Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN DISCOVERY LEARNING

PNEUMONIA

Disusun Oleh

Nama : Riska Yulianti

NIM : 4006200065

Pembimbing Klinik

( )

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus

yang diketahui menyebabkan peyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

seperti Midlle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada

manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-coV-2. Virus corona

adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian

menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke

manusia dan MARS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang sumber

penularan COVID-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020).

Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke

berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020,

WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di

seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus

pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan

cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020


Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19

dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%).

Penyebaran SARS-CoV-2 dapat menular dari manusia ke manusia menjadi

sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi

SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat

batuk atau bersin (Han & Yang, 2020). Beberapa laporan kasus menunjukkan

dugaan penularan dari karier asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum

diketahui. Kasus-kasus terkait transmisi dari karier asimtomatis umumnya

memiliki riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19 (Bai et al., 2020; Han

& Yang, 2020). Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office

melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya dikota Wuhan,

Provinsi Hubai, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi

pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru

coronavirus (Coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020

WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang

Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of International Concorn

(KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung

cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara (Kemenkes,2020).

Sejalan dengan artikel penelitian tentang komorbid penyakit dengan covid-

19 seperti Coronavirus disease 2019 (COVID-19) saat ini merupakan salah

satu masalah yang banyak diperbincangkan. Penyebaran virus ini sangat

cepat, bahkan hampir seluruh negara di dunia merasakan dampak dari virus
ini. Virus ini sangat berbahaya apabila menginfeksi orang yang memiliki

faktor resiko. Faktor resiko yang telah teridentifikasi untuk penyakit ini

diantaranya; usia, jenis kelamin, perokok aktif, imunitas yang lemah, dan

beberapa komorbid seperti pneumonia.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan

permasalahan yaitu “adakah angka kejadian, angka komplikasi dan angka

kematian dari kasus COVID dengan komorbid Pneumonia”.

C. Manfaat Penulisan

Untuk menelaah pengaruh komorbid Pneumonia terhadap kondisi pasien

terinfeksi COVID-19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP COVID-19

1. Definisi

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini

diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui

etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 (Li et al,

2020). Covid-19 merupakan jenis virus baru yang ditemukan pada

tahun 2019 dan belum diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya

(Zulva, 2019).

Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory

syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV02) (Setiawan, 2020). WHO

menetapkan virus Corona sebagai pandemi pada 11 maret 2020 karena

penularan virus ini sangat cepat (Moana, 2020). COVID-19

merupakan penyakit yang diakibatkan virus SARS-CoV-2. Wabah

pneumonia virus yang tidak diketahui dengan etiologinya pertama kali

diperkenalkan di Wuhan, Cina pada 12 Desember 2019 (Ji et al., 2020)

2. Epidemiologi
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga

berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari

2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab

kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi

nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus

2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab

SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun

SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan

MERS-CoV (CDC China, 2020).

Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-

19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka

kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada

populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara,

dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium Thailand merupakan

negara pertama di luar China yang melaporkan adanya kasus COVID-

19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan kasus

pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian

berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni

2020, WHO melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862

kematian di seluruh dunia (CFR 4,9%).

Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah

Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom.


Sementara, negara dengan angka kematian paling tinggi adalah

Amerika Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol.

Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret

2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan

tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385

kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR

5,1%) yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi

pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54

tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian

tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China, diketahui

bahwa kasus paling banyak terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi pada

usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia < 10 tahun (1%).

Sebanyak 81% kasus merupakan kasus yang ringan 14% ringan, dan

5% kritis (Wu Z dan McGoogan JM, 2020). Orang dengan usia lanjut

atau yang memiliki penyakit bawaan diketahui lebih berisiko untuk

mengalami penyakit yang lebih parah. Usia lanjut juga diduga

berhubungan dengan tingkat kematian. CDC China melaporkan bahwa

CFR pada pasien dengan usia ≥ 80 tahun adalah 14,8%, sementara

CFR keseluruhan hanya 2,3%.Hal yang sama juga ditemukan pada

penelitian di Italia, di mana CFR pada usia ≥ 80 tahun adalah 20,2%,

sementara CFR keseluruhan adalah 7,2% (Onder G, Rezza G,


Brusaferro S, 2020). Tingkat kematian juga dipengaruhi oleh adanya

penyakit bawaan pada pasien. Tingkat 10,5% ditemukan pada pasien

dengan penyakit kardiovaskular, 7,3% pada pasien dengan diabetes,

6,3% pada pasien dengan penyakit pernapasan kronis, 6% pada pasien

dengan hipertensi, dan 5,6% pada pasien dengan kanker.

3. Etiologi

Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus

dengan nama spesies severe acute respiratory syndrome virus corona

2 yang disebut SARS-CoV-2. Virus penyebab COVID -19 di namakan

sars-CoV 2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan

dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS di transmisikan

dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke

manusia. Adapun hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19

ini sampai saat ini masih belum diketahui

4. Patofisiologi

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi

protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki

sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang

membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona

2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi,


akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di

kemudian hari.

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)

menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang

ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus

kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat

pada reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1

memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD).

Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel

virus dan sel inang. Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan

dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA virus akan

mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk

kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan

mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan

pembentukan protein struktural dan tambahan. Gabungan retikulum

endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan

glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion

kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-

sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan

kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T,

dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan gejala

pada pasien.
5. Manifestasi Klinis

Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid-19,

diantaranya yaitu :

a. Demam

b. batuk kering

c. dispnea

d. fatigue

e. nyeri otot

f. sakit kepala(Lapostolle dkk., 2020; Lingeswaran dkk., 2020)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk. (2020),

gejala klinis yang paling sering terjadi pada pasien Covid-19

yaitu :

a. Demam (98%)

b. Batuk (76%)

c. Myalgia atau kelemahan (44%)

Gejala lain yang terdapat pada pasien, namun tidak begitu sering

ditemukan yaitu :

a. produksi sputum (28%)

b. sakit kepala 8%

c. batuk darah 5%

d. diare 3%.

e. Sebanyak 55% dari pasien yang diteliti mengalami dispnea.


f. Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga

dilaporkan oleh Kumar dkk. (2020). Sakit abdominal

merupakan indikator keparahan pasien dengan infeksi

COVID-19. Sebanyak 2,7% pasien mengalami sakit

abdominal, 7,8% pasien mengalami diare, 5,6% pasien

mengalami mual dan/atau muntah.

6. Penatalaksanaan

Pada tanggal 23 Februari 2020, masih belum ada vaksin COVID-

19 yang berhasil dikembangkan. Saat ini, pengobatan pasien dengan

infeksi SARS-CoV-2 terutama pengobatan simptomatik, ditemukan

bahwa komplikasi yang paling umum pada pasien dengan infeksi

2019-nCoV adalah sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS),

diikuti oleh anemia dan infeksi sekunder. Oleh karena itu, antibiotik

empiris, terapi antivirus (oseltamivir), dan kortikosteroid sistemik

sering digunakan untuk perawatan. Pasien dengan hipoxemia yang

dapat diatasi diberi ventilasi invasif (Wu P, Hao X, Lau EH, Wong JY,

Leung KSM, Wu JT, dkk, 2020).

Holshue et al, (2020) menggunakan remdesivir dalam pengobatan

pasien dengan infeksi SARS-CoV-2 dan mencapai hasil yang baik. Lu

menyimpulkan bahwa, di samping antibiotik dan antivirus,

neuraminidase inhibitor, inhibitor sintesis RNA, dan obat tradisional

juga dapat digunakan dalam pengobatan COVID-19. Namun


demikian, khasiat obat ini masih perlu diverifikasi oleh uji klinis (Lu

H. Drug, 2020)

engan belum adanya pengobatan yang efektif, cara terbaik untuk

menangani epidemi SARS-CoV-2 adalah mengendalikan sumber

infeksi. Strategi meliputi diagnosa awal, pelaporan, isolasi, dan

perawatan suportif; informasi epidemi yang tepat waktu; dan

pemeliharaan tatanan sosial. Untuk individu, tindakan perlindungan,

termasuk meningkatkan kebersihan pribadi, mengenakan masker

medis, istirahat yang memadai, dan menjaga ventilasi ruangan dengan

baik, dapat secara efektif mencegah infeksi SARS-CoV-2 (Guan

W,dkk 2020).

7. Konsep Asuhan Keperawatan

Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) pada pasien COVID-19

a. Assesment (Anamnesa, femeriksaan fisik, atau penunjang)

1. Demam (83-99%)

2. Batuk (59-82%)

3. Kelelahan (44-70%)

4. Anoreksia (40-84%)

5. Sesak Napas (31-40%)

6. Menghasilkan dahak (28-33%)

7. Myalgia (nyeri otot) (11-35%)


8. Anosmia

b. Diagnosa keperawatan

1. Ansietas (D. 0080)

2. Defisit Pengetahuan (D.0111)

3. Resikocidera (D. 135)

4. Hipertermi (D.0078)

5. Intoleransi Aktivitas (D. 0056)

6. Resikoketidakseimbangan Cairan (D. 0036)

7. Resiko gangguan Integritas Kulit (D. 00139)

8. Bersihan jalan Napas (D.00010

9. Gangguan pertukaran gas (D. 0003)

c. Tujuan dan Kriteria Hasil /Nursing Outcome

1. Ansietas

 Tingkat ansietas menurun

 Mampu mengontrol ansietas

 Scala HARS menurun

 Vital sign dalam batas normal

2. Defisit pengetahuan

 Pengetahuan meningkat

 Mampu memahami tentang penyakit, kondisi

prognosis dan program perawatan


3. Resiko cidera

 Tingkat resiko cidera menurun

 Tidak ada cidera

4. Hipertermi

 Termoregurasi membaik

 Suhu tubuh menurun dalam batas normal (36̊C

-37,5̊C)

