Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai
jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian
tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada
tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.
Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular, Indonesia telah
memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular,
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah Penyakit
Menular, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan. Untuk itu dalam rangka upaya penanggulangan dini wabah
COVID-19, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus
(Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh pertimbangan bahwa Infeksi
Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan WHO sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency
of International Concern (PHEIC). Selain itu meluasnya penyebaran COVID-19 ke
berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai
negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality
Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus
konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%).

1
Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau
seluruh wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian
semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah
Indonesia telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19). Keputusan Presiden tersebut menetapkan COVID-19 sebagai jenis
penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dan
menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya
penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, atas
pertimbangan penyebaran COVID- 19 berdampak pada meningkatnya jumlah korban
dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta menimbulkan
implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.
Penanggulangan KKM dilakukan melalui penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan baik di pintu masuk maupun di wilayah. Dalam penyelenggaraan
kekarantinaan kesehatan di wilayah, setelah dilakukan kajian yang cukup
komprehensif Indonesia mengambil kebijakan untuk melaksanakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) yang pada prinsipnya dilaksanakan untuk menekan
penyebaran COVID-19 semakin meluas, didasarkan pada pertimbangan
epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis
operasional, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan. Pengaturan PSBB ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dan secara teknis dijabarkan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih
dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan
COVID-19. Oleh karenanya diperlukan pedoman dalam upaya pencegahan dan
pengendalian COVID-19 untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar
tetap sehat, aman, dan produktif, dan seluruh penduduk Indonesia mendapatkan
pelayanan yang sesuai standar. Pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19
disusun berdasarkan rekomendasi WHO yang disesuaikan dengan perkembangan
pandemi COVID-19, dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari Covid-19?
b. Apa struktur dari virus Covid-19?
c. Bagaimana mengklasifikasikan virus Covid-19?
d. Apa saja jenis-jenis varian (mutasi) Covid-19?

2
e. Apa faktor risiko infeksi dari Covid-19?
f. Bagaimana mekanisme penularan pada virus Covid-19?
g. Apa saja ciri-ciri dari virus Covid-19?
h. Bagaimana cara kerja virus Covid-19 menyerang tubuh makhluk hidup?
i. Bagaimana asal mula Covid-19 bisa terjadi di Indonesia?
j. Apa gejala dan karakteristik dari virus Covid -19?
k. Apa saja kasus kematian yang terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh virus
Covid-19?
l. Apa dampak yang terjadi dari virus Covid -19?
m. Apa pengertian dari protokol kesehatan?
n. Bagaimana cara mencegah penularan virus Covid-19?
o. Bagaimana cara pengobatan infeksi dari virus Covid-19?
p. Apa perbedaan karantina dan isolasi mandiri?
q. Apa yang harus dilakukan saat karantina dan isolasi mandiri?

1.3 Tujuan Pembahasan


a. Untuk mengetahui istilah dari virus Covid-19
b. Untuk mengetahui struktur dari virus Covid-19
c. Untuk mengetahui klasifikasi virus Covid-19
d. Untuk mengetahui jenis-jenis varian (mutasi) Covid-19
e. Untuk mengetahui faktor risiko infeksi dari Covid-19
f. Untuk mengetahui mekanisme penularan pada virus Covid-19
g. Untuk mengetahui ciri-ciri dari virus Covid-19
h. Untuk mengetahui cara kerja virus Covid-19 menyerang tubuh makhluk hidup
i. Untuk mengetahui asal mula Covid-19 bisa terjadi di Indonesia
j. Untuk mengetahui gejala dan karakteristik dari virus Covid-19
k. Untuk mengetahui kasus kematian yang terjadi di Indonesia yang disebabkan
oleh virus Covid-19
l. Untuk mengetahui dampak yang terjadi dari virus Covid-19
m. Untuk mengetahui istilah dari protokol kesehatan
n. Untuk mengetahui cara mencegah penularan virus Covid-19
o. Untuk mengetahui cara pengobatan infeksi dari virus Covid-19
p. Untuk mengetahui perbedaan karantina dan isolasi mandiri
q. Untuk mengetahui penerapan yang harus dilakukan saat karantina dan isolasi
mandiri

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Covid-19


Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus corona. para ilmuwan telah mencapai konsensus luas bahwa
virus menyebar sebagai akibat dari “zoonotic spillover” atau “virus yang melompat”,
sebelum menjadi sangat menular dari manusia ke manusia yang baru ditemukan dan
dikenal sebagai Sindrom pernapasan akut parah virus corona 2(SARS-CoV-2).
Virus 2 (SARS-CoV-2) pertama kali terdeteksi di China pada akhir 2019 dan
pada Juni 2021, telah menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan lebih dari 178 juta
kasus yang dikonfirmasi dan 3,9 juta kematian. Virus corona pada manusia pertama
kali ditemukan pada tahun 1960 dalam hidung pasien yang terkena flu biasa (common
cold) dan penyakit
Baru ini tidak diketahui sebelum terjadinya wabah di Wuhan, Cina, pada
Desember 2019. Tapi kini covid 19 sudah menjadi pandemi yang banyak menyerang
negara secara global. Penularan dari orang ke orang diperkirakan terjadi melalui
droplet ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, mirip dengan bagaimana
influenza dan patogen pernapasan lainnya ya dapat terhirup ke dalam paru-paru.
Penularan Covid-19 dapat juga terjadi dengan menyentuh permukaan atau
objek yang memiliki virus di atasnya dan kemudian orang tersebut menyentuh mulut,
hidung, atau mungkin mata mereka sendiri. Coronavirus atau disebut juga dengan
virus corona merupakan keluarga besar virus yang mengakibatkan terjadinya infeksi
saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Banyak orang
terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali dalam hidupnya. Namun, beberapa jenis virus
corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti:
● Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).
● Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
Pneumonia merupakan SARS yang muncul pada November 2002 silam di
Tiongkok menyebar ke beberapa negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam,
Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika
Serikat. Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu telah menjangkiti
sebanyak 8.098 orang di berbagai negara. Setidaknya sekitar 774 orang mesti
kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut.

