Anda di halaman 1dari 24

i

LAPORAN PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


PENYAKIT COVID 19 DI UPT PUSKESMAS PACET KABUPATEN
MOJOKERTO

Oleh:
………………………
NPM : ……….

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021

i
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia digemparkan dengan terjadinya wabah baru yaitu covid 19

(Corona Viruses Diseases) dan WHO menyatakan wabah Covid 19 sebagai

darurat global karena sampai saat ini berujung menjadi pandemi di seluruh

dunia (WHO, 2020). Menurut WHO pada tanggal 27 Maret 2020 total kasus

kejadian COVID-19 yang terkonfirmasi di dunia yaitu 167.515 kasus dengan

total kematian sebanyak 6.606, di Cina total kasus COVID-19 yang

terkonfirmasi yaitu sebanyak 81.077 kasus dan total kematian sebanyak

3.218, sedangkan di luar China kasus COVID-19 yang terkonfirmasi

sebanyak 86.438 kasus dengan total kematian sebanyak 3.388 pada 150

negara. Sejak 9 Agustus 2020 dari World Health Organization (WHO) ada

216 negara yang terkonfirmasi kasus Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

dengan jumlah total kasus konfirmasi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

19.462.112 jiwa (WHO, 2020). Laporan WHO menyebutkan bahwa setiap

hari kasus kejadian covid 19, tanggal 19 Februari 2021 jumlah kasus covid

19 di berbagai negara ada sebanyak 111 juta kasus, dan ada 2,45 juta kasus

kematian akibat covid 19 di seluruh dunia. (WHO, 2021)

Kejadian Covid 19 di Indonesia mengalami peningkatan mulai awal

diumumkan tanggal 2 Maret 2020. Tanggal 21 April 2020 kasus konfirmasi

positif sejumlah 6.575 jiwa, 25 Mei 2020 kasus konfirmasi positif sejumlah

22.750 jiwa, 28 Juni 2020 kasus konfirmasi positif sejumlah 52.812 jiwa, dan

1
2

data terbaru 9 Agustus 2020 kasus konfirmasi positif sejumlah 125.396 jiwa

di Indonesia (Kemenkes RI, 2020). Peningkatan kasus pada 9 Agustus 2020

di sejumlah provinsi menunjukkan kasus konfirmasi COVID-19 provinsi DKI

Jakarta dengan jumlah kasus konfirmasi positif sejumlah 25.727 jiwa

menempati urutan pertama, kemudian Jawa Timur dengan kasus konfirmasi

positif sejumlah 25.330 jiwa dan Jawa Tengah dengan jumlah kasus

konfirmasi positif sejumlah 10.611 jiwa (Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19, 2020). Pada provinsi Jawa Timur, daerah yang

mengalami peningkatan kasus COVID-19 diantaranya pada posisi pertama

yaitu kota Surabaya dengan jumlah kasus konfirmasi positif sebanyak 9.626

jiwa, posisi ke-2 kabupaten Sidoarjo dengan jumlah kasus konfirmasi positif

sebanyak 3.688 jiwa dan ke-3 kabupaten Gresik dengan jumlah kasus

konfirmasi positif sebanyak 2.052 jiwa, sedangkan kota Malang menduduki

posisi ke-4 dengan jumlah kasus konfirmasi positif sebanyak 887 jiwa

(Pem.Prov. Jatim, 2020). Pada tanggal 19 Februari 2021, di seluruh Indonesia

kasusnya terus bertambah menjadi 1,25 juta kasus (kematian sebanyak 33.969

kasus) dan menyebar di 34 provinsi dengan 282 kabupaten/kota yang

terdampak dan angka kematian mencapai 18.956 kasus.

Epidemiologi Covid 19 meliputi agent, host and environment. Agent

Covid 19 adalah 2019 novel Coronavirus (2019-nCov), Severe acute

respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2), penyakitnya disebut

Corona virus diseases 2019 (Covid 19) (WHO, 2020) Host penyakit ini

adalah manusia terutama kelompok yang rentan atau berisiko serta

imunitasnya rendah. Karakteristik pejamu dapat dipengaruhi oleh berbagai


3

faktor status gizi, imunitas. Environment penyakit ini adalah lingkungan yaitu

lingkungan fisik seperti sanitasi lingkungan yang buruk, lingkungan biologi

contohnya kepadatan penduduk, virulensi virus,lingkungan sosial budaya

seperti perilaku, lingkungan ekonomi, politik (Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, 2020).

