NIM : 191012114901047
Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Laporan Covid-
19 ”dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai
pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu Keperawatan Pencernaan. Selain itu, pembuatan
makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semuap pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang
lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengetahuan para pembaca.
Pangkalan Balai,
Penulis
Penyakit Koronavirus 2019
Nama lain
Penyakitpernapasanakut SARS-CoV-2
Pneumonia koronavirusbaru
Pneumonia Wuhan
Gejala COVID-19
p k p
p k p p k
Penyebab SARS-CoV-2
p k p
k b k k k k k k
n
Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet)dari saluran
pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin. Waktu dari paparan virus hingga
timbulnya gejala klinis berkisar antara 1–14 hari dengan rata- rata 5 hari.Metode standar
diagnosis adalah uji reaksi berantai polimerase transkripsi-balik (rRT-PCR) dari
usap nasofaring atau sampel dahak dengan hasil dalam beberapa jam hingga 2 hari.
Pemeriksaan antibodi dari sampel serum darah juga dapat digunakan dengan hasil dalam
beberapa hari.Infeksi juga dapat didiagnosis dari kombinasi gejala, faktor risiko, dan
pemindaian tomografi terkomputasi pada dada yang menunjukkan gejala pneumonia.
Mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dari orang yang batuk, dan tidak
menyentuh wajah dengan tangan yang tidak bersih adalah langkah yang disarankan untuk
mencegah penyakit ini.Disarankan untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu atau siku
yang tertekuk ketika batuk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan kepada orang-orang yang
menduga bahwa mereka telah terinfeksi untuk memakai masker bedah dan mencari nasihat
medis dengan memanggil dokter dan tidak langsung mengunjungi klinik. Masker juga
direkomendasikan bagi mereka yang merawat seseorang yang diduga terinfeksi tetapi tidak
untuk digunakan masyarakat umum. Belum ada vaksin atau obat antivirus khusus untuk
COVID-19; tata laksana yang diberikan meliputi pengobatan terhadap gejala, perawatan
suportif, dan tindakan eksperimental.Angka fatalitas kasus diperkirakan antara 1–3%.
Gejala-Gejala COVID-19
Gejala Persentase
Demam 87,9%
Batukkering 67,7%
Keletihan 38,1%
Sesaknapas 18,6%
Sakittenggorokan 13,9%
Sakitkepala 13,6%
Menggigil 11,4%
Mualataumuntah 5%
Diare 3,7%
Batukdarah 0,9%
Orang-orang yang terinfeksi mungkin memiliki gejala ringan, seperti demam, batuk,
dan kesulitan bernapas. Pada beberapa kejadian juga ditemukan penderita Covid19 bersifat
asimtomatik. Gejala diare atau infeksi saluran napas atas (misalnya bersin, pilek, dan sakit
tenggorokan) lebih jarang ditemukan. Kasus
dapat berkembang menjadi pneumonia berat, kegagalan multiorgan, dan kematian
Masa inkubasi diperkirakan antara 1–14 hari oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO)dan 2–14 hari oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat
(CDC).Tinjauan WHO terhadap 55.924 kasus terkonfirmasi di Tiongkok mengindikasikan
tanda dan gejala klinis berikut:
Ada tiga jalur utama yang mungkin ditempuh penyakit ini. Pertama, penyakit mungkin
berbentuk ringan yang menyerupai penyakit pernapasan atas umum lainnya. Jalur kedua
mengarah ke pneumonia, yaitu infeksi pada sistem pernapasan bawah. Jalur ketiga, yang
paling parah, adalah perkembangan cepat ke sindrom gangguan pernapasan akut
(acute respiratorydistresssyndromeatauARDS).