2.2 Struktur Covid-19


Struktur virus berukuran sangat kecil dan bersifat parasit intraseluler obligat
atau menempel pada inang. Virus memiliki materi genetik RNA atau DNA untuk
memperbanyak diri. Materi genetik sangat penting bagi virus sehingga terlindung
dalam lapisan protein atau capsid. Beberapa jenis virus Corona bersifat pleomorfik
dengan kecenderungan bulat. Diameter rata-rata partikel adalah 125 nm dengan
struktur virus Corona yang khas berupa amplop dan tonjolan seperti paku. Amplop
pada struktur virus Corona adalah lapisan lipid ganda yang terdiri atas protein
penyusun membran (M), envelope (E), dan spike (S). Protein E dan M sangat penting

4
dalam membentuk selubung dan mempertahankan struktur virus Corona. Struktur
virus Corona rata-rata memiliki 74 S di permukaannya. Sedangkan dalam amplop,
tersimpan protein nukleokapsid (N) yang melindungi informasi genetik RNA virus.
Amplop, M, dan N melindungi virus Corona saat berada di luar inang.

2.3 Klasifikasi Virus Corona


Saat ini ada empat subkelompok utama virus Corona di lingkungan yaitu alfa,
beta, gamma, dan delta. Selain itu, ada tujuh tipe virus corona yang dapat menginfeksi
manusia.
Tujuh tipe klasifikasi virus Corona yang bisa menginfeksi manusia adalah:
1. 229E (alpha coronavirus)
2. NL63 (alpha coronavirus)
3. OC43 (beta coronavirus)
4. MERS-CoV (beta coronavirus yang menyebabkan Sindrom Pernafasan
di Timur Tengah, atau MERS)
5. SARS-CoV (beta coronavirus yang menyebabkan Sindrom Pernafasan
Akut Parah, atau SARS)
6. HKU1 (beta coronavirus)
7. SARS-CoV-2 (CoV baru atau COVID-19), Nama SARS-COV-2
diberikan untuk mengidentifikasikan famili virus

2.4 Jenis-Jenis Varian (Mutasi) Virus Corona


Sejak awal kemunculannya, virus corona telah bermutasi menjadi berbagai
varian. Hal ini karena pada dasarnya virus dapat bereplikasi dan membuat dirinya
menjadi banyak. Ketika melakukan hal ini, virus corona mengubah “gen”-nya
sedikit. Inilah yang disebut mutasi virus. Mutasi dari virus disebut variasi atau
varian dari virus yang asli. Berikut beberapa varian atau mutasi dari virus corona
yang telah menyebar:
1. Varian Alfa
Pertama kali ditemukan pada September 2020 di Inggris, dan dikenal
dengan kode varian B. 1.1.7. Tingkat penularan varian virus ini adalah 43-90
persen lebih tinggi dari virus sebelumnya. Varian virus corona Alpha yang
merupakan varian virus corona yang pertama kali muncul di Inggris pada
Desember 2020. Beberapa gejala yang umum dialami oleh orang yang terinfeksi
virus corona varian Alfa adalah:
Sesak napas.
Nyeri dada.
Hilangnya indera perasa dan penciuman.

2. Varian Beta
Adalah mutasi virus corona yang pertama kali ditemukan pada Oktober
2020 di Afrika Selatan. Varian dengan kode B. 1.351 ini diketahui 50 persen lebih
mudah menular dari varian sebelumnya. Gejala infeksi varian Beta sama seperti

5
gejala pada varian Alfa dan infeksi COVID-19 secara umum. Virus corona varian
Beta pertama kali ditemukan di Teluk Nelson Mendela. Varian ini dua kali lebih
infeksius dibandingkan virus COVID-19 yang muncul pertama kali.

3. Varian Delta
Sempat menjadi penyebab gelombang kedua di berbagai negara, varian
Delta pertama kali ditemukan pada Oktober 2020 di India. Varian ini juga disebut
dengan kode B.1.617.2. Tingkat penularan varian virus ini 30–100 persen lebih
mudah menular dari varian Alfa. Selain itu, varian ini juga dapat menular lebih
cepat dan berpotensi tinggi menyebabkan gejala yang parah. Varian Delta pertama
kali ditemukan di India yang diduga menyebabkan peningkatan kasus pada
gelombang kedua pandemi di India sejak Februari 2021. Varian ini telah
ditemukan di lebih dari 74 negara. Pada 3 Mei 2021, varian ini juga telah masuk
ke Indonesia. Penularan dan penyebaran varian Delta mencapai 40% lebih cepat
dibandingkan varian Alpha. Selain itu, varian ini dapat menimbulkan komplikasi
yang lebih parah pada pasien lansia dan pasien dengan penyakit penyerta seperti
diabetes dan hipertensi.
Gejala infeksi varian delta dapat muncul dalam 3-4 hari setelah
terinfeksi. Berikut beberapa gejala yang umum dialami:
Sakit kepala.
Sakit tenggorokan.
Pilek.
Batuk.
Sesak napas.
Sakit kepala.
Kelelahan.
Kehilangan indera perasa atau penciuman.

4. Varian Gamma
Pertama kali ditemukan di Brazil dan Jepang pada November 2020, varian
Gamma dikenal dengan kode P. 1. Gejala umum yang ditimbulkan infeksi varian
virus ini sama seperti varian lain, yaitu sesak napas, sakit kepala, sakit
tenggorokan, batuk dan pilek. Varian Gamma adalah varian yang ditemukan di
Brasil. Varian ini awalnya mengakibatkan ledakan wabah di Brasil hingga
memicu kenaikan jumlah pasien dan angka kematian yang drastis. Para peneliti di
Harvard University, Amerika Serikat mendapatkan fakta tingkat kematian akibat
varian Gamma lebih tinggi dibandingkan dengan varian awalnya.