Penularan yang begitu cepat dan radikal oleh virus ini dipengaruhi dari

faktor lingkungan, kondisi imunitas dan sifat dari virus itu sendiri (Ying et

al., 2020). Kontak erat merupakan salah satu faktor risiko penularan COVID-

19 pada tenaga kesahatan (Barrett et al., 2020), penyebab lain penularan

COVID-19 adalah kurangnya ketersediaan alat pelindung diri (APD) atau

salah dalam menggunakan dan melepas APD (Al-Zoubi et al., 2020),

Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (2020)

menyebutkan ada beberapa faktor risiko yang menjadikan Covid-19

menginfeksi seseorang secara lebih parah, adapun faktor resiko antara lain :

berumur > 65 tahun, tinggal di panti jompo, orang yang memiliki komorbid

seperti penyakit paru kronis dan asma akut, penyakit jantung kronis,

immunocompromised, perokok, defisiensi imun, HIV/AIDS, dan autoimun,

obesitas,diabetes, penyakit ginjal kronis dan penyakit hati

Mengingat penyebaran covid 19 begitu cepat sehingga angka kejadian

Covid 19 semakin tinggi, dan fenomena faktor resiko yang dapat

memperparah infeksi Covid 19 maka peneliti ingin meneliti tentang beberapa

faktor resiko yang mempengaruhi kejadian penyakit Covid-19 di UPT

Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini

yaitu : bagaimana gambaran faktor resiko yang mempengaruhi kejadian

penyakit Covid-19 di UPT Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto ?

C. Tujuan Penelitian { tujuan umum}

Mengetahui gambaran faktor resiko yang mempengaruhi kejadian penyakit

Covid-19 di UPT Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto

Tujuan khusus

1.mengientifikasi penderita covid 19 di wilayah kerja puskesmas di kecamatan

Pacet Mojokerto.

2.mengientifikasi penderita yang dipengaruhi fktor resiko …………………….

Di pkm ………. Dst.

3.mengidentifikas ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

4.menganalisa fktr rsk terhadap kejadiamn cvid 19 dst.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi intuisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang faktor

resiko yang dapat memperparah infeksi Covid 19 pada masyarakat.

2. Manfaat bagi peneliti

Peneliti dapat melatih berpikir secara logis dan sistematis serta mampu

menyelesaikan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar,

serta menambah wawasan penulisan mengenai hal-hal yang berhubungan

faktor resiko yang memperparah Covid 19.


5

3. Manfaat bagi tempat penelitian

Dapat menjadi acuan bagi pembaca khususnya pemerintah kabupaten

Mojokerto untuk memperhatikan keadaan kesehatan fisik dan psikologis

serta perekonomian masyarakatnya akibat pandemi Covid 19.

4. Bagi masyarakat

Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang faktor resiko infeksi

COVID-19 sehingga dapat melakukan upaya pencegahan lebih dini


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Covid 19

1. Pengertian

Menurut Susilo et.al (2020), awalnya penyakit ini dinamakan

sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO

mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus

Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Menurut Sun et al.,

(2020), COVID-19 adalah penyakit coronavirus zoonosis ketiga yang

diketahui setelah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).

Menurut Gennaro et al. (2020), penyakit Virus Corona 2019 (COVID-19)

adalah virus RNA, dengan penampakan seperti mahkota di bawah

mikroskop elektron karena adanya paku glikoprotein pada amplopnya.

Coronavirus yaitu kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem

pernapasan. Pada banyak kasus virus ini hanya menyebabkan infeksi

pernapasan ringan seperti flu, namun virus ini juga bisa menyebabkan

infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Virus

SARS-CoV-2 atau virus Corona adalah virus yang juga termasuk dalam

kelompok virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski

disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu Coronavirus,

Covid-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara

6
7

lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala (Safrizal, dkk,

2020).

