Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn “ B ” DENGAN DIAGNOSA MEDIS


“ DECOMPENSATIO CORDIS SINISTRA “
DI RUANG DAHLIA B
RSUD NGANJUK

Disusun oleh :
SUPARNO
03.063

AKADEMI KEPERAWATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
2003/2004
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Tn “B” dengan diagnosa medis Decompensio Cordis


Sinistra di ruang Dahlia B RSUD NGANJUK yang disusun oleh :

Nama : SUPARNO
Nim : 03.063

Yang telah disetujui dan diserahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing akademik Pembimbing Ruangan

AGUS KHOIRUL FUADI, A.MA.KEP ANIK JUNAIDAH,A.Mk


NIP. NIP.

KEPALA RUANGAN

PATMIRAH, A.Mk
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
Dengan diagnosisa Medis
DECOMPENSASIO CORDIS SINISTRA

I. PENGERTIAN
Dikompensasio cordis:
Suatu keadaan patofisiologi berupa kelainan fx jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalua disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal (arif mansuer Dkk; 1999. hal 434)
II. ETILOGI
1. Peningkatan beban awal
a. Regurgitasi aorta
b. Cacat septum ventrikel
2. Peningkatan beban akhir
a. Stenosis aorta
b. Hipertensi sistematik
3. Peningkatan konstraktilitas miokardiom
a. Cardio miopati
b. Infark miocardiom
c. Toksitas
d. Presbikardia
(Sylvia Price;1995 hal 584)

III. TANDA DAN GEJALA KLINIS


1. Dyspnea de effort
2. Fatiq
3. Ortoprea
4. Dyspea nokturnal paroksinial
5. Batuk
6. Pembesaran jantung
7. Irama derak
8. Vertricular heaving
9. bunyi derap S3 dan S4
10. Pernafasan cheyne stokes
11. Taki kardi
12. Pulsus alternaris
13. Ronchi
14. Konggesti vena pulmonaris
(Arif Mansyur Dkk; 1999. hal 434)
IV. PENATA LAKSANAAN
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
komsumsi O2 melalui istirahat atau pembatasan aktivitas
2. Memperbaiki Kontraktilitas otot jantung
 mengatasi keadaan yang
riversibel termasuk sitotoksikosis miksedema dan aritmia
 digitalisasi
a. dosis digitalis
- digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 sampai 2mg dalam
4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5mg selama
2-4 hari.
- Digoksin IV 0,75 – 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam;
cedilanit IV 1,2 – 1,6 mg dalam 24 jam
b. dosis penunjang untuk gagal jantung
- digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut & gagal
ginjal dosis disesuaikan
c. dosis penunjang digoksin untuk pebrikasi atrium 0,25 mg
sehari
d. digitalisasi cepat diberikan untuk edema pulmonal akut yang
berat
- digoksin : 1-1,5 mg IV perlahan-lahan; cedilanit : 0,4-0,8 mg
IV perlahan-lahan
3. Menurunkan beban jantung
a. Diet rendah garam
b. Diuterik
c. Vasodilator
( Arif Mansyur, Dkk: 1999: Hal 435-437)

V. PATOFISILOGI
Kelainan intrinsik pada kontraktibilitas miokardium pada gagal jantung
akibat penyakit iskemik menggangu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas Ventrikel kiri yang menurun, mengurangi curah sekuncup
dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV
(volume akhir diastolik ventrikel) maka terjadi peningkatan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Dengan meningkatnya LVDEP maka terjadi
peningkatan tekanan atrium kiri( LAP) karena atrium dan ventrikel
berhubungan selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan kedalam anyaman
vaskuler paru-paru, menigkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru melebihi
Tekanan avteorik vaskuler maka akan terjadi transudasi cairan kedalam
Intertisial jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase
limpatik maka akan terjadi edema Intertisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut
dapat mengakibatkan cairan merembes kedalam alveoli dan terjadilah edema
paru.
Tekanan arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru hipertensi pulmolar meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan serentetan kejadian seperti yang
terjadi pada jantung kiri maka akan terjadi pada jantung kanan dimana akhirnya
akan terjadi kongesti sistemik dan edema. ( Sylvia Price : 1995:585).

VI. POHON MASALAH

Peningkatan beban awal Peningkatan beban akhir Peningkatan kontraktilitas


mio kardium

aritmia
infeksi sistemik dan infeksi paru-paru
emboli paru-paru.

