DISUSUN OLEH:
NIM : P07220218018
KALIMANTAN TIMUR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-
Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan
system pernafasan” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
PENDAHULUAN
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan
(penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar). Dengan bernafas
setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan
produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan,
memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang
berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan
(Pearce, 2008).
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan
parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu maka secara system
lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya
proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia
khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma. Menurut
laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian
pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) pada tahun 2001, pneumonia merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada
balita. Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-
anak di seluruh dunia akibat pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1 pesawat jet
penuh (230 anak) meninggal akibat pneumonia, yang mencapai hampir 1 dari 5 kematian
balita di seluruh dunia. Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100
anak/tahun (10-20%).
Sedangkan insiden TBC, WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima
dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah
terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan
Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Dan insiden asma menurut WHO,
sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus
bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma belum
diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5 %5 (3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia
menderita asma.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar klien
secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen
klien yang tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat berupa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran gas,
disfungsi respon penyapihan ventilator, dan gangguan ventilasi spontan.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut
menggambarkan proses metabolism intraseluler yang meliputi konsumsi O2
(digunakan untuk oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO2 (terdapat dalam
sitoplasma) sampai menghasilkan energy.
1) Pertukaran udara luar ke dalam alveoli melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui
proses ventilasi.
2) Pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh kapiler
paru-paru melalui proses difusi.
3) Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke jaringan dan
sebaliknya yang disebut proses transportasi.
4) Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan sel-sel
jaringan melalui proses difusi.
1) Air conduction (penyalur udara) sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran
napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
2) Protection (perlindungan) sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar
dari masuknya benda asing.
3) Warming, filtrasi,dan humidifikasi sebagai bagian yang menghangatkan, manyaring, dan
member kelembapan udara yang dihirup.
Secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya yaitu:
2) Saluran respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang berfungsi sebagai
penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal yang
merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usahakeras
pernafasan yang tergantung pada:
1. Tekanan intrapleural
1. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai
compliance. Ada dua bentuk compliance yaitu:
Resistensi saluran napas adalah oposisi terhadap mengalir disebabkan oleh kekuatan
gesekan. Hal ini didefinisikan sebagai rasio dari tekanan mengemudi dengan laju aliran
udara. Perlawanan mengalir di saluran udara tergantung pada apakah aliran adalah laminar
atau turbulen, pada dimensi jalan napas, dan pada viskositas gas.
Untuk aliran laminar, resistensi cukup rendah. Artinya, tekanan mengemudi relatif kecil
dibutuhkan untuk menghasilkan laju aliran tertentu. Perlawanan selama arus laminer dapat
dihitung melalui penataan ulang Hukum Poiseuille ini:
Variabel yang paling penting di sini adalah jari-jari, yang, berdasarkan elevasi dengan
kekuatan keempat, memiliki dampak luar biasa pada perlawanan.Jadi, jika diameter tabung
adalah dua kali lipat, ketahanan akan turun dengan faktor enam belas.
Untuk aliran turbulen, resistensi relatif besar. Artinya, dibandingkan dengan aliran laminar,
tekanan mengemudi jauh lebih besar akan diperlukan untuk menghasilkan laju alir yang
sama. Karena hubungan tekanan-aliran berhenti menjadi linier selama aliran turbulen, tidak
ada persamaan untuk menghitung rapi ada hambatannya.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan
perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Bandman dan Bandman (1995) menguraikan seluruh proses keperawatan sebagai suatu
rangkai hubungan cara-hasil (means-ends). Cara adalah keakuratan perawat dalam mengkaji,
mendiagnosis, menangani klien, dan hasil adalah peningkatan fungsi dan kesejahteraan klien.
2.3.1 Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari
klien.Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau
kebudayaan. (Mc Farland & mc Farlane, 1997)
1. Melakukan wawancara.
2. Riwayat kesehatan/keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik.
4. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan
kesehatan (rekam medik).
1. a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.Perawat juga
mengkaji keadaan pasien dan keluarganya.Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinik
keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi
pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan adalah
usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
1) Keluhan Utama
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan pasien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul antara lain :
a) Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tanyakan
berapa lama pasien mengalami batuk dan bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang
spesifik atau hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan apakah batuk produktif atau non
produktif.
b) Peningkatan Produksi Sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan
tenggorokan. Percabangan trakheobronkial secara normal memproduksi sekitar 3ons mukus
setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal. Produksi sputum akibat
batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari
sputum. Jika terjadi infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan
jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung
darah dengan jumlah yang banyak.
c) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merupakan perasaan
subjektif pasien.Perawat mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitas.
d) Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat mengkaji apakah darah
tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru-
paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh
reflek batuk.
e) Chest Pain
Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung dan paru-paru.Gambaran
lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura,
muskuloskeletal, kardiak dan gastrointestinal.
