Anda di halaman 1dari 43

BY: Luluk Cahyanti

AMI
 Batasan klinis infark miokard adalah suatu keadaan
infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya
suplai darah dan oksigen pada miokard
(ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen myocardial)
 Pengertian AMI adalah keadaan yang mengancam
kehidupan dengan tanda khas terbentuknya jaringan
nekrosis otot yang permanen karena otot jantung
kehilangan suplai oksigen.
Miokarditis adalah kondisi di
mana lapisan dinding jantung
bagian tengah (miokardium)
mengalami peradangan atau
inflamasi. Miokarditis bisa
memengaruhi sel otot jantung
dan sistem kelistrikan jantung.
Akhirnya akan mengganggu
kinerja jantung dalam memompa
darah, serta detak jantung
menjadi tidak beraturan.
Etiologi AMI
Penyebab miokarditis tidak diketahui
 Bakteri. Beberapa bakteri yang bisa menyebabkan miokarditis adalah
staphylococcus, streptococcus, dan bakteri .
 Jamur. Beberapa infeksi jamur kadang bisa menyebabkan miokarditis.
 Virus. yang paling umum adalah adenovirus dan Coxsackie B. Virus lain
yang bisa menyebabkan miokarditis adalah echoviruses, influenza,
Epstein-Barr, rubella, varicella, cacar, campak, dan lain-lain.
 Parasit. Toksoplasma yang umumnya terdapat pada hewan peliharaan
merupakan salah satu parasit penyebab miokarditis.
 Obat-obatan. Obat yang termasuk dalam kelompok antibiotik dan obat-
obatan terlarang bisa memicu reaksi alergi dan keracunan seperti
miokarditis.
 Bahan kimia atau radiasi. Paparan beberapa bahan kimia dan radiasi
kadang bisa menyebabkan munculnya miokarditis.
 Penyakit lainnya. Misalnya lupus, granulomatosis Wegener, arteritis sel
raksasa dan arteritis Takayasu.
Gejala AMI Jika seseorang mengidap miokarditis ringan,
biasanya ia tidak merasakan gejala apa pun.
Gejala yang dirasakan penderita miokarditis
parah bermacam-macam, tergantung dari
penyebabnya. Beberapa gejala yang
umumnya muncul adalah:
Sakit pada dada.
Kelelahan.
Aritmia (detak jantung tidak normal).
Napas pendek saat beristirahat ataupun
beraktivitas.
Tungkai kaki, pergelangan kaki, dan
telapak kaki membengkak akibat
penumpukan cairan.
Pengkajian AMI
1. Riwayat keperawatan
2. Pemeriksaan fisik
3. Diagnostik
1. Riwayat keperawatan
a. Keluhan: serangan nyeri dada seperti rasa tertekan, berat,
atau seperti diremas yang timbul secara mendadak atau
hilang timbul, nyeri menjalar ke lengan, wajah, rahang,
leher, punggung, dan epigastrium. Nyeri tidak berkurang
walaupun pasien istirahat
b. Dapatkan tanda2 disritmia, hipotensi, syok, mual,
muntah, atau gagal jantung
c. Klien menunjukan gejala dan tanda lain seperti fever,
dispnea, pucat, diaforesis
d. Klien tidur memakai bantal lebih dari satu buah
e. Catat aktivitas2 klien yang dapat mengurangi ketegangan
f. Asupan makanan atau minuman: lemak jenuh, gula,
garam, kafein, alkohol, cairan
g. Pola eliminasi: oliguria mengindikasikan retensi cairan atau
konstipassi
h. Kebiasaan merokok: cara, jumlah, dan jangka waktu merokok
i. Keluhan verbal dan non verbal: cemas, gemetar, tampak lelah,
serta posisi tubuh atau grimace
j. Riwayat penyakit sebelumnya yang menunjang infark miokard:
Ht, angina, disritmia, kerusakan katup, bedah jantung, DM
dan trombosis
k. Riwayat medikasi: ketergantungan, alergi, dan jenis obat yang
didapat saat ini
l. Riwayat insomnia: kecemasan, kegelisahan, rasa takut kronis
m. Riwayat penyakit keluarga: Ht, stroke, DM, penyakit jantung
dan penyakit vaskuler
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tinggi badan, berat badan, letargi, warna kulit,
edema, dan temperatur
b. Respirasi: pola pernapasan, frekuensi, adanya suara
napas abnormal, ronkhi, atau wheezing
c. Jantung: bising, tekanan darah, dan denyut nadi
perifer
d. Cek toleransi klien terhadap aktivitas
e. Kulit pucat, sianosis, dingin, lembab, berkeringat,
atau diaforesis
3. SelData
1.