5. Varian Epsilon
Varian Epsilon atau B.1.427/B.1.429 adalah mutasi virus corona yang
pertama kali ditemukan di California, Amerika Serikat. Pada 19 Maret 2021,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memasukkan varian ini
sebagai variant of concern (VOC) karena sempat menyebabkan peningkatan kasus

6
di beberapa wilayah. Varian Epsilon merupakan varian COVID-19 yang muncul
dari negara bagian California di Amerika Serikat pada Juli 2020. Munculnya
varian ini diikuti dengan bertambahnya kasus positif COVID-19 di Amerika
Serikat. Di seluruh dunia, sebanyak 46 negara melaporkan kasus positif akibat
terjangkitnya varian ini. Namun, tingkat penularannya tidak begitu tinggi seperti
di Amerika Serikat. Indonesia tidak melaporkan munculnya varian ini di dalam
negeri, dari infeksi varian ini mirip seperti varian lain, yaitu:
Sesak napas.
Sakit kepala.
Sakit tenggorokan.
Batuk.
Pilek.

6. Varian Lambda
Varian Lambda atau C. 37 pertama kali ditemukan di Peru dan beberapa
negara di Amerika pada Desember 2020. Hingga saat ini, belum diketahui tingkat
penularan dan keparahan infeksi akibat varian ini. Namun, tingkat penularan
varian ini diketahui tidak berbeda jauh dengan virus corona jenis pertama. Varian
virus ini pertama kali ditemukan di Peru. Selain Peru, sejauh ini varian Lambda
telah terdeteksi pula di Chile, Argentina, dan Ekuador. Varian baru ini sangat
menular dibandingkan dengan virus aslinya.

7. Varian Zeta
Varian Zeta adalah mutasi virus corona yang pertama kali ditemukan di
Brazil, dengan kore P. Varian ini disebut sama seperti varian Gamma, termasuk
dari segi gejala. Varian virus corona ini lebih dahulu terdeteksi di Rio de Janeiro,
Brasil. Sebelumnya, varian ini sudah menyebar dan terdeteksi lebih dulu di
Inggris. Varian virus corona Zeta dianggap tidak menyebabkan kekhawatiran dari
segi penyebarannya.

8. Varian Eta
Varian Eta pertama kali teridentifikasi di Inggris pada Desember 2020.
Varian yang disebut B.1525 ini membawa mutasi E484-K seperti yang ditemukan
di varian Gamma, Beta, dan Zeta. Gejala dari infeksi varian ini sama seperti
gejala COVID-19 secara umum. Namun, hingga saat ini, WHO masih
menetapkan varian Eta sebagai Variant of Interest (VOI), karena tidak menjadi
kekhawatiran seperti varian lain. Varian Eta adalah varian yang baru didapatkan
dan diidentifikasi di Inggris. Menurut para ilmuwan, varian ini memiliki beberapa
mutasi pada gen. Meski demikian, sejauh ini tak ada yang bisa membuktikan
bahwa virus corona varian Eta ini lebih menular hingga menyebabkan keparahan
pada penderitanya.

7
9. Varian Theta
Pertama ditemukan di Filipina pada Maret 2021, varian Theta dikenal juga
dengan kode P. 3. Hingga kini belum banyak informasi mengenai tingkat
penularan dan keparahan infeksi akibat varian ini. Namun, varian Theta
disebut-sebut lebih cepat menular dibanding varian sebelumnya. Dari segi gejala,
secara umum sama seperti varian lainnya. Virus varian ini dideteksi ada di
Filipina. Varian ini belum cukup memiliki bukti bahwa akan berdampak pada
kesehatan masyarakat seperti kebanyakan varian lainnya. Namun, varian ini
memiliki kemungkinan besar lebih cepat dalam tingkat penularannya.

10. Varian Iota


Varian Iota pertama kali ditemukan pada November 2020 di New York,
Amerika Serikat. Hingga kini, belum diketahui apakah varian dengan kode
B.1.526 ini memiliki tingkat penularan dan keparahan infeksi yang lebih tinggi
dari varian lain. Varian yang ditemukan di New York, Amerika Serikat pada bulan
November belum diketahui apakah dapat menular atau tidak. Varian virus ini
dikabarkan belum tersebar luas baik di New York maupun negara-negara lainnya.

11. Varian Mu
Varian Mu pertama kali diidentifikasi di Kolombia pada Januari 2021, lalu
secara ilmiah disebut dengan kode B.1.621. Hingga saat ini WHO masih
mengklasifikasikan varian Mu sebagai VOI. Sebab, varian ini diketahui belum
menimbulkan kekhawatiran seperti pada varian Alpha dan Delta. Gejala umum
infeksi varian Mu mirip seperti varian lainnya, yaitu demam, batuk, dan hilangnya
indra perasa serta penciuman.

12. Varian Kappa


Sama seperti varian Delta, varian Kappa juga pertama kali ditemukan di
India pada Desember 2020. Varian dengan kode B.1.617.1 ini masih
diklasifikasikan sebagai VOI, sama seperti varian Lambda, Eta, dan Iota. Hal ini
karena belum ada data untuk memastikan tingkat penularan, keparahan infeksi,
dan jenis gejala yang ditimbulkan oleh COVID-19 varian Kappa ini. Varian virus
Kappa merupakan varian baru yang memiliki mutasi ganda dari negara India.
Dilaporkan bahwa ada sebanyak lebih dari 2,7 juta kasus infeksi yang telah
terjadi. Varian ini juga diduga dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas pada
vaksin.

