Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN COVID-19

NAMA : HERLINA, S. Kep

NIM : 191012114901047
Disusun Oleh :

1. Dosen Pembimbing ( ................................... )

PROGRAM STUDI NERS INSTITUT


PRIMA NUSANTARA BUKIT TINGGI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Laporan Covid-
19 ”dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai
pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Ilmu Keperawatan Pencernaan. Selain itu, pembuatan
makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semuap pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang
lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengetahuan para pembaca.

Pangkalan Balai,

Penulis
Penyakit Koronavirus 2019

Penyakit korona virus 2019

Nama lain
 Penyakitpernapasanakut SARS-CoV-2

 Pneumonia koronavirusbaru

 Pneumonia Wuhan

Gejala COVID-19

p k p

Demam, batuk, kesulitan bernapas[6]

p k p p k

Penyebab SARS-CoV-2

p k p

k b k k k k k k
n

Perawatan Pengobatansimtomatik dan suportif

Penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirusdisease2019,


disingkat COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah
satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi koronavirus 2019–2020.
Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan
bernapas.Sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan.Pada
penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan
multiorgan.

Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet)dari saluran
pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin. Waktu dari paparan virus hingga
timbulnya gejala klinis berkisar antara 1–14 hari dengan rata- rata 5 hari.Metode standar
diagnosis adalah uji reaksi berantai polimerase transkripsi-balik (rRT-PCR) dari
usap nasofaring atau sampel dahak dengan hasil dalam beberapa jam hingga 2 hari.
Pemeriksaan antibodi dari sampel serum darah juga dapat digunakan dengan hasil dalam
beberapa hari.Infeksi juga dapat didiagnosis dari kombinasi gejala, faktor risiko, dan
pemindaian tomografi terkomputasi pada dada yang menunjukkan gejala pneumonia.

Mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dari orang yang batuk, dan tidak
menyentuh wajah dengan tangan yang tidak bersih adalah langkah yang disarankan untuk
mencegah penyakit ini.Disarankan untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu atau siku
yang tertekuk ketika batuk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan kepada orang-orang yang
menduga bahwa mereka telah terinfeksi untuk memakai masker bedah dan mencari nasihat
medis dengan memanggil dokter dan tidak langsung mengunjungi klinik. Masker juga
direkomendasikan bagi mereka yang merawat seseorang yang diduga terinfeksi tetapi tidak
untuk digunakan masyarakat umum. Belum ada vaksin atau obat antivirus khusus untuk
COVID-19; tata laksana yang diberikan meliputi pengobatan terhadap gejala, perawatan
suportif, dan tindakan eksperimental.Angka fatalitas kasus diperkirakan antara 1–3%.

Tanda dan Gejala

Gejala-Gejala COVID-19

Gejala Persentase

Demam 87,9%

Batukkering 67,7%

Keletihan 38,1%

Produksi dahak 33,4%

Sesaknapas 18,6%

Nyeriotot ataunyerisendi 14,8%

Sakittenggorokan 13,9%

Sakitkepala 13,6%

Menggigil 11,4%

Mualataumuntah 5%

Kongesti hidung 4,8%

Diare 3,7%

Batukdarah 0,9%

Kongesti konjungtiva 0,8%

Orang-orang yang terinfeksi mungkin memiliki gejala ringan, seperti demam, batuk,
dan kesulitan bernapas. Pada beberapa kejadian juga ditemukan penderita Covid19 bersifat
asimtomatik. Gejala diare atau infeksi saluran napas atas (misalnya bersin, pilek, dan sakit
tenggorokan) lebih jarang ditemukan. Kasus
dapat berkembang menjadi pneumonia berat, kegagalan multiorgan, dan kematian

Masa inkubasi diperkirakan antara 1–14 hari oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO)dan 2–14 hari oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat
(CDC).Tinjauan WHO terhadap 55.924 kasus terkonfirmasi di Tiongkok mengindikasikan
tanda dan gejala klinis berikut:

Jalur Penyakit Dan Komplikasi

Ada tiga jalur utama yang mungkin ditempuh penyakit ini. Pertama, penyakit mungkin
berbentuk ringan yang menyerupai penyakit pernapasan atas umum lainnya. Jalur kedua
mengarah ke pneumonia, yaitu infeksi pada sistem pernapasan bawah. Jalur ketiga, yang
paling parah, adalah perkembangan cepat ke sindrom gangguan pernapasan akut
(acute respiratorydistresssyndromeatauARDS).

