Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ESSAY

“Covid-19”

Oleh :
NAMA : Putu Agi Abhimana Manutaa
NIM : 020.06.0068
KELAS :B
BLOK : Respirasi II
DOSEN : dr. Kana Wulung Arie Ichida, Sp.P

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021/2022
Covid-19
Kejadian munculnya pandemi virus corona atau covid-19 mampu melumpuhkan
aktivitas semua kalangan masyarakat yang dilakukan di luar rumah. Coronavirus merupakan
keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti common cold
atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Penularannya dari hewan ke
manusia (zoonosis) dan penularan dari manusia ke manusia sangat terbatas. Masa pandemi
covid-19 tidak bisa dikendalikan secara cepat sehingga membutuhkan penatalaksanaan yang
begitu tepat baik dari pemerintah maupun masyarakat. Salah satu pencegahan untuk memutus
penularan covid-19 yang dihimbau oleh pemerintah adalah tetap tinggal dirumah.

Definisi

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran pernapasan yang


disebabkan oleh coronavirus yang baru muncul yang pertama dikenali muncul di Wuhan,
Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Pengurutan genetika virus ini mengindikasikan bahwa
virus ini berjenis betacoronavirus yang terkait erat dengan virus SARS. (World Health
Organization 2020).

Etiologi

Coronavirus adalah jenis virus RNA tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua
subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus
yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus. Nama
virus COVID-19 adalah SARS-COV-2. Asal nama SARS-COV-2 diambil dari 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV), dan dikenal sebagai Human CoronaVirus 2019 (h-CoV19 atau H-
CoV19). Secara taksonomi, SARS-CoV2 adalah jenis virus yang berasal dari severe acute
respiratory syndrome-related coronavirus (SARSr-CoV).
Gambar 1. Struktur virus corona yang menyebabkan sindroma pernapasan

Semua virus corona yang memiliki gen spesifik yang mengkode protein untuk replikasi
virus, pembentukan nukleokapsid dan duri pada permukaan virus. Glikoprotein yang
terkandung di dalam duri (spike protein) merupakan lapisan paling luar dari virus corona yang
berfungsi sebagai tempat menempel dan masuknya virus ke dalam sel pejamu. Domain yang
berikatan dengan reseptor melekat dengan lemah diantara virus, sehingga virus menjadi lebih
mudah untuk menginfeksi manusia. Virus corona lainnya sebagian besar mengenali
aminopeptidase atau karbohidrat sebagai kunci reseptor untuk masuk kedalam sel manusia,
sementara exopeptidase dikenal oleh SARS-CoV dan MERS-CoV.

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol,
asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.

Manifestasi Klinis

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa
komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia,
malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan
suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah. Pasien
COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala:
frekuensi pernapasan >30x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen 93% tanpa
bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal. Sebagian besar
pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejalagejala pada sistem pernapasan seperti
demam, batuk, bersin, dan sesak napas. Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah
demam, batuk kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif,
sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,
kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih dari 40%
demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara 34%
mengalami demam suhu lebih dari 39 C. Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi
yang lamanya sekitar 3-14 hari (median 5 hari).

Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan pasien tidak
bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah, diduga
terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE-2 seperti paruparu, saluran cerna dan jantung.
Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah
timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk,
limfosit menurun.

Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak
teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai sitokin yang
mengakibatkan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis, dan komplikasi lainnya
menunjukkan perjalanan penyakit pada pasien COVID-19 yang berat dan onset terjadinya
gejala dari beberapa laporan. (Susilo et al. 2020)

Epidemiologi

Sejarah penyakit COVID-19 dimulai dari pelaporan seorang dokter dari Tiongkok
mengenai penyakit pneumonia misterius yang penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini
dengan cepat menyebar dalam 3 hari di sebuah pasar seafood atau live market di Wuhan,
Tiongkok, sehingga menyerang puluhan bahkan sampai ribuan orang dalam waktu singkat.

Saat ini, sudah ada total 121 negara yang dikonfirmasi terkena pandemi virus corona,
saat ini data terus berubah menjadi lebih meningkat dari hari ke hari. Hingga Juni 2020, sudah
terdapat hampir 9 juta orang yang terkena virus ini. Secara nasional angka kematian relatif
stabil, pada awalnya adalah 2.3%. Analisis kasus profil demografis menunjukkan bahwa 2/3
kasus berjenis kelamin laki-laki, 1/3 kasus berjenis kelamin perempuan. Penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar kasus berusia lanjut. Hampir 80% kasus berusia diatas 60
tahun dan 75% memiliki penyakit komorbid. Penelitian terhadap 138 pasien yang dirawat inap
didapatkan 26% menjalani perawatan intensif dan 4.3% kasus meninggal.