Kebutuhan akan metabolisme meningkat

Gagal jantung

Aliran inadekuat ke jantung otak Menurunya aliran ke ginjal, usus dan


Preload
kulit melebihi kemampuan pemompaan

Haluaran urin menurun


Asidosis tingkat jaringanPerfusi jaringan Latergi meningkat
Kongesti pulmonal
Kulit dingin sianosis

pengaruh jaringan canjutem G3 sirkulasi O2


Retensi Natrium dan Cairan

Volume darah sirkulasi


Akhirnya iskemia miokard Dispnen
Meningkatkan aliran balik vena

G3 penurunan curah Resiko kelebihan volume cairan Int aktivitas


VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN yang mungkin muncul
1. ganguan penurunan curah jantung b/d degenerasi otot jantung
2. ganguan perfusi jaringan b/d aliran inadekuat ke jantung
3. Intoleransi aktivitas b/d suplai O2
4. Resiko kelebihan volume cairan b/d pada aliran darah

VIII. INTERVENSI
1. ganguan pada curah jantung b/d degenerasi otot jantung
Intervensi Rasional
1. kaji kulit terhadap pucat & sianosis 1. Pucat menunjukkkan tidak perfusi
perifer sekunder terhadap
adekuatnya curah jantung sianosis
dapat terjadi sebagai refruktory GJK.
Area yang sakit sering berwarna biru.
2. periksa nyeri tekan betis menurunya 2. menurunkan curah jantung
nadi pedal pembengkakan bendungan / stasis vena dan telah
kemerahan lokal/pucat pada baring lama meningkat resiko trambo
ekstremitas flebitis
3. istirahat semi recumben pada tempat 3. istirahat fisik harus dipertahankan
tidur / kursi kaji dengan selama GJK menurun/refraktasi
pemeriksaaan fisik sesuai indikasi memperbaiki efisiensi Kontraksi
jantung & menurunkan kebutuhan /
konsumsi oksigen miokard & kerja
berlebihan
4. berikan obat sesuai indikasi 4. banyak obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup,
2. memperbaiki kontraktilitas dan
menurunkan kongesti

2. Gangguan perfusi jaringan b/d aliran inadekuat ke jantung


Intervensi Rasional
1. observasiperubahan tiba-tiba / G3 1. perfusi cerebaral secara langsung
mental kontinu contoh cemas sehubungan dengan curah jantung dan
juga dipengaruhi 0leh elektrolit variasi
asam basa hipoksia/emboli sistemik
2. pantau pernafasan catat kerja 2. Penurunan pemasukan /mual yang
pernafasan terus menerus dapat mengakibatkan
penurunan volume sirkulasi yang
berdampak negatif pada perfusi dan
3. anjurkan Px dalam melakukan/ fungsi organ.
melepaskan kaoskaki anti emearik 3. membatasi statis vena memperbaiki
bila digunakan aliran balik vena menurunkan resiko
tormbo flebitas pada Px yang terbats
4. beri obat sesuai indikasi misal aktivitasnya.
simetidin 4. menurunkan / menetralkan asam
lambung mencegah ketidaknyamanan
& iritasi gaster khususnya adanya
penurunan sirkulasi mukosa
3. Intoleransi aktivitas b/d suplai O2
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV 1. hipertensi ortostatik dapat terjadi
dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilatasi) perpindahan cairan
(diuretik) / pengaruh fungsi jantung
2. Evaluasi peningkatan 2. dapat menunjukkan dekompensasi
intoleransi aktivitas jantung daripada aktivittas sehar-
hari
3. anjurkan klien untuk nafas 3. meningkatkan jumlah sediaan
dalam oksigen dalam darah untuk aktivitas
4. implemen tasikan program sehari-hari
rehabilitasi jantung/aktivitas 4. Peningkatan bertahap aktivitas
menghindari kerja jantung/
konsumsi oksigen berlebihan

4. Resiko terjadi cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran


Intervensi Rasional
1. observasi intake output 1. memberikan deteksi dini tentang
adanya gangguan keseimbangan
intake output
2. pantau keluaran urine catat jumlah 2. haluaran urine mungkin sedikit &
dan warna saat dimana uresis pekat karena penurunan perfusi
terjadi ginjal

3. pertahankan tubuh/ tidak berbaring 3. posisi terlentang meningkatkan


dengan posisi semi fowler filtrasi ginjal & menurunkan
produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis
4. berikan obat sesuai indikasi diuretik 4. meningkatkan laju aliran urine dan
dapat menghambat reabsorbsi
natrium / klorida tubulus ginjal

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Sylvia A. Price. Lorrainne M wilson, Patofisisologi 1.2 edisi 4
2. purnawan juanidi, Atiek S. Soemasto husna Amiel;Kapita Selekta kedokteran
edeisi 2 media ausculaptius fk UI 1992.
3. Marillym E Donges Moor House Alice Casselar, 2000 ,RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN Edisi 3 Buku Kedokteran, Jakarta : EGC.

