BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat yaitu keadaan sejahtera badan dan jiwa, dan
dapat diberikan secara tepat dan diberikan secara tepat guna dengan penuh
tanggung jawab.(1)
Salah satu penyakit yang sering terjadi dan menyersng bayi dan balita
yaitu Bronkopneumonia yang penyebab nya oleh virus, bakteri, jamur, yang
.Penyakit ini dapat menyerang anak anak dan balita hampir diseluruh dunia. Bila
1
2
bahkan kematian.(1)
lobularis (1)
pneumonia berat dan perlu dirawat dirumah sakit. Di negara maju terdapat 4 juta
kasus setiap tahun sehingga total insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156
juta kasus pneumonia anak-balita paling tinggi, mencangkup 74% (115,3 juta)
dari 156 juta kasus diseluruh dunia. Lebih dari 2 setengah nya terdapat di 6
tinggi . Pneumonia pada balita bila tidak ditangani dengan benar maka di
kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan
pneumonia pada bayi dan balita dengan perbaikan gizi dan imunisasi dan
pada balita tahun 2010 sebesar 23% dengan jumlah kasus yang ditemukan
pada tahun 2013ditetapkan menjadi 78,8% per 1000 balita, dan kematian pada
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah kasus pneumonia
di Jawa Barat mencapai 216.281 kasus dengan tingkat insiden 5,19% dan
menurun pada tahun 2010 menjadi 4,28% dengan jumlah 195.691 kasus. Kasus
Menurut data dari RSD Gunung Jati Kota Cirebon kasus Bronkopneumonia
dari bulan oktober sampai desember 2018 tercatat ada 95 kasus. Berdasarkan
uraian singkat diatas, maka penulis tertarik untuk lebih mengenal, menangani dan
2019”
1.4.1 Sasaran
5
1.4.2 Tempat
1.4.3 Waktu
Karya tulis diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantara nya
yaitu:
1. Manfaat teoritis
1) Bagi penulisan
2) Bagi Institusi
akandating.
2. Manfaat praktis
6
Gunung jati.
cara mencegah agar klien tidak terjadi gangguan nutrisi baik asupan
1. Wawancara
dihadapi.
2. Pengamatan ( observasi )
3. Dokumentasi
Mempelajari catatan medik pasien sebagai salah satu sumber data dan
4. Study kepuastakaan
pedoman teoritisnya.
5. Pemeriksaan fisik
palpasi, auskultasi.
Ilmiah disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
8
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN TEORI
jumlah, ukuran organ individu dan hal ini dapat diukur melalui ukuran berat,
ukuran panjang, besar, lingkaran kepala. Semua hal ini memerlukan proses
dalam stuktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
anak.
1. Faktor Internal
2). Keluarga
3). Umur
5). Genetik
2. Faktor Eksternal
3). Faktor Pasca Persalinan , gizi, kelainan kognital, lingkungan fisik dan
saling berkaitan.
1. Suka meniru
3. Spontan
4. Riang
6. Unik
7. Suka bermain
1. Masa Prenatal
sempurna . Hal ini dapat dilihat dari cekungan halus ( fontanel ) dan
2). Sistem saraf belum sepenuh nya berkembang sehingga aktifitas otot-
4). Reflek moro ( bila suara keras mengejutkan bayi, tangan bayi
6). Reflek menghisap (rooting reflek), usapan pada pipi atau di tepi pipi
7). Makanan nya adalah ASI atau PASI ( pengganti air susu ibu )
8). Rutinitas terbesarnya adalah tidur, makan dan eliminasi (BAB &
BAK)
2. BAYI 3 BULAN
5). Dapat tersenyum dan bersuara kepada orang yang merawat nya.
3. BAYI 6 BULAN
6). Mulai timbul rasa takut dengan orang yang tidak dikenal
4. BAYI 9 BULAN
5. BAYI 1 TAHUN
3). Makan makanan yang ada di meja dan dapat memegang cangkir
sendiri
14
3). Mulai menyadari mana yang benar dan mana yang salah
5). Dapat menghadapi perpisahan yang tidak terlalu lama dengan ibu
bermain
tumbuhan
seksnya.
4). Timbul kesadaran dan perhatian pada lawan jenis kelamin yang
berbeda.