2. Patogenesis

Patogenesis SARS-CoV-2 masih banyak yang belum diketahui, akan

tetapi beberapa virus SARS-CoV-2 telah diketahui dan tidak jauh berbeda

dengan lainnya. Pada umumnya, virus ini menginfeksi sel-sel disaluran

pernapasan yang melapisi alveolus di dalam tubuh manusia. Hal ini akan

membuat saling berikatan dengan reseptor-reseptor lalu membuat jalan

dan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat dalam envelope spike

virus akan berikatan juga dengan reseptor selular seperti ACE2 pada

SARS-CoV-2. Di dalam sel, virus ini akan melakukan duplikasi materi

genetik dan mensintesis protein-protein dibutuhkan, kemudian akan

membentuk sebuah virion baru yang muncul pada permukaan sel. Sama

halnya dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diketahui saat setelah virus

masuk di dalam sel, genom RNA virus juga akan dikeluarkan ke

sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi 2 poliprotein dan protein

struktural Virus genom akan mulai bereplikasi. Di dalam selubung virus

baru pada glikoprotein akan membentuk serta masuk ke dalam golgi sel

atau membran retikulum endoplasma. Hal ini, akan terjadi pembentukan

nukleokapsid yang tersusun dari protein nukleokapsid dan genom RNA.

Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi sel.

Ditahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung

dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru.

Pada SARS-CoV, Spike Protein dilaporkan sebagai determinan signifikan


8

yang didalamnya virus masuk kedalam sel pejamu. Dan telah diketahui

bahwa SARS CoV masuk ke dalam sel dimulai dengan fusi antara plasma

membran dengan membran virus dari sel (Susilo et al., 2020).

3. Gejala Covid-19

Gejala awal infeksi Covid-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu

demam, batuk kering, pilek, tenggorokan sakit dan pusing. Setelah itu

gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan

gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak hingga

berdarah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika

tubuh bereaksi melawan virus corona (Kemenkes RI, 2020)

Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan

seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu demam (suhu tubuh > 38oC),

batuk kering dan sesak napas. Ada beberapa gejala lain yang juga bisa

muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang, yaitu diare, sakit

kepala, konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa atau

mencium bau dan ruam di kulit. Gejala-gejala Covid-19 ini umumnya

muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar

virus Corona (Bender, dkk, 2020).

4. Cara Penularan Covid-19

Covid 19 ditularkan melalui percikan air liur dari saluran napas

orang yang terinfeksi (yang keluar melalui batuk dan bersin), kontak

langsung dengan orang yang terinfeksi Covid 19, menyentuh permukaan

yang terkontaminasi Covid 19 ini lalu menyentuh wajahnya (misalnya

mata, hidung, mulut), tinja atau feses (jarang terjadi) (Bender, dkk, 2020)
9

Menurut Xu et al. (2020) terdapat beberapa macam penyebaran

COVID-19 diantaranya melalui droplet, kontak langsung dantidak

langsung, penularan asimptomatik, penularan antar keluarga, transmisi

aerosol, penularan okuler, penularan tinja oral.

5. Diagnosis Covid-19

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi Covid 19 dilakukan

beberapa pemeriksaan yaitu Rapid Test untuk mendeteksi antibodi (IgM

dan IgG) yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona, Swab

test atau tes PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeteksi virus

Corona di dalam dahak dan CT-Scan atau rontgen dada untuk mendeteksi

infiltrat atau cairan di paru-paru (Safrizal, dkk, 2020).

6. Faktor Resiko

Menurut Miller (2020) ada beberapa faktor resiko COVID-19

diantaranya sebagai berikut.

a. Usia > 65 tahun

Tingkat keparahan dan hasil dari penyakit coronavirus disease 2019

(COVID-19) sangat bergantung pada usia pasien. Orang lansia dengan

usia 65 tahun keatas mewakili 80% rawat inap dan memiliki risiko

kematian 23 kali lipat lebih besar daripada mereka yang berusia di

bawah 65 tahun (Mueller et al., 2020).

b. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Dalam sebuah studi mengevaluasi 1.099 pasien yang didiagnosis di

laboratorium COVID-19 di Cina, PPOK terdeteksi pada 1,1% pasien.

Dalam metaanalisis yang mengevaluasi kejadian penyakit ini mendasari


10

pasien COVID-19 yang membutuhkan rawat inap, 0,95% pasien

ditemukan mengalami PPOK (95%) (Çakır Edis, 2020).

c. Penderita Asma

Proporsi penderita asma dan COVID-19 selama masa penelitian adalah

1,41%, yang jauh lebih tinggi dari 0,86% yang diamati pada populasi

umum. Meskipun data ini menunjukkan frekuensi COVID-19 yang

lebih tinggi pada pasien asma, manifestasi dari penyakit pada populasi

klinis ini tidak terlalu parah, dengan angka rumah sakit yang rendah

penerimaan. Selain itu, proporsi ini lebih rendah daripada yang

dilaporkan untuk pasien kronis lainnya penyakit (Izquierdo et al.,

2020).

d. Kondisi Kardiovaskular yang Serius

Peningkatan komorbiditas kardiovaskular berlaku untuk COVID-19

juga, terutama di antara mereka yang memiliki penyakit lebih parah.