FORMAT PENGKAJIAN
Tgl/ Bulan/ Thn/ Jam MRS : 23 Juni 2004, 10.15 WIB
Tgl/ Bulan/Thn/ jam pengkajian : 23 juni 2004, 11.00 wib
Ruangan : Interne, laki-laki
I. Biodata :
Nama : Tn “B”
Umur : 71 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Tidak sekolah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Ds.”S”. Rt. 7 RW 5 Kec.”R”
Diagnosis medis : Decompensasio cordis sinistra
No. Register : 1247XX

II. KELUHAN UTAMA


Px mengatakan sulit bernafas seperti ada beban pada dada disebelah kiri
dan sifatnya hialng timbul dan semakin parah bila dibuat berjalan.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Px mengatakan sudah sesak nafas sejak tanggal 20 juni 2004. sebelumnya
sudah dibawa ke Dr. “Y”, disana diberi obat dan diperbolehkan pulang tapi
sampai tanggal 23 juni 2004 Px tidak sembuh dan sulit tidur kadang
nafasnya ngosrong bila dibuat jalan jauh. Pukul 09.00 WIB. Px minta dirawat
di ruamh sakit dan sampai IGD RSUD Nganjuk pukul 09.30 WIBdilakukan
pengkajian dan pemeriksaan dan didapatkan hasil Pxmengeluh sesak nafas
sudah 3 hari sesak timbul kadang-kadang mendadak sesak jika berjalan
disertai batuk dengan riak warna jernih dan sulit keluar
Ku : Lemah
Ker : Composmentis
TD : 130 / 90 Mhg
N : 104 X//menit
T : 36,4 0C
Kr : 24 X/mnt
Napas : Ronchi
Sampai di IGD Px mendapat therapi O2 dengan tekanan 2 atm, infus 16 tt/
mnt, jenis RL forsik 1 ampul, Neuronto 1 ampul. Setelah di IGD pasien di
bawa ke Interne kelas II pukul 10.15 WIB dan sudah mendapatkan infus
habis 45 cc selama 45 menit.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Px pernah sakit sesak tapi biasanya + 3 mnt dan sembuh bila dibuat
istirahat. Px juga pernah dirawat inap di RSUD Nganjuk dengan diagnosa
medis gagal jantung selama 5 hari mulai tanggal 4 maret 2003 sampai 8
maret 2003.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Keterangan :

= laki –laki sudah meninggal

= perempuan sudah meninggal

= laki –laki

= garis keturunan

= laki –laki sudah meninggal

VI. POLA PSIKOSOSIAL


-Px tidak pernah marah pada siapapun baik saat sehat ataupun sakit .
Px sangat akrab dengan anak yang paling bungsu .
Px juga bersikap ramah baik dengan dokter maupun perawat rumah sakit .
Px juga banyak yang menjenguk baik saudara /keluarga .
VII. POLA KOMUNIKASI
Px berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa indonesia, tapi lebih
sering berbahasa jawa baik dengan dokter perawat maupun keluarga Px. Px
juga didampingi dfengan anak dan cucunya.

