Anda di halaman 1dari 22

COVID-

19
Kelompok 9
Our Team
1 2 3
SILVIA ANGELA ANNIEZA SHEILA
DELA DESWITA PUTRI
definisi
Pengetahuan informan terkait pengertian COVID-19 diketahui sebagian besar informan
menyatakan bahwa virus ini adalah virus yang sangat berbahaya, penularannya sangat
cepat mematikan dan penularannya sangat cepat.

Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kementerian Kesehatan RI dan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2020, dimana penjelasan mengenai pengertian
COVID-19 adalah corona virus dari keluarga virus yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).

Virus jenis baru ini diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease - 2019 (COVID-19)
(Nasution, dkk., 2021)
Penyebaran
Pengetahuan informan mengenai cara penularan COVID-
Gejala
Pengetahuan gejala-gejala COVID-19 ada juga informan
19 sebagian besar informan mengatakan cara penularan yang menyebutkan bahwa gejala-gejala COVID-19 itu
COVID-19 melalui udara dan sebagian kecil informan mata merah, batuk kering, pilek dan sakit tenggorokan.
mengatakan bahwa cara penularan COVID-19 melalui Gejala-gejala COVID-19 adalah
bersentuhan. pengetahuan yang wajib sekali diketahui agar
masyarakat bisa mencegah penularan COVID- 19.
Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh
WHO tahun 2020, dimana disebutkan bahwa COVID-19 Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh World
dapat menyebar melalui percikan percikan dari hidung Health Organization (WHO) tahun 2020, dimana
atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi disebutkan bahwa gejala-gejala COVID-19 yang paling
COVID-19 batuk, bersin atau berbicara. Percikan- umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah.
percikan ini relatif berat, perjalanannya tidak jauh dan
jatuh ke tanah dengan cepat. Orang yang terinfeksi Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami
COVID-19 jika menghirup percikan orang yang beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung
terinfeksi virus ini (Nasution, dkk., 2021) tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau
penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari
tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya
bersifat ringan dan muncul secara bertahap
(Nasution, dkk., 2021)
faktor resiko
Insiden infeksi SARS-CoV-2 di Indonesia terlihat paling sering pada pasien pria dewasa dengan usia rata-rata
pasien adalah antara 34-59 tahun. Berdasarkan tinjauan data yang tersedia dalam database publik, faktor
resiko kesakitan dan kematian telah ditemukan meningkat pada individu yang lebih tua (Lansia). Dalam
banyak kasus, kelompok usia lebih dari 60 tahun lebih berisiko tinggi dibandingkan dengan kelompok usia
lain. Lansia dan mereka yang memiliki penyakit kronis yang mendasar seperti hipertensi, penyakit paru
obstruktif kronis, diabetes, dan penyakit kardiovaskular akan berkembang dengan cepat menjadi sindrom
gangguan pernapasan akut, syok septik, asidosis metabolik yang sulit diperbaiki dan disfungsi koagulasi,
bahkan menyebabkan kematian. Di antara pasien yang meninggal, pasien dengan jenis kelamin laki-laki
memiliki angka kematian yang lebih tinggi. Proporsi tertinggi kasus yang parah terjadi pada orang dewasa
≥60 tahun, dan pada mereka dengan kondisi-kondisi tertentu yang mendasarinya, seperti kardiovaskular dan
penyakit serebrovaskular dan diabetes. Kasus lebih sedikit dilaporkan pada anak-anak dibawah 15 tahun.
Anak-anak mungkin lebih rendah kemungkinan terinfeksi atau, jika terinfeksi, manifestasi lebih ringan dari
orang dewasa. Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit pernafasan yang berhubungan dengan peningkatan
morbiditas infeksi. Pasien COVID-19 mengalami peningkatan angiotensin II dibandingkan dengan orang
yang sehat. Obesitas, polusi udara, dan merokok juga merupakan faktor risiko terkait yang mendasari
keterkaitan dengan RAS di SARS-CoV-2. Polusi udara melalui interferensi NO 2 meningkatkan aktivitas
ACE. Sementara itu, nikotin memiliki efek ganda pada RAS. Jaringan adiposa mensintesis kelebihan
angiotensin II, sehingga kombinasi dari suatu Antagonis AT1R dengan ACEI untuk blokade RAS yang lebih
lengkap mungkin merupakan strategi terapi yang layak secara rasional pada pasien COVID-19 yang
mengalami obesitas. Dalam konteks ini, penggunaan ACEI atau ARB berpotensi berkontribusi dalam
peningkatan hasil klinis pasien COVID-19 (Sari, 2020)
penanganan dan
penganggulangan
Beberapa langkah pencegahan Covid-19 yang direkomendasikan oleh WHO pada
tahun 2020 antara lain:
1). Sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau antiseptik
berbahan alkohol. Deterjen pada sabun dan alkohol pada antiseptik dapat
membunuh virus pada tangan.
2). Jaga jarak dengan orang lain minimal satu meter. Hal ini untuk mencegah
tertular virus penyebab Covid-19 dari percikan bersin atau batuk.
3). Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum Anda memastikan tangan
Anda bersih dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau
antiseptik. Tangan yang terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung
dan mulut yang menjadi jalan masuk virus ini ke dalam tubuh dan menyebabkan
penyakit Covid-19.
4). Tetaplah berada di dalam rumah agar tidak tertular oleh orang lain di luar
tempat tinggal.
(Sari, M.K. 2020)
etiologi
Etiologi coronavirus baru.2 Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV),
kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan
oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). 4 Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke
manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya (Susilo,A. 2019)

