kedua, kekuatan pasien

dan masalah yang dialami ( actual, resiko, atau potensial ).

2.4.2 Diagnose keperawatan

Diagnose keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah actual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi


42

dan menetukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan

atau mencegah masalah keperawatan klien yang ada pada tanggung

jawabnya.

2.4.3 Intervensi

Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan.

1) Menentukan prioritas masalah, berbagai cara dalam menentukan

masalah diantaranya sebagai berikut

2) Berdasarkan hierarki maslow, yaitu fisiologis, keamanan/

keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi

diri.

3) Berdasarkan Driffith-kenney Christensen dengan urutan : ancaman

kehidupan dan kesehatan , sumber daya dan dana yang tersedia

peran serta klien, prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.

4) Menentukan tujuan.

2.4.4 Impelementasi

Impelemantasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan.Tindakan perawatan mencangkup tindakan mandiri

(independen) dan tindakan kolaborasi.Aktivitas perawat yang didasarkan

pada kesimpulan atau keputusan bersama, seperti dokter dan petugas

kesehatan lain nya.


43

2.4.5 .Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari

hasilnya.Tujuan nta adalah untuk mengetahui sejau mana tujuan perawatan

dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan.Langkah-langkah evaluasi adalah sebai berikut.

1) Daftar tujuan-tujuan pasiem

2) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

3) Diskusikan dengan pasien apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

Jika tujuan tidak tercapai , maka perlu dikaji ulangletak

kesalahannya,kemudian catat apa yang ditemukan , serta apakah perlu

dilakukan perubahan intervensinya.(10)

2.5 Teori Asuhan Keperawatan

2.5.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan menganamnesa pasien dengan

menanyakan tentang

Pengumpulan data

1) Identitas

2) Biotata anak

3) Nama, umur, jenis kelamin, no medree, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, ruangan dan diagnosa medis.


44

4) Biodata orang tua ( penanggung jawab )

Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,

alamat, hubungan dengan anak

1. Riwayat kesehatan :

1. Keluhan utama

Menanyakan sebab atau alasan utama klien dengan datang ketempat

pelayanan kesehatan. Dalam hal ini menanyakan kepada kalien atau

penanggung jawab biasa nya keluhan utama yang disebutkan klien

atau keluarga klien

2. Riwayat kesehatan sekarang

Dikembangkan dari keluhan utama melalui PQRST :

P : Paliiative/provokatif yaitu faktor-faktor apa saja yang memperberat

atau memperingan keluhan utama

Q : Qualitatif/Quantitatif, yaitu berupa gangguan atau keluhan yang

dirasakan seberapa besar

R : Region/radiasi, yaitu dimana terjadi gangguan atau apakah keluhan

mengalami penyebaran.

S : Skala berupa tingkat atau keadaan sakit yang dirasakan

T : Timing yaitu waktu gangguan yang dirasakan apakah terus

menurus atau tidak.


45

3. Riwayat kesehatan keluarga

1) Struktur internal

Dikaji dengan menggunakan genogram, kaji mengenai

penyakit menular yang ada pada keluarga seperti influenza,

pneumonia, TBC, serta penyakit keturunan yang ada pada dalam

keluarga seperti asthma, kaji pula penyakit kronis yang ada dalam

keluarga.Kaji pula mengenai struktur keluarga klien. Fungsi

keluarga dalam pengenalan, pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah dalam keluarg terutama masalah kesehatan

2) Struktur eksternal

Dikaji menggunakan ecomap, mengenai budaya yang

meliputi Bahasa yang digunakan, latarbelakang, etnis dan lama

tinggal dilingkungan saat ini, kondisi lingkungan, kebiasaan

membersihkan rumah, letak geografis rumah, tetangga, komunitas,

keluarga besar dan perkembangan keluarga.

4. Pola aktivitas sehari-hari

Menanyakan kepada kalien atau keluargakebiasaan makan, minum,

eliminasi BAB/BAK, pemenuhan personal hygiene ( mandi, cuci

rambut, gosok gigi, gunting kuku ), pola istirahat tidur siang atau

malam dan aktivitas yang biasa dilakukan seperti berpakaian. Hal yang

perlu dikaji diantaranya : frekuensi, jenis, jumlah dan masalah/

hambatan-hambatan. Semua itu ditanyakan sebelum dan selama sakit,


46

tujuannya untuk mengidentifikasi masalah dan tindakan keperawatan,

bahkan bias di obsevasi langsung ketika klien berada dirumah sakit.

5. Pemeriksaan fisik

1) Penampilan umum

Amati penampilan umum pasien secara keseluruhan. Wajah tampak

toksik: mata berkilat dan mungkin kemerahan, kelopak mata cekung,

pucat dan flushing didaerah pipi.

2) Kesadaran

Klien dengan Bronkopneumonia biasanya ditandai dengan penurunan

kesadaran, disorientasi, bingung atau pada anak disertai :

1) Suhu : kemungkinan ada peningkatan

2) Puls : pasien biasa nya bradikardi

3) Respirasi : pasien dengan Bronkopneumonia dengan gangguan

pernafasan

4) Suhu : pasien yang mengalami Bronkopnemonia biasa nya

dengan suhu tubuh sekitar 38-39 0C

5) Berat badan dan tinggi badan :

meliputi berat badn dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudah

sakit
47

Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan di dokumentasikan secara

persistem yang meliputi (11)

1) Sistem pernafasan

Dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidak nya secret pada lubang

hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernafas, auskultasi bunyi nafas

apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi nafas, dilihat apakah ada polip

aktif atau tidak.

2) Sistem kardiovaskuler

Kaji terjadi nya peningakatan denyut nadi, tekanan darah, tetapi keadaan

tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakan individu, periksa capillary

reffil time.