5. Intoleransi aktivitas

 Toleransi aktivitas meningkat

 Gangguan mobilitas menurun

 Tekanan darah membaik

 Kadar hemoglobin meningkat

 Frekuensi nadi membaik

6. Resiko ketidakseimbangan cairan

 Keseimbangan cairan terpenuhi

 Intake output seimbang

7. Resiko gangguan intergitas kulit dan jaringan

 Inetrgitas kulitdan jaringan membaik

 Tidak ada luka tekan (decubitus)

8. Bersihan jalan napas tidak efektif

 Bersihan jalan napas efektif


 Tidak ada tanda-tanda sumbatan jalan napas

 Batuk efektif

 Tidak sesak

 Mampu mengeluarkan secret

9. Gangguan ventilasi spontan

 Ventilasi spontan

 Otot napas adekuat

10. Gangguan pertukaran gas

 Pertukaran gas membaik

 Keseimbangan asam basa membaik

d. Intervensi

1. Ansietas : penurunan kecemasan :

a.observasi, identifikasi tingkat kecemasan,

identifikasi penyebab kecemasan.

b. Terapetik : jelaskan semua prosedur, dan apa

yang di rasakan selama prosedur, dengarkan

dengan penuh perhatian, gunakan pendekatan

yang menenangkan dan bina hubungan saling

percaya.

c. Kolaborasi : dengan tim medis pemberian obat

untuk mengurangi kecemasan


2. Deficit pengetahun : manajemen edukasi dan

informasi :

a. observasi, identifikasi penyebab kurang nya

pengetahuan, identifikasi kebutuhan edukasi

dan informasi

b. terapetik : memberikan informasi dan

edukasi sesuai kebutuhan perawatan,

menjelaskan tentang perawatan selama

pasien di rawat, perlu kerjasama antar

pasien dan petugas, melibatkan pasien atau

keluarga dalam setiap tindakan

c. kolaborasi : edukasi tentang pernyakit dan

pengobtan, edukasi tentang aturan dan cara

minum obat, edukasi tentang diet.

3. Resiko cidera : manajement keselamatan

lingkungan untuk mencegah cidera

a. Observasi: kaji resiko cidera/ jatuh sesuai

derajat resiko, Identifikasi area lingkungan

yang berpotensi menyebabkan cidera, kaji

kemampuan pasien dalam mengenal

lingkungan yang berpotensi menimbulkan

cidera, kaji kemampuan beraktivitas


b. Terapetik : sediakan pencahayaan yang

memadai, sosialitasikan dengan lingkungan

di ruang rawat, sediakan pispot atau urinal

untuk eliminasi di tempat tidur. Pastikann

roda tempat tidur dalam kondisi terkunci

c. Kolaborasi : dengan tim rehab medik

4. Hipertermia : manajement hiperteria :

a. Observasi: identifikasi penyebab

hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunakaan incubator),

monitor suhu tubuh, monitor keluaran urine,

monitor kadar elektrolit.

b. Terapetik: sediakan lingkungan yang dingin,

longgarkan atau lepaskan pakaian yang

tebal, ganti dengan yang tipis, berikan cairan

oral, ganti linen setiap hari atau lebih serig

jika mengalami hyperhidrosis (keringat

berlebih), lakukan pendinginan eksternal

mis (selimut hipotermia)

c. Kolaborasi: dengan terapi okupasi,

kolaborasi untuk peningkatan asupan gizi

5. Intoleransi aktivitas : manajement energy:


a. Observasi : deficit tingkat aktivitas,

kemampuan berpartisipasi, sumber daya

untuk aktivitas, monitor respon emosional,

fisik, sosial dan spiritual terhadap aktivitas

b. Terapetik : pasilitasi fasilitas rutin sesuai

kebutuhan secara berhadap, fasilitasi

aktivitas motorkik untuk relaksasi otot.

c. Kolaborasi : dengan terapi okupasi,

kolaborasi untuk meningkatkan asupan gizi

6. Resiko ketidakseimbangan cairan: manajement

cairan

a. Observasi : monitor status hidrasi, monitor

berat badan, intake output dan hitungan

balance cairan 24 jam

b. Terapetik : berikan asupan caira oral sesuai

kebutuhan, atur interval waktu, pemberian

cairan

c. Kolaborasi : pasang infus, berikan cairan

intravena sesuai intruksi dokter

7. Resiko intergitas kulit : kulit/ jaringan:

manajement integritas kulit


a. Observasi : identifikasi penyebab gangguan

integritas kulit (perubahan sirkulasi,

perubahan status nutrisi, penurunan

kelembapan, suhu lingkungan ektrim

penurunan mobilitas)

b. Terapetik: ubah posisi tiap 2 jam jika tirah

baring, lakukan pemijitan pada area

penonjolan tulang, jika perlu, bersihkan

perineal dengan air hangat.

c. Kolaborasi : perawatan luka, kolaborasi

dengan tim rehab medis

8. Bersihan jalan napas tidak efektif : stabiliasi jalan

napas

a. Observasi : kaji TTV, kaji kepatenan jalan

napas, monitor frekuansi, irama, kedalaman.

b. Teraputik : berikan pasien posisi yang

nyaman, tingkatkan masukan cairan, dengan

memberi minum air hangat

c. Kolaborasi : permberian obat dan

humedifikasi, seperti nebulizer, kolaborasi

hasil pemeriksaan X-ray


9. Gangguan pertukaran gas: stabilisasi pertukaran

gas

a. Observasi: monitor RR, irama, kedalaman

dan upaya napas, auskultasi bunyi napas,

monitoring SPO2

b. Terapetik: atur pemantauan respirasi sesuai

dengan kondisi, dokumentasi hasil

pemantauan

c. Edukasi : jelaskan tujuan dan prosedur

pemntauan, informasi hasil pemantauan

B. KONSEP PENYAKIT KOMORBID PNEUMONIA

1. Definisi

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai

saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak

napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,

mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat

(cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah,

2017).

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan

(paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa

mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme


lainnya (Kemenkes RI, 2019). Ventilator-associated pneumonia (VAP)

adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan

intubasi endotrakeal. (Kalil et al., 2016).

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan

bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas

disebabkan agens infeksius seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan

aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi

dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2. Epidemiologi

Insiden Community Acquired Pneumonia (CAP) sebenarnya tidak

diketahui dengan pasti karena penyakitnya banyak tidak dilaporkan dan

hanya 20% sampai 50% pasien yang membutuhkan rawat inap. Perkiraan

insiden CAP 2 sampai 15 kasus per 1000 orang per tahun, dan meningkat

pada usia lanjut.( Torest et al, 2016) Prevalensi penderita pneumonia yang

didapat oleh masyarakat (CAP) kejadian tahunan berkisar antara 1,6

sampai 10,6 per 1000 populasi orang dewasa di Eropa. Kejadian CAP

meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia dan keparahan

klinis yang berat, mulai dari penyakit self-limiting sampai syok septik dan

ARDS. Istilah CAP yang parah (severe CAP/ sCAP) mengidentifikasi

pasien yang membutuhkan perawatan ICU dan tingkat perawatan yang

lebih tinggi, seperti ventilasi mekanis dan terapi vasopressor. Perawatan


ICU yang tertunda meningkatkan kejadian gagal napas dan syok sepsis

sebesar 2 sampai 2,6 kali lipat. Meskipun kemajuan terapi antimikroba dan

terapi suportif, mortalitas pasien sCAP tetap tinggi, mulai dari 31% sampai

58%. Data ini meningkat dari waktu ke waktu.(Chalmers et al., 2014). Data

Riskesdas 2013 Prevalensi penderita Pneumonia di Indonesia adalah 0,63%

dari kesuluruhan penduduk. Lima provinsi di Indonesia yang mempunyai

insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa

Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi

Selatan.(Kemenkes, 2013)

3. Etiologi

Menurut (LeMone. Atai, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2 penyebab

antara lain : infeksius dan noninfeksius.

a. Penyebab infeksius yaitu :

1) Bakteri

2) Virus

3) Jamur

4) Protozoa, dan

5) Mikroba.

b. Sedangkan penyebab noninfeksius anatara lain adalah aspirasi isi

lambung dan inhalasi gas beracun atau gas yang mengiritasi.

Pneumonia infeksius sering kali diklasifikasikan sebagai infeksi

yang didapat komunitas, infeksi nosokpomial (didapat dirumah


sakit), atau oportunistik (Imun menurun). Penyebaran infeksi

terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus

pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus

sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p.aeruginosa dan

enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan

pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi

lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat (Nurarif &

Kusuma, 2015).

4. Patofisiologi

Agent penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi atau

pun aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke

saluran pernafasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding

bronkhus menyebabkan sel berisi esudat dan sel epitel menjadi rusak.

Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan

etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di

alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan nafas,

bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan nafas

reaktif (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala umum yang biasanya terjadi pada

pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak nafas (Djojodibroto,2014).

5. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth, (2011) Gambaran klinis beragam,

bergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien :

a. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam

(38,5°C sampai 40,5°C).

b. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernafas dan batuk

c. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45

kali pernafasan/menit) dan dispnea , ortopnea ketika tidak

disangga.

d. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat sepuluh kali/ menit

per satu derajat peningkatan suhu tubuh (Celsius).

e. Bradikardia relatif untuk tingginya demam menunjukkan infeki

virus, inveksi mikoplsama, atau infeksi organisme legionella.

f. Tanda lain : infeksi alura nafas atas, sakit kepala, demam derajat

rendah, nyeri pleuritik, mialgia, ruam, faringitis; setelah beberapa

hari, spurum mukoid atau mukopurulen dikeluarkan.

g. Pneumonia berat; pipi memerah; bibir dan bantalan kuku

menunjukkan sianosis sentral.

h. Sputum purulen, berwarna seperti karat, bercamur darah, kental,

atau hijau, bergantung pada agens penyebab.

i. Nafsu makan buruk, pasien mengalami diaforesis dan mudah

lelah.
j. Tanda dan gejala penumonia dapat juga bergantung pada kondisi

utama pasien ( misalnya, tanda berbeda dijumpai pada pasien

dengan kondisi seperti kanker, dan pada mereka yang menjalani

terapi imunosupresan, yang menurunkan resistansi terhadap

infeksi).

6. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

Kepeda penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan

antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih

tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung

atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui

infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena

dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan

memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik

dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat

diberikan antara lain :

1) Oksigen 1-2 L/menit

2) IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500

ml cairan

3) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status

hidrasi
4) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral

bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip

5) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan

salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport

mukosilier

6) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

(Nurarif & Kusuma, 2015).

b. Medis

Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan

tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan

lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut

dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau bronchial, krekles,

peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada perkusi. Pengobatan

pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang

ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk pengobatan

pneumonia yaitu eritromisin, derivat tetrasiklin, amantadine,

rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol, dapsone, pentamidin,

ketokonazol. (Brunner & Suddarth, 2002). Untuk kasus pneumonia

community base :

1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian


Untuk kasus pneumonia hospital base :

1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. (Nurarif

& Kusuma, 2015)

7. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam

mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang

berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2001).

1) Identitas

Identitas Klien. Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,

golongan darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status

perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat. Pada kasus pneumonia

banyak terjadi pada : - Jenis kelamin : Paling banyak menderita

pneumonia yaitu lakilaki tapi tidak menutup kemungkinan

perempuan. - Umu : Usia yang paling rentang terkena pneumonia

yaitu usia tua (lanjut usia) dan anak-anak.


2) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan

bernafas, nyeri dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan: batuk,

produktif atau tidak produktif, warna, konsistensi sputum,: gejala

lain: kesakitan pernapasan atas saat ini atau kesakitan akut lain;

penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung;

medikasi saat ini; alergi obat. (LeMone atal, 2016).

b. Riwayat kesehatan dahulu.

Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan

dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat

dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang diderita klien saat

ini (Rohman & Walid, 2009).

c. Riwayat Kesehatan keluarga.

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan

adanya penyakit keturunan,kecenderungan alergi dalam satu

keluarga,penyakit yang menular akibat kontak langsung antara

anggota keluarga (Rohman & Walid, 2009).

3) Pemeriksaan fisik

Tampilan, distress nyata, tingkat kesadaran : tanda-tanda vital,

antara lain suhu; warna aksesorius, pernapasan; suara paru.

(LeMone. atal, 2016). Pemeriksaan fisik dengan pendekatan


persistem dimulai dari kepala Sampai ujung kaki dapat lebih

mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali

kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis

dan rasional. Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang

digunakan meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

(Mutaqqin, 2010)

a. Penampilan umum Yaitu penampilan klien dimulai pada saat

mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.

b. Kesadaran

Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif

dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu

composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh

dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang

diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap

lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran

yang lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa

untuk, sopor mempunyai arti bahwa klien memberikan respon

dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya

tidak ada. sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif

dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale

dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan

respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz alimul, 2009).


c. Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin

dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling

sering dilakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi

pernafasan (Mutaqqin, 2010). Pada pasien pneumonia biasanya

mengalami demam suhu diatas 37 0 c, pernapasan cepat

(Tachypnea).

1. Kepala

1) Rambut Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe

tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut hitam,

kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan tidak ada

pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan

2) Mata Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada

mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan konjungtiva:

anemis atau ananemis, sclera biasanya putih, pupil: isokor

atau anisokor dan kesimetrisan mata: mata simetris kiri dan

kanan dan ada atau tidaknya massa atau nyeri tekan pada

mata

3) Telinga Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan

baik, bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan

telinga
4) Hidung Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan

hidung, nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah

menggunakan otot bantu pernapasan

5) Mulut dan Gigi Kemampuan bicara, adanya batuk atau

tidak, adanya sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir,

keadaan platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.

2. Leher. Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher;

terbatas atau tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer

thyroid, ada atau tidaknya pembesaran vena juguralis dan

kelenjer getah bening.

3. Thorak

a) Paru-paru

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada,

frekuensi napas cepat (tachipnea), irama, kedalamannya

pernapasan cuping hidung,

Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri

dan kanan.

Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat

kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi).

Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya

jaringan yang lebih padat atau konsolidasi paruparu

seperti pneumonia.
b) Jantung

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis

tampak atau tidak.

Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa

(pembengkakan) dan ada atau tidaknya nyeri tekan.

Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi

jaringan yang padat seperti pada daerah jantung).

Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara jantung

II (terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam rentang

normal

4. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada

atau tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch mark.

Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/

menit).

Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan

hepar.

5. Punggung

Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada terdapat

luka pada punggung.


6. Estremitas

Ektremitas Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau

tidak pada ekstremitas atas. Bawah: ada atau tidaknya

gangguna terhadap ekstremitas bawah seperti : kelemahan.

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang

umumnya dipakai untuk memeriksa penderita yang

mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status

kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada

kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau

sebaliknya apakah terjadiperburukan pada penderita.

(Suratun, dkk, 2008). Penilaian tersebut meliputi :

a) Nilai 0: Paralisis total atau tidak ditemukan adanya

kontraksi pada otot,

b) Nilai 1: Kontaksi otot yang terjadi hanya berupa

perubahan dari tonus otot, dapat diketahui dengan

palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi,

c) Nilai 2: O tot hanya mampu mengerakkan persendian

tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh

gravitasi,

d) Nilai 3: Dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat

melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat

terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa,


e) Nilai 4: Kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai

dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang

ringan,

f) Nilai 5: Kekuatan otot normal

7. Genetalia Terpasang kateter atau tidak.

8. Integument. Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis

pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang

diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam

kardiografi, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2010).

e. Therapy

Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi

pemberian dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain

(Rohman & Walid, 2010).

f. Analisa data

Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-teori

yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat

pengkajian. Menginter pretasikan data atau membandingkan

dengan standar fisiologis setelah dianalisa, maka akan


didapatkan penyebab terjadinya masalah pada klien (Wong

donna. L, 2009).

g. Diagnosa.

Diagnosa keperawatan adalah : pernyataan yang jelas singkat

dan pasti tentang masalah pasien serta penyebabnya yang dapat

dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. Menurut

(Dianosa Medis & Nanda, 2015). Kemungkinan Diagnosa

keperawatan yang muncul adalah :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obstruksi jalan nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan,

banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi

bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di

jalan nafas

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan

kapasitas pembawa oksigen darah.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory:

tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak

seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum.

5) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


6) Resiko kekurangan volume cairan dengan intake oral tidak

adekuat, takipneu, demam, kehilangan volume cairan secara

aktif, kegagalan mekanisme pengaturan.

7) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea:

ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding dada, gangguan

koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi,

obesitas, keletihan otot spinal.

h. Intervensi

Intervensi adalah tindakan yang dirancang untuk membantu

klien dalam beralih dari tingkat yang diinginnkan dalam hasil

yang diharapkan (Gordon, 1994). Intervensi keperawatan

adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama

klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai oleh

perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Mc.Closkey &

Bulechek, 2004). Intervensi di bagi menjadi tiga yaitu :

1) Intervensi perawat Respon perawat terhadap kebutuhan

perawatan kesehatan dan diognosa keperawatan klien. Tipe

intervensi ini adalah “suatu tindakan autonomi berdasarkan

rasional ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan klien

dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan

diagnosa keperawatan dan tujuan klien” (Mc.Closkey &

Bulechek, 2004).
Intervensi perawat tidak membutuhkan intruksi dokter atau

profesi lainnya. Dokter seringkali dalam intruksi

tertulisnya mencakup intervensi keperawatan mandiri,

namun demikian berdasarkan UU praktik keperawatan

disebagian besar negara bagian, tindakan keperawatan

yang berkaitan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari,

penyuluhan kesehatan,promosi kesehatan, dan konseling

berada dalam domain praktik keperawatan.

2) Intervensi dokter

Didasarkan pada respon dokter terhadap diagnosa medis,

dan perawat menyelesaikan intruksi tertulis dokter

(Mc.Closkey & Bulechek, 2004).

3) Intervensi kolaboratif. Terapi yang membutuhkan

pengetahuan, keterampilan, dan keahlian dari berbagai

profesional keperawatan kesehatan.

Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. Bersihan jalan Respiratory status Airway Suction.

nafas tidak efektif Setelah dilakukan - kebutuhan oral /

berhubungan tindakan keperawatan 3 tracheal suctioning

dengan obstruksi x 24 jam bersihan jalan - Auskultasi suara


jalan nafas: spasme napas tidak efektif nafas sebelum dan

jalan nafas, sekresi teratasi dengan kriteria sesudah suctioning

tertahan,banyaknya hasil: - Informasikan pada

mukus, adanya - Mendemontrasikan klien dan keluarga

jalan nafas buatan, batuk efektif dan tentang suctioning.

sekresi bronkus, suara nafas - Minta klien nafas

adanya eksudat di bersih,tidak ada dalam sebelum

alveolus, adanya sianosis dan suction dilakukan

benda asing di dyspneu (mampu - Berikan O2 dengan

jalan nafas mengeluarkan menggunakan nasal

Batasan sputum, mampu untuk memfasilitasi

karakteristik : bernafas dengan suksion nasotrakeal

- Tidak ada batuk mudah, tidak ada - Gunakan alat yang

- suara nafas pursed lips) steril setiap

tambahan - Menunjukan jalan melakukan tindakan

- perubahan nafas yang paten - Monitor status

- frekuensi nafas. (klien tidak merasa oksigen pasien

- perubahan tercekik, irama - Hentikan suksion

irama nafas nafas, frekuensi dan berikan oksigen

- sianosis pernafasan dalam apabila pasien

- kesulitan rentang normal, menunjukan


berbicara/ tidak ada suara nafas bradikardi,

mengeluarkan abnormal) peningkatan saturasi

suara - Mampu O2, dll

- penurunan mengidentifikasikan - Buka jalan nafas,

bunyi nafas dan mencegah faktor gunakan teknik chin

- dispnue yang dapat lift atau jaw thurst

- sputum dalam menghambat jalan bila perlu.

jumlah nafas.

berlebihan.