patofisiologi
Coronavirus disease 2019 Covid-19 atau yang sebelumnya disebut SARS-CoV2. Covid-19 pada manusia menyerang saluran
pernapasan khususnya pada sel yang melapisi alveoli. Covid-19 mempunyai glikoprotein pada enveloped spike atau protein S.
Untuk dapat meninfeksi “manusia” protein S virus akan berikatan dengan reseptor ACE2 pada plasma membrane sel tubuh
manusia. Di dalam sel, virus ini akan menduplikasi materi genetik dan protein yang dibutuhkan dan akan membentuk virion baru
di permukaan sel. Sama halnya SARS-CoV setelah masuk ke dalam sel selanjutnya virus ini akan mengeluarkan genom RNA ke
dalam sitoplasma dan golgi sel kemudian akan ditranslasikan membentuk dua lipoprotein dan protein struktural untuk dapat
bereplikasi (Levani, Y. 2019)
Diagnosa
a. Pemeriksaan Antigen-Antibodi Pemeriksaan ini memiliki keunggulan
yaitu hasil pemeriksaan yang cepat namun disisi lain, hasil
pemeriksaannya tidak bisa dijadikan pedoman utama dalam mendiagnosa
pasien karena pemeriksaan ini hanya melihat ada atau tidaknya respon
imun terhadap virus. Waktu dalam melakukan pemeriksaan juga sangat
mempengaruhi hasil pemeriksaan