< 3 detik, dan melihat tanda sianosis pada bibir, jari tangan dan jari kaki.

3) Sistem pencernaan

Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui gerakan

peristaltic usus.

4) Sistem persarafan

Sistem neurosensory yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial,

fungsi sensori, serta fungsi reflex.

5) Sistem indra

Pada sistem indra kemungkinan tidak ada gangguan tergantung dari luka.
48

6) Sistem musculoskeletal

Kaji rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak persendian

tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidak

nyamanan atau nyeri yang dikatakan klien waktu bergerak, observasi

adanya luka, adanya kelemahan dan penurunan toleransi terhadap

aktivitas.

7) Sistem integument

Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan fungsi

perabaan, kaji keadaan luka.

8) Sistem endokrin

Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada

kelenjar getah bening, adanya riwayat alergi atau tidak.

9) Sistem perkemihan

Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan benjolan

didaerah vesika urinaria

6) Pola aktivitas

Pada klien dengan keluhan Bronkopneunia biasa nya aktivitas sehari-hari

nya terganggu begitu juga dengan status personal hygiene akan

mengalami perubahan sehingga personal hygiene klien dibantu oleh

keluarga atau perawat diruangan.


49

7) Data penunjang

Data penunjang adalah sebagai berikut:(12)

1. Data psikologi

Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaan oleh

perawat.

2. Data social

Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik

dirumah atau dirumah sakit.Biasa nya ada perubahan tingkah laku

karena merasakan suhu tubuh meningkat yang dirasakan klien.

3. Data spiritual

Hal yang perlu di kaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama

sakit.Perlu pula dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya di

hubungkan dengan agama yang di anut klien dan bagaimana persepsi

klien tentang penyakit nya.Aktivitas ibadah klien biasanya

terganggu.

4. Data ekonomi

Data ekonomi klien tergantung pada setiap individu.

8) Pemeriksaan penunjang/ laboratorium

1. Uji widal

2. Urin rutin

3. Kultur
50

9) Analisa data

Analisa data terdiri dari problem dan etiologi, atau problem, etiologi dan

symptom yang dikelompokan lalu tentukan masalah keperawatannya (

berdasarkan dukungan data yang ada ). Data dikelompokan kedalam data

subjektif dan objektif.

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan

data tersebut dengan konsep, teori dan prinsif yang relavan untuk

membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan klien ( Nikmatur dan saiful, 2010 )

2.5.2 Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi

sputum

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler

4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual

muntah.
51

2.5.3 Intervensi

2.1 Tabel Intervensi Keperawatan

Tujuan Intervensi
No Diagnosa Rasional
(NOC) (NIC)
1. Ketidak Setelah dilakukan NIC 1. menunjukan
efektifan tindakan Airway management keberhasilan
bersihan jalan keperawatan 1. Mengidentifikasi pasien dakan
nafas b.d. selama 3 × 24 jam bila terjadi kegawatan keperawatan
peningkatan diharapkan nafas untuk dilakukan 2. Penyebab jalan
produksi bersihan jalan intervensi bila gagal nafas nafas tidak
sputum nafas efektif, 2. Mengidentifikasi ibu efektis adalah
dengan kriteria untuk memberikan asi peradangan pda
hasil: dengan posisi setengah bronkus
Menunjukkan duduk menyebabkan
jalan nafas yang 3. Mengajarkan kepda ibu inflamasi dan
paten. untuk teknik perkusi dan mengakibatkan
1. Tidak ada suara fibrasi udem
tambahan. 4. Auskultasi suara nafas, 3. posisi semi
2. TTV dalam catat adanya suara nafas fowler
batas normal. tambahan mempermudah
5. Berikan O2 nasal kanul pasien bernafas
6. Posisikan klien dalam 4. merangsang
posisi yang nyaman (semi gerakan mekanik
fowler) lewat fibrasi
7. Atur intake untuk cairan dinding dada
mengoptimalkan supaya spuntum
keseimbangan mudah bergerak
8. Monitor respirasi dan keluar
status O2 5. meningkatkan
hidrasi spuntum
air hangat
mengurangi
52

tingkat
kekentalan dahak
sehingga mudah
dikeluarkan
6. memudahkan
pengenceran dan
pembuangan
secret. Dengan
cepat
7. antibiotic
mempunyai
aktifitas untuk
membunuh
bakteri
2. Nutrisi kurang Setelah dilakukan NIC 1. bunyi usus
dari kebutihan tindakan Airway dan TTV mungkin
tubuh keperawatan 1. Mengidentifikasikan menurun atau
selama 3 × 24 jam faktor yang menyebabkan tidak apabila
diharapkan mual dan muntah proses infeksi
bersihan jalan misalnya sputm banyak berat atau
nafas efektif, mengobatan airroson memanjang
dengan kriteria 2. Jadwalkan pengobatan 2. tindakan ini
hasil: pernafasan sedikitnya 1 dapat
1. jam sebelum makan meningkatkan
Menunjuk 3. Aukultasisuara bising masukan
kan jalan nafas usus meskipun nafsu
yang paten. 4. Ajarkan pada orang tua makan mungkin
2. Tidak ada untuk memberikan makan lambat untuk
suara tambahan. sedikit tapi sering kembali
3. TTV 5. Kolaborasi dengan ahli 3. untuk
dalam batas gizi untuk memberian meningkatkan
normal. nutrisi nafsu makan
Setelah dilakukan klien1. sputum
53