- batuk yang

tidak efektif.

- Gelisah. Faktor-

faktor yang

berhubungan

- Lingkungan.

- Obstruksi jalan

nafas.

- Fisiologis
2. Gangguan Respiratory Status: Gas Posisikan pasien untuk

pertukaran gas exchange. memaksimalkan

berhubungan Keseimbangan asam ventilasi.

dengan gangguan basa, elektroda. - Pasang mayo bila


kapasitas pembawa Respiratory Status: perlu.

oksigen darah. Ventilation. Vital Sign - Lakukan fisioterapi

Batasan Status. Setelah dada jika perlu.

karakteristik: dilakukan tindakan - Keluarkan secret

- Diaphoresis. keperawatan selam 3 x dengan batuk atau

- Dispnea 24 jam diharapkan suction.

- Gangguan gangguan pertukaran - Auskultasi suara

penglihatan. gas teratasi dengan nafas, catat adanya

- Gas darah kriteria hasil: suara tambahan.

arteri - Mendemontrasikan - Atur intake untuk

abnormal. peningkatan cairan

- Gelisah. ventilasi dan mengoptimalkan

- Hiperkapnia. oksigenasi yang keseimbangan. -

- Hipoksemia. adekuat. Monitor respirasi dan

- Hipoksia. - Memelihara status O2.

- Iritabilitas. kebersihan - Catat pergerakan

- Konfusi. paruparu dan bebas dada, amati

- Napas cuping dari tanda-tanda kesimetrisan,

hidung. distress pernafasan. penggunaan otot

- Penurunan - Mendemonstrasika tambahan, retraksi

karbon n batuk efektif dan otot supraclavicular


dioksida. suara nafas yang dan intercostals

- PH arteri bersih, tidak ada - Monitor suara nafas,

abnormal. sianosis dan seperti dengkur.

- Pola dyspneu (mampu - Monitor pola nafas :

pernapasan mengeluarkan bradipena, takipenia,

abnormal sputum, mampu kussmaul,

(mis., bernafas dengan hiperventilasi. -

kecepatan, mudah, tidak ada Monitor TTV, AGD,

irama, pursed lips). elektrolit dan status

kedalaman). mental.

- Sakit kepala - Observasi sianosis

saat bangun. khususnya

- Somnolen. membrane mukosa

- Takikardia.

- Warna kulit

abnormal

(mis., pucat,

kehitaman).

Factor yang

berhubungan

- Ketidakseimb
angan

ventilasi-

perfusi.

- Perubahan

membrane

alveolar-

kapiler
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Kolaborasikan dengan

berhubungan tindakan keperawatan tenaga rehabilitas

dengan isolasi selama 3 x 24 jam medik dalam

respiratory: tirah diharapkan intoleransi merencanakan program

baring atau aktivitas teratasi dengan terapi yang tepat

imobilisasi, kriteria hasil: - Bantu klien untuk

kelemahan - Berpatisipasi dalam mengindentifikasi

menyeluruh, aktifitas fisik tanpa aktivitas yang

ketidak disertai peningkatan mampu dilakukan

seimbangan suplai tekanan darah, nadi - Bantu untuk memilih

O2 dengan dan RR. aktivitas konsisten

kebutuhan. Batasan - Mampu melakukan yang sesuai dengan

karakteristik : aktifitas sehari kemampuan fisik,

- Dispnea setelah (ADLs) secara psikologi dan sosial

beraktivitas. mandiri - Bantu untuk


- Keletihan. - Tanda tanda vital mengindentifikasi

- Ketidaknyaman normal dan mendapatkan

an setelah - Energy psikomotor sumber yang

beraktivitas. - Level kelemahan diperlukan untuk

- Perubahan EKG - Mampu berpindah: aktivitas yang

(mis; aritmia, dengan atau tanpa diinginkan

abnormalitas bantuan alat - Bantu untuk

konduksi, - Status mendapatkan alat

iskemia). kardiopulmunari bantuan aktivitas

- Respons adekuat seperti kursi roda,

frekuensi - Sirkulasi status baik krek

jantung Status respirasi: - Bantu untuk

abnormal pertukaran gas dan mengidentifikasikan

terhadap ventilasi adekuat aktivitas yang sesuai

aktivitas. - Bantu klien untuk

- Respons membuat jadwal

tekanan darah latihan diwaktu

abnormal luang

terhadap - Bantu

aktivitas. Factor pasien/keluarga

yang untuk
berhubungan : mengidentifikasi

- Gaya hidup kekurangan dalam

kurang gerak beraktivitas

- Imobilitas - Sediakan penguatan

- Ketidakseimban positif bagi yang

gan antara aktif

suplai dan - Monitor respon fisik,

kebutuhan emosi, social dan

oksigen. spiritual .

- Tirah baring

lama.
4. Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan - Kaji adanya alergi

kebutuhan tubuh tindakan keperawatan 3 makanan

berhubungan x 24 jam diharapakan - Kolaborasi dengan

dengan anoreksia, ketidak seimbangan ahli gizi untuk

akibat toksin nutrisi kurang dari menentukan jumlah

bakteri dan rasa kebutuhan tubuh kalori dan nutrisi

sputum. Batasan teratasi dengan kriteria yang di butuhkan

karakteristik : hasil : pasien

- Berat badan - Adanya peningkatan - Anjurkan pasien

20 % atau berat badan sesuai untuk meningkatkan

lebih di bawah dengan tujuan intake


ideal. - Berat badan ideal - Yakinkan diet yang

- Dilaporkan dengan tinggi badan dimakan

adanya intake - Mampu mengandung tinggi

makanan yang mengidentifikasi serat untuk

kurang dari kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi

RDA - Tidak ada tanda- - Berikan makanan

(Recomended tanda malnutrisi yang terpilih (sudah

Daily - Tidak terjadi di konsultasikan

Allowance) penurunan berat dengan ahli gizi)

- Membran badan yang berarti - Ajarkan pasien

mukosa dan bagaiamna membuat

konjungtiva catatan makanan

pucat. harian

- Kelemahan - Monitor jumlah

otot yang nutrisi dan

digunakan kandungan kalori

untuk - Berikan informasi

menelan/ tentang kebutuhan

mengunyah nutrisi

- Luka, - Kaji kemampuan

inflamasi pada pasien untuk


rongga mulut. mendapatkan nutrisi

- Mudah merasa yang dibutuhkan

kenyang,

sesaat setelah

mengunyah

makanan.

- Dilaporkan

atau fakta

adanya

kekurangan

makanan

- Dilaporkan

adanya

perubahan

sensasi rasa.

- Perasaan

ketidakmampu

an untuk

mengunyah

makanan.

- Miskonsepsi.
- Kehilangan

BB dengan

makanan

cukup

- Keengganan

untuk makan.

- Kram pada

abdomen.

- Tonus otot

jelek.

- Nyeri

abdominal

dengan atau

tanpa patologi.

- Kurang

berminat

terhadap

makanan

- Pembuluh

darah kapiler

mulai rapuh
- Diare dan atau

steatorrhea.

- Kehilangan

rambut yang

cukup banyak

(rontok).

- Suara usus

hiperaktif.

- Kurangnya

informasi

Faktor-faktor

yg berhubungn

Ketidakmamp

uan

pemasukan

atau mencerna

makanan atau

mengabsorpsi

zatzat gizi

berhubungan
dengan faktor

biologis,

psikologis atau

ekonomi.
5. Hipertermi Setelah dilakukan - Monitor suhu

berhubungan tindakan keperawatan 3 sesering mungkin

dengan proses x 24 jam diharapkan - Monitor tekanan

infeksi. Batasan hipertermia teratasi darah, nadi dan RR.

karakteristik: dengan kriteri hasil : - Monitor intake dan

- Akrosianosis - Suhu tubuh dalam out put.

- Bradikardia. rentang normal. - Berikan anti piretik

- Dasar kuku - Nadi dan RR - Kompres pasien

sianotik. dalam rentang pada lipatan paha

- Hipertensi. normal. dan aksila.

- Hipoglikemi - Tidak ada - Monitor tanda-tanda

- Hipoksia. perubahan warna hipertermi dan

- Kulit dingin. kulit dan tidak ada hipotermi

- Menggigil. pusing. - Tingkat kan intake

- Pengisian cairan dan nutrisi

ulang kapiler

lambat.

- Peningkatan
komsumsi

oksigen.

- Peningkatan

laju meta

bolik.

- Penurunan

kadar glukosa

darah

- Penurunan

ventilasi.

- Piloereksi.

- Takikardia.

- Vasokonstriksi

perifer.

Factor yang

berhubungan

dengan:

- Agens

farmaseutikal.

- Berat badan

ekstrem
- Ekonomi

rendah.

Kerusakan

hipotalamus.

- Komsumsi

alcohol.

- Kurang

pengetahuan

pemberian

asuhan tentang

pencegahan

hipotermia.

- Kurang suplai

lemak subkutan.

- Lingkungan

bersuhu rendah.

- Malnutrisi.

- Pemakaian

pakaian yang

tidak adekuat.

- Terapi radiasi.
- Penurunan laju

metabolisme

- Tidak

beraktivitas.