Usia yang lebih tua, nilai d-dimer lebih besar dari 1 μg/mL, dan nilai SOFA
yang tinggi (skala penilaian klinis yang menilai berbagai organ seperti paru- paru, ginjal,
dsb.) diasosiasikan dengan prognosis terburuk. Begitu pula dengan peningkatan level
interleukin-6 dalam darah, troponin I jantung sensitivitas tinggi, dehidrogenase laktat, dan
limfopenia dikaitkan dengan kondisi penyakit yang lebih parah. Komplikasi COVID-19
adalah sepsis, serta komplikasi jantung seperti gagal jantung dan aritmia. Orang dengan
gangguan jantung lebih berisiko mengalami komplikasi jantung. Juga, keadaan
hiperkoagulopati tercatat pada 90% penderita pneumonia.

Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS- CoV-2
atau severeacuterespiratorysyndromecoronavirus2). Virus ini menyebar melalui percikan (droplets)dari saluran
pernapasan yang dikeluarkan saat sedang batuk atau bersin.Sebuah penelitian di jepang
sedang mempelajari kemungkinan penularan dapat terjadi melalui microdroplets yang
melayang-layang di udara. [1]

Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh penyakit ini karena virus memasuki
sel inangnya lewat enzim pengubah angiotensin 2 (angiotensinconverting enzyme 2atau ACE2), yang paling
banyak ditemukan di dalam sel alveolar tipe II paru. SARS-CoV-2 menggunakan
permukaan permukaan sel khususnya yang mengandung glikoprotein yang disebut "spike"untuk

berhubungan dengan ACE2 dan memasuki sel inang.[32] Berat jenis ACE2 pada setiap
jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit. Diduga, bahwa penurunan
aktivitas ACE2 memberikan perlindungan terhadap sel inang karena ekspresi ACE2 yang

berlebihan akan menyebabkan infeksi dan replikasi SARS-CoV-2.[33][34] Beberapa


penelitian, melalui sudut pandang yang berbeda juga menunjukkan bahwa peningkatan
ekspresi ACE2 oleh golongan obat penghambat reseptor angiotensin II akan melindungi sel
inang. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang hal ini.ACE2 juga merupakan jalur bagi virus
SARS-CoV-2 untuk menyebabkan kerusakan jantung, karenanya penderita dengan riwayat
penyakit jantung memiliki prognosis
yang paling jelek.

Diagnosis

b k

WHO telah menerbitkan beberapa protokol pengujian untuk penyakit ini.Pengujian


menggunakan reaksi berantai polimerase transkripsi-balik secara waktu nyata (rRT-PCR).
Spesimen untuk pengujian dapat berupa usap pernapasan atau sampel dahak.Pada
umumnya, hasil pengujian dapat diketahui dalam beberapa jam hingga 2 hari.Ilmuwan
Tiongkok telah mengisolasi galur koronavirus dan menerbitkan sekuens genetika sehingga
laboratorium di seluruh dunia dapat mengembangkan uji PCR secara independen untuk
mendeteksi infeksi oleh virus.

Pedoman diagnostik yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Zhongnan dari Universitas
Wuhan mengusulkan metode untuk mendeteksi infeksi berdasarkan fitur klinis dan risiko
epidemiologis. Pedoman ini melibatkan mengidentifikasi pasien yang memiliki setidaknya
dua gejala berikut selain riwayat perjalanan ke Wuhan atau kontak dengan pasien lain yang
terinfeksi: demam, gambaran pencitraan pneumonia, jumlah sel darah putih normal atau
berkurang, atau berkurangnya jumlah limfosit

Pencegahan

Sebuah ilustrasi efek penyebaran infeksi dalam jangka waktu yang panjang. Jika tindakan pencegahan dilakukan
secara optimal, lonjakan penularan infeksi dapat ditahan. Hal tersebut membuat tenaga medis tidak kewalahan dalam
p p b
Up p b k k