tindakan akan merangsang


keperawatan nerfus fagus
selama 3× 24 jam sehingga
diharapkan pola berakibat mual,
nafas efektif. dismne dapat
Dengan kriteria merangsang pusat
hasil: pengaturan
1. Menunjukkan makan dimedula
suara nafas yang oblongata
bersih. 4. menurunkan
2. TTV dalam efek mual yang
batas normal. berhungan
3. Menunjukkan dengan
jalan nafas yang pengobatan
paten.
3. Gangguan Setelah dilakukan NIC 1.Distres
pertukaran gas tindakan Airway management pernafasan yang
b.d. perubahan keperawatan 1. Posisikan pasien untuk dibuktikan
membran selama 3× 24 jam memaksimalkan ventilasi dengan dipsnea
alveolar diharapkan tidak 2. Identifikasi pasien dan takipnea
kapiler adanya gangguan perlunya pemasangan alat sebagai indikasi
pertukaran gas. nafas buatan penurunan
Dengan kriteria 3. Lakukan fisioterapi kemampuan
hasil: dada bila perlu menyediakan
1. TTV dalam 4. Auskultasi suara nafas, oksigen bagi
batas normal. catat adanya suara nafas jaringan
2. Menunjukkan tambahan 2. sianois kuku
peningkatan 5. Atur intake untuk cairan menunjukan
ventilasi dan menoptimalkan pasokontreksi
oksigenasi yang keseimbangan 3. gelisah mudah
adekuat. 6. Monitor respirasi dan terangsang
3. Menunjukan status O2. bingung dan
tidak ada suara somnolen sebagai
54

nafas tambahan. RESPIRATORY petunjuk


MONITORING hipoksemia atau
1. Monitor rata-rata penurunan
kedalaman irama dan oksigenasi
respirasi serebral
2. Catat pergerakan 4. takikardia
dada, amati kesimetrisan, biasa nya ada
penggunaan otot sebagai akibat
tambahan, retraksi otot, demam atau
3. Monitor suara dehidrasi tetapi
nafas seperti dengkur dapat sebagai
4. Monitor respon terhadap
kelemahan otot hipoksemia
diagfragma (gerakan 5. untuk
paradoksis) meningkatkan
5. Aukultasi suara inspirasi
nafas . catat area maksimal
penurunanan atau tidak 6. gangguan
adanya ventilasi dan suara pertukaran gas
tambahan dapat disebabkan
6. Tentukan adanya secret
kebutuhan mengauskultasi yang
cakles dan ronchi pada menghalangi
jalan nafas utama jalan nafas
7. Aukultasi suara sehingga udara
paru setelah tindakan masuk dan keluar
untuk mengetahui hasilnya tidak efektif
7. pengeluaran
secret dapat
memperbaiki
ventilasi
4. Intoleransi Setelah dilakukan NIC: 1. menentukan
aktivitas b.d. tindakan Activity therapy kemampuan
55

kelemahan keperawatan 1. Bantu klien untuk kebutuhan pasien


selama 3× 24 jam mengidentifikasi aktivitas dan memudahkan
diharapka klien yang mampu dilakukan pilihan intervensi
dapat melakukan 2. Monitor aktivitas 2. menurunkan
aktifitas secara klien kebutuhan
mandiri. Dengan 3. Monitor respon metabolic,
kriteria hasil: fisik, emosi, social, dan menghemat
1. Mampu spiritual energy dan
melakukan 4. Anjurkan keluarga penyembuhan
aktivitas secara klien untuk selalu didekat
mandiri. klien
2. TTV 5. Ajarkan klien
dalam batas untuk melakukan aktivitas
normal. yang ringan terlebih
3. Mampu dahulu
berpindah: 6. Kolaborasikan
dengan atau tanpa dengan tenaga rehbilitasi
alat bantuan. medik dalam
4. Status merencanakan program
sirkulasi baik. terapi yang tepat
5. Status 7. Bantu untuk
respirasi: memilih aktivitas
pertukaran gas konsisten yang sesuai
dan ventialsi dengan kemampuan fisik,
adekuat. psikologi, dan social
8. Bantu untuk
mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
9. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
10. Bantu klien untuk
56

membuat jadwal latihan


diwaktu luang
11. Bantu pasien/
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
aktivitas
12. Bantu pasien
untuk mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
5. Ketidakseimba Setelah dilakukan NIC 1. Pilihan
ngan nutrisi tindakan Nutrition management intervensi
kurang dari keperawatan 3×24 1. Kaji adanya alergi tergantung pada
kebutuhan jam diharapkan makanan penyebab
tubuh b.d. kebutuhan nutrisi 2. Anjurkan klien untuk masalah.
mual muntah dapat terpenuhi. meningkatkan intake Fe 2. tadanya
Dengan kriteria 3. Anjurkan klien untuk kondisi kronis
hasil: meningkatkan protein dan dapat
1. Adanya vitamin C menimbulkan
peningkatan berat 4. Yakinkan diet yang malnutrisi,
badan dimakan mengandung rendahnya
2. Tidak ada serat yang tinggi untuk tahanan terhadap
tanda-tanda mencegah konstipasi infeksi.
malnutrisi 5. Berikan informasi 3. peran ibu
3. Tidak terjadi tentang kebutuhan nutrisi sangat penting
penurunan berat 6. Kolaborasi dengan tim untuk proses
badan yang ahli gizi dalam kesembuhan
berarti menentukan diet klien anak.
4. Menunjukan 7. Berikan substansi gula
peningkatan 8. Berikan makanan yang
fungsipengecapan terpilih ( sudah
dari menelan dikonsultasikan dengan
57

5. Mampu ahli gizi )


mengidentifikasi 9. Ajarkan pasien
kebutuhan nutrisi bagaimana membuat
6. Berat badan catatan makanan harian
ideal dengan 10. Monitor jumlah nutrisi
tinggi badan dan kandungan kalori
11. Kaji kemampuan psien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
NUTRITION
MONITORING
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan BB
3. Monitor aktivitas klien
4. Monitor mual dan
muntah
5. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan pada
konjungtiva
6. Monitor interaksi pasien
selama makan
7. Monitor lingkungan
selama makan
8. Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi
9. Monitor turrgor kulit
10. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
11. Jadwalkan pengobatan
58

dan tindakan tidak selama


jam makan
12. Monitor kadar
albumin, total protein, Hb,
dab kadar Ht
13. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi.
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral.