Dalam 1 kohort dari 191 pasien dari Wuhan, Cina, komorbiditas

ditemukan pada 48% (67% yang tidak bertahan), hipertensi pada 30%

(48% yang tidak bertahan), DM pada 19% (31% tidak bertahan), dan

CVD pada 8% (13% dari tidak bertahan). Dalam kohort dari 138

dirawat di rumah sakit pasien dengan COVID-19, komorbiditasnya

serupa lazim (46% secara keseluruhan dan 72% pada pasien yang

membutuhkan perawatan unit perawatan intensif [ICU]), seperti juga

komorbiditas kardiovaskular: hipertensi pada 31% (58% pada pasien

yang membutuhkan perawatan ICU), CVD pada 15% (25% pada pasien
11

yang membutuhkan perawatan ICU), dan DM pada 10% (22% pada

pasien yang membutuhkan perawatan ICU) (Clerkin et al., 2020).

e. Menerima Kemoterapi

Orang yang menerima kemoterapi dengan sistem kekebalan yang

terganggu dan komplikasi, setelah transplantasi sel induk memiliki

peningkatan risiko infeksi (Ahnach & Doghmi, 2020) .

f. Riwayat Sumsum Tulang atau Transplantasi Organ

Selama transplantasi sumsum tulang, komplikasi paru sering terjadi dan

berhubungan dengan kematian. Infeksi COVID-19 dapat mempersulit

gejala klinis dengan risiko gangguan pernapasan yang lebih tinggi dan

situasi ini bisa menjadi lebih kritis tergantung pada faktor-faktor

komorbiditas seperti usia, penyakit kardiovaskular, hati dan ginjal

(Ahnach & Doghmi, 2020)

g. Defisiensi Imun

Singkatnya, dampak klinis COVID-19 pada IDP bervariasi dari gejala

ringan sampai kematian. Proporsi kematian dalam hal ini seri (25%)

lebih besar dari pada populasi umum dengan COVID-19 dilaporkan di

rumah sakit Kota New York (10,2%), dan serupa dengan data hasil

yang dilaporkan dalam transplantasi ginjal populasi (28%). Dalam

pengalaman single-center ini, mereka yang meninggal karena penyakit

terkait PID atau penyakit penyerta lainnya yang sudah ada sebelumnya.

h. HIV/AIDS yang Tidak Terkontrol dengan Baik

Gejala yang dilaporkan dengan tingkat keparahan pasien COVID-19

dengan infeksi HIV. Gejala umum adalah demam (165 dari 223,
12

74,0%), batuk (130 dari 223, 58,3%), dan dispnea (68 dari 223, 30,5%).

Kurang umum adalah sakit kepala (44 dari 223, 19,7%), artralgia /

mialgia (33 dari 223, 14,8%), dan sakit tenggorokan (18 dari 223,

8,1%). Setiap gejala gastrointestinal dilaporkan sebesar 13,0%.

COVID-19 dilaporkan ringan hingga sedang di 141 kasus 212 (66,5%),

parah pada 46 pasien (21,7%), dan kritis pada 25 pasien (11,8%).

Mayoritas pasien (158 dari 244, 64,7%) dirawat di rumah sakit; 16,8%

dirawat di unit perawatan intensif (Mirzaei et al., 2020).

i. Riwayat Merokok

Sebanyak 16 artikel yang merinci 11322 pasien COVID-19 dimasukkan

bahwa hasil penelitian meta-analisis mengungkapkan hubungan antara

riwayat merokok dan kasus COVID-19 yang parah 95%. Selain itu,

ditemukan hubungan antara riwayat merokok saat ini dan COVID-19

yang parah 95%. kemudian 10,7% (978/9067) bukan perokok, COVID-

19 tergolong parah, sedangkan pada perokok aktif, COVID-19 yang

parah terjadi pada 21,2% (65/305) kasus (Gülsen et al., 2020).