2). Lebih menghargai akan identitas dirinya sebagai seorang pria atau
wanita.
5). Depresi.
memaksa.
17
kecerdasan anak.
peradangan pada parenkin paru yang terlokalisir yang biasa nya mengenai
bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda benda
asing.(3)
pada parenkin paru yang terlokalisir yang biasa nya mengenai bronkiolus dan
juga mengenai alveolus disekitarnya yang sering menimpa anak anak dan
balita, yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri , virus,
mikroorganisme , tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bias
juga sebagai infeksi primer yang biasa nya kita jumpai pada anak anak dab
orang dewasa.(4)
2.2.2Etiologi
berdasarkan golongan umur, berat ringan nya penyakit dan penyulit yang
1. Bakteri
2. Virus
sistomagelik.
3. Aspirasi
4. Pneumonia hipostatik
Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama, missal pada anak
5. Jamur
dibagi menjadi:
gastrointestinal.
4. Tanda empyema berupa perkusi pekak, nyeri dada, kuku kuduk, nyeri
abdomen.
5. Infeksi ektrapulmonal.
21
2.2.4Anatomi Fisiologi
gas didalam jaringan atau “pernafasan dalam” dan dalam paru-paru atau
“pernafasan luar”.
Udara ditarik kedalam paru-paru pada waktu menarik nafas dan didorong
2.2.5Anatomi
Gambar 2.1
1) Hidung (Nasal)
2) Faring (Tekak)
3) Paru paru
3. Struktur Pernafasan
1. Hidung ( Nasal )
bagian bawah).
meatusmedialis dan meatus inferior. Meatus meatus yang dilewati oleh udara
pernafasan , sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang
disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke
atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus-
sinus paranalis yaitu sinus maksilons ( pada rongga rahang atas ) , sinus frontalis
( pada rongga tulang dahi ) , sinus svenaidalis ( pada rongga tulang baji ), dan
konka nasalis, Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel-sel tersebut
terutama terdapat dibagian atas .Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-
24
olfakterius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari la
tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan air mata
hidung.
2. Faring (Tekak)
menelan makanan.
nasofaring.
orofaring.
3. Laring
yang dikenal sebagai jaku, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri
sangat kecil.
epithelium berlapis.
Pita suara terletak disebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan
tulang rawan yang di ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
menuju keatas kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat
struktur serupa dengan trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang sama.
paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri
dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan
6. Paru-paru
rongga dada. Paru-paru ada dua bagian terletak disebelah kanan dan
pernafasan eksterna:
2.2.7 Patofisologi
menjadi semakin sempit dab pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya
melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi
meliputi sebagai besar epitel traktus respiratorius dan secret lain yang
stadium, yaitu :
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
darah merah , eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh prnjamu (host)
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal hingga
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
35
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan merada, sia sia sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
2.2.8 Pathway
37
2.2.9Komplikasi
2.2.10 Penatalaksanaan
ini.
penatalaksanaan.
48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral
2.4.1 Pengkajian
jawabnya.
2.4.3 Intervensi
diri.
4) Menentukan tujuan.
2.4.4 Impelementasi
2.4.5 .Evaluasi
2.5.1 Pengkajian
menanyakan tentang
Pengumpulan data
1) Identitas
2) Biotata anak
Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,
1. Riwayat kesehatan :
1. Keluhan utama
mengalami penyebaran.
1) Struktur internal
keluarga seperti asthma, kaji pula penyakit kronis yang ada dalam
2) Struktur eksternal
rambut, gosok gigi, gunting kuku ), pola istirahat tidur siang atau
malam dan aktivitas yang biasa dilakukan seperti berpakaian. Hal yang
5. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan umum
2) Kesadaran
pernafasan
meliputi berat badn dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudah
sakit
47
1) Sistem pernafasan
Dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidak nya secret pada lubang
apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi nafas, dilihat apakah ada polip
2) Sistem kardiovaskuler
Kaji terjadi nya peningakatan denyut nadi, tekanan darah, tetapi keadaan
reffil time.
< 3 detik, dan melihat tanda sianosis pada bibir, jari tangan dan jari kaki.
3) Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui gerakan
peristaltic usus.