2.5.4 Implementasi

Inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tindakankeperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik, dimana

tahapan implementasi dimulai setelah rencana tindakan keperawatan

disusun untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan .

2.5.5 Evaluasi

Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan dan pelaksanaan nya

sudah berhasil dicapai.


59

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN KLIEN

1. Identitas klien

Nama : An.N

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : 06 juni 2018

Umur : 8 bln 15 hari

Anak ke :1

Nama ayah : Tn.A

Nama ibu : Ny.I

Agama : Islam

Suku / bangsa : Sunda

Tanggal masuk RS : 20-02-2018

Tanggal pengkajian : 20-02-2018

Waktu pengkajian : Pkl. 19.30 WIB

Diagnose medis : Bronkopneumonia

2. Riwayat kesehatan klien

a. Keluhan utama

Ibu klien mengatakan anaknya sesak nafas, makan suka

tersedak karena adanya dahak.


60

b. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan anak nya sesak apabila tidur

berbaring, ibu klien mengatakan sesaknya seperti ditimpa

benda berat, ibu klien mengatakan sesak nya dibagian dada,

ibu klien mengatakan sesak nya kira-kira skala nyeri nya 3 (

skala borg 1-5 ) , ibu klien juga mengatakan sesak nya

sering.

c. Riwayat penyakit dahulu

Ibu klien mengatakan sebelum nya klien belum pernah

mengalami seperti ini, dan pertama kali klien dirawat

dirumah sakit

d. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan dikeluarga nya ada yang mengalami

penyakit seperti ini yaitu nenek nya, tapi menurut keluarga

nya kontak TB disangkal


61

e. Genogram

Bagan 3.1 Genogram

Keterangan :

: : Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

……... : Tinggal serumah

3. Riwayat kehamilan

a. Pre natal
62

Selama hamil ibu klien tidak mengalami gangguan kehamilan

yang serius hanya mual muntah yang biasa pada awal kehamilan

dan pada trimester pertama kebutuhan nutrisi ibu cukup

terpenuhi dan mendapat imunisasi TT.

b. Natal

Ibu klien mengatakan saat melahirkan klien usia kehamilan ibu

9 bulan lahir normal dengan berat badan 3,9 pada jam 17.45

WIB , menangis kencang, warna kulit merah dan bergerak aktif.

c. Post natal

Ibu klien mengatakan setelah melahirkan, klien diberikan

imunisasi yang sesuai tetapi setiap sehabis diberikan imunisasi

suhu tubuh klien meningkat.

4. Riwayat tumbang

Ibu klien mengatakan anak nya tumbuh dengan berat badan

sekarang 7,4 kg

a. Imunisasi

Ibu klien mengataka anak nya diberi imunisasi yaitu : polio 1

umur 2 bulan, polio II umur 4 bulan, polio III umur 6 bulan,

BCG umur 3 bulan, DPT (1 umur bulan, II umur 4 bulan III

umur 6 bulan).

b. Status gizi

BB : 7,4 kg

TB : 67,5 cm
63

5. Kebutuhan Dasar Khusus

3.1 Tabel Kebutuhan Dasar Khusus

No. Kebutuhan dasar Di rumah Di rumah sakit


1. Pola nutrisi
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Nafsu makan Baik Menurun
Jenis Bubur Bubur
Porsi 1 Porsi 2/3 sendok

2. Pola eliminasi
1. BAK
Frekuensi 8x / hari 7x/ hari
Warna Kuning Kuning
Keluhan Tidak ada Tidak ada

2. BAB
Warna Kuning Tidak ada
kecoklatan
Bau Khas Tidak ada
Konsitensi Lembek Tidak ada
Frekuensi 3x/ hari Belum BAB
Tidak ada
Keluhan Tidak ada
3. Pola Personal
hygine
1. Mandi
Frekuensi 2x sehari 2x sehari
Waktu Pagi, sore Pagi, sore diLAP
64

2. Oral Tidak ada


Frekuensi 2x sehari Tidak ada
Waktu Pagi, sore
4. Pola istirahat dan
tidur
a. Lama tidur 5-6 jam/ hari 4-5 jam/ hari
Bermain Bermain
b.kebiasaan
sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
c. keluhan
c.
5. Pola aktifitas
a. Kegiatan dalam Dibantu Dibantu
sehari-hari
b. Kegiatan waktu Bermain Bermain
luang
c. keluhan Tidak ada Terpasang infus
ditangan kanan

6. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

1. Kesadaran : Compos mentis

2. E : 4 V: 5 M : 6 ( GCS : 15 )

3. BB : 7,4 kg

4. TB : 67,5 cm

5. LILA : 13,5 cm

6. Lingkar kepala : 45 cm

7. TTV :
65

Nadi : 120x/ menit

Suhu : 36,6˚C

RR : 40x/ menit

b. Head to toe

1) Kepala

Bentuk kepala normal, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak

ada pembengkakan, kulit kepala bersih, warna rambut

kecoklatan, dan tidak ada nyeri tekan pada kepala.

2) Mata

Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri, sklera berwarna

putih, konjungtiva an anemis, pupil isoler, pergerakan bola

mata mengikuti arah benda, tidak ada luka.

3) Hidung

Terdapat cuping hidung, tidak terpasang NGT, terpasang nasal

canul 2L/ menit.

4) Telinga

Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak ada

serumen, tidak ada infeksi atau peradangan pada telinga dan

fungsi pendengaran baik.

5) Mulut

Bibir berwarna merah muda, warna gigi putih, gigi belum

lengkap, tidak ada pembengkakan pada gusi, warna gusi merah

muda, lidah bersih tidak ada stomatitis.