Diagnostik
darah putih: leukositas (10.000-20.000 mm3) muncul hari kedua
setelah serangan infark karena inflamasi
2. Sedimentasi meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang
menunjukan adanya inflamasi
3. Kardiak iso-enzim: menunjukan pola kerusakan khas, untuk
membedakan kerusakan otot jantung dengan otot lain.
a. CPK (Creatinin Phospokinase) >50u/L
b. CK-MB (Creatinin Kinase –MB) >10u/L
c. LDH (Lactate Dehidrogenase) >240 u/L
d. SGOT (Serum Gutamic Oxala Transaminase) >18 u/L
e. Cardiac Troponin: positif
4. Tes fungsi ginjal: peningkatan kadar BUN (blood Urea Nitrogen) dan
kreatinin karena penurunan laju filtrasi glomerulus terjadi karena
penurunan curah jantung
5. Analisis gas darah: menilai oksigenasi jaringan
(hipoksia) dan perubahan asam basa darah
6. Kadar elektrolit: menilai abnormalitas kadar
natrium, kalium, atau kalsium yg membahayakan
kontraksi otot jantung
7. Peningkatan kadar serum kolesterol
8. Kultur darah: mengesampingkan septikemia yang
mungkin menyerang otot jantung
9. Level obat: menilai derajat toksisitas obat tertentu
(Digoxin)
10. EKG
a. Segmen ST elevasi abnormal menunjukan adanya injuri
miokard
b. Gelombang T inversi menunjukan adanya iskemia miokard
c. Q patologis menunjukan adanya nekrosis miokard
11. Radiologi
a. Thorax rontgen: menilai kardiomegali karena gagal jantung
b. Echocardiogram: menilai struktur dan fungsi abnormal otot
dan katup jantung
c. Radioactive isotop: menilai area iskemia serta non perfusi
koroner dan miokard
Diagnosis dan Intervensi
Keperawatan
1. Tidak efektifnya perfusi jaringan kardiopulmoner, otak,
ginjal, dan perifer b/d penurunan curah jantung
*potensial komplikasi: syok kardiogenik
*data penunjang:
a. Subyektif : nyeri dada seperti diremas menjalar ke
lengan kiri, leher, rahang, punggung, epigastrium,
mual, muntah, dispnea, pusing, riwayat pingsan
b. Hipotensi atau hipertensi; perubahan mean arterial
pressure dan pulse pressure, pucat, bradicardi atau takikardi
abnormal, diaforesis, akral dingin, pucat, sianosis, intensitas
BJ lemah, gelisah, kardiak isoenzim meningkat, EKG
abnormal (disritmia, Q patologis, ST elevasi, T inversi);
produksi urine <30 ml/jam; rontgen thorax (kardiomegali);
penurunan kesadaran.
*Tujuan
mempertahankan curah jantung adekuat guna
meningkatkan perfusi jaringan otak, paru, ginjal,
jantung dan ekstremitas
Kriteria Hasil
a. Subjektif: keluhan nyeri dada, mual, muntah, sesak
napas, serta pusing berkurang atau hilang
b. Objektif: diaforesis hilang, tidak pucat, akral hangat,
tekanan darah dan frekuensi nadi dalam batas
normal, EKG normal, produksi urine >30ml/jam,
respon verbal baik
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda vital setiap 1-4 jam, ukur 1-9
tekanan hemodinamik dan curah *Data tentang perubahan kondisi fisik
jantung sesuai program terapi klien bermanfaat dalam diagnosis gagal
2. Monitor tanda dan gejala penurunan jantung kiri. Infark miokard
perfusi kardiopulmoner (nyeri dada, menurunkan kontraktilitas dan
disritmia, takikardi, tikipnea, pengembangan miokard serta
hipotensi, penurunan curah mengakibatkan disritmia. Penurunan
jantung) curah jantung mengakibatkan
3. Monitor bunyi dan irama jantung penurunan tekanan darah dan perfusi
secara kontinu, catat dalam kertas jaringan/organ. Peningkatan denyut
EKG tiap 4 jam atau lebih sering bila jantung sebagai mekanisme
ireguler, catat adanya denyut kompensasi untuk mempertahankan
prematur ventrikel curah jantung.