j. Diabetes Melitus

Pasien dengan diabetes melitus memiliki kecenderungan meningkatnya

infeksi virus dan bakteri yang mempengaruhi saluran pernapasan. Salah

satu mekanisme yang bertanggung jawab atas kecenderungan ini adalah

sindrom leukosit, yang merupakan gangguan fungsi leukosit dari

fagositosis (gangguan kekebalan). Hal ini semakin menekankan

kemungkinan peningkatan kecenderungan infeksi SARSCoV-2 pada

kelompok diabetes.
13

k. Penyakit Ginjal Kronis

Penyakit ginjal kronis dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari

infeksi yang parah. Dalam sebuah meta-analisis menunjukkan 20%

pasien dengan penyakit ginjal kronis yang terjangkit COVID-19

memiliki penyakit parah, risiko 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan

dengan mereka tanpa penyakit ginjal kronis (Hassanein et al., 2020).

l. Faktor resiko lain

Susilo et al. (2020) beberapa faktor risiko lain seperti jenis kelamin

laki-laki yang diketahui berkaitan erat dengan prevalensi perokok aktif

yang tinggi, orang yang memiliki kontak erat, orang yang tinggal

serumah dengan pasien yang terkonfirmasi virus covid-19, pernah

bepergian ke daerah yang terjangkit virus, satu lingkungan yang sama

tapi tidak pernah kontak dekat atau jarak 2 meter termasuk resiko

rendah, dan terakhir tenaga kesahatan menjadi salah satu yang berisiko

tinggi tertular

7. Komorbit

Menurut (Kemenkes RI, 2020) bahwa COVID-19 mudah terserang

pada pasien komorbit atau penyakit penyerta, diantaranya.

a. Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Tipe 2)

b. Penyakit Ginjal

c. Glucocorticoid-Associated Diabetes

d. Penyakit Terkait Geriatri

e. St Segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI)

f. Non-St-Segment Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)


14

g. Hipertensi

h. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

i. Penyakit Terkait Autoimun

j. Tuberculosis

k. Penyakit kronis lain yang diperberat oleh kondisi penyakit covid-19

8. Tata Laksana Covid-19

Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien

Covid-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat

dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas

dapat dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission (NHC)

China telah meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi infeksi

SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir

(LPV/r), ribavirin (RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan

umifenovir (arbidol) dan juga terdapat beberapa obat antivirus lainnya

yang sedang dalam uji coba di tempat lain (Susilo, et al, 2020).

9. Cara Pencegahan Covid-19

Walaupun saat ini sudah ada vaksin Covid-19, namun cara

pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang

bisa menyebabkan kita terinfeksi virus ini, yaitu dengan menerapkan

social distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain,

dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak,

menggunakan masker saat beraktivitas di tempat umum, mencuci tangan

setelah aktivitas dengan air yang mengalir dan sabun atau hand sanitizer

yang mengandung alkohol minimal 70%, jangan menyentuh mata, mulut,


15

dan hidung sebelum mencuci tangan, daya tahan tubuh dijaga dengan pola

hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara

rutin, beristirahat yang cukup dan mencegah stres, jaga kebersihan benda

yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan

rumah, hindari kontak dengan atau orang yang sedang sakit demam, batuk

atau pilek, orang yang dicurigai positif Covid 19 dan penderita Covid-19

(Kemenkes RI, 2020).

10. Komplikasi Covid-19

Komplikasi utama pada pasien Covid-19 adalah Acute Respiratory

Distress Syndrome (ARDS), tetapi tidak terbatas pada ARDS, melainkan

juga komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut, jejas kardiak, disfungsi

hati, dan pneumotoraks. Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah

syok sepsis, koagulasi intravaskular diseminata (KID), rabdomiolisis,

hingga pneumomediastinum. Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona

bisa menyebabkan kematian. (Susilo, et al, 2020).


16

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Faktor resiko
1. Usia > 65 tahun
2. PPOK
3. Penderita Asma
4. Kondisi Kardiovaskular
5. Diabetes Mellitus
6. Menerima kemoterapi
7. Tinggal di panti jompo
8. Riwayat sumsum tulang atau Covid 19
transplantasi organ
9. Defisiensi Imun
10. HIV/AIDS tidak terkontrol
11. Penyakit ginjal kronis
12. Riwayat merokok
13. Penyakit hati

Keterangan :

Variabel yang di teliti :

Variabel yang tidak di teliti

Gambar III.1 : Kerangka Konsep

Pilih 2 atau 3 faktor risiko yg sdr anggap umum saja,difinisi


operasionalnya juga 2 atau 3 saja.