Tindakan pencegahan untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain tetap berada di
rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat umum, sering mencuci tangan
dengan sabun dan air selama minimum 20 detik, tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut
dengan tangan yang tidak dicuci, serta mempraktikkan higiene pernapasan yang baik. CDC
merekomendasikan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin dan
menggunakan bagian dalam siku jika tidak tersedia tisu. Mereka juga merekomendasikan
higiene tangan yang tepat setelah batuk atau bersin. Strategi pembatasan fisik diperlukan
untuk mengurangi kontak antara orang yang terinfeksi dengan kerumunan besar seperti
dengan menutup sekolah dan kantor, membatasi perjalanan, dan membatalkan pertemuan
massa dalam jumlah besar. Perilaku pembatasan fisik juga meliputi menjaga jarak dengan
orang lain sejauh 6 kaki (sekitar 1,8 meter).

Karena vaksin untuk SARS-CoV-2 baru tersedia paling cepat 2021,hal penting
dalam penanganan pandemi penyakit koronavirus 2019 adalah menekan laju penyebaran
virus atau yang dikenal dengan melandaikan kurva epidemi. Hal ini dapat menurunkan risiko
tenaga medis kewalahan dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien, memungkinkan
perawatan yang lebih baik bagi penderita, dan memberikan waktu tambahan hingga obat
dan vaksin dapat tersedia dan siap digunakan.

Berdasarkan WHO, penggunaan masker hanya direkomendasikan untuk orang


yang sedang batuk atau bersin atau yang sedang menangani pasien terduga.Di sisi lain,
beberapa negara merekomendasikan individu sehat untuk memakai masker, terutama
Tiongkok,Hong Kong, dan Thailand.

Untuk mencegah penyebaran virus, CDC merekomendasikan untuk pasien agar


tetap berada di dalam rumah, kecuali untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Sebelum
ingin mendapatkan perawatan, pasien harus menghubungi rumah sakit. Selain itu, CDC
merekomendasikan untuk menggunakan masker ketika berhadapan dengan orang atau
berkunjung ke tempat yang diduga terdapat penyakit koronavirus, menutup mulut dengan
tisu ketika batuk dan bersin, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air, serta menghindari
berbagi alat rumah tangga pribadi. CDC juga merekomendasikan untuk mencuci tangan
minimal selama 20 detik, terutama setelah dari toilet, ketika tangan kotor, sebelum makan, dan
setelah batuk atau bersin. Lalu, rekomendasi berikutnya adalah
menggunakan penyanitasi tangan dengan kandungan alkohol minimal 60% jika tidak
tersedia sabun dan air.WHO menyarankan agar menghindari menyentuh mata, hidung, atau
mulut dengan tangan yang belum dicuci.Meludah di sembarang tempat juga harus

dihindari.] Belakangan baik WHO, CDC, serta beberapa negara seperti Indonesia
merekomendasikan penggunaan masker kain bagi semua orang yang terpaksa berkegiatan di
luar rumah, dengan tetap mengutamakan penggunaan masker medis bagi orang-orang yang
sangat membutuhkan (seperti pekerja fasilitas kesehatan, dokter, dan seterusnya).

Pengendalian

Meskipun tidak ada pengobatan yang efektif untuk mencegah penyakit ini,
manifestasi dan komplikasi klinis yang dihasilkan harus dikelola. WHO telah menerbitkan
rekomendasi perawatan terperinci untuk pasien rawat inap dengan infeksi saluran
pernapasan akut ketika dicurigai terdapat infeksi SARS-CoV-2. WHO juga
merekomendasikan sukarelawan untuk mengambil bagian dalam uji coba terkontrol secara
acak untuk menguji efektivitas dan keamanan perawatan secara potensial.