66

6) Leher

Tidak ada benjolan atau pembesaran tyroid, reflek menelan

spontan, vena jugularis teraba.

7) Dada

Terdapat retraksi dada, bunyi ronchi positif suara hipersonor

8) Abdomen

Bentuk simetris kuadran kanan kiri tidak ada kelainan.

9) a. Ekstermitas atas

Tangan kiri dapat bergerak bebas, sedangkan tangan kanan

terpasang infus Ka Ca 1B, jari- jari kedua tangan lengkap,

kuku bersih dan tidak ada tanda-tanda sinusitis.

b. Ekstermitas bawah

Jumlah jari kanan dan kiri lengkap 10, panjang kedua kaki

sama dan simetris, kuku bersih, tidak ada edema.

10) Genetalia

Jenis kelamin perempuan, tidak ada luka.


67

11) Pemeriksaan Penunjang

3.2 Tabel Pemeriksaan penunjang

Data Hasil Nilai Satuan Keterangan


pemeriksaan rujukan
Hemoglobin 8,8low 10.5- 9/dL
12.9
Lekosit 7550 6000- /uL
17500
Trombosit 379 150- 10̂3/uL
4v00
lo w
Eritrosit 3.47 3,6-5,2 10̂6/uL
Hemalokrit 26.8 37-54 %
MCV 77,2 70-86 Mikro
m3
MCH 25,4 21-33 P9
MCHC 33,0 28-32 9/dL
RDWCH 15,4 11-16 %

12) Therapy Medis

3.3 Tabel Therapi Medis

No Terapi Jenis Waktu Dosis


1. Infus Ka Cn 1B
2. Cefotaxime Intravena 10.00 2x 250
mg
3. Dexamethason Intravena 10.00 2x 2,5 mg
4. Ranitidin Intravena 10.00 2x 10 mg
5. Fentolin Nebulizer 3x ½
respul + NacL
68

3%. 3ce. (1/2


jam setelah nebu
tidak boleh
makan )

13) Analisa Data

3.4 Tabel Analisa data

No Data Etiologi Problem


1. DS : Bersihan jalan
- Ibu klien mengatakan Kuman berlebihan di nafas tidak
anaknya sesak nafas, bronkus efektif
makan suka tersedak ↓
karena adanya dahak. Proses peradangan
DO : ↓
- Klien terdengar suara Akumulasi secret dibronkus
nafas ronchi ↓
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. Ds : Kuman berlebihan di Nutrisi kurang
- Ibu klien mengatakan bronkus dari kebutuhan
anak nya nafsu makan ↓ tubuh
menurun biasa nya 1 Proses peradangan
porsi nasi 2 sendok ↓
yang msuk karena Akumulasi secret di bronkus
tersendak adanya ↓
dahak. Mukus bronkus meningkat
Do : ↓
- Klien terlihat nafsu Bau mulut tidak sedap
makan menurun ↓
karena terganggu Anoreksia
adanya secret Intake menurun
69


Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Ds : Infeksi saluran napas bawah Intoleransi
- Ibu klien mengatakan ↓ aktivitas
klien selama sakit Peradangan
selalu ingin di ↓
gendong Peningkatan suhu tubuh
Do : ↓
- Klien tampak gelisah Hipertermi
kalo ditidurkan ↓
berbaring Suplai O2 dalam darah
menurun

Hipoksia

Fatique

Intoleransi aktivitas

14) Diagnose keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intoleransi aktivitas
70

15) Intervensi

3.5 Tabel Intervensi

No. Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


1. Ketidakefe Setelah NIC 1. menunjukan
ktifan dilakukan Airway management keberhasilan dakan
bersihan tindakan 1. Mengidentifika keperawatan
jalan nafas keperawatan si pasien bila 2. tinpenyebab jalan
berhubunga selama 3x24 terjadi nafas tidak efektis
n dengan jam, diharapkan kegawatan adalah peradangan pda
peningkata bersihan jalan nafas untuk bronkus menyebabkan
n sputum nafas efektif dilakukan inflamasi dan
KH : intervensi bila mengakibatkan udem
1. menunjukkan gagal nafas 3. posisi semi fowler
jalan nafas yang 2. Mengidentifika mempermudah pasien
paten si ibu untuk bernafas
2. tidak ada memberikan asi 4. merangsang gerakan
suara tambahan dengan posisi mekanik lewat fibrasi
3. tandan-tanda setengah duduk dinding dada supaya
vital dalam 3. Mengajarkan spuntum mudah
batas normal kepda ibu untuk bergerak keluar
teknik perkusi 5. meningkatkan hidrasi
dan fibrasi spuntum air hangat
4. Auskultasi mengurangi tingkat
suara nafas, kekentalan dahak
catat adanya sehingga mudah
suara nafas dikeluarkan
tambahan 6. Memudahkan
5. Berikan O2 pengenceran dan
nasal kanul pembuangan secret.
6. Posisikan klien Dengan cepat
dalam posisi 7. antibiotic mempunyai
yang nyaman aktifitas untuk
71