16
17

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan

untuk mendapatkan gambaran beberapa faktor resiko yang mempengaruhi

Covid-19 di UPT Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Pacet Kabupaten

Mojokerto yang direncanakan dilakukan pada bulan Apri 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Covid 19 di UPT

Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto.

2. Sampel

Sampel penelitian ini yaitu sebagian pasien Covid 19 di UPT Puskesmas

Pacet Kabupaten Mojokerto yang memenuhi kriteria penelitian.

a. Kriteria inklusi

1) Bisa diajak berkomunikasi

2) Dewasa berusia > 18 tahun

3) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekslusi

1) Bukan pasien UPT Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto.

17
18

2) Responden yang berusia < 18 tahun

3) Responden yang tidak hadir saat penelitian

3. Sampling Tolong dihapus dsiganti ,ikut penelitian dari temanmu

Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

non-probability sampling dengan teknik accidental sampling yang

dilakukan pada bulan April 2021 sebanyak 55 responden

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain beberapa faktor

resiko Covid 19

E. Defenisi Operasional

Tabel IV.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Kriteria Alat Skala


ukur data

Faktor resiko Hal-hal l yang terkait dengan 1. Ada Rekam Nominal


peningkatan suatu resiko 2. Tidak ada medis
dalam hal ini penyakit Covid
19 meliputi :
1. Usia > 65 tahun
2. PPOK
3. Penderita Asma
4. Kondisi Kardiovaskular
5. Diabetes Mellitus
6. Menerima kemoterapi
7. Tinggal di panti jompo
8. Riwayat sumsum tulang
atau transplantasi organ
9. Defisiensi Imun
10. HIV/AIDS tidak
terkontrol
11. Penyakit ginjal kronis
12. Riwayat merokok
13. Penyakit hati
19

F. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari data sekunder

yaitu data rekam medis UPT Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto.

Prosedur pengumpulan data di lakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Peneliti dalam melakukan penelitian ini selalu menerapkan protokol

kesehatan

b. Penelitian mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari UPT

Puskesmas Pacet Kabupaten Mojokerto

2. Pengolahan Data

Sesudah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data

dengan tahap:

a. Editing

Merupakan jumlah pengecekan jumlah kuesioner ,kelengkapan yang

diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner, dan kelengkapan

isi kuesioner. Sehingga jika ada ketidak sesuaian dapat dilengkapi

segera oleh peneliti.

b. Coding

Mengklasifikasikan jawaban dari responden dalam kategori dengan cara

memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing

jawaban, sehingga memudahkan pengolahan data hasil observasi.

c. Tabulasi
20

Merupakan suatu kegiatan meringkas data yang masuk ke dalam tabel-

tabel yang sudah disiapkan.

G. Analisis Data

Analisis data berupa analisis deskriptif. Data dianalisis secara univariat.

Analisis univariat berupa distribusi frekuensi disajikan dalam bentuk tabel

atau grafik kemudian dinarasikan.


21

DAFTAR PUSTAKA

Ahnach, M., & Doghmi, K. 2020. Impact of COVID-19 pandemic on bone


marrow transplantation in Morocco. The Pan African Medical Journal,
35(Supp 2), 5. https://doi.org/10.11604/pamj.2020.35.5.22619

Al-zoubi, N. A., Obeidat, B. R., Al-Ghazo, M. A., Hayajneh, W. A., Alomari, A.


H., Mazahreh, T. S., Al-Faouri, I. G., Obeidat, K., Issa, A. B., & Aleshawi,
A. 2020. Prevalence of positive COVID-19 among asymptomatic health
care workers who care patients infected with the novel coronavirus: A
retrospective study. Annals of Medicine and Surgery, 57, 14–16.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2020.06.038

Barrett, E., Horton, D., Roy, J., Gennaro, M. L., Brooks, A., Tischfield, J.,
Greenberg, P., Andrews, T., Jagpal, S., Reilly, N., Blaser, M., Carson, J., &
Panettieri, R. 2020. Prevalence of SARS-CoV-2 infection in previously
undiagnosed health care workers at the onset of the U.S. COVID-19
epidemic. BMJ: MedRxiv : The Preprint Server for Health Sciences.
https://doi.org/10.1101/2020.04.20.20072470