b. Pemeriksaan RT-PCR
Pemeriksaan ini merupakan gold standard dalam mendiagnosa COVID-19
dengan menggunakan sampel bahan swab nasofaring atau orofaring,
sputum. Beberapa gen target untuk mendeteksi SARS- CoV-2 adalah gen
E, N, S dan RdRp. Pasien dinyatakan positif COVID-19 apabila
ditemukan urutan unik dari RNA virus pada pemeriksaan RT PCR
(Aditia, 2021)
TERAPI NON TERAPI FARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
Terapi non farmakologi terdiri dari sifat yang terbuka tentang Terapi farmakologi yang diharapkan mampu mengatasi COVID-
pikiran dan perasaan dengan diri sendiri dan orang lain, 19 salah satunya adalah dengan pemberian antivirus. Menurut
menuliskan pikiran dan perasaan terhadap situasi atau seseorang National Institutes of Health, Remdesivir merupakan antivirus
didalam catatan harian pribadi, memakan makanan yang sehat, yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
berolahraga secara teratur, dan melakukan terapi relaksasi. Terapi mengobati COVID19. Remdesivir merupakan analog nukleosida
non farmakologi selalu menjadi pilihan karena biaya yang baru yang memiliki aktivitas antivirus yang dapat melawan virus
dikeluarkan untuk terapi farmakologi relatif lebih mahal dan seperti severe acute respiratory syndrome (SARS) atau middle
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan penderita, east respiratory syndrome (MERS) coronavirus. Remdesivir
yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit dan akan memiliki spektrum antivirus yang luas dan telah menunjukan
menimbulkan efek samping rasa kertergantungan obat. Langkah aktivitas in vitro terhadap novel coronavirus (NCoV), termasuk
awal pengobatan stres non farmakologis adalah dengan cara SARS-CoV (Siada, M.B. 2022)
membuat sebuah perubahan baru dalam lingkungan dapat
mengurangi akibat stres, seperti melakukan terapi relaksasi yang
dapat mengontrol individu untuk menimbulkan perasaan positif
dan relaks, seperti terapi relaksasi otot progresif (Cahyanti, L.
2023)
GOLONGAN OBAT
ANALGESIK/ANITIPIRETIK PARACETAMOL

KORTIKOSTEORID DEXAMETHASONE

ANTIBIOTIK AZITROMICIN

ANTIVIRAL FAVIPIRAVIR

MULKOLITIK ACETYLCYTEINE (N-ASETIL SISTEIN)

VITAMIN ASAM ASKORBAT


• Untuk menurunkan demam yang disertai flu
paracetamol Penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan
dan demam setelah imunisasi kerusakan hati, reaksi sensitifitas seperti kemerahan
• Meringankan rasa nyeri seperti sakit kepala, ata gatal pada kulit
sakit gigi, dan sakit otot efek samping
Indikasi
Jangan digunakan pada penderita kerusakan fungsi
penggunaan parasetamol juga dapat menurunkan kadar
glutathione intraseluler in vitro di makrofag paru manusia, hati hipersensitif terhadap paracetamol.
pneumosit tipe II, dan limfosit.14 Penggunaan parasetamol yang
dapat mempercepat penurunan kadar GSH tubuh dapat menjadi mekanisme kontra indikasi
salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya cytokine storm
pada COVID-19
kerja • Jika masih demam/nyeri dalam 2-5 hari, segera
hubungi dokter.
• 3-4 x sehari • Hati-hati penggunan obat ini pada penderita
• dewasa : 500 mg - 1000 mg, 3-4 x sehari gagal ginjal
Dosis &
• anak 6-12 tahun : 250 mg - 500 mg, 3-4 x
sehari Dosis maxsimum perhatian • penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan
kerusakan hati

Absorpsi: Paracetamol cepat diserap setelah diminum dan


mencapai kadar puncak dalam darah dalam beberapa jam.
Mekanisme kerja: Paracetamol bekerja dengan cara menghambat - Distribusi: Obat ini didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh
dan menembus sawar darah otak.
enzim siklooksigenase (COX), namun mekanismenya tidak
farmakodinamik farmakokinetik - Metabolisme: Paracetamol mengalami metabolisme di hati
sepenuhnya dipahami.
- Efek: Paracetamol membantu mengurangi rasa sakit dan demam menjadi metabolit yang kemudian diekskresikan melalui ginjal.
tanpa memiliki efek antiinflamasi yang signifikan seperti obat - Ekskresi: Sekitar 90% dari dosis yang dikonsumsi diekskresikan
antiinflamasi nonsteroid (OAINS). melalui urin.