Karena pengobatan tersebut terbukti memiliki efek terhadap koronavirus lainnya


dan memiliki mode tindakan yang menunjukkan pengobatan tersebut mungkin
efektif,lopinavir/ritonavir menjadi target penelitian dan analisis yang signifikan. Komisi
Kesehatan Nasional Tiongkok cabang Beijing, meskipun mencatat bahwa saat ini tidak
ada antivirus yang efektif, menyarankan penggunaan lopinavir/ritonavir sebagai bagian dari
rencana perawatan.Obat-obatan ini sekarang dapat diklaim untuk asuransi kesehatan di
beberapa negara.

Psikologis

Efek psikologis dapat disebabkan oleh perasaan terjebak di bawah karantina,


pembatasan perjalanan, dan isolasi.Pada akhir Januari 2020, Komisi Kesehatan Nasional
Tiongkok menerbitkan pedoman nasional intervensi krisis psikologis untuk penyakit ini,
mengesahkan perawatan kesehatan mental untuk orang-orang yang terkena dampak, kontak
dekat, mereka yang terisolasi di rumah, keluarga dan teman-teman dari orang yang terkena
dampak, perawatan kesehatan pekerja, dan masyarakat umum yang membutuhkannya.

Pengobatan Alternatif

Otoritas kesehatan Tiongkok merekomendasikan penggunaan pengobatan


tradisional Tionghoa (TCM) untuk mencegah atau mengobati penyakit ini. Pada 22 Januari,
Komisi Kesehatan Nasional memasukkan TCM ke dalam edisi ketiga dari rencana
diagnostik dan perawatan COVID-19.Pada 2 Februari, pejabat Wuhan memerintahkan
semua pasien untuk menjalani perawatan TCM tertentu.Pada 14 Februari, Wuhan membuka
rumah sakit sementara yang berorientasi pada TCM. Daerah lain telah datang dengan
resep TCM mereka sendiri, sementara fasilitas yang didukung pemerintah melaporkan
hasil yang penuh harapan.
Kemanjuran dan keamanan TCM belum ditetapkan dalam infeksi koronavirus.Kegilaan
TCM serupa selama wabah SARS telah menyebabkan banyak kasus keracunan ramuan dan
tidak ada uji acak terkendali yang diatur untuk COVID-19.

Prognosis

Data awal pada 137 pasien yang dirawat di rumah sakit di provinsi Hubei ditemukan bahwa

12% pasien (16 orang) meninggal.[81] Di antara mereka yang meninggal, banyak
yang memiliki riwayat kondisi penyakit yang sudah ada sebelumnya, termasuk
hipertensi, diabetes, atau penyakit kardiovaskular.

Pada kasus-kasus awal yang mengakibatkan kematian, median waktu dari penyakit tersebut
adalah 14 hari dengan rentang total dari 6 hingga 41 hari.

Imunitas

Penelitian tentang imunitas pascainfeksi dilakukan pada 4 orang penderita positif


COVID-19 (1 penderita dirawat inap dan 3 penderita dikarantina di rumah, keempatnya
petugas medis). Pertama kali terdiagnosis, 3 di antaranya menunjukkan gejala
batuk dan demam, yang seorang lagi tidak bergejala. Hasil pemeriksaan tomografi
terkomputasi, semuanya memberikan gambaran pneumonia. Keempatnya di bawah
pengawasan Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan, Wuhan, Cina, dari 1 Januari 2020
hingga 15 Februari 2020 dan menerima pengobatan antivirus oral, oseltamivir 2 kali sehari.
Keempat penderita dievaluasi dengan tes RT-PCR untuk asam nukleat COVID-19 untuk
menentukan apakah mereka boleh kembali bekerja. Kriteria kembali bekerja yang ditetapkan
adalah suhu tubuh normal selama tiga hari berturut-turut, sembuh dari gejala saluran napas,
perbaikan hasil tomografi terkomputasi dada yang sebelumnya memperlihatkan
gambaran eksudat di paru-paru, dan hasil RT-PCR yang negatif dengan dua pemeriksaan
berturut-turut dengan jarak satu hari. Hasilnya tes RT-PCR negatif dalm dua pemeriksaan
berturut-turut, dengan jarak antara pertama kali timbul gejala dan penyembuhan antara 12
hari hingga 32 hari. Setelah keluar dari rumah sakit dan setelah masa karantina di rumah
(untuk 3 penderita) selesai dan hasil RT-PCR telah menunjukkan hasil negatif, mereka
melanjutkan karantina di rumah selama 5 hari. Pemeriksaan RT-PCR diulangi lagi setelah 5
hingga 13 hari kemudian dan menunjukkan hasil positif (pemeriksaan menggunakan kit uji
dari pabrik yang berbeda juga menunjukkan hasil yang sama). Tidak ada keluhan secara
klinis, hasil tomografi terkomputasi sama seperti hasil pemeriksaan yang terakhir, tidak ada
kontak dengan orang lain yang memiliki gejala gangguan saluran pernapasan, dan tidak ada
anggota keluarga dari keempat penderita yang terinfeksi. Hal ini menunjukkan seorang
penderita yang sudah menunjukkan hasil negatif dengan pemeriksaan RT-PCR
sebelumnya, masih memiliki kemungkinan untuk menjadi pembawa sifat. Sampel
penelitian ini terbatas dalam jumlah kecil.Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan kohor
(kelompok) yang lebih besar dan dari latar belakang pekerjaan yang berbeda untuk
menetapkan prognosis penyakit ini.