13. Varian Omicron


Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO pada 24 November
2021, dari Afrika Selatan. Varian dengan kode B.1.1.529 ini diklasifikasikan
sebagai VOC, karena memiliki karakter yang perlu diwaspadai seperti varian
Delta, Gamma, Beta, dan Alpha.
Varian Omicron diketahui memiliki sekitar 30 kombinasi mutasi dari
sejumlah varian virus corona sebelumnya, seperti C.12, Beta dan Delta. Ini

8
membuat varian Omicron berpotensi lebih cepat menular dibanding varian Delta
dan memungkinkan terjadinya reinfeksi atau infeksi berulang.

Hingga saat ini, ada beberapa subvarian turunan lainnya dari Omicron yang perlu
diwaspadai, yaitu:
● BA.2
Subvarian Omicron BA.2 sudah terdeteksi di Indonesia sejak awal Januari
2022. Gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan subvarian BA.1. Cenderung
seperti flu biasa, sakit tenggorokan, batuk, pilek, dan badan terasa pegal-pegal.
Kendati demikian tingkat penularan subvarian Omicron BA.2 lebih tinggi
dibandingkan subvarian sebelumnya.
● BA.3
Subvarian BA.3 pertama kali terdeteksi di barat laut Afrika Selatan. Subvarian
Omicron BA.3 menyebar dengan kecepatan yang sangat rendah. Selain itu, subvarian
ini juga menyebabkan lebih sedikit kasus dibanding BA.1 dan BA.2. Gejala yang
timbul dari infeksi subvarian BA.3 dikabarkan cukup ringan dan hampir sama dengan
BA.1 dan BA.2.
● BA.4 dan BA.5
Pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 6 Juni 2022. Sub varian BA.4 dan
BA.5 ini dikabarkan memiliki efektivitas angka reproduksi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan BA.2 atau subvarian lain. Artinya, sub varian ini memiliki
tingkat penularan yang lebih tinggi dibandingkan sub varian sebelumnya.
Beberapa gejala umum dari infeksi varian Omicron adalah:
Pilek.
Sakit kepala.
Kelelahan ringan hingga parah.
Bersin-bersin.
Sakit tenggorokan.

Selain berbagai varian virus tadi, ada juga kondisi lain yang perlu diwaspadai, yaitu:
Flurona adalah koinfeksi atau infeksi ganda yang terjadi ketika seseorang
terinfeksi virus corona dan virus flu secara bersamaan. Gejala yang ditimbulkan mirip
seperti gejala infeksi COVID-19 pada umumnya.

Pada kasus yang ringan dan sedang, gejala yang dapat muncul adalah:
Demam.
Batuk.
Kelelahan.
Diare.
Pilek.
Mual dan muntah.
Sakit kepala.

9
Sakit tenggorokan.
Hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa.

Beberapa orang juga dapat mengalami gejala berat akibat flurona. Misalnya
sesak napas, nyeri dada, sulit bicara, penurunan kesadaran, serta wajah, bibir, dan
kuku tampak kebiruan atau pucat.

2.5 Faktor Risiko Infeksi Coronavirus


Siapa saja dapat terinfeksi virus corona ?, Bayi dan anak kecil serta orang
dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentang terhadap serangan virus ini. Selain
itu, kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Lalu, seseorang yang tinggal atau
berkunjung ke daerah atau negara yang rawan virus corona juga berisiko terserang
penyakit ini. Misalnya, berkunjung ke Tiongkok, khususnya kota Wuhan, yang pernah
menjadi wabah COVID-19 yang bermulai pada Desember 2019.
Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai penelitian, didapatkan bahwa
pasien yang lebih tinggi berisiko terpapar COVID-19 yaitu orang dewasa berusia
lanjut dan pasien yang mempunyai kondisi medis serius atau multimorbiditas. Selain
itu, tenaga medis merupakan salah satu kelompok populasi yang juga mempunyai
risiko terinfeksi karena frekuensi kontak dengan pasien COVID-19. Berdasarkan data
kelompok usia, yang paling rentan untuk terinfeksi COVID-19 adalah pasien geriatrik
dengan rata-rata kasus sebesar 59,5% sedangkan pasien pediatrik mempunyai jumlah
kasus yang paling sedikit dengan rata-rata persentase 3% dari total kasus yang terjadi.
Selain itu, pasien dewasa dengan komplikasi penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus
dan Penyakit Jantung Koroner berisiko secara signifikan. Tenaga kesehatan yang
berada di departemen respiratory, infeksi, ICU, dan bedah memiliki risiko 2.3 kali
lebih tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Faktor risiko Covid-19 menginfeksi seseorang secara lebih parah:


1. Mereka yang berusia di atas 65 tahun
2. Mereka yang tinggal di panti jompo
3. Mereka dengan beberapa kondisi medis termasuk:
→ Penyakit paru kronis dan asma akut
→ Penyakit jantung yang serius
→ Immunocompromised seperti penyakit kanker, transplantasi organ,
perokok, defisiensi imun, HIV/AIDS, dan beberapa penyakit imun
lainnya
4. Mereka yang mengalami obesitas (BMI 40 atau lebih tinggi)
5. Mereka yang diabetes
6. Mereka dengan penyakit ginjal kronis
7. Mereka dengan penyakit hati

10
Hal itu disebabkan oleh beberapa hal:
1. Orang berusia lanjut memiliki masalah kesehatan jangka panjang sehingga
lebih berisiko ketika terkena virus
2. Daya tahan tubuh seseorang berkurang ketika menginjak usia senja, sehingga
sulit melawan infeksi
3. Lapisan pada paru kurang elastis pada masa tua, sehingga penyakit seperti
Covid-19 cukup mematikan
4. Inflamasi pada orang usia senja bisa lebih membahayakan, dan menyebabkan
kerusakan organ.