- Tranver panas

(msl;

konduksi,konve

ksi evaporasi,

radiasi). -

Trauma.

- Usia ekstem

i. Implementasi

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan (intervensi). Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan

klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan

komunikasi. Tujuan implementasi adalah melaksanakan hasil

dari rencana keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk

mengetahui kondisi kesehatan pasien dalam periode yang


singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah

komplikasi, dan menemukan perubahan sistem tubuh.

j. Evaluasi

Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan

yang sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah

proses penilaian, pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang

rencana keperawatan (Griffith & Christensen, 1986).

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. Identitas

A. Identitas Pasien

1) Nama inisial : Tn. X

2) No RM : 4002160100

3) Usia : 40 tahun

4) Status perkawinan : Menikah

5) Pekerjaan : Wiraswasta

6) Agama : Islam

7) Pendidikan : SMP

8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : Jl. Purwakarta 5 No 15

10) Sumber biaya : Mandiri

11) Tanggal masuk RS : 14 Desember 2020

12) Diagnosa Medis : Pneumonia

B. Identitas Penanggungjawab

1) Nama : Ny.S

2) Umur : 35 Tahun

3) Hubungan dengan pasien : Istri pasien

4) Pendidikan : SMP

5) Alamat : Jl. Purwakarta 5 No 15

II. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

pasien mengatakan sesak

b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/riwayat penyakit sekarang

(PQRST) :

pasien mengeluh batuk darah dan sesak kurang lebih sejak satu bulan

lalu. Pada tanggal 14 Desember 2020 pasien dibawah ke IGD RSUD

Cibabat, lalu pada pukul 00.00 WIB pasien dipindahkan ke ruangan

Isolasi Melati. Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak dan batuk

yang tak kunjung berhenti terutama pada saat malam hari , pasien juga

ditemukan demam.
c. Riwayat kesehatan lalu

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular dan

menahun, pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat diabetes

mellitus maupun hipertensi. Pasien juga tidak memiliki alergi terhadap

obat dan riwayat operasi sebelumnya

d. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga

yang menjadi faktor resiko, 3 generasi.

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular

maupun menahun.

e. Riwayat psikososial dan spiritual

1. Support sistem terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan, fasilitas

kesehatan terhadap penyakitnya.

Klien memiliki dukungan baik dari pihak keluarganya dan fasilitas

kesehatan memberikan pelayanan dengan baik

2. Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat sakit

Komunikasi klien pada saat sakit dan sebelum sakit sama saja, hanya

saat sedang sakit klien lebih banyak beristirahat di rumah

3. Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit

Kepercayaan klien kepada tuhan nya selalu berpikir positif, klien

juga menerima cobaan yang sudah di terimanya dengan ikhlas

f. Lingkungan
1. Rumah

 Kebersihan : Pasien mengatakan tinggal di lingkungan padat

penduduk

 Polusi : kondisi rumah dekat dengan jalan raya, cahaya yang

masuk sedikit, jendela rumah yang jarang dibuka

2. Pekerjaan

 Kebersihan : Klien bekerja setiap hari nya

 Polusi : Pasien mengatakan saat bekerja tidak pernah mengenakan

masker sedangkan ditempat kerjanya banyak terdapat polusi debu

karena klien bekerja di pabrik kain

 Bahaya : tempat kerja klien jauh dari bahaya kendaraan apapun

g. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit

Kebiasaan Sebelum masuk RS Di RS


1. Pola Persepsi dan manajemen kesehatan
 Persepsi pasien mengenai Baik Baik

kesehatan secara umum

(baik, sedang, jelek)

 Bagaimana kondisi Kurang baik Kurang baik

kesehatan

 Hal yang dianggap penting Dapat membantu karena Dapat membantu karena

dalam perawatan klien tidak terlalu klien tidak terlalu

kesehatan? Seberapa besar paham tentang paham tentang


itu dapat membantu? kesehatan atau dalam kesehatan atau dalam

merawat penyakit nya merawat penyakit nya

 Apa yang diketahui Klien hanya mengetahui Klien hanya mengetahui

mengenai penyakitnya? bahwa diri nya bahwa diri nya

 Tindakan yang dilakukan memiliki penyakit memiliki penyakit

untuk mengurangi tanda sesak dan mudah sesak dan mudah

dan gejala. Hasilnya terpapar Covid dengan terpapar Covid dengan

bagaimana? berada di sekitar orang berada di sekitar orang

banyak banyak

 Promosi kesehatan: Klien jarang olahraga Klien jarang olahraga

mengatur pola makanan karena sibuk bekerja, karena sibuk bekerja,

dan minuman, latihan dan baginya bekerja juga baginya bekerja juga

olahraga teratur, gaya melakukan banyak melakukan banyak

hidup yang dijalankan. aktivitas aktivitas

 Riwayat penyakit Klien sebelum nya belum Klien sebelum nya

sebelumnya (penyakit, pernah melakukan belum pernah

pembedahan, penyakit pembedahan apapun melakukan

kronis) pembedahan apapun

 Hal yang dilakukan untuk Klien selalu menjaga Klien selalu menjaga

menjaga kesehatan kebersihan dan kebersihan dan

mengatur pola makan mengatur pola makan


 Perilaku untuk mengatasi
masalah kesehatan: diet, Klien melakukan nya Klien melakukan nya

latihan dan olah raga, dengan baik dengan baik

pengobatan.

 Berpartisipasi dalam Klien mengikuti Klien mengikuti

perawatan kesehatan anjuran yang di saran anjuran yang di saran

 Sedang dalam masa kan oleh tenaga kan oleh tenaga

pengobatan penyakit kesehatan kesehatan

(mendapatkan obat-obatan) Klien dalam masa Klien dalam masa

 Kecelakaan (dirumah, kerja perawatan perawatan

dan berkendara) Klien tidak pernah Klien tidak pernah

mengalami kecelakan mengalami kecelakan

apapun apapun

2. Pola Nutrisi
a. Asupan Oral Oral

b. Frekuensi makan 3-4x sehari 3x1/2 sehari

c. Nafsu makan Baik kurang

d. Makanan tambahan Biskuit Biskuit, buah

e. Makanan alergi Tidak ada Tidak ada

f. Perubahan BB dalam 3 bulan 48 Kg 40 Kg

terakhir
g. Asupan cairan Oral Oral
h. Jenis Air putih, Air putih,

i. Frekuensi 8-9 gelas/hari 8-9 gelas/hari

j. Volume 1,5 L 1, 5 L

3. Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi 5x/hari 5x/hari

b. Jumlah output Normal Normal

c. Warna Kuning bening Kuning bening

d. Bau Normal Normal

e. Keluhan Tidak ada Tidak ada

BAB
a. Frekuensi 1x/hari 1x/hari

b. Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

c. Bau Normal Normal

d. Konsistensi Lembek Lembek

e. Keluhan Tidak ada Tidak ada

f. Penggunaan obat pencahar Tidak ada T tidak ada

Tt
4. Pola Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari 2x/hari

b. Oral higiene
 Frekuensi 2x/hari 2x/hari

 waktu Pagi dan sore Pagi dan sore

c. Cuci rambut Setiap hari Setiap hari


5.Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan Klien bekerja di pabrik Tidak melakukan

b. Waktu bekerja kain kegiatan papun

c. Kegiatan waktu luang Jam 18.00 sd selesai

d. Keluhan dalam beraktivitas Pagi sampai siang

e. Olah raga Tidak ada keluhan apapun

 Jenis Tidak melakukan olahrga

 frekuensi apapun

Kemampuan 0 1 2 3 4

Perawatan Diri
Makan dan √

minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:

tergantung total
6. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur 6 jam/hari 4-5 jam/hari

b. Waktu

 Siang Tidak ada 2 jam

 Malam 6 jam 3 jam

c. Kebiasaan sebelum tidur

 Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada

 Kegiatan lain
Nonton TV Nonton TV
d. Kesulitan dalam tidur
Sering terbangun Sering terbangun
 Menjelang tidur

 Sering terbangun

 Merasa tidak nyaman setelah

bangun tidur
7.Pola Kognitif dan Persepsi
 Menggambarkan penginderaan Masih dalam keadaan Masih dalam keadaan

khusus: penglihatan, pendengaran, normal normal


rasa, sentuh, bau Tidak menggunakan Tidak menggunakan

 Penggunaan alat bantu: kaca mata, alat bantu apapun alat bantu apapun

alat bantu dengar. Tidak memiliki Tidak memiliki

 Perubahan dalam penglihatan, gangguan apapun gangguan apapun

pendengara, perasa, pembau. Compos mentis Compos mentis

 Tingkat kesadaran Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan

 Perubahan/penurunan fungsi apapun apapun

dalam penginderaan. Dalam keadaan baik Dalam keadaan baik

 Tingkat orientasi: orang, waktu,

tempat.
Terkadang-kadang Terkadang-kadang
 Persepsi dan manajemen nyeri
nyeri apabila sedang nyeri apabila sedang
(tingkat, lokasi, waktu/durasi,
kambuh penyakit kambuh penyakit
karakteristik)
yang di deritanya yang di deritanya
 Fungsi kognisi dalam memori
Ingatan klien masih Ingatan klien masih
istilah, ingatan jangka pendek,
baik baik
ingatan jangka panjang
Komunikasi dengan Komunikasi dengan
 Komunikasi; bahasa utama,
orang lain juga dalam orang lain juga
bahasa lain, tingkat pendidikan,
keadaan baik dalam keadaan baik
kemampuan membaca dan

menulis
Mampu Mampu
 Kemampuan memecahkan
masalah dan mengambil menyelesaikan menyelesaikan

keputusan. masalah apapun masalah apapun

 Mengidentifikasi Dalam keadaan Dalam keadaan

kehilangan/perubahan yang besar normal atau baik normal atau baik

dalam hidup.