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit pernapasan adalah:
a) Riwayat merokok
c) Alergi
d) Tempat tinggal
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru ada tiga hal yaitu:
a) Penyakit infeksi
Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain. Manfaat
menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber
penularannya.
b) Kelainan alergi
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan duduk.
d) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi dan massa) dan
gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis dan lordosis).
f) Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma serta
penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercostae.
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E).
Rasio pada fase ini normalnya adalah 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan
adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien dengan Chronic Airflow
Limititation (CAL) / Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
h) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter
lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari kondisi
cairan tubuh pasien
i) Kelainan pada bentuk dada adalah:
1) Barrel chest
Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat peningkatan diameter AP:T (1:1),
sering terjadi pada pasien emfisemia.
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung
dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada
ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan terjadi peningkatan
diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis berat.
4) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu pergerakan paru-paru.
Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporosis dan kelainan musculoskeletal lain
yang mempengaruhi toraks. Kifosis adalah meningkatnya kelengkungan normal columna
vertebrae thoracalis menyebabkan pasien tampak bongkok. Sedangkan skoliosis adalah
melengkungnya vertebrae thoracalis ke samping, disertai rotasi vertebrae.
2) Palpasi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
1) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya bergaung dan
bersuara rendah.
3) Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.
1) Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
2) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah
paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
1) Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara
yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua
fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.
3) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental
dan peningkatan produksi sputum.
3) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut,
dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien
mengalami nyeri saat bernapas dalam.
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara
gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien yang secara
signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa kondisi respiratori timbul akibat
stres. Penyakit pernapasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan
hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau
ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji
reaksi pasien terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluar.
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang
data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan
yang lain.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respons aktual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya (Carlson et al, 1991; Carpenito, 1995). Setelah merumuskan diagnosa
keperawatan spesifik, perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menetapkan
prioritas diagnosa dengan membuat peringkat dalam urutan kepentingannya.Prioritas
ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai
masalah atau perubahan multiple (Carpenito, 1995).
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan
diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan
memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara
sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan.
1) Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna
mempertahankan jalan napas yang bersih.
2) Batasan Karakteristik
a) Subjektif
1) Dispnea.
b) Objektif
1) Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi basah kasar, dan ronkhi
kering).
4) Sianosis.
7) Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan
sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
8) Kegelisahan
9) Sputum.
a) Lingkungan
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas buatan,
terdapat benda asing dari jalan napas, sekresi pada bronchi, dan eksudat pada alveoli.
c) Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK, Infeksi, asma, alergi jalan
napas, dan trauma.
Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat pada
fungsi fisik dan emosi.
1. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu
mengalami penurunan ventilasi yang adekuat, actual atau potensial, karena
perubahan pola nafas.
1. Batasan karakteristik
1) Ortopnea
3) Pernafasan disritmik
a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
2) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak efektif, sekunder
akibat:
2.4 Kuadriplegia
b) Terkait Pengobatan
1.3 Kelelahan
Definisi
1. Batasan Karakteristik
1. Subjektif
1) Dispnea.
3) Gangguan penglihatan.
1. Objektif
5) Konfusi.
6) Cianosis (hanya pada neonates).
7) Karbondioksida menurun.
8) Diaphoresis
9) Hiperkapnia.
10) Hiperkarbia.
11) Hipoksia.
12) Hipoksemia.
13) Iritabilitas.
15) Gelisah.
16) Sputum.
17) Takhikardia.
a) Lingkungan
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas bantuan,
sekresi pada bronki, eksundat pada alveoli.
c) Fisiologis
Disfungsi neuro miskular, PPOK, hyperplasmia dinding bronchial, infeksi asma, alergi jalan
naps, dan trauma.
1. Hasil yang Disarankan NOC
b) Status Pernapasan Ventilasi, yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari
paru-paru.
1. Definisi
1. Faktor resiko
Adanya faktor risiko yang dapat mengubah fungsi pernapasan (lihat faktor yang
berhubungan)
a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
2) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif, sekunder
akibat:
2.4 Kuadriplegia
b) Terkait Pengobatan
1.7 Kelelahan
Definisi:
1. Batasan karateristik:
1. a. Ringan
Mayor
1) Gelisah
1. b. Sedang
Mayor
Minor
1) Ketakutan
2) Berkeringat
3) Mata melebar
1. c. Berat
Mayor
1) Agitasi
2) Penyimpangan yang signifikan dalam gas-gas darah arteri dari nilai dasar
4) Sianosis
5) Banyak berkeringat
1.3 Anemia
1.4 Infeksi
7) Berhubungan dengan ansietas sedang sampai berat yang berkaitan dengan upaya
pernapasan
1. Definisi
Risiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan ketika individu beresiko
untuk mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator mekanik
tingkat rendah selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik dan
atau psikologis terhadap penyapihan.
1. Faktor Resiko
a) Patofisiologis
2.2 anemia
2.4 Infeksi
2.8 Disritmia
2.10 Demam
c) Personal/ Lingkungan
1. Definisi
Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan pernapasan yang adekuat untuk
mendukung kehidupannya.Ini dilakukan karena penurunan gas darah arteri, peningkatan kerja
pernapasan dan penurunan energy.