Epidemologi

Angka mortalitas dan morbiditas secara keseluruhan karena infeksi virus belum ditetapkan
dengan baik; sementara tingkat fatalitas kasus berubah dari waktu ke waktu dalam pandemi
koronavirus ini. Perbandingan infeksi yang berkembang menjadi penyakit yang dapat

didiagnosis tetap tidak jelas.[85][86] Namun, penelitian pendahuluan telah menghasilkan

tingkat kematian kasus antara 2% hingga 3%[87] dan WHO mengusulkan bahwa tingkat

kematian kasus adalah sekitar 3% pada Januari 2020.[88] Sebuah studi pra-cetak
Imperial College London pada 55 kasus fatal mencatat bahwa perkiraan awal kematian
mungkin terlalu tinggi karena infeksi asimptomatik tidak terjawab. Mereka memperkirakan
rasio fatalitas infeksi rata-rata (mortalitas di antara yang terinfeksi) berkisar dari 0,8% ketika
termasuk pembawa asimptomatik hingga 18% ketika hanya memasukkan kasus
simptomatik dari provinsi Hubei.

Penelitian

Vaksin

Banyak organisasi menggunakan genom yang diterbitkan untuk mengembangkan


kemungkinan vaksin terhadap SARS-CoV-2. Badan yang mengembangkan vaksin terdiri
dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Universitas Hong

Kong,[94] dan Rumah Sakit Shanghai Timur.[94] Tiga proyek vaksin ini sedang
didukung oleh Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), termasuk satu proyek
perusahaan bioteknologi Moderna dan proyek lainnya oleh Universitas Queensland
Australia. Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) bekerja sama dengan
Moderna untuk membuat vaksin RNA yang cocok dengan protein permukaan (protein spike)
koronavirus dan diharapkan untuk memulai produksi pada Mei 2020. Di Australia,
Universitas Queensland sedang menyelidiki potensi vaksin penjepit molekuler yang secara
genetik akan memodifikasi protein virus untuk membuatnya meniru koronavirus dan
merangsang reaksi kekebalan. Di Kanada, Pusat Vaksin Internasional (VIDO-
InterVac) di Universitas Saskatchewan mulai mengembangkan vaksinserta
menargetkan produksi vaksin dan pengujian terhadap hewan pada Maret 2020 dan
pengujian terhadap manusia pada 2021.

Pada akhir Januari 2020, Janssen Pharmaceutica mulai bekerja mengembangkan


vaksin dengan memanfaatkan teknologi yang sama yang digunakan untuk membuat
percobaan vaksin Ebola.Pada bulan berikutnya, Badan Penelitian dan Pengembangan
Biomedis Lanjutan Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat
(BARDA) mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi dengan Janssen dan Sanofi
Pasteur (Divisi vaksin Sanofi) untuk mengembangkan vaksin. Sanofi sebelumnya telah
mengembangkan vaksin untuk SARS dan mulai berharap memiliki calon vaksin dalam
waktu enam bulan
yang dapat siap untuk diuji pada orang dalam satu tahun hingga 18 bulan.