 Pemeriksaan:

 Test Orientasi: waktu, tempat dan orang.

 Test membaca dan berkomunikasi

 Test hal yang baru dipelajari.

8.Persepsi Diri dan Konsep Diri


Penampilan/keadaaan. Dalam keadaan Dalam keadaan

 Tingkat kecemasan (subjektive – normal normal

skala 1-10), (objektive –

perubahan raut muka, perubahan

suara,

 Identitas personal, menjelaskan Dapat melakukan Dapat melakukan

tentang diri sendiri. dengan baik dengan baik

 Perubahan dalam tubuh yang tidak Klien dapat Klien dapat

dapat diterima. Masalah pada menerima nya menerima nya

pasien.
 Perubahan yang dirasakan pada Sedikit merasa nyeri Sedikit merasa nyeri

diri sendiri semenjak sakit.. karena penyakit yang karena penyakit

 Perasaan yang membuat marah, di rasakan yang di rasakan

takut, bingun. Perasaan nya baik- Perasaan nya baik-

 Pernahkah merasa kehilangan baik saja baik saja

harapan. Pernah ketika Pernah ketika

 Harga diri: penilaian diri sendiri. mengalami masalah mengalami masalah

 Ancaman terhadap konsep diri: besar tanpa tau jalan besar tanpa tau jalan

sakit, perubahan peran. keluar nya keluar nya

Memiliki harapan Memiliki harapan

yang baik karena yang baik karena


 Pemeriksaan:
mempunyai tanggung mempunyai
 Kontak mata, perhatian (distraksi)
jawab keluarga tanggung jawab
 Pola suara (nervous.(Nervous (5) or
Tidak memiliki keluarga
relaxed (1); rate from 1 to 5).
ancaman apapun Tidak memiliki
 Pola bicara (Assertive (5) or passive
ancaman apapun
(1); rate from 1 to 5).

9.Peran dan Hubungan


 Tinggal bersama keluarga/sendiri. Tinggal bersama Tinggal bersama

 Status pekerjaan. kelurga anak dan kelurga anak dan

 Gambaran mengenai peran yang istri nya istri nya

Berjualan pecel Berjualan pecel


berkaitan dengan keluarga, teman- Klien mampu Klien mampu

teman dan rekan. beradaptasi dengan beradaptasi dengan

 Kepuasan/ketidak puasan baik dengan baik dengan

menjalankan peran siapapun siapapun

 Efek terhadap status kesehatan Klien merasa puas Klien merasa puas

 Pentingnya keluarga dalam peran nya dalam peran nya

 Interaksi bersama keluarga Keluarga sangat Keluarga sangat

penting baginya penting baginya


 Struktur dan dukungan keluarga
Pengambilan Pengambilan
 Proses pengambilan keputusan
keputusan keluarga keputusan keluarga
dalam keluarga
yaitu klien itu yaitu klien itu
 Berpartisipasi dalam kegiatan
sendiri sendiri
sosial
Kadang jika klien Kadang jika klien
 Apakah penyakit dapat
merasa sedang sakit merasa sedang sakit
menyebabkan perubahan yang
anak dan istri nya anak dan istri nya
sangat besar terhadap pola peran
yang membantu yang membantu
dan hubungan.
berjualan berjualan
 Masalah dan/keprihatinan dalam
Keluarga nya dalam Keluarga nya dalam
keluarga
keadaan baik2 saja, keadaan baik2 saja,
 Pola membesarkan anak
hanya saja untuk saat hanya saja untuk
 Hubungan dengan orang lain ini jualan nya sedikit saat ini jualan nya
 Merasa kecukupan akan kondisi sepi karena pandemic sedikit sepi karena

saat ini pandemic saat ini


sosial ekonomi (keuangan).

 Merasa (terisolasi) oleh tetangga

sekitar.

 Pemeriksaan:

 Interaksi dengan anggota keluarga atau

orang lain (jika ada).

10.Seksualitas dan Reproduksi


Masalah atau problem seksual

 Kepuasan berhubungan seksual?

Ada perubahan/masalah?

 Gambaran perilaku seksual:

perilaku seksual yang aman.

 Penggunaan alat kontrasepsi? KB

 Kecemasan terhadap sex

 Pengetahuan tentang seksualitas

dan reproduksi
Tidak terkaji Tidak terkaji
 Dampak pada status kesehatan

 Orientasi seksual
 Wanita

o Waktu punya anak,

perimenstruasi, Riwayat

menstruasi : umur

menarche, durasi,

frekwensi, keteraturan,

masalah

o Riwayat reproduksi, hamil

terakhir, Riwayat

melahirkan kembar,

kelaianan congenital atau

kelainan genetic

 Cara mencegah penularan PMS

 Riwayat PMS

 Persepsi pemeriksaan payudara

sendiri dan testis sendiri.

     Pemeriksaan:

 Pemeriksaan genitalia, pa

11.Koping dan Manajemen Sttess


 Perubahan besar dalam hidup dalam Perubahan yang di Perubahan yang di
1-2 tahun ini. alami itu ekonomi alami itu ekonomi

 Penyebab stress belakangan ini keluarga dalam keluarga dalam

 Gambaran umum dan spesifik beberapa bulan ini beberapa bulan ini

respon Masalah ekonomi Masalah ekonomi

 Perubahan, masalah saat ini, Tidak terkaji Tidak terkaji

kejadian yang menyebabkan stress

atau perhatian

 Krisis saat ini missal; sakit atau Tidak terkaji Tidak terkaji

hospitalisasi Tidak terkaji Tidak terkaji

 Tingkat stress saat ini


Tidak ada Tidak ada
 Metode/strategi koping yang biasa
Tidak ada Tidak ada
digunakan terhadap stress selain

alcohol atau obat

 Pengetahuan dan penggunaan


Tidak ada Tidak ada
tehnik managemen stress.

 Hubungan antara manajemen stres

terhadap dinamika keluarga.

 Derajat kesuksesan dari strategi


Tidak ada Tidak ada
koping saat ini

 Persepsi dari tingkat toleransi stress


Iya Iya
 Ketika mendapatkan masalah yang
besar dalam hidup, apakah dapat

menanganinya?

 Persepsi tentang status keamanan di

rumah (episode kekerasan Tidak terkaji Tidak terkaji

fisik/emosional)

1112.Nilai dan Kepercayaan


 Agama Islam Islam

 Latar belakang budaya/etnik

 Tujuan kehidupan, apa yang

dianggap penting bagi klien dan

keluarga.

 Keparcayaan spiritual yang

berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan dan

praktek kesehatan

 Derajat dari tujuan pencapaian

hidup

 Persepsi tentang kepuasan dengan


Tidak terkaji Tidak terkaji
hidup, dan jalan hidup

 Pentingnya agama/spiritualitas

 Kepercayaan cultural yang


berpengaruh dengan kesehatan

dan nilai

 Spiritualitas/agama yang

berpengaruh terhadap status

kesehatan.

 Kepercayaan cultural yang

merefleksikan pilihan pada

promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit

III. Pengkajian Fisik

Kesadaran (GCS) : Compos mentis

Tekanan darah : 130/80 MmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi rate : 26 x/menit

Suhu : 380 C

TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS : terjadinya penurunan

berat badan yang tidak dapat di jelaskan sebelumnya

Pemeriksaan Fisik :

Diisi dengan bentuk narasi hasil penegkajian dan pemeriksaan :


1. Sistem Penglihatan

 Posisi mata : simetris

 Kelopak mata : normal, simetris, tidak ada

nyeri

 Pergerakan bola mata : simetris, normal

 Konjungtiva : Anemis

 Kornea : normal

 Sklera : Putih

 Pupil : mengecil saat terkena rangsang

cahaya

 Lapang pandang : Normal

 Ketajaman penglihatan : Normal

 Tanda-tanda radang : tidak ada

 Pemakaian alat bantu : Tidak ada

 Keluhan lain : tidak ada

2. Sistem Pendengaran

 Kesimetrisan : Simetris

 Serumen : Tidak terdapat serumen di telinga

 Tanda radang : Tidak ada tanda radang


 Cairan telinga : Tidak ada cairan yang keluar dari

telinga

 Fungsi pendengaran : Normal

 Pemakaian alat bantu: Tidak ada

3. Sistem Pernapasan

 Jalan nafas : Tidak epektif, berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret

 RR : 26x/menit

 Irama : Regular

 Kedalaman : Normal

 Suara nafas : Ronchi pada daerah sinistra anterior.