2.6 Mekanisme Penularan


Virus ini mudah sekali menyebar dalam waktu yang sangat singkat. Seseorang
dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar melalui
tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet
tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Dikarenakan Perubahan komposisi
lapisan protein virus, sehingga dapat masuk ke sel tubuh lebih mudah. Terjadi mutasi
DNA virus, sehingga membuat infeksi terjadi lebih cepat dengan gejala yang lebih
berat. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi
dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga
wajah), maka orang itu dapat terinfeksi COVID-19. Atau bisa juga seseorang
terinfeksi COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah
sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter
dari orang yang sakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan
untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, dan cara penularannya.
Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri. Kebanyakan virus
corona menyebar seperti virus lain pada umumnya, melalui:
Percikan air liur pengidap (batuk dan bersin).
● Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
● Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena
percikan air liur pengidap virus corona.
● Tinja atau feses (jarang terjadi),
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti.
Namun, rata-rata gejala timbul antara 2–14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam
tubuh. Sementara itu, metode transmisi COVID-19 juga belum diketahui dengan pasti.
Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus corona
COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta,
kucing, dan kelelawar.
Sebenarnya, virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia atau
menyebar ke individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata
kalau virus ini bisa menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa
dari manusia ke manusia.
1) Diagnosis Infeksi Coronavirus
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan mengawali
dengan anamnesis atau wawancara medis. Dokter akan menanyakan gejala

11
atau keluhan yang dialami. Selain itu, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah untuk membantu menegakkan
diagnosis. Dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak, mengambil sampel
dari tenggorokan, atau spesimen pernapasan lainnya. Sementara itu, untuk
kasus yang diduga infeksi novel coronavirus, dokter akan melakukan swab
tenggorokan, DPL, fungsi hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP.
2) Komplikasi Infeksi Coronavirus
Virus corona yang menyebabkan penyakit SARS bisa menimbulkan
komplikasi pneumonia dan masalah pernapasan parah lainnya bila tak
ditangani dengan cepat dan tepat. Selain itu, SARS juga bisa menyebabkan
kegagalan pernapasan, gagal jantung, hati, dan kematian. Hampir sama dengan
SARS, novel coronavirus juga bisa menimbulkan komplikasi yang serius.
Infeksi virus ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, bahkan kematian.

2.7 Ciri-Ciri Virus


➔ Ciri-ciri virus pada umumnya:
a. Merupakan partikel aseluler.
b. Bentuk bervariasi: batang, bulat, oval (peluru), filamen (benang), palihedral
(bersegi banyak), dan seperti huruf T.
c. Parasit obligat: hanya hidup jika berada dalam sel inang. Jika di luar inang,
virus seperti partikel biasa
d. Dapat dikristalkan
e. Mengandung senyawa asam nukleat DNA atau RNA
f. Tidak melakukan proses proses nutrisi, respirasi, ekskresi, dll.
g. Ukuran mikroskopis, antara 20 nm-300 nm
h. Mampu bereplikasi dalam sel inang

➔ Ciri-ciri virus Corona:


a. Virus corona bukanlah makhuk hidup
b. Tidak dapat melakukan metabolisme tanpa sel inang
c. Tanpa sel inang. Tidak dapat memperbanyak / replikasi
d. Parasit intraseluler obligat (menempel pada sel inang)
e. Ukuran sangat mikroskopis
f. Bentuk bulat, seperti mahkota
g. Asam nukleat berupa RNA rantai tunggal
h. Memiliki beberapa struktur
i. Protein S → mengelilingi permukaan virus, seperti mahkota
j. Protein S menempel dan menghubungkan virus dengan Inang.

2.8 Bagaimana Cara Kerja Virus Covid Menyerang Tubuh


➔ Tahap-tahap virus berkembang biak :
1. Pelekatan

12
Tahap replikasi virus yang pertama adalah pelekatan (attachment).
Proses ini terjadi ketika protein virus pada kapsid atau selubung fosfolipid
berinteraksi dengan reseptor spesifik pada permukaan sel dalam tubuh inang.
Di tahap ini akan terjadi proses perubahan struktural pada virus.
2. Penetrasi
Tahap replikasi virus selanjutnya adalah penetrasi. Setelah proses
pengikatan, partikel virus akan dibawa langsung ke dalam sel. Prosesnya
dikenal dengan sebutan penetrasi. Beberapa DNA virus juga dapat memasuki
sel inang melalui endositosis yang diperantarai oleh reseptor.
3. Pelepasan Selubung
Pelepasan selubung menjadi tahap replikasi virus selanjutnya.
Pelepasan selubung adalah proses pemisahan fisik asam nukleat dari
komponen struktural luar virus. Tujuannya agar asam nukleat tersebut dapat
berfungsi. Dalam prosesnya pelepasan selubung, membutuhkan pH asam
dalam endosome.
Di tahap ini, kapsid virus dihilangkan dan diganti oleh enzim virus atau
enzim inang yang melepaskan asam nukleat genom virus. Genom dilepaskan
sebagai asam nukleat bebas (picornavirus) atau sebagai nukleokapsid
(reovirus). Prosesnya bisa terjadi secara bersamaan atau setelah proses
penetrasi selesai.
4. Replikasi
Genom virus yang dilepaskan dan tidak tersalur, transkripsi atau
translasi genom virus dimulai. Tahap replikasi virus ini sangat berbeda antara
virus DNA dan RNA, serta virus dengan polaritas asam nukleat yang
berlawanan. Proses ini memuncak dalam sintesis de novo protein virus dan
genom.
5. Perakitan
Setelah sintesis de novo genom virus dan protein, protein virus akan
dibungkus dengan genom virus yang baru direplikasi. Protein tersebut akan
dibentuk menjadi virion baru yang siap dilepaskan dari sel inang. Tahap
replikasi virus ini bisa juga disebut sebagai proses pematangan.
6. Pelepasan Virus
Tahap replikasi virus yang terakhir adalah pelepasan virus. Sejauh ini,
ada dua metode pelepasan virus, yaitu lisis atau tunas. Ini penjelasannya
masing-masing:
● Lisis
Metode ini menghasilkan virus dari kematian sel inang yang terinfeksi.
Jenis virus ini disebut dengan sitolitik. Contohnya adalah variola
mayor, yang dikenal sebagai cacar air.
● Tunas
Metode ini menghasilkan virus baru dari proses pelepasan sel inang
yang bertunas. Jenis virus ini disebut dengan sitopatik. Contohnya
adalah virus influenza. Jenis virus ini biasanya tidak membunuh sel
yang terinfeksi.