Antivirus

Penelitian tentang perawatan potensial untuk penyakit ini dimulai pada Januari 2020
dan beberapa obat antivirus sudah dalam uji klinis. Meskipun obat yang benar-benar baru
mungkin membutuhkan waktu hingga 2021 untuk berkembang, beberapa obat yang
sedang diuji sudah disetujui untuk indikasi antivirus lain atau sudah dalam pengujian
lanjutan.Antivirus yang diuji seperti inhibitor RNA polimerase remdesivir,interferon beta,
triazavirin,klorokuin, dan kombinasi lopinavir/ritonavir (Kaletra).Obat lain yang sedang
diuji termasuk galidesivir, antivirus spektrum luas yang merupakan inhibitor RNA
polimerase nukleosida; REGN3048-3051 (Regeneron), kombinasi dua antibodi
monoklonal penawar; darunavir/cobicistat, obat yang disetujui untuk HIV; dan PRO 140,
sebuah penelitian tentang pengobatan potensial untuk penyakit ini dimulai pada Januari
2020 dan beberapa obat antivirus sudah dalam uji klinis.Karena memiliki efek terhadap
koronavirus lainnyadan mode tindakan yang menunjukkan pengobatan tersebut mungkin
efektif, kombinasi lopinavir/ritonavir telah menjadi target penelitian dan analisis yang
signifikan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS INSTITUT KESEHATAN

PRIMA NUSANTARA BUKIT TINGGI 2020

Tanggal Pengkajian : 13 – 05 – 2020


Tempat Pengkajian : Puskesmas Tebing
Gerinting
Pengkaji : HERLINA, S.Kep
Nama Klien : Tn.”E” No. Rek.Medis : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 17 Th TB : 166 Cm BB : 59 Kg (aktual/potensial)
Suhu : 37,5oC Nadi : 80x/mt RR : 20x/mt
Tekanan Darah : 120/70 mm/Hg
Tanggal Kedatangan : 18 – 04 – 2020 Waktu/ Jam : 11 : 00 WIB
Orang yang bisa dihubungi : Imam Telepon : 082278747576
Catatan Kedatangan : Kursi rod Ambulans Brankar
Lain-lain Kendaraan Sendiri

DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT

Nama Individu yang sakit : Ny“E” Diagnosa Medik

Sumber Dana Kesehatan : Rujukan Dokter/ Rumah Sakit :

Keadaan Umum Sirkulasi/ Cairan Perkemihan Pernapasan

Kesadaran : Edema Bunyi jantung: ..... Pola BAK Sianosis

: Asites Akral dingin Sekret / Slym


Hematuri
TD : 120/80 mm/Hg Tanda Perdarahan: Poliuria
P : 20 x/ menit purpura/ hematom/ Wheezing
0
S : 37,5 C petekie/ hematemesis/ Disuria
Ronki
N : 80 x/ menit Tidak Ada
melena/ epistaksis*
Retensi
Takikardia Tanda Anemia : Pucat/ Otot bantu
Nyeri saat BAK napas
Bradikardia Konjungtiva pucat/ Lidah Tidak Ada
Tubuh teraba hangat KemampuanBAK : Alat bantu
Mandiri/ nafas
Menggigil Akral pucat*
Tidak Ada
Bantu
Tanda Dehidrasi:
Dispnea
mata cekung/ turgor kulit ung*

berkurang/ bibir kering * Alat bantu:


Stridor
Pusing Kesemutan Gunakan Obat
Berkeringat Rasa Haus :Tidak/Ya*...

Kemampuan
Pengisian kapiler  3 detik
BAB :Mandiri/
Bantu
sebagian/tergant
ung*
Alat bantu:
Tidak/Ya*...

Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori

Mual Muntah Tonus otot Fungsi Penglihatan : Fungsi


Kembung perabaan :
Kontraktur Fraktur
Nafsu Makan : Buram
Nyeri otot/tulang* Kesemutan pada
Berkurang/Tidak* Sulit Tidak Buram
Drop Foot Lokasi
Menelan Disphagia ……...........…
Tak bisa melihat Kebas
Bau Nafas Tremor Jenis pada
Tidak Ada Bisa Melihat
Kerusakan gigi/gusi/ lidah/
Alat bantu …........
Malaise / fatique
Disorientasi Parese
geraham/rahang/palatum Atropi
* Visus ………........
Kekuatan otot
....….............….. Halusinasi Disartria
Distensi Abdomen

Postur tidak Fungsi pendengaran :


Bising Usus:
normal ................. Amnesia Paralisis
................................
RPS Atas : bebas/ terbatas/ Kurang jelas Refleks
Konstipasi
patologis
Diare........ x/hr kelemahan/ kelumpuhan Jelas
(kanan / kiri)* Tuli Kejang
Hemoroid, grade
..................... : sifat Tidak
RPS Bawah
Tuli
:bebas/terbatas/
Teraba Masa
abdomen ......... kelemahan/kelumpuhan Alat bantu
frekwensi
Stomatitis Warna (kanan / kiri)* Tidak Ada
...................
Berdiri : Mandiri/ Bantu
Tinnitus Fungsi
Riwayat obat pencahar
sebagian/tergantung* Penciuman Fungsi
.........
Perasa Mampu
Berjalan : Mandiri/ Bantu
Maag Mampu
sebagian/tergantung* Terganggu
Konsistensi ..........
Alat Bantu : Tidak/Ya*.............. Terganggu
Diet Khusus:
Tidak/Ya*................ Nyeri : Tidak/Ya*.......................

Kebiasaan makan- minum :

Mandiri/ Bantu
Kulit
sebagian/

Tergantung* Jaringan parut Memar


Laserasi
Alergi
Ulserasi Pus ………

Bulae/lepuh Perdarahan
bawah Krustae
makanan/minuman : Luka bakar Kulit ...... Derajat ......
Perubahan warna…….
Tidak/Ya*........................... Decubitus: grade … Lokasi ………..….
.....
Tidur dan Istirahat
Alat bantu : Tidak/Ya*.............
Susah tidur

Waktu tidur
Untuk malam ± 8 Jam

Bantuan obat,
Tidak Ada
Mental Komunikasi dan Budaya Kebersihan Diri Perawatan Diri
Sehari-hari
Cemas Denial Interaksi dengan Keluarga : Gigi-Mulut kotor
Mandi :
Marah Baik/ tehambat* Mata kotor Kulit Mandiri/ Bantu
...................... kotor
Takut Putus asa sebagian/tergant
Depresi Berkomunikasi : Lancar/ Perineal/genital ung*
kotor
Rendah diri terhambat* Berpakaian :
Menarik diri ............... Hidung kotor Mandiri/ Bantu
Kuku kotor
Agresif Perilaku Kegiatan sosial sehari-hari :
kekerasan Telinga kotor sebagian/tergant
………………………………
ung*
Respon pasca ……. Rambut-Kepala
trauma ..... kotor Menyisir Rambut
: Mandiri/Bantu
Tidak mau melihat sebagian/tergant
bagian ung*
tubuh yang rusak

Keterangan Tambahan terkait Individu

- Pasien mengatakan baru pulang dari jakarta yang merupakan zona merah, Pasien
merasa cemas serta khawatir karena takut tertular virus Covid-19

DATA PENUNJANG MEDIS INDIVIDU YANG SAKIT

Laboratorium Radiologi EKG USG

Rapit (-) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Analisis Data

Diagnosis Keperawatan Paraf dan


Data Penunjang Tanggal

Data Objektif:

1. Pasien tampak cemas baru pulang dari  Cemas


jakarta yang merupakan zona merah Berhubungan takut
serta khawatir karena takut tertular tertular Virus Covid- 19
virus Covid-19

Data Subyektif:
Pasien tampak cemas
TD : 120/80 mmHg : P :
20x/mt
N : 80x/mt S:
37,5 oC
Data Objektif  Kurang Pengetahuan
Berhubungan tentang
2 Pasien mengatakan belum mengetahui Virus COVID-19
tentang virus COVID-19

Data Subjektif
Pasien bertanya tentang Virus COVID-19
Dan bagaimana cara penularannya
TD : 120/80 mmHg :
P : 20x/mt
N : 80x/mt
S: 37,5 oC

DIAGNOSA KEPERAWATAN

ODP
Pasien diminta melakukan isolasi mandiri selama 14 hari karena baru pulang dari jakarta ,Jika
selama karantina ada keluhan diharapkan menghubungi Petugas Medis yang bertanggung jawab.