4. Palpasi denyut nadi perifer guna *Terdengarnya suara gallop’s adalah
mengkaji adanya denyutan akibat dari penurunan pengembangan
prematur ventrikel kiri dampak dari infark
5. Observasi tanda dan gejala miokard. Disgungsi otot papiler dapat
penurunan curah jantung (pusing, mengakibatkan regurgitasi mitral ,
sakit kepala, pucat, diaforesis, penurunan volume sekuncup, dan
pingsan, akral dingin) menimbulkan gagal jantung kiri.
*Terdengarnya crackles di basal paru
mengindikasikan kongesti paru akibat
6. Monitor tanda dan gejala
gangguan perfusi renal (produksi
urin <30 ml/jam, peningkatan
kadar BUN dan kreatinin, edema
perifer, tidak adanya reaksi
diuretik)
7. Monitor tanda dan gejala yang
menunjukan penurunan perfusi
jaringan (kulit dingin, pucat,
lembap, berkeringat, sianosis,
denyut nadi lemah, edeme perifer)
8. Kurangi tekanan pada satu titik:
atur posisi baring setiap 2 jam;
menyilangkan kaki;menggerakan
kaki dan tangan secara pasif dan
aktif setiap 1 jam
9. Monitor tanda dan gejala yang
menunjukan penurunan perfusi
otak (gelisah, bingung, apatis,
somnolen)
Intervensi Rasional

10. Rekam pola EKG scr periodik selama 10. Pemeriksaan EKG periodik berguna
periode serangan dan catat adanya untuk menentukan diagnosis perluasan
disritmia atau perluasan infark miokard area infark miokard
11. Kolaborasi tim medis untuk terapi 11. a. Disritmia menurunkan curah
dan tindakan jantung secara ekstrem dan perfusi
a. Anti disritmia: lidokain, jaringan yg membahayakan jiwa
amiodaron b. Nitrat merelaksasikan otot polos
b. Vasodilator: nitrogliserin (ISDN) vaskuler (vasodilatasi)
c. Inotropic: Dopamin atau c. Dengan dosis yg tepat dapat
dobutamin meningkatkan kontraktilitas miokard
d. Oksigenasi per nasal kanul atau d. Terapi oksigen dapat meningkatkan
masker sesuai indikasi suplai oksigen miokard jika saturasi
e. Pemasangan kateter Swanganz oksigen kurang dari normal
e. Membantu memperbaiki irama
jantung sehingga meningkatkan curah
jantung
12. Observasi reaksi atau efek terapi, 12. Efek samping obat yg dapat
efek samping , toksisitas membahayakan kondisi klien harus
dikaji dan dilaporkan
13. Hindari respon valsava yang 13. Respon valsava menurunkan
Diagnosa 2: kerusakan pertukaran gas b/d akumulasi
cairan dalam alveoli sekunder kegagalan fungsi
jantung
Potensial kompilikasi: hipoksia berat
Data penunjang
 Subjektif: sesak nafap, nyeri dada, batuk
 Objektif: sianosis, wheezing, rales atau ronchi di basal
paru; retraksi intercosta; pernafasan cuping hidung;
nilai ABG abnormal, takipnea, paroximal nocturnal
dispnea, orthopnea, rontgen torax: perkabutan paru
(edem paru)
 Tujuan : mempertahankan pertukaran gas dalam paru
adekuat untuk meningkatkan oksigenasi jaringan
Kriteria hasil
 Subjektif: keluhan sesak nafas, batuk dan nyeri dada
hilang
 Objektif: sianosis hilang; bunyi dan pola nafas normal;
tanda kesulitan nafas hilang, nilai ABG batas normal;
EKG normal
Intervensi Rasional
1. Atur posisi tidur klien fowleratau high 1. Ekspansi paru
fowler
2. Bed rest total dan batasi aktivitas 2. Istirahat dan pembatasan aktivitas
selama periode sesak nafas menurunkan konsumsi oksigen
miokard
3. Observasi bunyi nafas, RR dan 3-5. terdengarnya crakles, ortopnea,
kedalaman setiap 1-4 jam sianosis.