sediaan
• Tablet 100 mg, 125 mg, 325 mg, 500 mg, 600 mg, & 650 mg • Drop 60 mg/0,6 ml, 80 mg/0,8 ml, 100 mg/ml
• Kaplet 500 mg, 600 mg, 65- mg • sirup 100 mg/ml, 120 mg/5 ml, 120 mg, 125 mg, 160 mg/ 5 ml,
• suppositoria 80 mg, 125 mg, 160 mg, 240 mg, 250 mg 250 mg/5 ml
• infus 10 mg/ml
Azitromicin diindikasikan untuk pengobatan pasien
dengan infeksi ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh galur mikroorganisme yang peka,
AZITROMICI mual, muntah, nyeri perut, diare, ruam dan reaksi
alergi lainnya ; gangguan pendengaran, ikterus
kolestastik dan gangguan jantung.
infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit dan
jaringan lunak, penyakit menular, uretritis. N
Indikasi
efek samping
JHipersensitivitas terhadap antibiiotik golongan
• Mekanisme kerja azitromisin termasuk makrolida atau golongan ketolid dan bahan lain
penghambatan sintesis protein bakteri, dalam sediaan obat ini.
penghambatan produksi sitokin proinflamasi,
• Dihindari atau digunKn dengan hati hati pada
penghambatan infestasi neutrofil, dan
perubahan polarisasi makrofag, memberikan
mekanisme kontra indikasi
kehamilan, gangguan fungsi hati,
kemampuan untuk bertindak melawan berbagai kerja hipersensitivitas, dan myasthenia gravis, pasien
mikroorganisme
dengan riwayat perpanjangan interval QT,
pasien yang sedang mengkonsumsi obat aritmia
• oral : 500 mg 1 x sehari (selama 3 hari) antipsikotik, antidepresan, pasien dengan
• Alternatif : 500 mg 1 x sehari Dosis &
• anak >6 bulan : 10 mg/kgbb 1 x sehari Dosis maxsimum perhatian gangguan elektrolit, gagal jantung.

• Untuk menurunkan demam yang disertai flu • Untuk menurunkan demam yang disertai flu
dan demam setelah imunisasi dan demam setelah imunisasi
• Meringankan rasa nyeri seperti sakit kepala, Farmakodinamik farmakokinetik • Meringankan rasa nyeri seperti sakit kepala,
sakit gigi, dan sakit otot sakit gigi, dan sakit otot

sediaan

• kapsul salut selaput 250 mg • Sirup kering 200 mg/5 ml


• tablet salut selaput 500 mg • larutan infus 500/10 ml
• sebagai obat terdaftar : Terapi lini kedua lopinavir &
HIV/AIDS dalam kombinasi dengan antivirus
lain. ritonavir diare, mual, muntah, hopertrigliserida,
• sebagai obat uji : terapi COVID-19 hiperkolesterolemia, kelelahantermasuk astenia,
nyeri abdomen, sakit kepala, dispepsia, kembung,
peptidomimetik penghambat protease dari HIV-1 dan
efek samping insomia demam.
HIV-2, yang secara selektif
menghambat pemotongan poliprotein Gan dan Gag-Pol
Indikasi
sehingga mencegah pematangan virus (immature) dan hipersensitivitas terhadap lopinavir, ritonaviir
tidak menular (non-infectious). 56,57. Ritonavir adalah maupun komponen obat. pasien dengan gangguan
peptidomimetik penghambat protease HIV yang
hati berat.
mengganggu siklus reproduktif HIV58. Ritonavir mekanisme kontra indikasi
dihambat kuat oleh protein-protein serum, tetapi
meningkatkan efek penghambat protease lain melalui kerja • pada pasien diabetes perlu dipertimbangkan
penghambatan degradasi oleh enzim sitokrom P450 untuk memonitor gula darah.
• hati-hati diberikan pada psien gangguan fungsi
hati
Dosis &
• dewasa : 400 mg/100 mg 2 x sehari
Dosis maxsimum perhatian • hati-htai pemberian pada pasien dengan
gangguan struktur jantung
• Anak : 15-25 : 2(200 mg/50 mg)
>25-30 : 3(300 mg/75 mg)
>35 : 4 (400 mg/100 mg) • Untuk menurunkan demam yang disertai flu
dan demam setelah imunisasi
• Untuk menurunkan demam yang disertai flu Farmakodinamik farmakokinetik • Meringankan rasa nyeri seperti sakit kepala,
dan demam setelah imunisasi sakit gigi, dan sakit otot
• Meringankan rasa nyeri seperti sakit kepala,
sakit gigi, dan sakit otot