(semi fowler) membunuh bakteri


7. Atur intake g
untuk cairan
mengoptimalka
n keseimbangan
8. Monitor
respirasi dan
status O2.

2. Nutrisi Setelah NIC 1. bunyi usus mungkin


kurang dari dilakukan Airway dan TTV menurun atau tidak
kebutuhan tindakan 1. Mengidentifik apabila proses infeksi
tubuh keperawatan asikan faktor berat atau memanjang
selama 3x24 yang 2. tindakan ini dapat
jam , diharapkan menyebabkan meningkatkan masukan
kebutuhan mual dan meskipun nafsu makan
nutrisi terpenuhi muntah mungkin lambat untuk
KH : misalnya kembali
1. sputm banyak 3. untuk meningkatkan
mengobatan 16)nafsu makan klien1.
airroson sputum akan
2. Jadwalkan merangsang nerfus
pengobatan fagus sehingga berakibat
pernafasan mual, dismne dapat
sedikitnya 1 merangsang pusat
jam sebelum pengaturan makan
makan dimedula oblongata
3. Aukultasisuar 4. menurunkan efek
a bising usus mual yang berhungan
4. Ajarkan pada dengan pengobatan
orang tua
untuk
memberikan
72

makan sedikit
tapi sering
5. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
memberian
nutrisi
3. Interansi Setelah NIC: 1. menentukan
aktivitas dilakukan Activity therapy kemampuan kebutuhan
b.d tindakan 1.Bantu klien pasien dan memudahkan
kelemahan keperawatan untuk pilihan intervensi
selama 3× 24 mengidentifikas 2. menurunkan
jam diharapka i aktivitas yang kebutuhan metabolic,
klien dapat mampu menghemat energy dan
melakukan dilakukan penyembuhan
aktifitas secara 2.Monitor
mandiri. Dengan aktivitas klien
kriteria hasil: 3.Monitor
1.Mampu respon fisik,
melakukan emosi, social,
aktivitas secara dan spiritual
mandiri. 4.Anjurkan
2.TTV dalam keluarga klien
batas normal. untuk selalu
3.Mampu didekat klien
berpindah: 5.Ajarkan klien
dengan atau untuk
tanpa alat melakukan
bantuan. aktivitas yang
4.Status ringan terlebih
sirkulasi baik. dahulu
5.Status 6.Kolaborasikan
respirasi: dengan tenaga
73

pertukaran gas rehbilitasi


dan ventialsi medik dalam
adekuat. merencanakan
program terapi
yang tepat
7.Bantu untuk
memilih
aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan
fisik, psikologi,
dan social
8.Bantu untuk
mendapatkan
alat bantuan
aktivitas seperti
kursi roda, krek
9.Bantu untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
disukai
10.Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
11.Bantu
pasien/ keluarga
untuk
mengidentifikas
i kekurangan
vdalam aktivitas
12.Bantu pasien
74

untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan

17) Implementasi

3.6 Tabel Implementasi

Tanggal /
No.DX Implementasi Respon Paraf
waktu
20 Februari DX 1 1. Menobservasi TTV 1. klien bersedia
2019 2. Memberikan obat diobservasi dengan
injeksi cefotaxzime hasil
250mg, N: 120x/m
dexamethasonve S: 36,6 C
2,5mg. ranitidine R: 40x/m
10mg 2. klien mau
3. Melakukan diberikan obat
nebulizer 3. klien menangis
4. Melakukan 4.klien tampak rewel
fisioterapi dada

DX.2 1. Mengkaji tingkat 1. klien merespon


nutrisi klien dengan baik
2. Memberikan makan 2. klien mau makan
klien sedikit tapi walaupun
sering menghabiskan 1-2
sendok
DX.3 1. memandikan klien 1. klien tampak
75

dengan waslap dan bersih setelah


membereskan tempat dimandikan
tidur 2. klien tampak
2. memberikan oksigen tenang saat diberikan
dengan nasal canul oksigen
R : 40x/ menit
Suara nafas ronchi
1

Hari ke-2

Tanggal/
No.Dx Implementasi Respon Paraf
waktu
21-02- 1 1. Mengobservasikan 1. klien bersedia
2019 TTV diobservasi dengan hasil
2. Memberikan obat N: 100x/m
injeksi cefotaxzime S: 36,4C
250mg, R: 30x/m
dexamethasone 2. klien mau diberikan obat
2,5mg, ranitidine 3. klien menangis
10mg 4. klien mulai tampak
3. Melakukan nyaman
nebulizer
4. Melakukan
fisioterapi dada
2 1. mengkaji tingkat 1. klien merespon dengan
nutrisi klien baik
2. meberikan makan 2. klien mau makan
klien sedikit tapi walaupun 1-2 sendok
sering
3 1. memandikan klien 1. klien tampak bersih
dengan waslap dan setelah dimandikan
membereskan tempat 2. klien tampak tenang saat
tidur diberikan oksigen
76

2.memberikan oksigen R : 30x/ menit


dengan nasal canul Suara nafas ronchi

Hari ke-3

Tanggal/
No.Dx Implementasi Respon Paraf
waktu
22-02- 1 1. Mengobservasikan 1. klien bersedia
2019 TTV diobservasi dengan hasil
2. Memberikan obat N: 98x/m
injeksi cefotaxzime S: 36,0C
250mg, R: 25x/m
dexamethasone 2. klien mau diberikan
2,5mg, ranitidine obat
10mg 3. klien menangis
3. Melakukan nebulizer 4. klien tampak tenang
4. Melakukan fisioterapi
dada
2 1. mengkaji tingkat nutrisi 1. klien merespon
klien dengan baik
2. meberikan makan klien 2. klien mau makan
sedikit tapi sering walaupun 1-2 sendok
3 1. memandikan klien 1. klien tampak bersih
dengan waslap dan setelah dimandikan
membereskan tempat 2. klien tampak tenang
tidur saat diberikan oksigen
2.memberikan oksigen R : 25x/ menit
dengan nasal canul
77

18). Evaluasi

3.7 TabelEvaluasi

No Tanggal Evaluasi Paraf


1. 20 Subjektif :
februari - Ibu klien mengatakan anak nya sesak
2019 nafas, kondisi klien tampak bersih dan
nyaman
- Ibu klien mengatakan anak nya napsu
makan menurun karena setiap makan
tersendak adanya dahak
- Ibu klien mengatakan anak nya suka
tersendak karena ada nya dahak.