13
VIRUS masuk ke sel tubuh

Melepaskan spike

RNA virus bertranslasi (Replikasi)

Membentuk nucleocapsid membran, envelope baru

VIRUS dewasa

Dilepaskan

Virus ini mempunyai protein dengan ujung tajam yang membuat virus bisa
menempel ke membran sel, dan dari situ, materi genetis virus masuk ke sel tubuh
manusia. Materi genetis tersebut kemudian membajak metabolisme sel dan membuat
sel tidak lagi berkembang untuk kesehatan tubuh melainkan untuk memperbanyak
virusnya.

2.9 Awal Mula Covid 19 di Indonesia/Asal Usul Covid


1) Asal usul covid 19
Virus SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi di China pada akhir 2019
dan pada Juni 2021, telah menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan lebih dari
178 juta kasus yang dikonfirmasi dan 3,9 juta kematian. Beberapa kasus awal
terkait dengan pasar basah di Kota Wuhan, tempat klaster pertama infeksi
Covid-19 tercatat.
Namun, teori lain yakin bahwa virus tersebut mungkin lolos dari
fasilitas riset biologi utama, yang terletak relatif dekat dengan pasar, yakni
Institut Virologi Wuhan (WIV).Di tempat itu, para ilmuwan sudah
mempelajari virus corona pada kelelawar selama lebih dari satu dekade. Pada
awal pandemi, klaim kontroversial ini dipromosikan oleh Presiden AS, saat itu
adalah Donald Trump.
Beberapa melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa virus itu
bisa saja buatan manusia untuk digunakan sebagai senjata biologis. Penelitian
sejak saat itu memberikan bukti yang menentang gagasan virus yang
direkayasa. “Teori-teori tentang asal-usul SARS-CoV2 buatan manusia telah
didiskreditkan seluruhnya”, tulis sekelompok ilmuwan dalam American
Journal of Tropical Medicine and Hygiene. Virus tidak mengandung “sidik jari
genetik atau urutan genetik yang ‘direkayasa’ dari virus yang sudah ada
sebelumnya” Kasus awal terkait dengan pasar basah di Kota Wuhan, tempat
klaster pertama infeksi Covid-19.
Beberapa ilmuwan mendukung gagasan untuk melihat kedua teori yang
saling bersaing – teori kebocoran laboratorium dari virus yang awalnya
dikumpulkan dari alam liar, melawan teori adanya lompatan virus alami

14
(infeksi mungkin telah menyebar dari kelelawar ke manusia secara langsung
atau melalui hewan perantara seperti trenggiling atau mamalia lain yang belum
teridentifikasi).
Yang pertama “masih merupakan kemungkinan valid yang tidak boleh
diabaikan,” tulis para ilmuwan dari Austria, Jepang, Spanyol, Kanada, AS, dan
Australia pada bulan Maret. Organisasi Kesehatan Dunia menerbangkan
sekelompok ahli ke China awal tahun ini untuk menyelidiki asal-usul virus.
Namun laporan yang mereka susun tidak menarik kesimpulan apa pun tentang
dari mana Sars-CoV-2 berasal dan, bagi banyak orang, menghasilkan lebih
banyak pertanyaan daripada jawaban. Pada bulan Mei, 18 ilmuwan terkemuka
menulis surat di majalah Science yang mengajukan kasus ini untuk diselidiki
lebih lanjut. “Kita harus menganggap serius hipotesis tentang penyebaran
[virus] alami dan [kebocoran] laboratorium sampai kita memiliki data yang
cukup,” tulis mereka. Mereka juga menekankan bahwa “penyelidikan yang
tepat harus transparan, objektif, berdasarkan data”, serta “tunduk pada
pengawasan independen”.
Lompatan virus jika dikonfirmasi dapat menyebabkan dibuatnya
peraturan yang lebih ketat untuk pasar basah, yang populer di seluruh Asia,
serta pedoman baru untuk pertanian dan eksploitasi komersial satwa liar.
Namun, jika proposisi kebocoran laboratorium terbukti benar, itu akan
menantang beberapa asumsi terkait penelitian tingkat tinggi yang dilakukan
hari-hari ini - khususnya, apa yang disebut eksperimen "gain-of-function",
yakni patogen dibuat lebih berbahaya untuk mensimulasikan skenario wabah
yang berbeda. Dan itu bisa mengarah pada peraturan baru di laboratorium
biosafety, yang telah lama diminta oleh para ahli di seluruh dunia. China juga
telah mendorong teori lain, bahwa virus corona mungkin telah memasuki
negara itu melalui pengiriman daging beku, sebuah teori yang didukung oleh
penelitian dari salah satu ahli virologi terkemuka. Jika teori ini dikonfirmasi,
tentu akan berimplikasi pada perdagangan internasional, transportasi makanan,
dan perusahaan komersial lainnya.