Lima negara tertinggi yang terkena kasus COVID-19 adalah Amerika Serikat,
Spanyol, Italia, Britania Raya, dan Rusia. Jumlah kasus terkonfirmasi di Asia Tenggara
menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-dua berdasarkan data 8 Mei 2020 setelah
Singapura, lalu diikuti oleh Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunei, Kambodia,
Myanmar, Laos, dan terakhir Timor Leste.

Hingga Juni 2020, terdapat 50.187 kasus terkonfirmasi positif COVID-19, angka
kesembuhan 20.449 dan angka kematian 2.620. Rata-rata pertambahan kasus baru di Indonesia
pada bulan Juni 2020 sebanyak 1000 kasus per-hari. Pulau Jawa merupakan pusat pandemi
dengan empat propinsi yang paling terdampak COVID-19. Jakarta memiliki angka total kasus
terbesar dengan 4.955 dan dilanjutkan dengan Propinsi Jawa Barat dengan 1.404 kasus,
Propinsi Jawa Timur dengan 1.284 kasus, dan Propinsi Jawa Pusat dengan 933 kasus. Jumlah
kematian tertinggi dapat ditemukan di Jakarta dengan 424 kematian, dilanjutkan oleh Jawa
Timur (215), Jawa Barat (184), Jawa Tengah (161). Sulawesi Selatan (708 total kasus dengan
46 kematian) merupakan propinsi yang paling parah terkena dampaknya di luar Jawa.

Gambar 1. Pemetaan total kasus COVID-19 berdasarkan propinsi tanggal


8 Mei 2020 oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Patogenesis

Mekanisme masuknya virus corona bergantung dari protease sel yang termasuk human
airway trypsin-like protease (HAT), cathepsins dan transmembrane protease serine 2
(TMPRSS2) yang memisahkan spike protein dan menetapkan penetrasi berikutnya yang
berubah. MERS-coronavirus mengaplikasikan dipeptidyl peptidase 4 (DPP4), sementara
HCoV-NL63 dan SARS-coronavirus membutuhkan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2)
sebagai kunci reseptor.

Virus corona ini menginfeksi hewan dan manusia. Awalnya, virus ini menginfeksi
hewan dan bersirkulasi di hewan dan menyebabkan sejumlah penyakit besar pada hewan dan
kemampuannya bisa menyebabkan penyakit berat pada hewan. Karena itu, virus corona ini
disebut sebagai virus zoonotik karena bisa ditransmisikan dari hewan ke manusia.

Ada tujuh tipe virus corona yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua
alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle
East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute respiratory
syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah Coronavirus tipe baru
yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-
nCoV). Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1
diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut
laringotrakeitis (croup). Ada 3 tahap virus corona ini bisa menginfeksi manusia.

1. Keadaan asimptomatik (1-2 hari)


Virus SARS-CoV-2 yang menempel dengan sel epitel di cavum nasal dan mulai
bereplikasi. ACE2 adalah reseptor utamanya untuk SARS-CoV-2 dan SARS-CoV
2. Saluran napas atas dan konduksi respon saluran pernapasan (beberapa hari berikutnya)
Virus tersebut kemudian berpropagasi, dan bermigrasi menelusuri saluran pernapasan
bawah di sepanjang konduksi jalur pernapasan, dan muncul respon imun innate. 80%
pasien akan dipantau di rumah masing-masing dan penyakit ini ringan sedang dan
biasanya terbatas ke jalur pernapasan.
3. Hipoksia, munculnya ground glass, dan meningkat sampai ARDS
Sekitar 20% pasien yang tidak ditangani/pasien terinfeksi bisa berlanjut ke ARDS
tingkat 3 dan bisa memunculkan infiltrat pada paru-paru dan sebagian lagi bisa
memunculkan penyakit yang sangat parah.
Penatalaksanaan