Objektif :
- TTV
R : 0x/ menit
N : 100x/ menit
S : 36,6˚C
- Klien terlihat memakai O2 dengan
nasal canul 2L/menit
- Keadaan umum klien terlihat sesak
- Klien terlihat napsu makan menurun
karena terganggu adanya secret
- Klien terdengar suara nafas ronchi
Analisis : masalah belum teratasi
Plening : intervensi dilanjutkan
2. 21 Subjektif :
78

februari - Ibu klien mengatakan anak nya masih


2019 sesak, klien tampak bersih dan nyaman
- Ibu klien mengatakan anak nya mau
makan tapi hanya 2 sendok
- Ibu klien mengatakan anak nya masih
suka tersendak
Objektif :
- TTV :
R : 30x/ menit
N : 110x/ menit
S : 36,4˚C
- Kien terlihat masih memakai nasal
Canul
- Klien sudah mau makan
- Klien masih sedikit terdengar suara
ronchi
Analisis : masalah teratasi sebagian
Plening : intervensi dianjutkan
3. 22 Subjektif :
februari - Ibu klien mengatakan anak nya sudah
2019 tidak sesak, klien tampak bersih dan
nyaman
- Ibu klien mengatakan anaknyasudah
mau makan
- Ibu kien mengatakan anak nya sudah
tidak tersendak saat makan
Objektif :
- TTV
R : 25x/ menit
N :98x/ menit
S : 36,0˚C
- Klien terihat sudah tidak memakai asal
canul
79

- Klien terihat sudah mau makan


- Klien sudah tidak ada suara ronchi
Analisis : masalah teratasi
Plening : intervensi dihentikan pasien pulang
80

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada Tahap ini akan di bahas masalah yang di temukan selama melakukan

asuhan keperawatan pada klien An.N di ruang kemuning RSUD GUNUNG

JATI CIREBON, yang dilaksanakan dari tanggal 20 februari 2019-22 februari

2019. Adapun masalah tersebut berupa faktor pendukung, faktor kendala,

kesesuaian dengan teori, kesenjangan antara praktek dengan teori, berikut

penyelesaian masalah.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada An.N dengan

Bronkopneumonia yang di mulai dari tahap pengkajian, prioritas masalah,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Penulis menemukan beberapa hal baik

yang menunjang maupun yang menghambat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan. Berdasarkan teori yang di ketahui dan di kaitkan dengan

kenyataan yang ada di temukan permasalahan atau hambatan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan yaitu sebagai berikut :

4.1 Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dari proses keperawatan,dalam tahap ini

menggunakan suatu proses pendekatan untuk mengumpulkan data dari klien

dan keluarga serta catatan perawatan, baik berupa data subjektif maupun data

objektif yang kemudian dianalisis sampai ditegakkan prioritas masalah.


81

Dalam pelaksanaan di ruang perawatan penulis tidak menemukan masalah

pada saat melakukan pengumpulan data data, hal ini dikarenakan penulis telah

mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk

melaksanakan asuhan keperawatan pada An.N dan keluarga An.N bisa diajak

kerjasama (kooperatif) dengan memberikan semua data yang diperlukan,

adanya kolaborasi yang baik antara penulis dengan anggota tim kesehatan

lainnya serta ditunjang pula oleh tersedianya literatur yang memadai.

4.2 Prioritas masalah

Tahap yang selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah yang

diawali dengan melakukan analisa data, pengelompokan data dan akhirnya

menemukan permasalahan yang dihadapi oleh klien.

Dalam menentukan prioritas masalah penulis tidak menemukan kesulitan

karena data-data yang diperoleh dari keluarga An.N baik data subjektif maupun

data objektif sangat mendukung terhadap penentuan prioritas masalah.

Prioritas masalah yang ditemukan pada klien dengan Bronkopneumonia pada

saat pengkajian dilapangan sudah sesuai dengan teori yang ada.Tindakan yang

dilakukan penulis dalam menentukan prioritas masalah tersebut yaitu mencoba

mengangkat masalah kesehatan tersebut dan memberikan asuhan keperawatan

pada An.N.

4.3 Perencanaan

Secara teoritis perencanaan perawatan adalah penentuan apa yang akan

dilakukan untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya


82

dan mengatasi masalah keperawatan yang telah ditemukan dengan langkah-

langkah penentuan prioritas masalah, perumusan tujuan dan penentuan

tindakan keperawatan.

Dalam menyusun rencana tindakan agar tercapainya asuhan keperawatan

yang diinginkan, penulis berusaha untuk memenuhi kebutuhan klien

berdasarkan prioritas utama.Pembuatan perencanaan disesuaikan dengan

prioritas kebutuhan klien yang berdasarkan pada kebutuhan manusia menurut

Abraham Maslow.

4.4 Pelaksanaan

Tahap implementasi adalah tahap dimana penulis menerapkan semua

rencana tindakan dengan nyata berdasarkan intervensi yang telah ditetapkan

sesuai prioritas masalah.Hal – hal yang mendukung dalam pelaksanaan ini

adalah klien dan keluarga bisa diajak kerjasama dan dapat mendukung setiap

perencanaan yang telah ditentukan.

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan pada dasarnya tidak ditemukan

perbedaan atau kesenjangan, atau dengan kata lain adanya kesesuaian antara

pelaksanaan dengan teori. Sehingga dalam pelaksanaan ini tidak ditemukan

masalah atau hambatan yang berarti, karena semuanya dapat diatasi oleh

penulis.