2) Awal mula covid 19 di Indonesia


Pertama kalinya COVID-19 dilaporkan masuk ke Indonesia pada 2
Maret 2020 di Depok, Jawa Barat. Kasus penularan pertama ini terungkap
setelah pasien 01 melakukan kontak dekat WN Jepang yang ternyata positif
COVID-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari
2020.
Selang dua hari, pasien 01 merasa kurang enak badan dan mengeluhkan
gejala yang mirip COVID-19. Gejala yang ia rasakan seperti batuk, sesak, dan
demam dalam kurun waktu 10 hari. Saat berobat ke RS di Depok, pasien 01
sempat dirawat dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis
pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru. Usai dikabarkan
rekannya yang WN Jepang positif COVID-19, pasien 01 langsung dirujuk ke
RSPI Sulianti Saroso. Sempat disebut ‘kebal’ COVID-19 Sebelum

15
ditemukannya pasien 01 dan 02, Indonesia disebut kebal dari COVID-19
dalam berbagai celetukan yang dilontarkan sejumlah pejabat. Sebab, saat
banyak negara mulai melaporkan kasus COVID-19, Indonesia masih belum
melaporkan kasus Corona. Namun, setelah ditemukannya pasien 01 dan 02 ini
mematahkan mitos bahwa Indonesia ‘kebal Corona’.
Lonjakan kasus pertama COVID-19 di Indonesia pertama kali
mengalami lonjakan kasus pertama pada 9 Mei 2020 dengan jumlah 533 kasus.
Selanjutnya, pada 9 Juli 2020 kembali terjadi lonjakan kasus baru mencapai
1.043 kasus. Ini menjadi penambahan kasus tertinggi sejak kapan COVID-19
masuk ke Indonesia

2.10 Gejala dan karakteristik Covid


Karakteristik COVID 19 ini menyebabkan pneumonia ringan dan
bahkan Berat, serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus corona
sensitif Terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan (secara
efektif Dengan hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh karena
itu, cairan Pembersih tangan yang mengandung klorheksidin tidak
direkomendasikan untuk Digunakan dalam wabah ini Menurut para ahli
(dokter) tanda dan gejala yang dialami oleh orang yang terpapar COVID-19
mulai dari gejala ringan hingga penyakit parah. Gejala bisa muncul 2-14 hari
setelah terpapar virus. Berikut gejala- gejala covid 19 :
Demam atau kedinginan
Batuk
Sesak napas atau kesulitan bernapas
Kelelahan
Nyeri otot atau tubuh
Sakit kepala
Kehilangan rasa atau bau baru
Sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau meler
Mual atau muntah
Diare

A. Gejala umum terjadi pada hari ke-2 hingga ke-14 setelah terpapar virus
SARS-CoV-2, yaitu:
Demam: 99%
Kelelahan: 70%
Batuk kering: 59%
Kehilangan nafsu makan: 40%
Sakit tubuh: 35%
Sesak napas: 31%
Lendir atau dahak: 27%

16
B. Gejala lain yang muncul setelah atau tanpa gejala umum meliputi :
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Menggigil, terkadang dengan gemetar
Kehilangan bau atau rasa
Hidung tersumbat atau meler
Mual atau muntah
Diare

C. Gejala Berat yang dialami oleh penderita COVID-19 meliputi:


Kesulitan bernapas
Nyeri atau tekanan terus menerus di dada Anda
Bibir atau wajah kebiruan
Kebingungan tiba-tiba
Strok

2.11 Kasus Kematian Covid RI


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) optimis jika akhir pandemi Covid-19
semakin mendekati kenyataan. Optimisme muncul setelah penyebaran kasus
tersebut terus menurun, termasuk di Asia Tenggara, WHO sendiri menetapkan
Covid-19 sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020. Virus yang awalnya
menyebar dari Wuhan, China, tersebut telah menewaskan 6,53 juta orang hingga
sekarang. Virus Covid-19 juga telah menginfeksi 616,11 juta serta
meluluhlantakan perekonomian global. Setelah 2,5 tahun bergulat dengan
pandemi, penyebaran virus Covid-19 terus melandai. Program vaksinasi serta
meningkatnya imunitas warga global membuat penyebaran bisa ditekan.
Penurunan kasus juga terjadi di Indonesia. Dalam sepekan terakhir (9-15
September), Indonesia melaporkan kasus Covid-19 sebanyak 18.349. Jumlah
tersebut turun 19,4% dibandingkan pada pekan sebelumnya (2-8 September 2022)
yang tercatat 22.762.
Rata-rata kasus harian Covid kini ada di angka 2.651 dalam sepekan
terakhir. Jumlah tersebut melandai dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat
3.427.
Kasus Covid-19 di Indonesia sempat melonjak drastis selama 12 pekan
pada periode Mei-Juli 2022 setelah menyebarnya varian Omicron BA.4, BA.5.
Kasus mulai melandai sejak pekan terakhir Agustus 2022. Angka positivity rate
juga terus melandai menjadi 8,61% pada sepekan terakhir dari 9,90% pada pekan
sebelumnya, Namun, kasus kematian justru terus melonjak. Sepekan terakhir,
kasus kematian menyentuh 136 jiwa, naik 4,6% dibandingkan pekan sebelumnya.
Padahal, kasus kematian baru mencapai 91 pada pekan terakhir Juli.
Pemerintah melaporkan ada 1.383 kematian akibat virus Corona
(Covid-19). Jumlah ini merupakan yang tertinggi selama pandemi. Berdasarkan
data dari Satgas dilaporkan ada penambahan 33.773 kasus baru Covid-19 di

17
Indonesia yang berasal dari pemeriksaan 153.330 spesimen. Total kumulatif kasus
Covid-19 yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga kemarin
berjumlah 2.983.831 kasus. Kasus aktif Covid-19 di Indonesia dilaporkan ada
sebanyak 549.694. Selain itu, ada 32.867 pasien yang dinyatakan sembuh dari
Corona kemarin. Total pasien Corona yang dinyatakan sembuh hingga saat ini
berjumlah 2.356.533 orang. Kemarin, ada 271.662 suspek Corona yang dipantau
pemerintah. Sedangkan spesimen Covid-19 yang diperiksa berjumlah 153.330.
Daerah yang melaporkan penambahan kasus baru terbanyak kemarin adalah Jawa
Barat dengan 5.950 kasus dan diikuti DKI Jakarta dengan 5.904 kasus baru.
Sedangkan daerah dengan kasus sembuh tertinggi ada di DKI Jakarta,
yaitu 10.558 kasus. Kematian akibat Covid-19 di Indonesia tercatat mencapai
150.430 jiwa pada 8 Maret 2022, berdasarkan Worldometers. Kasus kematian
Covid-19 Indonesia menyumbangkan 11% dari total kematian di Asia yang
sebanyak 1.362.269 kasus dan sekaligus menjadi yang tertinggi kedua di Asia.
Adapun, kematian Covid-19 tertinggi berasal dari pusat penyebaran varian Delta,
India. Kematian akibat infeksi virus corona di India sebanyak 515.241 jiwa.
Setelah Indonesia, Iran menjadi negara dengan kasus ketiga tertinggi. Kematian
akibat Covid-19 di Iran sebanyak 138.116 jiwa. Kemudian disusul Turki dengan
jumlah kematian sebanyak 95.681 jiwa. Disusul Filipina yang berada di peringkat
kelima Asia dengan kematian sebanyak 57.066 jiwa. Lantaran terdapat ragam
risiko dari Covid-19, masyarakat diharapkan untuk melakukan vaksinasi guna
mengurangi risiko infeksi virus corona dan kematian.