Bender, dkk. 2020. Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian
Covid-19 di Sekolah. Education Unicef NYHQ

Çakır Edis, E. 2020. Chronic pulmonary diseases and COVID-19. Turkish


Thoracic Journal, 21(5), 345–349. https://doi.org/10.5152/

Center For Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Coronavirus Disease
2019 (COVID-19).. https://www.cdc.gov/media/dpk/diseases-and-
conditions/coronavirus/coronavirus-2020.html Diakses 6 April 2021

Clerkin, K. J., Fried, J. A., Raikhelkar, J., Sayer, G., Griffin, J. M., Masoumi, A.,
Jain, S. S., Burkhoff, D., Kumaraiah, D., Rabbani, L. R., Schwartz, A., &
Uriel, N. 2020. COVID-19 and Cardiovascular Disease. Circulation, 2019,
1648–1655. https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.120.046941

Gennaro, F. Di, Pizzol, D., Marotta, C., Antunes, M., Racalbuto, V., Veronese, N.,
& Smith, L. 2020. Coronavirus Diseases ( COVID-19 ) Current Status and
Future Perspectives : A Narrative Review. November 2019.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Peta Sebaran - Gugus


Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. https://covid19.go.id/peta-
sebaran

Gülsen, A., Yigitbas, B. A., Uslu, B., Drömann, D., & Kilinc, O. 2020. The Effect
of Smoking on COVID-19 Symptom Severity: Systematic Review and
Meta-Analysis. Pulmonary Medicine, 2020.
https://doi.org/10.1155/2020/7590207
22

Hassanein, M., Radhakrishnan, Y., Sedor, J., Vachharajani, T., Vachharajani, V.


T., Augustine, J., Demirjian, S., & Thomas, G. 2020. COVID-19 and the
kidney. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 87(10), 619–631.
https://doi.org/10.3949/ccjm.87a.20072

Izquierdo, J. L., Almonacid, C., González, Y., Rio-bermúdez, C. Del, Ancochea,


J., Cárdenas, R., & Soriano, J. B. 2020. Early View Original article The
Impact of COVID-19 on Patients with Asthma.

Kemenkes RI 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 9


Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Kemenkes RI. 2020. Waspada Virus Corona. http://yankes.kemkes.go.id/read-


waspada-virus-corona-8627.html diakses pada tanggal 12 Maret 2021

Miller, R. 2020. Transmission and risk factors of OF COVID-19. 1–2.


https://doi.org/10.1056/NEJMc2001737

Mirzaei, H., McFarland, W., Karamouzian, M., & Sharifi, H. 2020. COVID-19
Among People Living with HIV: A Systematic Review. AIDS and
Behavior, 0123456789. https://doi.org/10.1007/s10461-020-02983-2

Mueller, A. L., Mcnamara, M. S., & Sinclair, D. A. 2020. Why does COVID-19
disproportionately affect older people? Aging, 12(10), 9959–9981.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2020. JATIM TANGGAP COVID-19.


http://infocovid19.jatimprov.go.id/

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2020. Pneumonia COVID 19 Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia.

Safrizal. dkk. 2020. Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19. Tim Kerja
Kementerian dalam Negeri

Sun, P., Lu, X., Xu, C., Sun, W., & Pan, B. 2020. Understanding of COVID ‐ 19
based on current evidence. February, 548–551.
https://doi.org/10.1002/jmv.25722

Susilo A. et al., 2020. “Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini


Coronavirus Disease 2019 : Review of Current Literatures,” Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia 7, no. 1 (2020): 45–67.

World Health Organization. 2020. Coronavirus Disease 2019. Artikel. Dalam


https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 .
Diakses pada tanggal 6 April 2021
23

World Health Organization. 2020. Covid-19 Cases. Artikel. Dalam


https://covid19.who.int Diakses pada tanggal 6 April 2021

Xu, G., Yang, Y., Du, Y., Peng, F., Hu, P., Wang, R., Yin, M., & Li, T. 2020.
Clinical Pathway for Early Diagnosis of COVID-19 : Updates from
Experience to Evidence-Based Practice. 1.

Ying, Y., Kong, F., Zhu, B., Ji, Y., Lou, Z., & Ruan, L. 2020. Mental health status
among family members of health care workers in Ningbo, China during the
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) outbreak: a Cross-sectional Study
MedRxiv, 2020.03.13.20033290.https://doi.org

Anda mungkin juga menyukai