Usia yang lebih tua, nilai d-dimer lebih besar dari 1 μg/mL, dan nilai SOFA
yang tinggi (skala penilaian klinis yang menilai berbagai organ seperti paru- paru, ginjal,
dsb.) diasosiasikan dengan prognosis terburuk. Begitu pula dengan peningkatan level
interleukin-6 dalam darah, troponin I jantung sensitivitas tinggi, dehidrogenase laktat, dan
limfopenia dikaitkan dengan kondisi penyakit yang lebih parah. Komplikasi COVID-19
adalah sepsis, serta komplikasi jantung seperti gagal jantung dan aritmia. Orang dengan
gangguan jantung lebih berisiko mengalami komplikasi jantung. Juga, keadaan
hiperkoagulopati tercatat pada 90% penderita pneumonia.
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS- CoV-2
atau severeacuterespiratorysyndromecoronavirus2). Virus ini menyebar melalui percikan (droplets)dari saluran
pernapasan yang dikeluarkan saat sedang batuk atau bersin.Sebuah penelitian di jepang
sedang mempelajari kemungkinan penularan dapat terjadi melalui microdroplets yang
melayang-layang di udara. [1]
Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh penyakit ini karena virus memasuki
sel inangnya lewat enzim pengubah angiotensin 2 (angiotensinconverting enzyme 2atau ACE2), yang paling
banyak ditemukan di dalam sel alveolar tipe II paru. SARS-CoV-2 menggunakan
permukaan permukaan sel khususnya yang mengandung glikoprotein yang disebut "spike"untuk
berhubungan dengan ACE2 dan memasuki sel inang.[32] Berat jenis ACE2 pada setiap
jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit. Diduga, bahwa penurunan
aktivitas ACE2 memberikan perlindungan terhadap sel inang karena ekspresi ACE2 yang
Diagnosis
b k
Pedoman diagnostik yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Zhongnan dari Universitas
Wuhan mengusulkan metode untuk mendeteksi infeksi berdasarkan fitur klinis dan risiko
epidemiologis. Pedoman ini melibatkan mengidentifikasi pasien yang memiliki setidaknya
dua gejala berikut selain riwayat perjalanan ke Wuhan atau kontak dengan pasien lain yang
terinfeksi: demam, gambaran pencitraan pneumonia, jumlah sel darah putih normal atau
berkurang, atau berkurangnya jumlah limfosit
Pencegahan
Sebuah ilustrasi efek penyebaran infeksi dalam jangka waktu yang panjang. Jika tindakan pencegahan dilakukan
secara optimal, lonjakan penularan infeksi dapat ditahan. Hal tersebut membuat tenaga medis tidak kewalahan dalam
p p b
Up p b k k
Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain tetap berada di
rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat umum, sering mencuci tangan
dengan sabun dan air selama minimum 20 detik, tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut
dengan tangan yang tidak dicuci, serta mempraktikkan higiene pernapasan yang baik. CDC
merekomendasikan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin dan
menggunakan bagian dalam siku jika tidak tersedia tisu. Mereka juga merekomendasikan
higiene tangan yang tepat setelah batuk atau bersin. Strategi pembatasan fisik diperlukan
untuk mengurangi kontak antara orang yang terinfeksi dengan kerumunan besar seperti
dengan menutup sekolah dan kantor, membatasi perjalanan, dan membatalkan pertemuan
massa dalam jumlah besar. Perilaku pembatasan fisik juga meliputi menjaga jarak dengan
orang lain sejauh 6 kaki (sekitar 1,8 meter).
Karena vaksin untuk SARS-CoV-2 baru tersedia paling cepat 2021,hal penting
dalam penanganan pandemi penyakit koronavirus 2019 adalah menekan laju penyebaran
virus atau yang dikenal dengan melandaikan kurva epidemi. Hal ini dapat menurunkan risiko
tenaga medis kewalahan dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien, memungkinkan
perawatan yang lebih baik bagi penderita, dan memberikan waktu tambahan hingga obat
dan vaksin dapat tersedia dan siap digunakan.
dihindari.] Belakangan baik WHO, CDC, serta beberapa negara seperti Indonesia
merekomendasikan penggunaan masker kain bagi semua orang yang terpaksa berkegiatan di
luar rumah, dengan tetap mengutamakan penggunaan masker medis bagi orang-orang yang
sangat membutuhkan (seperti pekerja fasilitas kesehatan, dokter, dan seterusnya).