4. Monitor tanda dan gejala pulmonal
(sesak nafas saat aktivitas; batuk; atau
orthopnea; takipnea; sputum: bau,
jumlah, warna, viskositas; menurunya
suara nafas; ronchi di basal paru
5. Monitor tanda dan gejala hipoksia
(takikardi, gelisah, bingung, pusing,
nyeri dada, sianosis di bibir dan
mukosa)
Intervensi Rasional
6. Kolaborasi tim medis untuk terapi 6. a. Terapi o2 dapat meningkatkan
atau tindakan suplai o2 miokardium jika saturasi o2
a. Terapi oksigen melalui nasal kanul kurang dari normal
4-6 liter/menit b. Dekongestan menurunkan kongesti
b. Bronkodilator bila ada indikasi pulmonal
c. Diuretik, suplemen kalium c. Diuretik menurunkan tekanan
d. Natrium bikarbonat hidrostatik vaskuler, suplemen
mencegah hipokalemi
d. Natrium bicarbonat memperbaiki
asam basa darah
7. Observasi intake dan output cairan 7-8. over load cairan memperberat
dan timbang berat badan kongsti pulmonal
8. Batasi jumlah asupan cairan per oral
9. Kolaborasi tim gizi untuk diet rendah 9. Mengurangi retensi cairan
garam ekstraseluler
 Diagnosa 3: nyeri dada akut b/d iskemia dan injuri
miokard
Diagnosa 4: intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard
Data penunjang
 Subjektif: keluhan nyeri dada, mual, pusing, sesak
nafas, lelah , fatigue
 Objektif: disritmia, takikardi atau bradikardi;
hipotensi, dispnea, diaforesis, pola EKG ST elevasi,
pucat, respon nonverbal kesakitan
Tujuan
 Klien terbebas dari rasa nyeri dan mampu
meningkatkan toleransi aktivitas
Kriteria Hasil
 Subjektif : keluhan nyeri dada, pusing, mual, sesak
nafas, dan lelah berkurang
 Objektif :pola EKG tdk normal, tanda vital normal;
mampu beraktivitas sesuai kemampuan (exercise HR
<20x/m, denyut nadi meningkat, sistolik meningkat
<40 mmHg dan diastolik < 20 mmHg setelah aktivitas)
Intervensi Rasional
1. Monitor nyeri dada (awal serangan, 1-2. data tersebut bermanfaat dalam
sifat, lokasi, penjalaran, lamanya, menentukan penyebab dan efek nyeri
faktor pencetus dan paliatif), tanda dada
sesak nafas, diaforesis, kelelahan
2. Anjurkan kepada klien untuk segera
minta bantuan perawat atau dokter
bila nerasakan nyeri kembali
3. Upayakan lingkungan tenang. Batasi 3-5. lingkungan tenang mendukung
aktivitas selama serangan nyeri dada, istirahat dan tidur nyaman sehingga
sebelum dan setelah makan atau mengurangi konsumsi oksigen
latihan aktivitas. Bantu mengubah miokard. Aktivitas setelah makan akan
posisi meningkatkan konsumsi oksigen
4. Upayakan rencana tindakan dan miokard
latihan aktivitas yang tidak menggangu
periode tidur dan istirahat klien
5. Berikan latihan rentang gerak sendi
setelah fase akut mereda
Intervensi Rasional
6. Nilai respon klien thdp aktivitas yg 6-7. aktivitas yg disertai tanda dan
dilakukan: catat adanya ST elevasi, gejala tsb mengindikasikan tidak
disritmia,dispnea, diaforesis, kelelahan, adekuatnya sirkulasi koroner yg
sianosis, penurunan kesadaran, pucat, mengakibatkan iskemik dan injuri
pusing, dan nyeri dada miokard
7. Menilai tanda-tanda vital saat
istirahat dan setelah aktivitas
 Diagnosa 4: kecemasan atau takut b/d keadaan fisik yg
tidak dapat diperkirakan dan ancaman kematian
akibat proses penyakit
Data Penunjang
 Subjektif : klien mengatakan merasa tidak berdaya,
takut mati, gelisah, bertanya perkembangan penyakit
 Objektif : emosi, cemas, sedih, marah, denial,
menangis. Gelisah
 Fisiologis : peningkatan nadi, tekanan darah, respirasi,