1. Batasan Karakteristik
MAYOR
Dispnea Peningkatan laju metabolic
MINOR
Peningkatan kegelisahan ketakutan Peningkatan penggunaan otot-otot
Penurunan volume tidal Aksesori pernapasan
Peningkatan frekuensi jantung Penurunan PO2
Penurunan kerjasama , Penurunan SaO2
Peningkatan PCO2
2.3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.Intervensi disebut juga implementasi yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan (Griffith & Christensen, 1986).
1) Kaji adanya penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihan atau depresi
pernapasan yang minimal
2) Beri semangat untuk melakukan ambulasi segera setelah konsisten dengan rencana
perawatan medis
3) Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur duduk di
kursi beberapa kali sehari (misalnya, 1 jam setelah makan dan 1 jam sebelum tidur)
6) Beri semangat untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk yang terkontrol
lima kali setiap jam
7) Ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spidometer intensif setiap jam
saat bangun (pada kerusakan neuromuskular berat, ada baiknya individu dibangunkan selama
malam hari)
8) Auskultasi bidang paru setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi jika ada gangguan bunyi
napas
1. Intervensi Pediatrik
1. Intervensi Generik
e) Tekanan dinamik dan statik rendah, dengan komplains sedikitnya 35 cm tekanan air
3) Jika kesiapan penyapihan ditetapkan ada, libatkan klien dalam penetapan rencana
c) Jelaskan bahwa tujuan akan ditelaan kembali setiap hari bersama individu
a) Pantau status dengan teratur untuk menghindari keletihan dan ansietas yang tidak
semestinya
8) Koordinasikan aktivitas yang perlu untuk meningkatkan waktu istirahat atau relaksaai
yang adekuat.
10) Mulai percobaan penyapihan saat individu cukup istirahat, biasanya pada pagi hari
setelah tidur malam.
11) Diskusikan elemen proses penyapihan dengna petugas kesehatan lain untuk
memaksimalkan kemungkinan keberhasilan penyapihan.
1. Intervensi pediatrik
Tunda pemberian makan per oral 2 jam sebelum upaya penyapihan dan setelah ekstubasi.
1. Intervensi Generik
1) Kaji faktor penyebab dan penunjang dari ketidakadekuatan keefektifan diri tentang diri
tentang kesiapan penyapihan
Negosiasikan dengan staf medis untuk menunda dimulainya penyapihan dan rencana
penyapihan dengan langkah perlahan sehingga dapat memastikan keberhasilan setiap
langkah.
1. Intervensi Generik
Untuk Hiperventilasi
2) Alihkan perhatian individu dari memikirkan tentang keadaan ansietas dengan meminta
individu mempertahankan kontak mata dengan anda. Katakan, “Sekarang perhatikan Saya
dan bernapaslah perlahan-lahan bersama Saya seperti ini”
4) Tetap bersama individu dan latih untuk bernapas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif
1. Intervensi Pediatrik
1. Aktivitas Utama
1) Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum
3) Pantau hasil gas darah (misal PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat, kemunduran
tingkat respirasi)
9) Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya
bunyi tambahan
13) Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan suatu tindakan dilakukan misal: terapi oksigen
14) Ajarkan teknik perawatan di rumah (pengobatan, aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala
yang perlu dilaporkan)
1. Aktivitas Kolaboratif
1) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan
penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
2) Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola
napas, analisa gas darah arteri,sputum,efek dari pengobatan)
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-
LeFevre, 1994).Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya (Griffith &
Christensen, 1986).
Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan
menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan
merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang
diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau
intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi
memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan,
termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal
terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Evaluasi disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil,
sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika
tindakan yang sebelumnya tidak berhasil.
Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan normal, penurunan dispnea, gas-gas darah batas normal.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang uraikan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari
rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.
2. Sistem Pernapasan atau Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen
(O2), pengeluaran karbondioksida (CO2) hingga penggunaan energi di dalam
tubuh. Sistem respirasi itu sendiri mencakup semua proses pertukaran gas yang
terjadi antara atmosfir melalui rongga
hidung faring laring trakea bronkus paru-paru alveolus sel-sel melalui
dinding kapiler darah.
3. Organ-organ sistem pernapasan meliputi hidung, faring, laring, trakea, Paru-paru
atau pulmo yang terdiri dari bronkus, brokiolus dan alveolus.
4. Mekanisme Pernapasan meliputi Pernapasan dada atau costal breathing dan
Pernapasan perut atau diaphragmatic breathing yang melalui masing-masing dua fase
yaitu fase inspirasi dan ekspirasi yang melibatkan pernapasan eksternal (luar) dan
pernapasan internal (dalam).
5. Gangguan pada sistem pernapasan bisa disebabkan karena terganggunya
pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh (asfiksi) atau keracunan gas-gas
berbahaya.
B. SARAN
Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita, hindarilah polusi udara dan gas-gas
beracun, serta rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali
terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J 2007. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-10. Jakarta : EGC