Pengendalian
Meskipun tidak ada pengobatan yang efektif untuk mencegah penyakit ini,
manifestasi dan komplikasi klinis yang dihasilkan harus dikelola. WHO telah menerbitkan
rekomendasi perawatan terperinci untuk pasien rawat inap dengan infeksi saluran
pernapasan akut ketika dicurigai terdapat infeksi SARS-CoV-2. WHO juga
merekomendasikan sukarelawan untuk mengambil bagian dalam uji coba terkontrol secara
acak untuk menguji efektivitas dan keamanan perawatan secara potensial.
Psikologis
Pengobatan Alternatif
Prognosis
Data awal pada 137 pasien yang dirawat di rumah sakit di provinsi Hubei ditemukan bahwa
12% pasien (16 orang) meninggal.[81] Di antara mereka yang meninggal, banyak
yang memiliki riwayat kondisi penyakit yang sudah ada sebelumnya, termasuk
hipertensi, diabetes, atau penyakit kardiovaskular.
Pada kasus-kasus awal yang mengakibatkan kematian, median waktu dari penyakit tersebut
adalah 14 hari dengan rentang total dari 6 hingga 41 hari.
Imunitas
Epidemologi
Angka mortalitas dan morbiditas secara keseluruhan karena infeksi virus belum ditetapkan
dengan baik; sementara tingkat fatalitas kasus berubah dari waktu ke waktu dalam pandemi
koronavirus ini. Perbandingan infeksi yang berkembang menjadi penyakit yang dapat
tingkat kematian kasus antara 2% hingga 3%[87] dan WHO mengusulkan bahwa tingkat
kematian kasus adalah sekitar 3% pada Januari 2020.[88] Sebuah studi pra-cetak
Imperial College London pada 55 kasus fatal mencatat bahwa perkiraan awal kematian
mungkin terlalu tinggi karena infeksi asimptomatik tidak terjawab. Mereka memperkirakan
rasio fatalitas infeksi rata-rata (mortalitas di antara yang terinfeksi) berkisar dari 0,8% ketika
termasuk pembawa asimptomatik hingga 18% ketika hanya memasukkan kasus
simptomatik dari provinsi Hubei.
Penelitian
Vaksin
Kong,[94] dan Rumah Sakit Shanghai Timur.[94] Tiga proyek vaksin ini sedang
didukung oleh Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), termasuk satu proyek
perusahaan bioteknologi Moderna dan proyek lainnya oleh Universitas Queensland
Australia. Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) bekerja sama dengan
Moderna untuk membuat vaksin RNA yang cocok dengan protein permukaan (protein spike)
koronavirus dan diharapkan untuk memulai produksi pada Mei 2020. Di Australia,
Universitas Queensland sedang menyelidiki potensi vaksin penjepit molekuler yang secara
genetik akan memodifikasi protein virus untuk membuatnya meniru koronavirus dan
merangsang reaksi kekebalan. Di Kanada, Pusat Vaksin Internasional (VIDO-
InterVac) di Universitas Saskatchewan mulai mengembangkan vaksinserta
menargetkan produksi vaksin dan pengujian terhadap hewan pada Maret 2020 dan
pengujian terhadap manusia pada 2021.