MENGETAHUI :

Nama Koordinator Tanggal/ 13-05-2020


Tanda tangan
Dr.Iin Purnama Sari
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Fasilitas Yankes No. Register

Nama Perawat HERLINA, S.Kep Nama


yang mengkaji Penanggung
jawab/ KK

Nama Individu/ - Alamat Desa Tebing Genting Utara


Keluarga/ Kelompok

Penyakit/ Cemas dan Kurang


Masalah pengetahuan tentang Virus
COVID-19
Kesehatan

Tgl/ No.
Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan

- Setelah dilakukan - Beri Terapi Obat seperti Vitamin


Cemas keperawatan Cemas pasien
1 - Pasien dianjurkan untuk isolasi diri
berhubungan tidak berkurang selama 14 hari
bisa beraktifitas
13/
- Pasien dilarang berinteraksi selama
05/2020
isolasi 14 hari
- Jika ada keluhan selama 14 hari
diharapkan pasien menghubungi
tenaga kesehatan
2. Kurang Pengetahuan - Setelah dilakukan asuhan - Memberikan informasi kepada
Berhubungan tentang keperawatan Virus Covid- pasien tentang virus Covid-19
Virus COVID-19 19 Pasien mengerti dan
memahaminya apa itu - Mengajarkan kepada pasien cara
mencegah penularan virus Covid-19
Virus Covid-19 bagaimana
dengan mencuci tangan dan
penularan dan memakai masker setap berpergian
pencegahannya

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Fasilitas Yankes No. Register

Nama Perawat HERLINA, S.Kep Nama


yang mengkaji Penanggung
jawab/ KK

Nama Individu/ T.’E’ Alamat Desa Tebing Gerinting Utara


Keluarga/ Kelompok

Penyakit/
Masalah
Kesehatan
Tgl
Ttd
/ No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat

S : Pasien mengatakan
takut dan cemas

O : Pasien tampak cemas


- Mengkaji tanda-tanda vital
A : Masalah cemas
1. OPD - Menganjurkan pasien isolasi
belum teratasi terkait
diri selama 14 hari
isolasi 14 hari
- Menganjurkan pasien agar tidak
kontak dengan orang lain

- Mengajurkan pasien untuk


menghubungi tenaga medis
P :Intervensi
dilakukan
- Pantau keadaaan
pasien selama 14
hari
2. - Memberikan informasi kepada pasien S : Pasien
tentang virus Covid-19 mengatakan
tidak mengerti
- Mengajarkan kepada pasien cara tentang virus
mencegah penularan virus Covid-19
COVID-19
dengan mencuci tangan dan memakai
masker setap berpergian
O : Pasien
masih bertanya
tentang
COVID-19

A : Masalah
kuran
pengetahuan
belum teratasi
P: Intervensi
dilajutkan
LAMPIRAN

ADL MAHASISWA

NO HARI/TANGGAL KEGIATAN PARAF


1. 13 - 05 -2020  Melakukan anamnese
terhadap Tn “E”
 Melakukan pengkajian
 Mengukur tanda-tanda vital
 Memberikan arahan pada pasien
terkait isolasi 14 hari agar pasien
merasa lebih baik

 Anjurkan kepada pasien untuk


memberitahu kepada tenaga
mendis apabila ada keluhan
 Memberikan motivasi
kepada pasien agar tetap
semangat

2.  Memberikan informasi kepada


pasien tentang virus Covid-19

 Mengajarkan kepada
pasien cara mencegah
penularan virus Covid-19
dengan mencuci tangan
dan memakai masker
setiap berpergian

 Jika tidak perlu jangan


berpergian keluar rumah

Anda mungkin juga menyukai