 Batuk, sputum : Batuk dan terdapat sputum putih kental

 Penggunaan otot bantu nafas : Tidak ada

 Penggunaan alat bantu nafas : Terpasan O2 nasal kanul

4. Sistem Kardiovaskular

Sirkulasi periver

 Nadi : 80x/menit

 Distensi vena jugularis : Tidak ada

 Temperatur kulit : 380 C

 Warna kulit : Sawo matang


 CRT : <2 detik

 Flebitis : Tidak ada

 Varises : Tidak ada

 Edema : Tidak ada

5. Sistem Pencernaan

 Keadaan mulut : Keadaan mulut pasien bersih,

mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih

 Kesulitan menelan : Tidak ada

 Muntah : Tidak ada

 Nyeri daerah perut : Tidak ada

 Bising usus : 10x/menit

 Massa pada abdomen : Tidak ada

 Asites : Tidak ada

 Palpasi hepar dan gaster : Tidak ada nyeri

 Perkusi hepar dan gaster :Bunyi hepar pekak dan bunyi

gaster timpani

 Nyeri tekan dan nyer lepas : Tidak ada

 Pemasangan NGT dan Kolostomi : Tidak ada

6. Sistem Imunologi

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening


7. Sistem Endokrin

 Nafas berbau keton : Tidak

 Exophatalmus (benjolan di mata) : Tidak ada

 Tremor : tidak terjadi tremor

8. Sistem Urinaria

 Distensi kandung kemih : Tidak distensi

 Nyeri tekan : Tidak ada

 Nyeri perkusi : Tidak ada

 Urine : Tidak terjadi anuria, hematuria,

disuria, nocturia atau oliguria

 Kateter : Tidak menggunakan kateter

 Genital : Tidak terkaji

9. Sistem Muskuloskeletal

 Tanda fraktur : Tidak ada

 Lokasi : Tidak ada

 Kontraktur : Tidak terjadi

 Tonus otot : Tidak terjadi

 Kelainan bentuk tulang : Tidak ada

 Penggunaan alat bantu : Tidak ada

B. PEMERIKSAN DAN PENATALAKSANAAN


1.Hasil labolatorium tanggal 14 Desember 2020

No Nama Hasil Satuan Nilai Normal

Pemeriksaan
1. Hemoglobin 9,3 gr/dl L : 14 - 17,5

gr/dl P : 12 -

15,3 gr/dl
2. Leukosit 15.900 mm/jam 5.000-10.000

mm/jam
3. Eritrosit 3,55 Juta L : 4,5 - 5,5 juta

P : 4,0 - 5,0 juta


4. Trombosit 306.00 Ribu 150 - 400 ribu

0
5. Hematokrit 29,3 % L : 40 - 48 % P :

37 - 43 %

2. Hasil photo tharax

Terlihat bercak-bercak pada paru-paru anterior sinistra.


3. Terapi

N Nama Obat Dosis Waktu pemberian Indikasi Kontraindikasi Efek samping

o
1. Fluimucil 3 x 3 Ml Jam 06 jam 12 dan jam Digunakan untuk terapi Tidak boleh digunakan Efeksamping : umumnya

18 mukolitik yang berfungsi pada orang yang memiliki jarang terjadi : rasa panas

sebagai pengencer dahak alergi atau hipersensitif pada lambung, mual

di berikan pada penderita terhadap Nacetylcysteine hingga mundah, diare.

bronkitis, emisema yang merupakan bahan Reaksi alergi umumnya :

paruparu dan penyakit aktif dalam obat ini. Selain seperti gatal-gatal, bentol

saluran nafas itu, pada bentuk obat kemerahan, kesulitan

granules yang bernafas, denyut jantung

mengandung pemanis yang cepat, turunnya

didalamnya tidak boleh tekanan darah dan reaksi

diberikan kepada pasien hiper-reaktif yang

yang memiliki intoleransi menimbulakn gejala sesak


fruktosa, sindrom nafas.

malabsorbsi

glukosagalaktosa, dan

defisiensi sukrosa
2. Ranitidin 2 x 2 MI Jam 06 dan jam 18 Tukak lambung dan Riwayat alergi terhadap Sakit kepala, mengantuk,

tukak duodenum, refluks ranitidin; Ibu yang sedang masalah tidur, seperti

esofagitis, dispepsia menyusui; Pemberian insomnia, konstipasi atau

episodik kronis, tukak ranitidin juga perlu sembelit, diare, mual dan

akibat AINS, tukak diawasi pada kondisi gagal muntah, ketidaknyamanan

duodenum karena H. ginjal. pada perut atau perut

pylori, sindrom terasa nyeri

Zollinger-Ellison,

kondisi lain dimana

pengurangan asam

lambung akan
bermanfaat.
3. Cefriaxson 2 x 1 gr Jam 06 dan jam 18 Antibiotik dengan fungsi Hipersensitif terhadap Bengkak, nyeri, dan

untuk mengobati antibiotik cephalosporin. kemerahan di tempat

berbagai macam infeksi Neonatus suntikan, mual atau

bakteri seperti : Infeksi muntah, sakit perut, sakit

saluran napas, infeksi kepala atau pusing, lidah

THT, infeksi saluran sakit atau bengkak,

kemih, sepsis, berkeringat

meningitis, infeksi

tulang, sendi dan

jaringan lunak, infeksi

intra abdominal
4. Nacl 0,9 % 20 tts/ Per 8 jam Pengganti cairan plasma Hipernatremia, asidosis, Efek yang terjadi selama

menit isotonik yang hilang. hipokalemi penggunaan NACL 0.9%

Pengganti cairan pada OTSU 500 mL seperti

kondisi alkalosis kelebihan kadar Natrium


hipokloremia. dalam darah dan

kekurangan Kalium dalam

darah
5. Condistati n 4 x 1 ml Jam 06 jam 12 jam 18 Untuk mengobati Riwayat hipersensitif atau Efek samping condistatin

dan jam 24 penyakit kandidiasis alergi terhadap kandungan antara lain : Diare, mual

akibat jamur candida obat (Nystatin) ini tidak dan muntah, sakit pada

pada rongga mulut. boleh menggunakannya. lambung dan ruam pada

Contohnya lihat gambar kulit.

lidah putih pada bayi.

infeksi jamur Candida

albicans pada rongga

mulut
6. Azithrom ycin 1 x 20 ml Jam 22 Hanya untuk mengobati jika menderita gangguan Efek samping dari

penyakit yang terinfeksi otot yang disebut Azithromycin antara lain :

oleh bakteri. myasthenia gravis, Nafsu makan berkurang,

kelainan detak jantung, sakit kepala,mual, sakit


serta gangguan ginjal dan perut dan diare.

hati.
C. ANALISA DATA

No Symptom Etiologi Problem


1 DS: Penyebab Ketidakefektifan

Pasien mengatakan batuk pneumonia Bersihan jalan

sejak 1 bulan yang lalu. (virus, bakteri, nafas

DO: jamur, aspirasi)

- Batuk berdahak dengan

sputum berwarna Saluran nafas bagian

putih kental. bawah

- Terdapat adanya suara

nafas tambahan yaitu Pneumonia

ronchi pada daerah

sinistra anterior. Penyebaran bkteri secara

- Terpasang O² 4 lpm, limfa hematogen

dengan menggunakan

nasal kanul. Reaksi radang pada

- TTV: Tekanan darah: broncus dan alveolus

130/90 mmHg Nadi :

80 kali per menit. Peningkatan Produksi

Respirasi :26 kali per sekret

menit. Suhu : 38°C

Akumulasi sekret
Obstruksi jalan nafas

Ketidakefektifan

Bersihan jalan nafas


2 DS : Penyebab Hipertermi

Klien mengatakan pneumonia

badannya panas (virus, bakteri,

DO :

- Suhu tubuh jamur, aspirasi)

meningkat 38°C

- Akral hangat. Saluran nafas bagian

- Mukosa bibir bawah

lembab

Peradangan

Suhu tubuh meningkat

hipertemi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret.

2. Hipertermia berhubungan dengan reaksi peradangan pada bronchus

dan alveolus.
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa kep Tujuan Intervensi Rasional


1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada pasien 1. Untuk meningkatkan

bersihan jalan nafas keperawatan selama 3x24 tentang penyebab dan cara pengetahun pasien

jam diharapkan jalan nafas mencegah terhambatnya dan membantu pasien

klien kembali efektif dengan jalan nafas. dalam menangani

kriteria hasi : 2. Ajarkan kepada pasien penyakitnya.

1. Pasien mampu tentang cara batuk efektif 2. Nafas dalam

mengidentifikasi dan nafas dalam. mempermudahkan

penyebab dan cara 3. Berikan posisi semi fowler ekspansi maksimum

mencegah terhambatnya 4. Observasi suara nafas paru-paru atau jalan

jalan nafas. 5. Anjurkan untuk minum nafas lebih kecil.

2. Pasien melaporkan minuman hangat. Batuk adalah

mampu mengeluarkan 6. Observasi tandatanda vital. mekanisme

dahak 7. Kolaborasi pemberian pembersihan jalan


3. Pasien melaporkan tindakan pemasangan O² nafas alami,

bahwa sesaknya nasal kanul, nebul dan membantu silia utuk

berkurang. obat mucolitik. mempertahankan

4. Pasien mampu jalan nafas paten.

mendemonstrasikan 3. Meningkatkan

batuk efektif dan nafas ekspansi paru,

dalam. ventilasi maksimal

5. Tanda-tanda vital dalam membuka area

batas normal atelektasis.

- TD: 100- 139/60- 4. Berguna untuk

90mmHg mengetahui pada

- Nadi: 80-100 x/menit daerah mana saja

- Respirasi : 16-2- terjadinya suara nafas

x/menit tambahan.

- Suhu : 36,5-37,5°C 5. Cairan (khususnya


6. Tidak menggunakan alat yang hangat)

bantu nafas. - Suara memobilisasi dan

nafas bersih mengeluarkan sekret.

6. Penurunan aliran

udara terjadi pada

area konsolidasi

dengan cairan.

7. Alat untuk

menurunkan spasme

bronkus dengan

mobilisasi sekret.
2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada pasien 1. Berguna untuk

keperawatan selama 2x24 dan keluarga tentang menambah

jam diharapkan suhu tubuh penyebab dan cara pengetahuan pasien

pasien dalam batas normal mengatasi saat timbulnya untuk mengatasi


dengan kriteria hasil : demam demam.

1. Pasien dan keluarga 2. Observasi suhu tubuh 2. Untuk mengetahui

mampu mengidentifikasi pasien. perkembangan

tentang penyebab dan cara 3. Ajarkan pada pasien untuk kesehatan pasien dan

mengatasi demam. kompres air hangat pada efektifan penggunaan

2. Pasien mampu lipatan tubuh. terapi obat.

melaporkan bahwa suhu 4. Anjurkan pasien 3. Pemberian kompres

tubuh menurun. mengenakan pakaian yang hangat mempu

3. Pasien mampu tipis dan menyerap mendilatasi pembuluh

mendemonstrasikan keringat. darah, sehingga akan

tentang cara mengatasi 5. Kolaborasi pemberian mempercepat

demam. obat antipiretik. perpidahan panas dari

4. Suhu tubuh pasien dalam tubuh ke kulit.

rentang normal 36,5- 4. Pakaian yang tipis

37,5°C. dapat membantu


5. Respiras dan nadi pasien mempermudah proses

dalam rentang normal penguapan.