4) Sistem persarafan
5) Sistem indra
Pada sistem indra kemungkinan tidak ada gangguan tergantung dari luka.
48
6) Sistem musculoskeletal
aktivitas.
7) Sistem integument
8) Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada
9) Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan benjolan
6) Pola aktivitas
7) Data penunjang
1. Data psikologi
perawat.
2. Data social
3. Data spiritual
terganggu.
4. Data ekonomi
1. Uji widal
2. Urin rutin
3. Kultur
50
9) Analisa data
Analisa data terdiri dari problem dan etiologi, atau problem, etiologi dan
data tersebut dengan konsep, teori dan prinsif yang relavan untuk
sputum
muntah.
51
2.5.3 Intervensi
Tujuan Intervensi
No Diagnosa Rasional
(NOC) (NIC)
1. Ketidak Setelah dilakukan NIC 1. menunjukan
efektifan tindakan Airway management keberhasilan
bersihan jalan keperawatan 1. Mengidentifikasi pasien dakan
nafas b.d. selama 3 × 24 jam bila terjadi kegawatan keperawatan
peningkatan diharapkan nafas untuk dilakukan 2. Penyebab jalan
produksi bersihan jalan intervensi bila gagal nafas nafas tidak
sputum nafas efektif, 2. Mengidentifikasi ibu efektis adalah
dengan kriteria untuk memberikan asi peradangan pda
hasil: dengan posisi setengah bronkus
Menunjukkan duduk menyebabkan
jalan nafas yang 3. Mengajarkan kepda ibu inflamasi dan
paten. untuk teknik perkusi dan mengakibatkan
1. Tidak ada suara fibrasi udem
tambahan. 4. Auskultasi suara nafas, 3. posisi semi
2. TTV dalam catat adanya suara nafas fowler
batas normal. tambahan mempermudah
5. Berikan O2 nasal kanul pasien bernafas
6. Posisikan klien dalam 4. merangsang
posisi yang nyaman (semi gerakan mekanik
fowler) lewat fibrasi
7. Atur intake untuk cairan dinding dada
mengoptimalkan supaya spuntum
keseimbangan mudah bergerak
8. Monitor respirasi dan keluar
status O2 5. meningkatkan
hidrasi spuntum
air hangat
mengurangi
52
tingkat
kekentalan dahak
sehingga mudah
dikeluarkan
6. memudahkan
pengenceran dan
pembuangan
secret. Dengan
cepat
7. antibiotic
mempunyai
aktifitas untuk
membunuh
bakteri
2. Nutrisi kurang Setelah dilakukan NIC 1. bunyi usus
dari kebutihan tindakan Airway dan TTV mungkin
tubuh keperawatan 1. Mengidentifikasikan menurun atau
selama 3 × 24 jam faktor yang menyebabkan tidak apabila
diharapkan mual dan muntah proses infeksi
bersihan jalan misalnya sputm banyak berat atau
nafas efektif, mengobatan airroson memanjang
dengan kriteria 2. Jadwalkan pengobatan 2. tindakan ini
hasil: pernafasan sedikitnya 1 dapat
1. jam sebelum makan meningkatkan
Menunjuk 3. Aukultasisuara bising masukan
kan jalan nafas usus meskipun nafsu
yang paten. 4. Ajarkan pada orang tua makan mungkin
2. Tidak ada untuk memberikan makan lambat untuk
suara tambahan. sedikit tapi sering kembali
3. TTV 5. Kolaborasi dengan ahli 3. untuk
dalam batas gizi untuk memberian meningkatkan
normal. nutrisi nafsu makan
Setelah dilakukan klien1. sputum
53
2.5.4 Implementasi
2.5.5 Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Identitas klien
Nama : An.N
Anak ke :1
Agama : Islam
a. Keluhan utama
sering.
dirumah sakit
e. Genogram
Keterangan :
: : Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
3. Riwayat kehamilan
a. Pre natal
62
yang serius hanya mual muntah yang biasa pada awal kehamilan
b. Natal
9 bulan lahir normal dengan berat badan 3,9 pada jam 17.45
c. Post natal
4. Riwayat tumbang
sekarang 7,4 kg
a. Imunisasi
umur 6 bulan).