VIII. POLA AKTIVITAS Sehari-hari


A. Pola Nutrisi
Saat sehat dirumah : Px mengatakan makan 3x sehari dengan komposisi
sayur lauk abis satu porsi dan tidak ada masalah dalam pemenuannya .
Px mengatakan muinum air putih + 6 gelas (1000 cc). Setia[p hari tidak
pernah minum kopi / teh dan tidak ada kesulitan dalam pemenuannya
Saat sakit di Rumah : Px mengatakan tidak ada nafsu makan kalau
makan rasanya mual mau muntah Px juga jarang minum karena tidak
haus .
Saat Sakit di RS : Px belum mendapatkan makanan hanya terpasang
infus RL 20 tetes / second . Px minum air aqua hanya sedikit (+ 100 cc )
B. Pola Istirahat Tidur
Saat Sehat di Rumah : Px Tidur + 7-8 jam semalam . Px tidur jam 21.00
– 05.00 WIB . Px tidur siang kadang tidur kadang
tidak
Saat Sakit di Rumah :Px mengatakan tidak bisa tidur selama 3 hari
karena sesak kalau tidur sering terbangun .
Saat Sakit di RS : Px belum bisa tidur masih sesak posisi Px Semi
Fowler
C. Pola Eleminasi
Saat sehat di Rumah : Px bab 9/hari dengan konsfensi lembek warna
kuning bau kas tidak ada kesulitan dalam
sehari- harinya baik 3-4 kali /tiap hari bisa
sendiri .
Saat sakit di Rumah : Px jarang bab dan jarang sekali baik dan bisa
sendiri .
Saat sakit di RS : Px juga belum bab dan mau baik ,sebenarnya bisa
dilakukan sendiri berhubung ada infus dan
oksigen maka dianjurkan pake pispot setelah
dilihat warna serperti teh banyaknya ( + 100 cc ).
D. Pola personal Hygiene
Saat sakit /sehat di Rumah : Px mandi 2x sehari,keramas 2x seminggu,
gosok gigi 2x sehari
Saat di RS : Px saat dikaji belum mandi mungkin akan disekang karena
tangannya terpasang infus .
E. Pola Aktifitas lain
Saat Sehat di Rumah : Px banyak istirahat jarang sekali bekerja keras
sudah tidak bertani lagui hanya bantu – bantu
Saat Sakit di Rumah : Px mengurangi aktifitasnya dan total tidak pernah
bekerja.
Saat Sakit di RS : Px terbaring dengan posisi semi Fowlen dan tangan
kiri terpasang infus RL : 20 tetes / menit dan
terpasang selang oksigen dihidungnya.
F. Pola spiritual
a. Px beragama islam namun tidak pernah sholat begitu juga di RS.
b. Px berharap agar lekas sembuh dan cepat ingin pulang Px juga
yakin bahwa Px akan sembuh.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


- keadaan umum
KU lemah, PX gemetar, tangan kiri terpasang infus
Penampilan Px Rapi GCS 456 (15)
- tanda – tanda vital
TD = 130 / 90 mm/Hg t = 364 c TB = 160 cm
N= 104 X/menurut Rr= 34 X/mnt BB = 45 kg
pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala
Bentuk kepala bulat kecil wajah banyak bintik hitam rambut
penyebaranya merasta bersih warna hitam dan banyak ubanya tidak ada
ketombe warna kulit sawo matang.
2. mata
mata lengkap simetris kanan kiri, paperon kuning + ada peradangan
konjungtiva kuning, sklera kuning gerakan bola mata normal.
3. Hidung
Tulang hidung tiada pembengkokan, lubang hidung bersih, tiada
pendarahaan terpasang selang oksigen adan pernafasan cuping hidung
4. telinga
bentuk simetris kanan kiri, ukuran sedang, daun telinga elastis lobang
telinga bersih tiada serumen ketajaman pendengaraan baik
5. mulut dan faring
keadaan bibir lembab, warna bibir pucat, keadaan gigi bersih tidak ada
kotor rongga mulut bersih tiada peradangan.
6. leher
posisi rakhea ditengah tidak ada pembesaran kelenjar tiroid terdapat
pemebendungan hanya terjadi peningkatan vena jugolaris
X. pemeriksaan integumen
terjadi penurunan tugor kulit & tdak ada odema akral

XI. pemeriksaan dada thorok


Inspeksi : bentuk thorok tidak simetris terjadia –peningkatan diameter
dadu anterior posterior frekuensi nafas 24 x / menit terdapat
bantuan otot pernafasan
Palpasi : didapatkan batas kiri ICS IV & V terjadi pembesaran batas
kanan ICS IV-III Dextra normal
Auskultasi : terdapat ronchi
Perfusi : suara paru hiper sonor.

XII. pemeriksaan jantung


a. inspeksi dan palpasi
pulsasi tdak terlihat , Ictus Codis traba pada ICS V MCL V
b. Auskultasi
BJ II di ICS II
c. Perkusi
Batas jantung : ICS II LSD kanan atas
: ICS VI LSD kanan bawah
: ICS II LSS kiri atas
: ICS V MCLS Kiri bawah

XIII. pemeriksaan abdomen


a. Inspeksi
Bentuk abdomen simetris kanan/ kiri tak ada benjolan masa
b. Auskultasi
Bising usus 10 X/menit keras (terjadi peningkatan peristaltik)
c. Palpasi
Terjadi actis
d. Perkusi
Hipertimpani