Antivirus
Penelitian tentang perawatan potensial untuk penyakit ini dimulai pada Januari 2020
dan beberapa obat antivirus sudah dalam uji klinis. Meskipun obat yang benar-benar baru
mungkin membutuhkan waktu hingga 2021 untuk berkembang, beberapa obat yang
sedang diuji sudah disetujui untuk indikasi antivirus lain atau sudah dalam pengujian
lanjutan.Antivirus yang diuji seperti inhibitor RNA polimerase remdesivir,interferon beta,
triazavirin,klorokuin, dan kombinasi lopinavir/ritonavir (Kaletra).Obat lain yang sedang
diuji termasuk galidesivir, antivirus spektrum luas yang merupakan inhibitor RNA
polimerase nukleosida; REGN3048-3051 (Regeneron), kombinasi dua antibodi
monoklonal penawar; darunavir/cobicistat, obat yang disetujui untuk HIV; dan PRO 140,
sebuah penelitian tentang pengobatan potensial untuk penyakit ini dimulai pada Januari
2020 dan beberapa obat antivirus sudah dalam uji klinis.Karena memiliki efek terhadap
koronavirus lainnyadan mode tindakan yang menunjukkan pengobatan tersebut mungkin
efektif, kombinasi lopinavir/ritonavir telah menjadi target penelitian dan analisis yang
signifikan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS INSTITUT KESEHATAN
Kemampuan
Pengisian kapiler 3 detik
BAB :Mandiri/
Bantu
sebagian/tergant
ung*
Alat bantu:
Tidak/Ya*...
Mandiri/ Bantu
Kulit
sebagian/
Bulae/lepuh Perdarahan
bawah Krustae
makanan/minuman : Luka bakar Kulit ...... Derajat ......
Perubahan warna…….
Tidak/Ya*........................... Decubitus: grade … Lokasi ………..….
.....
Tidur dan Istirahat
Alat bantu : Tidak/Ya*.............
Susah tidur
Waktu tidur
Untuk malam ± 8 Jam
Bantuan obat,
Tidak Ada
Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawatan Diri
Sehari-hari
Cemas Denial Interaksi dengan Keluarga : Gigi-Mulut kotor
Mandi :
Marah Baik/ tehambat* Mata kotor Kulit Mandiri/ Bantu
...................... kotor
Takut Putus asa sebagian/tergant
Depresi Berkomunikasi : Lancar/ Perineal/genital ung*
kotor
Rendah diri terhambat* Berpakaian :
Menarik diri ............... Hidung kotor Mandiri/ Bantu
Kuku kotor
Agresif Perilaku Kegiatan sosial sehari-hari :
kekerasan Telinga kotor sebagian/tergant
………………………………
ung*
Respon pasca ……. Rambut-Kepala
trauma ..... kotor Menyisir Rambut
: Mandiri/Bantu
Tidak mau melihat sebagian/tergant
bagian ung*
tubuh yang rusak
- Pasien mengatakan baru pulang dari jakarta yang merupakan zona merah, Pasien
merasa cemas serta khawatir karena takut tertular virus Covid-19
Data Objektif:
Data Subyektif:
Pasien tampak cemas
TD : 120/80 mmHg : P :
20x/mt
N : 80x/mt S:
37,5 oC
Data Objektif Kurang Pengetahuan
Berhubungan tentang
2 Pasien mengatakan belum mengetahui Virus COVID-19
tentang virus COVID-19
Data Subjektif
Pasien bertanya tentang Virus COVID-19
Dan bagaimana cara penularannya
TD : 120/80 mmHg :
P : 20x/mt
N : 80x/mt
S: 37,5 oC
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ODP
Pasien diminta melakukan isolasi mandiri selama 14 hari karena baru pulang dari jakarta ,Jika
selama karantina ada keluhan diharapkan menghubungi Petugas Medis yang bertanggung jawab.
MENGETAHUI :
Tgl/ No.
Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
Penyakit/
Masalah
Kesehatan
Tgl
Ttd
/ No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
S : Pasien mengatakan
takut dan cemas
A : Masalah
kuran
pengetahuan
belum teratasi
P: Intervensi
dilajutkan
LAMPIRAN
ADL MAHASISWA
Mengajarkan kepada
pasien cara mencegah
penularan virus Covid-19
dengan mencuci tangan
dan memakai masker
setiap berpergian