sediaan

• tablet 200/50 mg & 100/25 mg


Mengencerkan dahak yang kental pada bronkus dan

acetylcyteine
Pirosis, mual, muntah, dan diare jarang terjadi.
paru, seperti pada: bronkitis akut, kronik, dan akut
Stomatitis, pusing dan telinga berdengung (tinitus).
berulang, bronkiektasis, emfisema, mucovisidosis,
sehingga dapat dikeluarkan dengan Reaksi alergi, seperti gatal, urtikaria, cutaneous
eruption (exanthema, rash), kesulitan bernapas
(bronkospasme), denyut jantung yang cepat dan
mudah.
turunnya tekanan darah. Bronkospasme pada pasien
efek samping dengan bronkus yang hiper reaktif, disebut “Hyper
Acetylcysteine bekerja dengan cara mengurai Indikasi Responder” (yaitu pada pasien dengan peningkatan
protein pada dahak sehingga dahak menjadi lebih sensitivitas akibat berbagai stimuli).
encer dan lebih mudah dikeluarkan saat batuk

• Dewasa dan anak >14 tahun: 1 Kapsul 2-3 x


mekanisme kontra indikasi
Hipersensitif terhadap asetilsistein.
sehari (setara dengan 400 – 600 mg N- kerja
asetilsistein per hari)
• Selama pengobatan, penderita asma harus dimonitor,
• Untuk anak 6 – 14 tahun: 1 kapsul 2 x sehari pengobatan dihentikan bila ada tanda-tanda bronkospasme.
(setara dengan 400 mg N-asetilsistein per hari). • Pemberian pada anak yang masih minum ASI dan anak kecil
Dosis & <1 tahun, asetilsistein dapat digunakan hanya pada kejadian

Dosis maxsimum perhatian yang Mengancam hidup dan selalu dibawah kontrol medis
yang ketat.
Asam asetilsistein memiliki beberapa mekanisme • Pada penderita dengan riwayat gastritis,
kerja, termasuk sebagai prekursor glutation, •
antioksidan, serta sifat mukolitik. Sebagai prekursor
glutation, asam asetilsistein membantu
meningkatkan kadar glutation dalam tubuh, yang Setelah diminum, asam asetilsistein cepat diserap
penting untuk detoksifikasi senyawa beracun. Farmakodinamik farmakokinetik oleh saluran pencernaan. Puncak kadar asam
Sebagai antioksidan, asam asetilsistein melindungi asetilsistein dalam darah biasanya terjadi dalam 1-3
sel-sel dari kerusakan oksidatif. Sifat mukolitiknya jam setelah pemberian secara oral. Metabolisme
membantu melunakkan dahak, memudahkan terjadi di hati, dan sebagian diekskresikan melalui
pembuangan, dan meredakan gejala pada gangguan sediaan ginjal. Waktu paruh eliminasi asam asetilsistein
saluran pernapasan.
bervariasi tergantung pada dosis dan kondisi pasien.