4.5 Evaluasi

Secara teoritis evaluasi adalah suatu perbandingan yang sistematis antara

status kesehatan klien setelah diberikan tindakan pelayanan keperawatan.Di


83

dalam pelaksanaan di ruang perawatan tidak ditemukan masalah ataupun

kesenjangan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan perawatan yang dilakukan

secara sistematis dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan

ditunjang pula oleh adanya kerjasama yang baik dengan klien dan keluarga

serta anggota tim kesehatan lain.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan di lapangan di dapat hal – hal sebagai

berikut :

1.Masalah terpecahkan :

a. Gangguan pertukaran gas teratasi sebagian pada tanggal 21 februari 2019

b.Nafsu makan terpenuhi pada tanggal 22 februari 2019

c. ketidakefektian bersihan jalan nafas teratasi ditandai dengan sesak nafas

sudah tidak ada, cuping hidung negatif dan ronchi negative pada tanggal 22

februari 2019

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan

perawatan klien dengan Bronkopneumonia, maka penulis mendapatkan

pengalaman secara nyata dalam hal – hal sebagai berikut :

1.Dapat melakukan pengkajian dengan menggunakan pendekatan yang

sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya serta menegakkan

diagnosa keperawatan khusus pada klien dengan Bronkopneumonia.

2.Dapat membuat perencanaan keperawatan klien dengan Bronkopneumonia

yang berdasarkan prioritas masalah dan disesuaikan dengan kebutuhan dan

masalah yang dihadapi oleh klien.


84

3.Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan dengan berdasarkan pada kebutuhan dan masalah yang ada pada

klien dengan Bronkopneumonia.

4.Dapat mengevaluasi tindakan atau pelaksanaan keperawatan yang telah

dilaksanakan dengan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dalam

perencanaan.
85

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu

peradangan pada parenkin paru yang terlokalisir yang biasa nya mengenai

bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang disebabkan

oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda

benda asing.(3)

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobaris yaitu suatu

peradangan pada parenkin paru yang terlokalisir yang biasa nya

mengenai bronkiolus

dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang sering menimpa anak anak

dan balita, yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti

bakteri, virus, jamur, dan benda asing . Kebanyakan kasus pneumonia

disebabkan oleh mikroorganisme , tetapi ada juga sejumlah penyebab non

infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering

merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan

daya tahan tubuh tetapi bias juga sebagai infeksi primer yang biasa nya

kita jumpai pada anak anak dab orang dewasa.(4)

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkin paru yang melibatkan

bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak bercak


86

(patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut

pada paru yang disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan

menimbulkan konsulidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas

setempat.(4)

1. Pengakajian

Data yang diperoleh berasal dari pasien, catatan rekam medis dan tim

kesehatan lainnya, pada tahap pengkajian, penulis tidak menemukan

kendala yang berarti dalam mengumpulkan data dan mencari informasi

yang berhubungan dengan pemeriksaan untuk mendapatkan data, berkat

dukungan, kerja sama yang baik dari berbagai pihak dan akhirnya data

tersebut dapat diperoleh.

2. Diagnosa keperawatan

Masalah aktual saat dilakukan pengkajian adalah sesak nafas, oleh

karena itu penulis menegakkan diagnosa bersihan jalan nafas tidak

efektif menjadi masalah utama dan bersihan jalan nafas tidask efektif

mengingkat pada anak adalah hal yang harus segera ditangani.

3. Intervensi

Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan masalah yang muncul,

namun dari masalah sesak nafas tidak semua intervensi sesuai dengan

yang ada diteori, beberapa intervensi disesuaikan dengan kondisi

pasien.
87

2. Implementasi

Dalam melakukan implementasi keperawatan, penulis tidak mengalami

hambatan yang berarti karena klien dan keluarga klien bersikap

kooperatif, selain itu penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain

untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan.

3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi dapat melakukan proses keperawatan, pada kasus

bersihan jalan nafas tidak efektif masalah teratasi dengan swesak nafas

sudah tidak ada, cuping hidung negative dan suara ronchi negatif, pada

kasus ini penulis tetap mempertahankan intervensi serta penulis

menganjurkan klien tetap menggunakan teknik/cara melakukan

Nebulizer dan fisioterapi dada untuk mengurangi sesak.

4. Pendokumentasian

Dengan adanya hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan perawat

dalam pendokumentasian, maka pendokumentasian asuhan keperawatan

harus dapat dijadikan sebagai suatu bahan pendekatan dan sarana

komunikasi dan dapat di tulis berdasarkan fakta yang ada dipasien.

5.2 SARAN

Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan,

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan

pada anak, terutama yang mempunyai masalah kesehatan seperti dengan


88

Bronkopneumonia.Penulis ingin mengembangkan beberapa pemikiran

yang dituangkan dalam bentuk saran.

1. Untuk perawat

vBerdasarkan pengalaman penulis selama melakukan asuhan

keperawatan pada An.N dengan masalah Bronkopneumonia, diperlukan

kesabaran dalam bentuk motivasi terutama dalam hal pendidikan

kesehatan sehingga pengetahuan dan kesadaran akan kondisi klien mutlak

dibutuhkan, juga usaha promotif untuk meningkatkan dan

mempertahankan kondisi serta hidup klien.

2. Keluarga dan Klien

a. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien akan lebih efektif

apabila keluarga dan klien lebih kooperatif dan komunikatif.

b. Agar keluarga dan klien mampu menjaga kondisi tubuhnya karena

keadaan klien yang masih anak-anak dan rentan terhadap berbagai macam

penyakit.

c. Agar melaksanakan penyuluhan kesehatan yang telah diberikan mengenai

cara bagaimana tindakan pertama apabila anaknya mengalami sesak

supaya tidak memperberat penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi.

3. Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit dapat menjadi tempat pelayanan

kesehatan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik

dan terarah terutama dalam menangani kasus-kasus pada anak yang

mempunyai masalah kesehatan.


89

4. Institusi

Asuhan keperawatan pada anak mencakup hal – hal yang sangat

luas, sehingga membutuhkan banyak literatur untuk mendukung dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Anda mungkin juga menyukai