a. Tanpa Gejala
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
terdiagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di
fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah
b) Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP)
c) Kontrol di FKTP terdekat selama 10 hari Karantina untuk pemantauan
klinis
2) Non Farmakologi
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa
kerumah) :
a) Pasien :
• Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga
• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin
• Jaga jarak dengan keluarga (Physical Distancing)
• Upayakan kamar tidur sendiri/terpisah
• Menerapkan etika batuk (diajarkan oleh tenaga medis)
• Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
• Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore)
• Pakaian yang telah terpakai sebaiknya dimasukkan dalam
kantong plastik/wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian
kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci segera masukkan ke
mesin cuci
• Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
• Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga
jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38℃
b) Lingkungan sekitar :
• Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
• Membuka jendela kamar secara berkala
• Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan
kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung
tangan dan google)
• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau Hand Sanitizer
sesering mungkin
• Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya.
c) Keluarga :
• Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit
• Anggota keluarga senantiasa pakai masker
• Jaga Jarak minimal 1 meter dari pasien
• Senantiasa mencuci tangan
• Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
• Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara
tertukar
• Bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkin tersentuh
pasien misalnya gagang pintu dll.
3) Farmakologi
a) Bila terdapat penyakit penyerta/ komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin
meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACEinhibitor
dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung.
b) Vitamin C untuk 14 hari, dengan pilihan :
• Tablet vitamin C non Acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
• Tablet hisap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
• Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E dan
Zink
c) Vitamin D
• Suplemen : 400IU-1000 IU/ hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
• Obat : 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
d) Obat-obatan suportif baik tradisional (fitofarmaka) maupun obat
modern asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien
e) Obat-Obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
b. Derajat Ringan
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi mandiri dirumah/fasilitas karantina selama maksimal 10 hari
sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernafasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan
hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat
dilakukan mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang
dipersiapkan pemerintah.
b) Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan kondisi
pasien.
c) Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.
2) Non Farmakologi
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa
gejala)
3) Farmakologis
a) Vitamin C untuk 14 hari, dengan pilihan :
• Tablet vitamin C non Acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
• Tablet hisap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
• Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E dan
Zink
b) Vitamin D
• Suplemen : 400IU-1000 IU/ hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
• Obat : 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
c) Azitromisin 1x 500 mg per hari selama 5 hari
d) Antivirus :
• Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari
(terutama bila diduga ada infeksi influenza) ATAU
• Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 mg (hari ke 2-5)
e) Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam
f) Obat-obatan suportif baik tradisional (fitofarmaka) maupun obat
modern asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien.
g) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
c. Derajat Sedang
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Rujuk ker Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19.
b) Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19.
2) Non Farmakologis
a) Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/
terapi cairan, oksigen
b) Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dnegan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal,
fungsi hati dan foto toraks secara berkala.
3) Farmakologis
a) Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1
jam diberikan secara drip intravena (IV) selama perawatan
b) Azitromisin 500 mg/ 24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri : dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
c) Salah satu antivirus berikut :
• Favipriavir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2x 600 mg (hari ke 2-5) atau
Remsedivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV
drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
d) Antikoagulan (LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
e) Pengobatan simtomatis
f) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

d. Gejala Berat atau Kritis


1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara
kohorting
b) Pengambilan swab untuk PCR dilakukan di hari ke 1 dan 2 untuk
penegakan diagnosis
2) Non Farmakologis
a) Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan) dan oksigen
b) Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap berikut dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal,
fungsi hati, Hemostatis, LDH, D-dimer
c) Periksa foto toraks serial bila perburukan
d) Monitor tanda-tanda sebagai berikut :
• Takipnea, frekuensi nafas 30x/min
• Saturasi oksigen dengan Pulse Oximetry 93% (di jari)
• PaO2/fiO2 300 mmHg
• Peningkatan sebanyak > 50% di keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
• Limfopenia progresif
• Asidosis laktat progresif
e) Monitor keadaan kritis
• Gagal nafas yang membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau
gagal multi organ yang memerlukan perawatan ICU
• Bila terjadi gagal nafas disertai ARDS pertimbangkan
penggunaan ventilator mekanik
• 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit
yaitu sebagai berikut : Gunakan High flow nasal cannula
(HFNC) atau non invasive mechanical ventilation (NIV) pada
pasien dengan ARDS atau efusi paru luas, HFNC lebih
disarankan dibandingkan NIV: Pembatasan resusitasi cairan
terutama pada pasien dengan edema paru, posisikan pasien sadar
dalam posisi tengkurap (Awake prone position)
f) Terapi Oksigen (Nasal Cannula, NRM, HFNC)
g) NIV
h) Ventilator
i) ECMO
3) Farmakologis
a) Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1
jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
b) Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
c) Vitamin D
• Suplemen : 400IU-1000 IU/ hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul
lunak, serbuk, sirup)
• Obat : 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU
dan tablet kunyah 5000 IU)
d) Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri : dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
e) Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, focus
infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah
22 harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum ( dengan kehati-
hatian khusus) patut dipertimbangan
f) Antivirus :
• Favipriavir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2x 600 mg (hari ke 2-5)
• Remsedivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV
drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)
g) Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
h) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat
dengan ventilator
i) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
j) Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai dengan pedoman
tatalaksana syok yang sudah ada
k) Obat suportif lainnya dapat diberikan terapi tambahan, sesuai dengan
kondisi klinis pasien dan ketersediaan di fasilitas pelayanan kesehatan
masing-masing apabila terapi standar tidak memberikan respon
perbaikan. Pemberian dengan pertimbangan hati-hati dan melalui
diskusi dengan tim COVID-19 rumah sakit. Contohnya anti-IL 6
(tocilizumab), plasma konvalesen, IVIG atau Mesenchymal Stem Cell
(MSCs)/ sel punca, terapi plasma exchange (TPE) dan lain-lain.
(Burhan et al. 2020)