Kapsul 200 mg
• • Sirup kering 100 mg/ 5 mL
• Kaplet salut selaput 200 mg • Cairan inhalasi 100 mg/mL
• • Cairan infus 200 mg
Vitamin C
Pengobatan defisiensi asam askorbat.
• Pemberian oral menimbulkan gangguan
Dalam keadaan sepsis pada kasus infeksi COVID-
19, dosis tinggi asam askorbat sebagai prooksidan saluran cerna (mual, muntah, kram perut)
terhadap sel imun dan sebagai antioksidan terhadap
sel epitel paru. • Pemberian IV menimbulkan asidosis
efek samping
• Vitamin C ini juga sangat ampuh dalam Indikasi • Pemberian IV secara cepat menyebabkan
membentuk antibodi yang bisa meningkatkan
kekebalan tubuh. Secara kimia, struktur Penderita
pusing danyang hipersensitif
pingsan sebentar. terhadap asam
molekul dari vitamin C ini dapat dilihat dari
gambar dibawah ini, dimana gugus hidroksilnya Lelah, sakit kepala, insomnia, kemerahan, rasa
askorbat, Hyperoxaluria.
siap berikatan dengan radikal bebas, benda mekanisme kontra indikasi panas pada wajah
Penggunaan dosisdan leher.
besar dapat mengakibatkan
asing termasuk virus Covid-19 ini sehingga
risiko tubuh manusia ( host ) yang terinfeksi
kerja kenaikan kadar asam oksalat dalam urin dan
virus karona ini akan berkurang mungkin dapat terjadi pengendapan kalsium oksalat
pada ginjal serta pasien dengan penyakit gagal
ginjal
Dosis &
Waktu pemberian asam askorbat dosis tinggi dalam
pengobatan COVID-19 perlu diperhatikan waktu Dosis maxsimum perhatian
pemberian yaitu pada periode awal penyakit dalam
waktu yang singkat 50 mg/kg bb setiap 6 jam secara
IV selama 4 hari.
Sebagian besar vitamin C diserap melalui usus
halus. Setelah diserap, vitamin C didistribusikan ke
Vitamin C adalah antioksidan kuat yang membantu Farmakodinamik farmakokinetik jaringan dan seluruh tubuh. Vitamin C diubah
melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat menjadi asam dehidroaskorbat oleh enzim
radikal bebas. Vitamin C penting untuk dehidroaskorbat reductase. Kelebihan vitamin C
pembentukan kolagen, protein yang penting untuk dikeluarkan dari tubuh terutama melalui ginjal
kulit, rambut, tulang, dan pembuluh darah. Vitamin sediaan dalam bentuk asam askorbat dan metabolitnya
C juga memiliki peran dalam meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi dan
penyakit.
• Tablet 25 mg, 50 mg, 100 mg, 250 mg, 500 mg,1000 mg
• Injeksi 100 mg/mL dan 200 mg/mL.
daftar pustaka
Sari,M.K.2020. Sosialisasi tentang Pencegahan Covid-19 di Kalangan Siswa Sekolah Dasar di SD Minggiran 2
Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. Jurnal Karya Abdi. Volume 4 Nomor 1.

Susilo, A. 2019. Coronavirus Disease 2019: Review of Current Literatures. jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol.
7, No. 1.

Levani,Y. 2019. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 17, No. 1

Nasution, H. N., dkk., 2021. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Covid-19 FinKecamatan
Padangsidimpuan Batuanndua Kota Padangsidimpuan. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia. 6 (1)

Cahyanti, L. 2023. TERAPI RELAKSASI OTOT PROGESIF TERHADAP STRES PSIKOSOSIAL KELUARGA
PASIEN COVID-19. Jurnal Profesi Keperawatan. Vol 10 No 1.

Siada, N.B. 2022. Penggunaan Antivirus Remdesivir untuk Pasien COVID-19 dengan Kehamilan. Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research.

Aditia, A. 2021. Covid-19: Epidemiologi l, Virologi, Penularan, Gejala Klinis, Diagnosa, Tatalaksana, Faktor
Risiko, dan Pencegahan. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 3 (4)

Sari, P. L. P. A. G. 2020. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Review. Jurnal Sains dan Kesehatan. 2 (4).

Lukito, PK., Rita,E., & Togi,J. 2020. INFORMATORIUM


OBAT COVID-19 DI INDONESIA. Badan obat dan Pengawas Republik Indonesia.
screen capture
screen capture
screen capture
screen capture
screen capture
Thank You

Anda mungkin juga menyukai