b. Status gizi
BB : 7,4 kg
TB : 67,5 cm
63
2. Pola eliminasi
1. BAK
Frekuensi 8x / hari 7x/ hari
Warna Kuning Kuning
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2. BAB
Warna Kuning Tidak ada
kecoklatan
Bau Khas Tidak ada
Konsitensi Lembek Tidak ada
Frekuensi 3x/ hari Belum BAB
Tidak ada
Keluhan Tidak ada
3. Pola Personal
hygine
1. Mandi
Frekuensi 2x sehari 2x sehari
Waktu Pagi, sore Pagi, sore diLAP
64
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
2. E : 4 V: 5 M : 6 ( GCS : 15 )
3. BB : 7,4 kg
4. TB : 67,5 cm
5. LILA : 13,5 cm
6. Lingkar kepala : 45 cm
7. TTV :
65
Suhu : 36,6˚C
RR : 40x/ menit
b. Head to toe
1) Kepala
Bentuk kepala normal, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
5) Mulut
6) Leher
7) Dada
8) Abdomen
9) a. Ekstermitas atas
b. Ekstermitas bawah
Jumlah jari kanan dan kiri lengkap 10, panjang kedua kaki
10) Genetalia
↓
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Ds : Infeksi saluran napas bawah Intoleransi
- Ibu klien mengatakan ↓ aktivitas
klien selama sakit Peradangan
selalu ingin di ↓
gendong Peningkatan suhu tubuh
Do : ↓
- Klien tampak gelisah Hipertermi
kalo ditidurkan ↓
berbaring Suplai O2 dalam darah
menurun
↓
Hipoksia
↓
Fatique
↓
Intoleransi aktivitas
3. Intoleransi aktivitas
70
15) Intervensi
makan sedikit
tapi sering
5. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
memberian
nutrisi
3. Interansi Setelah NIC: 1. menentukan
aktivitas dilakukan Activity therapy kemampuan kebutuhan
b.d tindakan 1.Bantu klien pasien dan memudahkan
kelemahan keperawatan untuk pilihan intervensi
selama 3× 24 mengidentifikas 2. menurunkan
jam diharapka i aktivitas yang kebutuhan metabolic,
klien dapat mampu menghemat energy dan
melakukan dilakukan penyembuhan
aktifitas secara 2.Monitor
mandiri. Dengan aktivitas klien
kriteria hasil: 3.Monitor
1.Mampu respon fisik,
melakukan emosi, social,
aktivitas secara dan spiritual
mandiri. 4.Anjurkan
2.TTV dalam keluarga klien
batas normal. untuk selalu
3.Mampu didekat klien
berpindah: 5.Ajarkan klien
dengan atau untuk
tanpa alat melakukan
bantuan. aktivitas yang
4.Status ringan terlebih
sirkulasi baik. dahulu
5.Status 6.Kolaborasikan
respirasi: dengan tenaga
73
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
17) Implementasi
Tanggal /
No.DX Implementasi Respon Paraf
waktu
20 Februari DX 1 1. Menobservasi TTV 1. klien bersedia
2019 2. Memberikan obat diobservasi dengan
injeksi cefotaxzime hasil
250mg, N: 120x/m
dexamethasonve S: 36,6 C
2,5mg. ranitidine R: 40x/m
10mg 2. klien mau
3. Melakukan diberikan obat
nebulizer 3. klien menangis
4. Melakukan 4.klien tampak rewel
fisioterapi dada
Hari ke-2
Tanggal/
No.Dx Implementasi Respon Paraf
waktu
21-02- 1 1. Mengobservasikan 1. klien bersedia
2019 TTV diobservasi dengan hasil
2. Memberikan obat N: 100x/m
injeksi cefotaxzime S: 36,4C
250mg, R: 30x/m
dexamethasone 2. klien mau diberikan obat
2,5mg, ranitidine 3. klien menangis
10mg 4. klien mulai tampak
3. Melakukan nyaman
nebulizer
4. Melakukan
fisioterapi dada
2 1. mengkaji tingkat 1. klien merespon dengan
nutrisi klien baik
2. meberikan makan 2. klien mau makan
klien sedikit tapi walaupun 1-2 sendok
sering
3 1. memandikan klien 1. klien tampak bersih
dengan waslap dan setelah dimandikan
membereskan tempat 2. klien tampak tenang saat
tidur diberikan oksigen
76
Hari ke-3
Tanggal/
No.Dx Implementasi Respon Paraf
waktu
22-02- 1 1. Mengobservasikan 1. klien bersedia
2019 TTV diobservasi dengan hasil
2. Memberikan obat N: 98x/m
injeksi cefotaxzime S: 36,0C