kelemahan, keletihan, gemetar dan diaforesis
Tujuan
 Klien dan keluarga mampu mengekpresikan rasa takut
atau kecemassan secara positif sehingga mekanisme
kopingnya efektif dan kecemasan atau rasa takut
hilang
Kriteria hasil
 Klien mampu mengekspresikan rasa takut atau
cemasnya secara wajar serta merasa optimis bahwa
kondisi fisiknya dapat dipulihkan
Intervensi Rasional
1. Berikan penjelasan singkat tentang 1. Penjelasan tentang prosedur
tujuan, hasil yg diharapkan dari setiap membantu klien menjadi kooperatif
prosedur serta efek sampingnya
2. Berikan kesempatan kepada klien 2. Lingkungan fisik dan psikologis yang
untuk mengenal lingkunganya dan tim nyaman membantu klien rileks dan
keperawatan tenang
3. Berikan waktu secukupnya bagi klien 3-5. kecemasanan meningkatkan
untuk berbicara dengan orang terdekat konsumsi oksigen miokard. Dukungan
4. Observasi efek yang terjadi setelah orang terdekat, konseling kepada
klien mendapat kunjungan dari orang rohaniawan dapat menurunkan tingkat
terdekat dan batasi jam berkunjung kecemasan dan memberikan
agar klien dapat beristirahat kenyamanan psikologis
5. Berikan dukungan untuk
mengekspresikan perasaan,
mendengarkan keluahan klien serta
menjawab pertanyanya secara jujur
Intervensi Rasional
6. Diskusikan kondisi klien dan 6-7. perubahan pola hidup dalam masa
perubahan pola hidup yang harus pemulihan dapat mencegah serangan
dijalani setelah pulang dari rumah sakit ulang. Rehabilitasi kardio yang
7. Anjurkan berpartisipasi aktif dalam terprogram dapat menurunkan
program rehabilitasi kecemasan dan kemampuan adaptasi
 Diagnosa 5: perubahan pola istirahat-tidur b/dnyeri
dada, sesak nafas, dan lingkungan rumah sakit yg
asing bagi klien
Data penunjang
 Subjektif: mengeluh sulit tidur, sering terjaga, pusing,
nyeri dada, sulit beradaptasi dengan lingkungan RS
 Objektif: mata sayu, wajah tampak sayu, tampak lelah,
gelisah, jumlah jam tidur klien berkurang, menguap,
dan menggosok mata
Tujuan
 Memenuhi kebutuhan istirahat tidur klien scr adekuat
Kriteria hasil
 Subjektif: menyatakan mampu tidur dengan nyaman,
keluhan2 berkurang atau hilang
 Objektif : jumlah jam tidur terpenuhi secara normal,
wajah klien segar, nyeri hilang
Intervensi Rasional
1. Identifikasi pola normal tidur 1-6 perubahan pola tidur menyebabkan
sebelum dan sesudah di RS kecemasan, yg dapat memicu nyeri
2. Bantu klien dalam beradaptasi dada dan meningkatkan konsumsi
dengan lingkungan rumah sakit oksigen miokard. Keluhan fisik yg
3. Nilai adanya faktor yg menunjang menggagu tidur harus dikelola untuk
gangguan pola tidur (dispnea, menunjang kebutuhan istirahat dan
cemas dll) mengurangi konsumsi oksigen
4. Berikan tindakan untuk mengatasi miokard. Prosedur ritual dapat
faktor penyebab (mengatur posisi memberikan kenyamanan fisik sebelum
tidur yg nyaman) tidur yang menunjang relaksasi
5. Berikan prosedur ritual sebelum
waktu tidur yg menunjang istirahat
tidur
6. Rencanakan tindakan keperawatan
yg tidak menggangu jam istirahat-
tidur pasien
Intervensi Rasional
7. Kolaborasi dengan dokter untuk Obat sedatif menurunkan kecemasan
pemberian obat sedatif sesuai indikasi dan membantu untuk tidur
8. Observasi reaksi, efek samping dan 8. Efek samping obat yg
tanda2 toksisitas obat yang diberikan membahayakan harus dikaji dan
dilaporkan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai