Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

PENATALAKSANAAN PADA NYERI KANKER

Dosen pembimbing :

Disusun Oleh :

DI SUSUN OLEH :
KELAS 3A

INGGAR RATIH I.P (1150015002)


UCI NURIL HIDAYATI (1150015012)
MAHVIRA SHOFI INDRIANI (1150015020)
AYSAH INDRA NURYANA (1150015029)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2015-2016

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
limpahan rahmat-nya, maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat
waktu. Berikut ini kami susun sebuah makalah dengan judul Penatalaksanaan pada
Nyeri Kanker, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi
mahasiswa keperawatan untuk pempelajarinya dalam sistem perkemihan.
Kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing kami
yang telah membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Dan kami ucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang juga turut serta dalam mengerjakan tugas ini.
Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf bilamana isi
makalah ini kurang lengkap dan ada tulisan-tulisan yang kurang tepat. Oleh karena itu
kami meminta kritik dan saran kepada para pembaca. Dengan ini kami mengucap
terimakasih dan semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Surabaya, 19 November 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI


1. Definisi nyeri .......................................................................................... 5
2. Apa saja terapi pada nyeri kanker ........................................................... 5
3. Bagaimana penanganan terapi Farmakologi ........................................... 6
4. Bagaimana penanganan terapi Non-Farmakologi ................................... 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan istilah untuk sekelompok penyakit yang bervariasi tipe dan
lokasinya. Penyakit ini disebabkan oleh hilangnya kontrol terhadap kapasitas reproduksi sel.
Sel-sel ini tidak membelah sesuai programnya, namun terus membelah dan bermultiplikasi
secara abnormal hingga menimbulkan massa tumor yang nampak dan terdeteksi. Massa
tumor ini dihasilkan oleh proliferasi sel autonom yang berkelanjutan dan abnormal, akibat
perubahan permanen beberapa sel yang ditransmisikan dari kelompok selnya.
Nyeri kanker sering dalam praktek sehari-hari dan bersifat subyektif. Pada pasien
yang pertama kali datang berobat, sekitar 30% pasien kanker disertai dengan keluhan nyeri
dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani pengobatan disertai dengan
keluhan nyeri dalam berbagai tingkatan. Nyeri kanker adalah nyeri kronik yang
membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda dengan nyeri kronik lainnya, membutuhkan
penilaian dengan tingkatan akurasi yang tepat, evaluasi secara komprehensif dan waktu yang
ketat terutama untuk nyeri berat serta pengobatannya yang berlangsung lama.
Salah satu gejala pada penderita kanker adalah nyeri yang dapat bersifat ringan,
sedang sampai menjadi berat. Hal ini juga yang menjadi gejala yang paling ditakuti pasien
karena menjadi faktor utama dalam mengalami penurunan kualitas hidupnya. Sebagian besar
pasien kanker akan mengalami gangguan perasaan nyeri dalam perjalanan hidupnya.

B. Rumusan Masalah
5. Apakah definisi nyeri ?
6. Bagaimana terapi pada nyeri kanker ?
7. Bagaimana penanganan terapi Farmakologi ?
8. Bagaimana penanganan terapi Non-Farmakologi ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami definisi nyeri
2. Mahasiswa memahami apa saja terapi pada nyeri kanker
3. Mahasiswa memahami bagaimana cara penanganan terapi Farmakologi
4. Mahasiswa memahami bagaimana cara penanganan terapi Non-Farmakologi

4
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan jaringan yang rusak atau cenderung terjadinya kerusakan jaringan atau
segala keadaan yang menunjukkan adanya kerusakan jaringan.

2. Ruang lingkup
a) Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas (kurang dari 6
minggu), yang memiliki hubungan waktu dan kausal dengan cedera atau penyakit.
b) Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama, rasa nyerinya
terus ada karena kerusakan jaringan yang terus menerus meskipun telah terjadi proses
penyembuhan dan seringkali tidak diketahui penyebabnya yang pasti
c) Nyeri nosiseptik adalah nyeri yang terjadi pada jaringan yang intak yang
mendapatkan rangsangan kuat (disebut juga rangsang noksius), apakah itu suhu yang
ekstrim, mekanik maupun kimiawi
d) Nyeri neuropatik adalah nyeri yang disebabkan oleh penyakit atau kerusakan sistim
saraf perifer atau sentral, atau disebabkan adanya disfungsi sistem saraf
e) Nyeri Psychologisadalah nyeri yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap;
penyakit (disease), kecacatan (disability) yang dirasakan , dan jenis adaptasi psikologis
digunakan oleh pasien. Fokus penanganan terletak pada jiwa yang merasakan sakit,
bukan pada ada atau tidaknya patologi yang ditemukan.

3. Terapi Nyeri kanker


Nyeri pada pasien kanker merupakan gabungan dari berbagai aspek, sehingga penanganannya
pun harus melibatkan banyak aspek secara komprehensif. Untuk penanganan rasa nyeri pada
pasien kanker dapat dibagi menjadi 2secara umum :
1. Penanganan farmakologis, yaitu dengan menggunakan obat-obatan seperti analgesic,
antidepresan, dan antikonvulsan.
2. Penanganan non farmakologis, seperti terapi radiasi dan psikologis
3. Terapi intervensi

5
4. Psikoterapi

1. Terapi Penanganan Farmakologi: gunakan step-ladder WHO

a) Intervensi: injeksi epidural, supraspinal, infiltrasi di tempat nyeri, radio


frekwensi, pembedahan dan lainnya
b) Non-farmakologi
Modalitas fisik
Akupuntur (POSA, Rehab Medik)
Latihan
Ortesa
Psikoterapi
Pengobatan komplementer alternatif (CAM)
c) Follow-up/asesmen ulang
Asesmen ulang sebaiknya dilakukan dengan interval yang teratur
Panduan umum:
Pemberian parenteral:30 menit
Pemberian oral: 60 menit
Intervensi non-farmakologi: 30-60 menit

6
d) Pencegahan
Edukasi pasien:
Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, serta
tatalaksananya
Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untuk
pasien
Beritahukan bahwa pasien dapat menghubungi tim medis jika
memiliki pertanyaan/ingin berkonsultasi mengenai kondisinya
Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam menyusun manajemen
nyeri (termasuk penjadwalan medikasi, pemilihan analgesik, dan
jadwal control)
Kepatuhan pasien dalam menjalani manajemen nyeri dengan baik.
Medikasi saat pasien pulang
Pasien dipulangkan segera setelah nyeri dapat teratasi dan dapat
beraktivitas seperti biasa/normal
Pemilihan medikasi analgesik bergantung pada kondisi pasien

1. Analgesic non opioid


Karakteristik dari analgesic non-opioid pada tahap pertama WHO adalah
tidak memiliki efek adiktif. Secara umum penggunaan analgesic non opioid pada
terapi nyeri kanker memiliki dua golongan sebagai berikut :
a. Asetaminofen ( paracetamol )
Asetaminofen yang sering dikenal dengan paracetamol merupakan
agenanalgesik sekaligus antipiretik yang banyak digunakan, biasanya dalam
terapi ISPA selain itu, asetaminofen juga sering dikomendasikan dengan
analgesic.
b. Obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID)
Aspirin
Aspirin merupakan obat analgesik yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia karena efektif, murah, dan mudah diperoleh. Obat ini juga
merupakan inhibitor broad-spectrum dari prostaglandin melalui enzim
COX-1 dan COX-2. Efektif pada terapi nyeri tulang akibat metastasis di
mana pada kondisi ini tingkat produksi prostanglandin sangatlah tinggi.

7
Penggunaan Aspirin perlu diwaspadai pada beberapa kondisi :
Pasien asma, polip nasal, dan atau urtikaria (dikenal sebagai Trias Franklin,
karena terdapat peningkatan resiko anafilaksis yang mengakibatkan konstriksi
bronkus, edema laring, hipotensi, dan kematian)
Tidak boleh diberikan pada anak dibawah 2 tahun yang menderita flu dan cacar
air karena berisiko terjadi sindroma Reye yang fatal pada anak.
Efek samping Aspirin ringan meliputi dispepsia, herat burn, mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri epigastrium, dan nyeri abdomen. Efek yang berat dapat berupa
perdarahan gastrointestinal, angioedema, tinitus, dan Sindroma Reye. Efek samping ini
dapat dikurangi jika diminum bersama-sama dengan susu, sesudah makan, atau
bersama dengan suatu antasida.
Yang perlu diwaspadai pada penggunaan NSAID :
Orang tua, penderita diabetes, penyakit vaskuler, asma, gagal ginjal atau berkurangnya
output urine, hipotensi, dan hipovolemi.
Kontraindikasi NSAID :
Adverse reaction yang sebelumnya pernah terjadi terhadap NSAID
Riwayat tukak lambung
Sedang diterapi dengan NSAID lain
Terapi antikoagulan oral
Gangguan pembekuan darah
Sedang menjalin profilaksis Deep Vein Thrombosis (DVT) dengan Heparin LMW
Riwayat hipersensitivitas terhadap aspirin atau NSAID lain

NSAID Lain
Begitu banyak jenis NSAID lain yang dapat digunakan dalam terapi nyeri kanker, tidak
terbatas pada Aspirin saja. Obat-obat ini memiliki mekanisme kerja, efek samping, dan
kontraindikasi yang sama seperti tertulis pada bagian Aspirin di atas.
Apabila obat non-opioid (dengan atau tanpa disertai penggunan adjuvan) tidak lagi mampu
mengontrol rasa nyeri, maka berikan opioid ringan beserta dengan analgesik non-opioid pada
penatalaksanaan pasien.

8
2. Analgesic ajuvan
Obat analgesic ajuvan adalah obat yang indikasi utamanya bukanlah sebagai
penanganaan rasa nyeri, melainkan memiliki efek analgesia dalam kondisi-kondisi tertentu
terutama pada rasa nyeri yang berat. Analgesic ajuvan dapat ditambahkan pada stadium
manapun.
Merupakan obat yang memiliki indikasi primer bukan untuk nyeri tetapi dapat
berefek analgesik dalam kondisi tertentu.
Pada anak dengan nyeri neuropatik, dapat diberikan analgesik adjuvant sebagai
level 1.
Analgesik adjuvant ini lebih spesifik dan efektif untuk mengatasi nyeri
neuropatik.
Kategori:
Analgesik multi-tujuan: antidepressant, antagonis adrenergic alfa-2,
kortikosteroid, anestesi topical.
Analgesik untuk nyeri neuropatik: antidepressant, antikonvulsan, antagonis
GABA, anestesi oral-lokal
Analgesik untuk nyeri musculoskeletal: relaksan otot, benzodiazepine,
inhibitor osteoklas, radiofarmaka.
OAINS dan amfetamin: meningkatkan toleransi opioid dan resolusi nyeri
Nortriptilin, klonazepam, karbamazepin, fenitoin, gabapentin, tramadol,
mexiletine: efektif untuk nyeri neuropatik
Antikonvulsan: untuk neuralgia trigeminal.
Gabapentin: neuralgia pasca-herpetik 1-3 x 100mg sehari dan dapat
ditingkatkan menjadi 300mg/ hari

3. Analgesic opioid
1) Resiko adiksi rendah jika digunakan untuk nyeri akut (jangka pendek).
2) Hidrasi yang cukup dan konsumsi serat/ bulking agent untuk mencegah
konstipasi (preparat senna, sorbitol).
3) Berikan opioid jangka pendek
4) Dosis rutin dan teratur memberikan efek analgesic yang lebih baik daripada
pemberian intermiten.
5) Mulailah dengan dosis rendah, lalu naikkan perlahan.

9
6) Jika efek analgesic masih kurang adekuat, dapat menaikkan opioid sebesar 50-
100% dari dosis semula.
Efek samping dari obat golongan opioid baik lemah maupun kuat adalah mual,
muntah, konstipasi, mioklonus, sedasi, gangguan kognisi, depresi pernafasan, mulut
terasa kering, dimana efek samping ini umumnya bersifat self-limiting. Namun
khususnya untuk konstipasi, dapat diatasi dengan pemberian laksatif secara
konsisten.
a. Opioid lemah hingga sedang
Opioid lemah yang utama digunakan sebagai terapi nyeri kanker adalah
kodein. Namun perlu diingat bahwa penggunaan opioid lemah pada tahap kedua
WHO seringkali dikomendasikan dengan NSAID atau acetaminopan. Yang
membatasi penggunaan kombinasi adalah tosisitasnya. Pada tahap inilah obat
ajuvan banyak digunakan untuk mengatasi gejala yang mengeksaserbasi nyeri.
b. Opioid kuat
Merupakan jalan terapi farmakologis terakhir yang dipilih apabila
kombinasi antara analgesic non-opiod dengan opioid lemah tidak mampu
mengatasi rasa nyeri. Namun, perlu diingat bahwa resiko terjadinya toleransi ,
peningkatan sensivitas nyeri, perubahan hormonal, depresi sistem imun,
physical dependence, dan phychological dependence pada obat golongan ini
cukup signifikan terutama pada penggunaan jangka panjang.

Toleransi dan peningkatan sensifitas nyeri


Toleransi merupakan fenomena farmakologis yaitu terjadinya peningkatan dosis obat
yang harus digunakan untuk mencapai efek tertentu yang sebelumnya dapat dicapai dengan
dosis lebih rendah. Hal ini dapat terjadi akibat desentisitasi dari reseptor apoid, terutama pada
kaskade reseptor NMDA dan peningkatan ekspresi donorvin endogen sehingga sensivitas
terhadap nyeri meningkat. Peningkatan sensivitas nyeri yang terjadi terutama berhubungan
dengan reseptor nosiseptif, dimana sering kali bermanifestasi sebagai nyeri neuropatik.
Proses toleransi dapat diperlambat dengan melakukan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Kombinasikan penggunaan opioid dengan analgesik non-apoid
2. Sebisamungkin lakukan pemberian secara oral
3. Gunakan apioid lemah dahulu baru kemudian apioid kuat
4. Pemberian NMDA antagonis seperti metadon
5. Memulihkan koordinasi dan keseimbangan tubuh
10
6. Meningkatkan rasa nyaman pada penderita
7. Meningkatkan kemampuan gerak dari persendian kaku
8. Menciptakan cardiovaskular conditioning
Apabila timbul nyeri akut, batasi gerakan yang dilakukan sesuai dengan kemampuan penderita.

2. Penanganan teknik non-farmakologi


A. Teknik Distraksi
a. Pengertian
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
klien pada hal-hal lain sehingga klien dapat menurunkan kewaspadaan terhadap
nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat
mengatasi nyeri berdasarkan teori aktifasi retikular, yaitu menghambat stimulus
nyeri ketika seseorang menerima masukan sensori yang cukup atau berlebihan,
sehingga menyebabkan terhambatnya implus nyeri keotak (nyeri berkurang atau
tidak dirasakan oleh klien) stimulus sensori yang menyenangkan akan merangsang
sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi
berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi
aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat indifidu
dalam stimulasi. Oleh karena itu stimulasi pengelihatan, pendengaran, dan sentuhan
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indra
saja. Distraksi bekerja memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang
singkat untuk mengatasi nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya
selama pelaksanaan prosedur invasif atau saat menunggu kerja analgesik.

b. Macam Macam Teknik Distraksi


1. Bernapas pelan-pelan
2. Masase sambil menarik napas pelan-pelan
3. Mendengarkan lagu sambil menepuk-nepukkan jari/kaki
4. Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
5. Menonton TV (acara kegemaran) dan lain-lain

11
c. Prosedur Teknik Distraksi
Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain sebagai berikut :
1. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual
2. Distraksi pendengaran
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemericik air.
a. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang
seperti musik klasik
b. Klien diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu
c. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetuk jari atau kaki
3. Distraksi pernapernapasan
a. Cara pertama, yaitu bernapas ritmik
1. Anjurkan klien untuk memandang focus pada satu objek atau
memejamkan mata
2. Lakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai
empat (dalam hati)
3. Anjurkan klien untuk berkonsentrasi pada sensasi pernapasan dan
terhadap gambar yang memberi ketenangan
4. Lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernapasan ritmik

b. Cara kedua, yaitu bernapas ritmik dan masase


1. Instuksikan klien untuk melakukan pernapasan ritmik pada suatu saat
yang besamaan lakukan masase pada bagian tubuh yang mengalami
nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar area nyeri
2. Pernapasan dalam adalah teknik yang termudah digunakan untuk anak
kecil
3. Anak diinstruksikan mengambil napas dalam melaui hidung dan
meniup keluar melalui mulut.
4. Sambil menghitung respirasi anak, perhatian dapat dipusatkan pada
pernapasannya

12
5. Bagi anak usia sekolah, dengan meminta mereka menahan napas
sewaktu prosedur yang menyakitkan akan memindahkan perhatian
mereka kepada pernapasannya dan buka pada prosedurnya
6. Meminta anak untu meniup keluar nyeri telah didiskusikan sebagai alat
distraksi yang efektif (french, painter and coury,1994).
4. Distraksi intelektual
Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan mengisi teka-teki silang,
bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur), seperti mengumpulkan
perangko atau menulis cerita. Pada anak-anak dapat digunakan teknik
menghitung benda atau burung disekeliling
5. Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing merupakan kegiatan klien membuat suatu bayangan
yang menyenangkan dan mengkonsentrasikan diri pada bayangan tersebut,
serta berangsut-angsur membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri. Selain
itu, bisa juga distrksi sama dengan gangguan yang berarti mengalihkan
perhatian kia pada sesuatu. Dengan menggunakan metode ini, tanpa disadari
ketika menonton televisinatau mendengarkan radio dapat mengalihkan pikiran
dari kekhawatiran, cemas/ suatu masalah/rasa sakit yang sedang dialami.
Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit ringan atau
distraksi berguna ketika sedang menunggu bekerjanya obat anti nyeri. Jika jika
mempunyai masalah yang mengganggu pikiran, seseorang dapat berfokus pada
yang lain sehingga pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran. Cara
melakukan bimbingan imajinasi antara lain sebagai berikut :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Jelaskan prosedur yaitu rujukan, posisi, waktu, dan peran perawat
sebagai pembimbing
c. Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman
d. Duduk dengan klien tapi tidak mengganggu
e. Lakukan pembimbingan dengan baik
Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau
pengalaman yang membantu penggunaan semua indra dengan
suara yang lembut
Ketika klien relaks, klien berfokus pada bayangannya dan saat itu
perawat tidak perlu bicara lagi
13
Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak
nyaman, maka perawat harus menghentikan latihan dan memulai
lagi ketika klien telah siap
Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh setelah 15 menit, klien
harus memperhatikan tubuhnya, lalu catat daerah yang tegang dan
daerah ini akan digantikan dengan relaksasi. Biasanya klien relax
setelah menutup mata atau mendengarkan musik yang lembut
sebagai latar belakang yang membantu
Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk
digunakan pada latihan selanjutnya dengan menggunakan
informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membutuhkan
perubahan pertanyaan klien

6. Teknik Sentuhan
Distraksi dengan menggunakan teknik sentuhan pada lengan, mengusap
atau menepuk-nepuk tubuh klien. Teknik sentuhan dapat dilakukan sebagai
tindakan pengalihan atau distraksi. Tindakan ini dapat mengaktifkan saraf
lainnya untuk menerima respons atau teknik gateway control. Teknik ini
memungkinkan implus yang berasal dari saraf yang menerima input sakit atau
nyeri tersebut. Impuls yang berasal dari input saraf nyeri tersebut diblok oleh
input dari saraf yang menerima rangsang sentuhan karena saraf yang menerima
sentuhan lebih besar dari saraf nyeri.

B. Relaksasi
a. Pengertian
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri kronis. Relax sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot,
rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. Relasasi
adalah kegiatan yang memadukan otak dan otot. Otak yang lelah dibuat tenang
dan otot yang tegang dibuat relax. Jika seseorang melakukan relaksasi, puncaknya
adalah fisik yang segar dan otak yang siap menyala kembali.oleh karena itu relaksasi
melibatkan komponen-komponen penting tubuh yang secara terus menerus dipakai,
misalnya panca indra, pernafasan, aliran darah (sistem kardiovaskular), otak dan
otot-otot rangka. Banyak cara untuk melakukan relaksasi langkah-langkah berikut :
14
1. Pilihlah tempat yang tenang, sebaiknya tempat yang ada bunyi-bunyinya
yang bersumber alam, seperti bunyi air mengalir, semikir angin dan kicauan
burung.
2. Seseorang dapat melakukannya dengan posisi apapun yang penting tidak
cepat lelah atau bosan. Selain itu tidak harus duduk seperti bermediasi.
Pilihlah posisi yang nyaman.
3. Mulailah dengan menegangkan otot-otot tungkai selama 30-60 detik. Otot
tungkai bersama otot aksial (bagian tengah badan) adalah otot-otot yang
mudah merasa lelah. Kerja otot tersebut paling berat karena mempertahankan
posisi tubuh agar selalu seimbang. Dengan cara ini otot-otot tegang itu
dilemaskan. Ulangi langkah ini sebanyak 3 kali.
4. Lanjutkan dengan membayangkan setiap bagian tubuh menjadi relax. Mulai
dari ujung kaki sampai kepala.
5. Pertahankan rasa relax sekitar 10-15 menit.

b. Prosedur pelaksanaan
1. Atur posisi klien agar relax, tanpa beban fisik, posisi dapat duduk atau
berbaring terlentang.
2. Instruksikan klien untuk menghirup napas dalam sehingga rongga paru
berisi udara yang bersih
3. Instruksikan klien untuk secara perlahan menghembuskan udara dan
membiarkannya keluar. Bersamaan dengan hal ini minta klien untuk
memusatkan perhatian betapa nikmat rasanya
4. Instruksikan klien untuk bernafasdengan irama normal beberapa saat.
5. Instruksikan klien untuk bernapas dalam, keudian menghembuskan
perlahan-lahan, dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki
menuju keparu kemudian udara dibuang keluar.
6. Instruksikan klien untuk mengulangi prosedur no.5 dengan memusatkan
perhatian pada kaki dan tangan, punggung, perut, serta bagian tubuh yang
lain.
7. Setelah klien merasa relax, minta klien secara perlahan menambah irama
pernafasan. Gunakan pernafasan dada atau abdomen. Jika frekuensi nyeri
bertambah, gunakan pernafasan dangkal dengan frekuensi yang lebih cepat.

15
Teknik relaksasi umumnya terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress.
2. Menurunkan nyeri ototmenolong individu untuk melupakan nyeri
3. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
4. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
5. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

C. Teknik relaksasi progresif


Teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi ketekunan atau
sugesti. (martha dafis, 1995)
Prosedur pelaksanaan
1. Bina hubungan sling percaya
2. Jelaskan prosedur
a. Tujuan
b. Posisi berbaring atau duduk dikursi dengan kepala ditopang
c. Waktu 2 X 15 menit
Empat kelompok utama yang digunakan dalam teknik relaksasi antara lain
sebagai berikut :
Tangan, lengan bawah dan otot bisep
Kepala, muka, tenggorokan, dan bahu termasuk pemusatan perhatian
pada dahi, pipi, hidung, mata, rahang, bibir, lidah dan leher. Sedapat
mungkin perhatian diarahkan pada kepala karena secara emosional,
otot, yang paling penting dalam tubuh anda di sekitar area ini.
Dada, lambung, dan punggung bagian bawah.
Paha, pantat, betis, dan kaki.
3. Anjurkan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan ciptakan
lingkungan yang nyaman.
4. Bimbing klien untuk melakukan teknik relaksasi (prosedur diulang
paling tidak atu kali). Jika area tetap tegang dapat diulang 5 kali dengan
melihat respon klien.
Kepalkan kedua telapak tangan lalu kencangkan bisep dan lengan
bawah selama lima sampai tujuh detik. Bimbing klien kedaerah otot

16
yang tegang, anjurkan klien untuk merasakannya dan tegangkan otot
sepenuhnya kemudian relaksasi 12-30 detik
Kerutkan dahi keatas pada saat yang sama, tekaan kepala mungkin
kebelakang, putar searah jarum jam dan kebalikannya, kemudian
anjurkn klien untuk mengerutkan otot sepaeri kenari, yaitu; cemberut,
mata dikedip-kedipkan, menyonyongkan kedepan, lidah ditekan ke
langit-langit, dan bahu dibungkukkan selama 5-7 detik. Bimbing klien
kedaerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan rasanya,
dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relax selama 12-30 detik.
Lengkungkan punggung kebelakang sambil menarik napas dalam,
tekan keluar lambung, tahan, lalu relax. Tarik napas dalam, tekan
keluar perut, tahan, dan relax
Tarik kaki dan ibujari kebelakang mengarah kemuka, tahan, relax.
Lipat ibu jari secara serentak, kencangkan betis, paha ddan pantat
selama 5-7 detik. Bimbing klien kedaerah otot yang tegang, lalu
anjurkan klien untuk merasakannya, dan tegangkan otot sepenuhnya,
kemudian relax selama 12-30 detik
5. Selama melakukan teknik relaksasi, catak respon nonverbal klien. Jika klien
menjadi agitasi atau tidak nyaman, hentikan latian, dan jika klien terlihat
kesulitan relaksasi hanya pada sebagian tubuh. Lambatkan kecepatan latian
dan berkonsentrasi pada tubuh yang tegang.
6. Dokumentasikan dalam catatan perawat, respon klien terhadap teknik
relaksasi, dan perubahan tingkat kenyamanan klien.

D. Pemijatan (masase)
a. Pengertian
Stimulasi kutaneus
Teori gate control nyeri seperti yang telah dijelaskan, bertujuan untuk
menstimulasi serabut-serabut yang mentransmisikan sensasi tidak nyeri memblok
atau menurunkan transmisi, impuls nyeri. Beberapa strategi penghilang nyeri
nonfarmakologis, termasuk menggosok kulit dan menggunakan panas dan dingin,
adalah berdasarkan mekanisme. Masase adalah stimulasi kitaneus tubuh secara
umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik

17
menstimulasi reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai
dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat klien lebih
nyaman karena masase membuat relaksasi otot.
b. Tujuan
1. Mengurangi ketegangan otot
2. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
3. Mengkaji kondisi kulit
4. Meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada area yang dimasase.

c. Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Masase dapat dikerjakan pada saat akan memandikan klien atau saat mandi,
sebelum tidur atau jika klien menghendaki
2. Masase dilakukan selama 5-10 menit
3. Efek relaksasi dapat dicapai maksimal jika masase dilakukan sesuai dengan
gerakan pernapasan
4. Perhatikan kemungkinan klien alergi terhadap minyak atau lossion
5. Hindari pemijatan pada area kemerahan kecuali jika kemerahan tersebut hilang
dimasase.
6. Masase dapat juga dilakukan pada daerah leher, tangan, dan kaki
7. Masase dapat merupakan kontraindikasi pada klien imobilitas tertentu yang
mempunyai gangguan penggumpalan darah.

E. Kompres
1. Kompres hangat dan dingin
Saat ini marak dikembangkan terapi tambahan untuk mengatasi nyeri,
diantaranya adalah kompres hangat dan dingin dengan kata lain terapi es dan
panas. Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang
efektif pada beberapa keadaan, tetapi keefektifannya dan mekanisme kerjanya
memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja dengan
menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-noniseptor) dalam reseptor yang sama
seperti pada cedera. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang
memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada
tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Penggunaan panas mempunyai
18
keuntungan meningkatkan aliran darah kesuatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Namun demikian,
menggunakan panas kering maupun lembab kemungkinan memberi analgesik
terapi penelitian tambahan diperlukan untuk memahami mekanisme kerjanya dan
indikasi penggunaanya yang sesuai. Baik terapi es maupun panas harus digunakan
dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit.

2. Kompres hangat
Memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Kompres hangat
adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis. Efek darah, mengurangi kejang otot, dan
menurunkan kekakuan tulang sendi.
o Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Merangsang peristaltik usus
4. Memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat)
5. Memberi rasa nyaman/hangat dan tenang.

o Sasaran
1. Klien dengan perut kembung
2. Klien yang kedinginan, misalnya akibat narkose, iklim, dan sebagainya
3. Klien yang mengalami radang, misalnya; radang persendian,
adneksitis, dan lain-lain
4. Kekejangan otot (spamus)
5. Adanya abses (bengkak) akibat suntikan
6. Tubuh dengan abses, hematom

o Penggunaan kompres hangat


1. Untuk demam
Penanganan demam bukanlah dengan di kompres air dingin seperti yang biasa
dilakukan dahulu kala karena orang demam jika dikompres dingin akan lebih demam
19
lagi saat kompres dihentikan. Oleh karena itu pada saat dikompres dingin, pusat
pengatur suhu menerima sinyal bahwa suhu tubuh sedang dingin maka tubuh harus
segera dihangatkan.jadi, justru akan bertentangan dengan hasil yang diharapkan. Lain
halnya jika dilakukan kompres hangat. Pusat suhu akan menerima inflmasi bahwa suhu
tubuh sedang hangat, maka suhu tubuh harus segera diurunkan. Inilah pengaruh yang
diharapkan. Apalagi ketika demam memang merasa kedinginan meskipun tubuh
sebenarnya panas. Kompre hangat membantu mengurangi rasa dingin dan menjadikan
tubuh terasa lebih nyaman.
2. Untuk cedera lama/kondisi kronis bisa membantu membuat relax, mengurangi tekanan
pada jaringan, serta merangsang aliran darah kedaerah tersebut.
3. Untuk pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang tetapi tidak boleh
digunakan untuk yang cedera akut atau ketika masih ada bengkak, karena panas dapat
memperparah bengkak yang sudah ada.
4. Untuk yang perutnya kembung dan yang mempunyai sakit radang sendi

o Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Jangan letakkan kantong air hangat dibagian tubuh yang telanjang, lapisi kantong
dengan kain flanel atau handuk
2. Kantong air hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu hanya boleh terisi
sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan
3. Pada penggunaan kompres hangat yang berlangsung lama, jangan lupa memeriksa kulit
penderita
4. Kompres hangat tidak diberikan dikepala karena dapat menyebabkan pembuluh darah
diarea tersebut mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala.
5. Kompres hangat tidak boleh diberikan diperut jik mengalaminradang/infeksi usus
buntu.

3. Metode kompres panas


A.Kompres panas basah
Merupakan tindakan keperawatan dalam memberikan kompres panas basah yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman. Tindakan ini dilakukan pada klien yang
mengalami nyeri, resiko terjadi infeksi luka, dan kerusakan fisik (mobilitas) tetapi kompres

20
panas basah digunakan pada permukaan jaringan yng tertutup (bengkak) tidak memerlukan
prinsip steril.
Tujuan dari pemberian ini antara lain untuk memperbaiki sirkulasi, menghilangkan
edema, meningkatkan drainase pus, dan mengurangi rasa nyeri.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian kompres panas basah diantaranya sebagai
berikut :
1. Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres dipertahankan tetap hangat
2. Cairan jangan terlalu panas, hindarkan kulit terbakar (suhu cairan 40o -46oC
3. Kain kompres harus lebih besar dari bagian yang akan dikompres
4. Untuk kompres hangat basah pada luka terbuka, peralatan harus steril. Untuk
permukaan tertutup (bengkak,memar) peralatan harus bersih.

B. Kompres panas kering


Kompres panas kering dapat menggunakan beberapa alat, diantaranya sebagai berikut :
a. Buli-buli panas (WWZ)
b. Bantal listrik
c. Busur lampu/cahaya, solux, fohn
Tujuan dari penggunaan kompres panas kering dengan menggunakan buli-buli adalah
untuk mengurangi/membebaskan rasa nyeri, spasmus otot, peradangan atau kongesti, dan
memberikan rasa hangat. Kompres ini diberikan pada klien kedinginan. Selain itu, hal yang
harus diperhatikan dalam pemberian kompres ini antara lain :
1. Buli-buli panas tidak boleh diberikan pada klien yang mengalami perdarahan
2. Jika buli-buli panas dipasang pada bagian perut, tutup buli-buli mengarah keatas atau
kesamping.
3. Jika dipasang dibagian kaki, tutup buli-buli mengarah kebawah atau kesamping
4. Buli-buli diperiksa kembali, harus ada cincin karet pada tutupnya

5. Kompres dingin
A. Kompres dingin basah
Tindakan kompres dingin basah dalam memenuhi kebutuhan rasa nyaman (hipotermia)
yaitu memberikan rasa dingin dengan menggunakan lap atau kain yang dicelupkan di dalam
air dingin. Kompres ini dapat dilakukan di dahi, ketiak atau lipatan paha.

21
Pengertian kompres panas dingin adalah memasang suatu zat dengan suhu rendah pada
tubuh untuk tujuan terapeutik. Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
rendah setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis.
Aplikasi kompres dingin adalah mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mngurangi
perdarahan serta edema. Diperkirakan bahwa terapi dingin menimbulkan efek analgesik
dengan meperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga implus nyeri yang mencapai otak lebih
sedikit. Tujuan dari penggunaan kompres dingin adalah :
1. Menurunkan suhu tubuh pada hipertermia
2. Mecegah peradangan meluas
3. Mengurangi kongesti
4. Mengurangi perdarahan lokal
5. Mengurangi rasa sakit lokal

Penggunaan kompres basah dingin


1. Digunakan untuk cedera tiba-tiba atau baru terjadi/akut
2. Untuk kesleo pergelangan kaki, cedera berlebihan pada atlet atau luk memar
3. Suhu tinggi
4. Radang
5. Memar
6. Batuk/muntah darah
7. Pascatonsilektomi
8. Luka tertutup/terbuka

Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Jangan gunakan es batu langsung pada luka, gunakan kompres es atau tempatkan
beberapa es batu dalm kantong plastik atau bungkus dengan handuk dan tempelkan
pada daerah cedera
2. Jika terjadi rasa kebal hentikan pengompresan
3. Perhatikan kulit klien bewarna merah jambu masih bisa dilakukan pengompresan, tapi
kalu kulit klien bewarna gelap metode ini tidak dapat dilakukan
4. Pemberian metode ini tidak diberikan kepada klien yang memiliki alergi dingin
5. Melakukan kompres dingin harus hati-hati karena dapat menyebabkan jaringan kulit
mengalami nekrosis (kematian sel)
6. Untuk itu dianjurkan kompres dingin lebih dari 30 menit
22
B. Kompres dingin kering
Kompres dingin kering adalah memasang eskap/eskag pada tubuh untuk tujuan terapeutik
dengan menggunakan hal-hal sebagi berikut:
a. Kirbat es (eskap) : bentuk bundar/lonjong digunakan untuk bagian kepala, dada dan
perut
b. Eskag : bentuk memanjang digunakan untuk bagian leher.
Tujuan dari penggunaan kompres ini adalah menurunkan suhu tubuh, mengurangi nyeri/sakit
setempat (misalnya; pada radang usus buntu), dan mengurangi perdarahan misalnya
pascatonsilektomi, muntah/batuk darah, perdaraan usus, perdarahan lambung dan
pascaparfum. Kompres dingin kering dilakukan pada klien sebagi berikut
1. Klien suhu tubuhnya tinggi
2. Klien perdarahan hebat, misalya; epistaksis
3. Klien yang kesakitan, misalnya infiltrat apendikular, sakit kepala hebat, dan lain-lain
4. Klien pasca bedah tonsil (tonsilektomi) dan lain-lain

7. Perubahan posisi
Pada penderita yang tidak dapat aktif atau kurang gerak, perawat perlu melakukan
perubahan posisi tubuh penderita, hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi akibat berbaring lama

8. Imobilisasi
Imobilisasi penting dilakukan pada penderita dislokasi sendi fraktur, dan sebagainya
yang mengakibatkan nyeri akut. Imobilisasi sebaiknya tidak dilakukan dalam jangka waktu
yang terlalu lama, serta pertahankan posisi tubuh dalam posisi fungsional.

9. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)


TENS adalah aplikasi arus listrik melalui kulit sebagai upaya kontrol nyeri. TENS
merupakan satu-satunya modalitas yang direkomendasikan pada pasien dengan penyakit
neoplastik.
Unit ini biasanya dihubungkan dengan kulit dengan menggunakan dua atau lebih
elektroda yang menstimulasi kulit. Frekuensi yang digunakan bisa tinggi (>50Hz) dengan
intensitas dibawah kontraksi motorik atau frekuensi rendah (<10Hz) dengan intensitas yang
memproduksi motorik
23
10. Akupuntur
Terdapat dasar keilmuan yang kokoh yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
akupuntur dengan pelepasan analgesik endogen dari medula spinalis. Akupuntur sangat
berguna pada nyeri miofasial

11. Modifikasi kehidupan sehari-hari


Penderita perlu diberi pengertian tentang penggunaan energi seminimal mungkin,
pemakaian ala bantu aktivitas diri, modifikasi alat rumah tangga, modifikasi alat bantu gerak,
dll.

3. Terapi intervensi
Yang termasuk terapi kelompok ini adalah terapi radiasi, tindakan
pembedahan, tindakan blok saraf. Seringkali terapi ini tidak bersifat kuratif, melainkan
hanyalah tindakan paliatif.
Meskipun penggunaan analgesik dan terapi non farmakologis kemoterapi,
dan radioterapi telah dilakukan dengan tepat sejumlah pasien masih tetap akan
mengalami rasa nyeri atau efek samping yang tidak dapat diterima. Pasien seperti inilah
yang sebaiknya dipertimbangkan untuk teknik analgesik invasif, mulai dari blok saraf
.
a. Teknik analgesik invasif
Teknik ini dilakukan ketika usaha analgesik lainnya telah dilakukan dan gagal diperoleh
hasil yang memuaskan atau adanya efek samping yang tidak dapat ditolelir, atau ketika
rasio resiko manfaat menunjuk kepada pengguna prosedur tertentu, seperti
Blok neurolitik
Analgesia neuraksial dalam bentuk kateter epidural, intratekal intraventrikular,
atau implantasi sistem kateter pompa intratekal
Vertebroplasti ( untuk nyeri akibat kompresi fraktur atau metastasi

b. Terapi radiasi
Radiasi akan memberikan tindakan kewaspadaan keselamatan spesifik bagi mereka
yang berhubungan dengan pasien. Termasuk pemberi perawatan kesehatan dirumah

24
dan keluarga. Perawat akan mendapat arahan tentang waktu dan jarak yang aman yang
berhubungan dengan jaminan perawatan untuk memastikan bahwa pemanjanan akibat
pekerjaan mereka adalah as low as reasanably achievabled (ALARA)
Nyeri yang dapat diatasi oleh radioterapi adalah :
o Nyeri tulang
o Nyeri karena peningkatan tekanan intrakranial
o Perdarahan dan ulkus
o Nyeri akibat obstruksi

4. Psikoterapi
Menurut hollender adalah salah satu bentuk terapi dimana diperlukan
interaksi antara pasien dengan perawat sehingga akan menjadi tukar pikiran yang
dirangsang berdasarkan kebutuhan penderita.
Perawatan paliatif adalah perawatan paripurna yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup semaksimal mungkin dan mempersiapkan penderita untuk menghadapi kematian
dalam imam. Dalam penanganan terminal, psikoterapi tidak saja diberikan bagi
penderita tetapi juga keluarga bahkan tim medis yang merawat penderita.
Psikoterapi bagi pasien bertujuan untuk menerima kenyataan bahwa ajal
mendekat dan mengubah cita-cita atau tujuan hidup ke hal-hal yang positif dan mudah
dijangkau dalam waktu dekat. Beberapa penelitian mendapatkann keluhan-keluhan
pasien terminal sebagai berikut :
1. Takut menghadapi kematian sendiri
2. Takut sebelum mati kesakitan
3. Takut bentuk tubuh berubah, rusak, dan berbau
4. Takut keluarga tidak mencintai
5. Takut tentang apa-apa yang akan terjadi setelah mati
6. Takut dihukum tuhan karena banyak dosa
7. Takut dikubur
8. Takut sepeninggalnya, anak-anaknya terbengkalai
Seseorang yang memberikan psikoterapi harus dapat menangkap pesan-
pesan yang dikomunikasikan penderita. Oleh karena itu mengetahui latar belakang
kehidupan penderita se[erti tingkat pendidikan, budaya dan sifat-sifat sebelum sakit
memudahkan terlapis untuk membaca apa yang tersirat dari pembicara penderita.
Kesimpulan tidak dapat diambil dari satu pertemuan. Apalagi penderita terminal sudah
25
menunjukkan tanda-tanda depresi atau penurunan kesadaran. Setelah interaksi
mengenai tujuan hidup adalah perubahan-perubahannya dapat dilakukan.

26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan jaringan yang rusak atau cenderung terjadinya kerusakan jaringan atau
segala keadaan yang menunjukkan adanya kerusakan jaringan.
Nyeri pada pasien kanker merupakan gabungan dari berbagai aspek, sehingga penanganannya
pun harus melibatkan banyak aspek secara komprehensif. Untuk penanganan rasa nyeri pada
pasien kanker dapat dibagi menjadi 2secara umum :
1. Penanganan farmakologis, yaitu dengan menggunakan obat-obatan seperti analgesic,
antidepresan, dan antikonvulsan.
2. Penanganan non farmakologis, seperti terapi radiasi dan psikologis
3. Terapi intervensi
4. Psikoterapi

27
DAFTAR PUSTAKA

Fallon, Hanks, Cherny, ABC of Paliatife Care 2nd Ed, Oxford: BJM, 2006

Djauzi dkk. 2003. Perwatan Paliatif dan Bebas Nyeri pada Pasien Kanker

Twcroos R., Harcourt J. & Bergi S. (1996). A Survey Of Pain Patient With Advanced
Cancer. Journal of pain and Symptom Management 12, 273-282

Twcroos R. (1997) Cancer classification. Acta Anaesthisiologi Scandinavica 41, 141-145

28

Anda mungkin juga menyukai