XIV. pemeriksaan inonuskelektual


akral hangus & tidak terjadi edemapada 4 ekstremitas kekuatan otot

4 4

4 4

XV. pemeriksaan neuorologi


- kesadaran compasmenlis 456 pasien dapat
merasakan sentuhan panas dingin rasa nyaman nyeri
- tidak ada kelainan pada syaraf otak

XVI. PENATALAKSANAAN
- meningkatkan oksigenitasi dg pemberian oksigen
- infus 16 tt/Menit RL
- Forgesik 1 amp IV
- Neuran sanbe 1 amp IV
ANALISA DATA
Nama : Tn “A”
No.Reg : 124768
Data pengunjung Masalah Penyebab

DS : Pasien sulit Penurunan curah tubuh Perubahan kontrakbilitas


bernapas miokardia ‘ perubahan
DO : K.U. lemah motopik
- akral hangus
- wajah pucat
- suara nafas ronchi
- sianosis
- TTV
S : 385 0 C
N : 164 X/mnt
RR: 34 X/menurut
TD: 24 X/ menit
G3 kebutuhan istirahat dispnea
DS : pasien tidur
mengatakan sulit tidur
DO : - K.U. lemah
- Mata cekung
- Wajah pucat
- RR: 34 X/mnt
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA : Tn “B”
No. Reg : 124768

NO Tanggal Diagnosa Keperawatan Tgl Teratasi TTd

1. 23.6.04 Penurunan curah jantung b/d


perubahan kontraktilitas miokard/
ditandai RR 34 x/ menit. Px
mengatakan sulit bernafas
- TD : 130 / 90 x/menit
N : 110 X/mnt
S : 34 X/menit

2. 23.6.04 G3 Kebutuhan istirahat tidur b/d


dispnea ditandai dengan dan mata
cekung wajah pucat
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn “B”
No. Reg : 124768

Tgl NoDx Jam Tindakan

24-6-04 I 12.00 WIB 1. observasi TTV = 130 / 90 menit, N = 104


x/menit; RR = 24 x/menit; t = 364 0C
2. Menganjurkan Px nafas dalam batuk efektif
3. Memberikan posisi semi fowler
4. memberikan oksigenasi tambahan sesuai
indikasi.

II 13.00 WIB - mengurangi kebisingan


- memberikan posisi yang nyaman menurut Px
- memberikan O2

24-6-04 I 14.00 WIB 1. Observasi TTV = 120 / 90 mm/Hg, N = 92


x/menit; RR = 24 x/menit; t = 364 0C
2. Mengkaji sesak Px nafas dalam batuk
efektif
3. pertahankan posisi semi fowler
4. mempertahankan oksigensi tambahan
II 14.30 WIB
1. kaji ulang pola istirahat tidur
2. mempertahankan posisi semi fowler
25-6-04 I 08.00 WIB 3. mempertahankan oksigensi tambahan

1. Observasi TTV = 130 / 90 menit, N = 104


x/menit; RR = 24 x/menit; t = 364 0C
2. Mengkaji ulang tehnik distraksi / uluktasi
nafas dalam anjurkan Px nafas dalam Rr =
24 x/menit.
3. Memberikan posisi semi fowler
4. melepas oksigensi

II 08.30 WIB 1. mengkaji pola tidur


2. mengurangi posisi semi fowler
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn “B”
No.Reg : 124768

Tgl No Dx Perkembangan TTd

24-6-04 1. S. Px mengatakan sesaknya sudah berkurang


O: K.U. sedang
- Kes Compas mentis
TTV: S : 364 0C
N : 92 X/mnt
RR : 22 X/mnt
TB : 120/80 mm/Hg
A. masalah teratasi teratasi
P Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

2. S : Px mengatakan bisa tidur kadang terbangun


O : - K.U. sedang
- Kes Compos mintis
- Mata tidak cowong
- Tidak pucat
A. masalah teratasi sebagian
P. intervensi dilanjutkan

25-6-04 1. S : Pasien mengatakan sesak sudah hilang


O : - K.U. baik
- Kes compos mentis
TTV: t : 364 0C
N : 80 X/mnt
RR : 20 X/mnt
TD : 120/70 mm/Hg
A. masalah teratasi
P. pasien diperbolehkan pulang

2. S : Px mengatakan bisa tidur dengan pulas tidak


terbangun
O : - K.U. baik
- Kes baik
- mata tidak cowong
A. masalah teratasi
P. Px diperbolehkan pulang

Anda mungkin juga menyukai