Pemeriksaan fisik dan penunjang

Pemeriksaan fisik paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris statis dan dinamis,
fremitus raba mengeras, redup pada daerah konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau
bronkial dan ronki kasar.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk mendiagnosa COVID-19 bisa


dilakukan melalui pemeriksaan radiologi (Foto toraks, CT-Scan toraks, USG toraks), Swab
tenggorok pada saluran napas atas dan saluran napas bawah, bronkoskopi, pungsi pleura sesuai
kondisi, pemeriksaan kimia darah [darah perifer lengkap, analisis gas darah, fungsi hepar,
fungsi ginjal, gula darah sewaktu, elektrolit, faal hemostasis pada kasus berat, prokalsitonin,
dan laktat], biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas dan darah, dan
pemeriksaan feses dan urin.

Komplikasi

Penyakit virus COVID-19 yang tidak ditangani langsung, bisa berakibat komplikasi
pada sistem organ manusia. Komplikasinya bisa berupa komplikasi pada kardiovaskular dan
persyarafan. Tidak hanya itu, komplikasi karena COVID-19 bisa juga berpengaruh pada organ
lainnya seperti ginjal (Acute Kidney Injury) dan liver. Komplikasi yang berkaitan ini bisa
berakibat fatal dan menimbulkan kematian jika tidak ditangani langsung. Ada beberapa contoh
komplikasi kardiovaskular yang berkaitan dengan COVID-19 seperti :

1. penyakit jantung dan radang selaput jantung


2. serangan jantung akut
3. gagal jantung akut dan kardiomiopati
4. dysrhythmias
5. venous thromboembolic event
6. interaksi obat-obatan

Ada juga beberapa contoh komplikasi persyarafan yang berkaitan dengan COVID-19
seperti contoh dibawah ini seperti

1. penyakit cerebrovaskular akut


2. radang encephalon dan encephalopathy
3. Guillain-Barré Syndrome (GBS)
4. Hemophagocytic Lymphohistiocytosis (HLH)

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, covid-19 merupakan suatu infeksi
saluran pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus. Penyakit ini pertama kali muncul di
Wuhan, China pada Desember 2019. Awalnya penyakit ini hanya mengenai segelintir orang
dan berakhir menjadi sebuah pandemi. Pasien yang mengalami gejala ringan ditandai dengan
infeksi akut saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk
(dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit
kepala. Penyakit virus COVID-19 yang tidak ditangani langsung, bisa berakibat komplikasi
pada sistem organ manusia. Komplikasinya bisa berupa komplikasi pada kardiovaskular dan
persyarafan. Tidak hanya itu, komplikasi karena COVID-19 bisa juga berpengaruh pada organ
lainnya seperti ginjal dan liver. Covid-19 bisa berakibat fatal dan menyebaban kematian,
penyakit ini tidak pandang bulu, menyerang semua kalangan, dari kalangan rendah maupun
tinggi, dari negara berkembang sampai negara maju. Banyak negara saling bahu membahu
dalam mengatasi pandemic covid.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2020c). Pedoman dan Pencegahan Coronavirus (COVID- 19). Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2020f). Situasi Terkini Perkembangan Novel Coronavirus.

Fitriani, Nur Indah. "TINJAUAN PUSTAKA COVID-19: VIROLOGI,


PATOGENESIS, DAN ." Jurnal Medika Malahayati (2020).

Anda mungkin juga menyukai