250mg, R: 25x/m
dexamethasone 2. klien mau diberikan
2,5mg, ranitidine obat
10mg 3. klien menangis
3. Melakukan nebulizer 4. klien tampak tenang
4. Melakukan fisioterapi
dada
2 1. mengkaji tingkat nutrisi 1. klien merespon
klien dengan baik
2. meberikan makan klien 2. klien mau makan
sedikit tapi sering walaupun 1-2 sendok
3 1. memandikan klien 1. klien tampak bersih
dengan waslap dan setelah dimandikan
membereskan tempat 2. klien tampak tenang
tidur saat diberikan oksigen
2.memberikan oksigen R : 25x/ menit
dengan nasal canul
77
18). Evaluasi
3.7 TabelEvaluasi
Objektif :
- TTV
R : 0x/ menit
N : 100x/ menit
S : 36,6˚C
- Klien terlihat memakai O2 dengan
nasal canul 2L/menit
- Keadaan umum klien terlihat sesak
- Klien terlihat napsu makan menurun
karena terganggu adanya secret
- Klien terdengar suara nafas ronchi
Analisis : masalah belum teratasi
Plening : intervensi dilanjutkan
2. 21 Subjektif :
78
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Tahap ini akan di bahas masalah yang di temukan selama melakukan
penyelesaian masalah.
4.1 Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dari proses keperawatan,dalam tahap ini
dan keluarga serta catatan perawatan, baik berupa data subjektif maupun data
pada saat melakukan pengumpulan data data, hal ini dikarenakan penulis telah
melaksanakan asuhan keperawatan pada An.N dan keluarga An.N bisa diajak
adanya kolaborasi yang baik antara penulis dengan anggota tim kesehatan
karena data-data yang diperoleh dari keluarga An.N baik data subjektif maupun
saat pengkajian dilapangan sudah sesuai dengan teori yang ada.Tindakan yang
pada An.N.
4.3 Perencanaan
tindakan keperawatan.
Abraham Maslow.
4.4 Pelaksanaan
adalah klien dan keluarga bisa diajak kerjasama dan dapat mendukung setiap
perbedaan atau kesenjangan, atau dengan kata lain adanya kesesuaian antara
masalah atau hambatan yang berarti, karena semuanya dapat diatasi oleh
penulis.
4.5 Evaluasi
secara sistematis dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan
ditunjang pula oleh adanya kerjasama yang baik dengan klien dan keluarga
Dari hasil evaluasi yang dilakukan di lapangan di dapat hal – hal sebagai
berikut :
1.Masalah terpecahkan :
sudah tidak ada, cuping hidung negatif dan ronchi negative pada tanggal 22
februari 2019
ditetapkan dengan berdasarkan pada kebutuhan dan masalah yang ada pada
perencanaan.
85
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
peradangan pada parenkin paru yang terlokalisir yang biasa nya mengenai
oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda
benda asing.(3)
mengenai bronkiolus
dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang sering menimpa anak anak
daya tahan tubuh tetapi bias juga sebagai infeksi primer yang biasa nya
setempat.(4)
1. Pengakajian
Data yang diperoleh berasal dari pasien, catatan rekam medis dan tim
dukungan, kerja sama yang baik dari berbagai pihak dan akhirnya data
2. Diagnosa keperawatan
efektif menjadi masalah utama dan bersihan jalan nafas tidask efektif
3. Intervensi
namun dari masalah sesak nafas tidak semua intervensi sesuai dengan
pasien.
87
2. Implementasi
kooperatif, selain itu penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain
3. Evaluasi
bersihan jalan nafas tidak efektif masalah teratasi dengan swesak nafas
sudah tidak ada, cuping hidung negative dan suara ronchi negatif, pada
4. Pendokumentasian
5.2 SARAN
1. Untuk perawat
keadaan klien yang masih anak-anak dan rentan terhadap berbagai macam
penyakit.
3. Rumah Sakit
4. Institusi