6. Tidak ada perubahan 5. Pemberian obat

warna kulit dan akral antipireetik

hangat. membantu

mempercepat

penyembuhan dan

menurunkan demam.

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon

Keperawatan
Ketidakefektifan Selasa, 15 2020 1. Menjelaskan kepada pasien 1. Pasien memperhatikan saat

bersihan jalan tentang penyebab dan cara diberi penjelasan dan pasien
nafas 10.00 WIB mencegah terhambatnya jalan mampu menjelaskan kembali

nafas. tentang penyebab dan cara

2. Mengajarkan pasien batuk mencegah terhambatnya jalan

efektif dan nafas dalam yaitu nafas.

dengan cara : 2. Pasien mendemonstrasikan apa

- Minta pasien untuk tarik yang diajarkan oleh perawat,

nafas dalam sebanyak 3x pasien masih kesulitan untuk

- kemudian saat tarik nafas mengeluarkan dahak.

yang ketiga minta pasien 3. Pasien kooperatif dan mempu

untuk menahan nafas melakukan

kurang lebih 5-10 detik 4. Pasien kooperatif dalam

kemudian batukan dengan melakukan tindakan

sengaja. 5. Pasien kooperatif dan

3. Memberikan posisi semi melakukan

fowler dengan menanyakan 6. Pasien kooperatif dalam


kenyamanan posisi pasien. melakukan tindakan

Respon : pasien mengatakan

nyaman dengan posisinya

dan sesaknya berkurang.

4. Mengauskultasi suara nafas.

Terdapat suara tambahan

ronchi pada bagian sinistra

anterior.

5. Menganjurkan pasien untuk

minum minuman hangat.

Respon pasien patuh dengan

anjuran perawat.

6. Mengobservasi tanda-tanda

vital. Tekanan darah : 120/90

mmHg Nadi : 90 x/menit


Respirasi : 24 x/menit Suhu :

38°C

7. Berkolaborasi pemberian

terapi obat :

- injeksi anbacim 1g per IV

- injeksi kalnex 250 mg per

IV - Nebul combiven 1 unit

perinhalasi.

- codein 10 mg per oral.

Hipertermi Selasa 15 1. Menjelaskan kepada pasien 1. Pasien memperhatikan

desember 2020 dan keluarga tentang penjelsan perawat dan

10.00 WIB penyebab dan cara mengatasi pasien mampu menjelaskan

saat demam kembali tentang penyebab

2. Mengobservasi suhu tubuh dan cara mengatasi saat

pasien. Suhu : 38°C demam timbul.


3. Mengajarkan pasien untuk 2. Pasien kooperatif dalam

mengompres bagian lipatan melakukan tindakan

tubuh dengan air biasa. 3. pasien mengikuti hal yang

4. Kolaborasi pemberian obat diajarkan perawat.

antipiretik drip pamol 1 g per 4. Pasien kooperatif dalam

IV. pemberian obat

G. Evaluasi atau catatan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl/Jam SOAP Paraf


Ketidakefektifan bersihan jalan Rabu,16 S : Pasien mengatakan nyaman dengan Riska Yulianti

nafas Desember 2020 posisinya dan sesaknya berkurang.

10.00 WIB O : pasien mampu menjelaskan kembali

tentang penyebab dan cara mencegah

terhambatnya jalan nafas

- pasien masih kesulitan untuk

mengeluarkan dahak.
- Menggunakan alat bantu nafas

nasal kanul 4 lpm.

- Suara nafas ronchi pada daerah

sinistra anterior.

- TTV : TD : 90/60 mmHg N : 80

x/menit RR : 22 x/menit S : 38°C

A : Masalah teratasi sebagaian.

P : intervensi nomor 3,4,5,6,7

dilanjutkan.
Hipertemi Rabu,16 S : klien mengatakan suhu badannya Riska Yulianti

Desember 2020 sedikit turun

10.20 WIB O : Pasien mampu mendemonstrasikan

tenta

ng cara mengatasi demam.

- Tidak ada perubahan warna kulit


dan akral hangat.

- Suhu tubuh klien 38°C

A : Masalah teratasi sebagaian.

P : Intervensi nomor 2,3, 5 dilanjutkan


BAB IV

PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil dari penelusuran data yang di temukan mengenai Covid-19 dengan

Komorbid penyakit pneumonia itu sendiri hasil nya sangat memperngaruhi,

bahwasanya untuk pasien yang mempunyai penyakit sebelumnya seperti

pneumonia dapat terpapar covid-19 dengan mudah.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan pembahasan diatas, secara tidak langsung infeksi covid-19 dapat

memperburuk keadaan pasien dengan penyakit pneumonia. Menurut Ranny

(2016), biasanya pasien dengan pneumonia terjadi pada usia rentan yaitu usia

dini (anak-anak/balita) dan usia lanjut. Pneumonia disebabkan oleh beberapa

factor berupa infeksi (virus, bakteri, fungi, mikroplasma, dan protozoa),

alergi, paparan radiasi, dan gaya hidup. Penyebab yang terjadi pada klien Tn.

X berasal dari factor usia dan gaya hidup yang tidak baik. Bisa dilihat dari

penjelasan diatas, virus ini akan masuk ke tubuh seseorang yang memiliki

system imun rendah sama halnya pada anak-anak atau lanjut usia. Jika virus

ini sudah masuk ke tubuh seseorang, maka respon tubuh akan ditandai dengan

adanya batuk berdahak, sesak napas, demam, berkeringat dingin, nafsu makan

berkurang, dan disertai mual.


BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari hasil Discovery Learning ini dapat disimpulkan bahwa mortalitas dan

mordibitas covid-19 sangat berpengaruh pada penyakit pneumonia.

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia

disebabkan oleh satu atau lebih agens yaitu : virus, bakteri (mikoplasma),

fungi, parasit atau aspirasi zat asing (Betz & sowden, 2009). Pneumonia

adalah penyakit akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan

tanda dan gejala seperti : Batuk, dispnea, lemah, demam, pusing, nyeri dada

pleuritik, napas cepat dan dangkal, menggigil, sesak napas, produksi sputum

dan, berkeringat menurut (Robinson & Saputra, 2014). Didapatkan sejumlah

kasus pneumonia yang tidak dapat dijelaskan telah dilaporkan di Wuhan,

Cina. Pada Januari 12, 2020, World Health Organization mengumumkan

penyebab dari pneumonia bernama virus baru yaitu novel coronavirus (2019-

nCoV). Penggandaan virus nCov-19 dan pathogenesis nya didukung dengan

temuan ACE2, setelah virus ditangkap oleh reseptor maka glikoprotein yang

mencakup dua sub-unit yaitu S1 dan S2 menjalankan tugasnya, yaitu S1

menentukan rentang virus-host fungsi utama domain, sedangkan S2

menengahi fusi membran virus ke sel. 20 Fusi pada membrane melalui cara

pelepasan RNA genom virus ke dalam sitoplasma. Lalu membentuk


replikasitranskripsi kompleks (RTC) di Doublemembran vesikle. Terus

menerus RTC mensintesis. Dilanjutkan dengan retikulum endoplasmic (ER)

dan Golgi, genom baru, RNA, protein nukleocapsid dan amplop glikoprotein

merakit dan membentuk tunas partikel virus

B. SARAN

Discovery Learning ini diharapkan dapat memotivasi pasien Pneumonia, agar

tetap menjaga pola hidup dan meningkatkan kesehatan pada masa pandemi.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2020). Situasi Terkini Perkembangan Novel Coronavirus (Covid-19).

Retrieved August 31, 2020, from https://covid19.kemkes.go.id/situ asi-infeksi-

emerging/info-coronavirus/situasi-terkiniperkembangan-coronavirusdisease-covid-

19-31-agustus2020/#.X0y2bNwzZxQ

Lapostolle, F., Schneider, E., Vianu, I., Dollet, G., Roche, B., Berdah, J., … Adnet, F.

(2020). Clinical Features of 1487 COVID - 19 Patients with Outpatient Management

in the Greater Paris : the COVID - Call Study. Internal and Emergency Medicine,

(0123456789). https://doi.org/10.1007/s11739- 020-02379-z

Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., … Gu, X. (2020). Clinical

Features of Patients Infected with 2019 Novel Coronavirus in Wuhan , China. Lancet,

395, 497–506. https://doi.org/10.1016/S0140- 6736(20)30183-5

Kumar, C. V. S., Mukherjee, S., Harne, P. S., Subedi, A., Ganapathy, M. K.,

Patthipati, V. S., & Sapkota, B. (2020). Novelty in the Gut : A Systematic Review

Analysis of the Gastrointestinal Manifestations of COVID-19. BMJ Open

Gastroenterology, 7(e000417), 1– 9. https://doi.org/10.1136/bmjgast2020-000417

Wu P, Hao X, Lau EH, Wong JY, Leung KSM, Wu JT, dkk. Real-time tentative

assessment of the epidemiological characteristics of novel coronavirus infections in

Wuhan, China, as at 22 January 2020. Rapid Communication. 2020; 25(3):1-6


Guan W, Ni Z, Hu Y, Liang W, Ou C, He J, dkk. Clinical characteristics of 2019

novel coronavirus infection in China. 2020; 382:1708-1720

Holshue ML, DeBolt C, Lindquist S, Lofy KH, Wiesman J, Bruce H, dkk. First Case

of 2019 Novel Coronavirus in the United States. The new england journal of

medicine. 2020; 382(10): 929-936

Anda mungkin juga menyukai