2.12 Dampak Covid 19


Hadirnya pandemi di Tanah Air telah membawa berbagai dampak yang buruk
di berbagai sektor, termasuk di sektor pendidikan. Terdapat tiga potensi dampak
sosial negatif berkepanjangan yang mengancam peserta didik akibat efek pandemi
COVID-19. Ketiga dampak tersebut seperti putus sekolah, penurunan capaian
belajar, serta kekerasan pada anak dan risiko eksternal.
1) Putus sekolah
Seperti yang telah dijelaskan tadi, pandemi memberikan dampak ke
berbagai sektor di Tanah Air. Sektor ekonomi adalah salah satu sektor yang
cukup mengalami dampak signifikan. Akibatnya, banyak orang yang
kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Tidak jarang orang tua yang lebih
memilih anaknya berhenti bersekolah dan memilih mempekerjakan anak untuk
membantu perekonomian keluarga akibat krisis ekonomi yang terjadi. Selain
itu, banyak orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses
belajar mengajar apabila proses pembelajaran tidak dilakukan secara tatap
muka.
2) Penurunan capaian belajar
Tidak bisa dimungkiri, keadaan sosial-ekonomi tiap keluarga
berbeda-beda. Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh
(PJJ) dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak
dari sosio-ekonomi yang berbeda. Hal lain yang menjadi perhatian adalah

18
risiko terjadinya learning loss. Studi menemukan bahwa pembelajaran tatap
muka menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik saat dibandingkan
dengan PJJ.
3) Kekerasan pada anak dan risiko eksternal
Selama pemberlakuan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), peserta
didik lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Hal ini tentu meningkatkan
risiko kekerasan yang tidak terdeteksi. Tanpa sekolah, banyak anak yang
terjebak di kekerasan rumah tanpa diketahui oleh guru. Selain kekerasan di
rumah, risiko eksternal juga menjadi hantu bagi peserta didik. Ketika anak
tidak lagi datang ke sekolah, terdapat peningkatan risiko untuk pernikahan
dini, eksploitasi anak terutama perempuan, dan kehamilan di kalangan remaja.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. Pemerintah
telah mendorong pelaksanaan PTM terbatas bagi sekolah yang berada di zona
kuning dan hijau.
Tidak hanya melaksanakan PTM terbatas, peranan guru serta sekolah
dalam memerhatikan dan memantau anak didiknya selama pelaksanaan PJJ
sangat diperlukan untuk meminimalisasi risiko-risiko di atas.

2.13 Protokol Kesehatan


Protokol kesehatan adalah serangkaian aturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah melalui kementrian kesehatan dalam mengatur keamanan beraktivitas
selama masa pandemi Covid-19. Tujuan diberlakukan protokol kesehatan guna
membantu masyarakat untuk beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan
kondisi kesehatan orang lain. Dalam protokol kesehatan tersebut dijelaskan
beberapa fasilitas umum yang perlu menerapkan protokol dalam rangka
pencegahan Covid-19. Target aturan ini ditujukan untuk tiga pihak yaitu pihak
pengelola, pihak pedagang/pekerja dan pihak pengunjung.

2.14 Pencegahan Covid 19


Mencegah penularan virus ini adalah:
1. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan sistem
imunitas / kekebalan tubuh meningkat.
2. Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan sabun atau
berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai bersih selain dapat membunuh virus
yang mungkin ada di tangan kita, tindakan ini juga merupakan salah satu
tindakan yang mudah dan murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit bersumber
dari tangan. Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal yang sangat
penting.
3. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain. Jika terlalu dekat, Anda dapat
menghirup droplet dari orang yang mungkin menderita COVID-19.Ketika
batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau lengan atas
bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).

19
4. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah). Tangan
menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita menyentuh
mata, hidung dan mulut dengan tangan yang terkontaminasi, maka virus dapat
dengan mudah masuk ke tubuh kita.
5. Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung ketika
Anda sakit atau saat sedang keluar rumah. Macam-macam jenis masker:
● Masker biasa ( Surgical Mask ) Masker biasa atau yang dikenal dengan
nama masker bedah (surgical Mask) yang sudah umum digunakan
masyarakat.Perlu diingat, masker ini tidak didesign untuk menyaring
partikel dan Mikroorganisme yang berukuran sangat kecil, termasuk virus
influenza dan Bakteri tuberculosis. Oleh karena itu orang yang sehat tidak
disarankan untuk Menggunakan masker jenis ini dan cukup hanya orang
yang sakit saja.
● Masker N95 Masker jenis ini merupakan alternative bagi orang yang sehat
untuk Berinteraksi dengan orang sakit. Masker ini disebut N95 karena
dapat menyaring Hingga 95% dari keseluruhan partikel yang berada di
udara.
● Masker kain Masker kain yang dianjurkan yakni yang memiliki 3 lapisan
kain, yaitu:
➔ Lapisan pertama adalah lapisan kain hidrofilik seperti katun, kemudian
dilapisi oleh kain yang bisa mendukung filtrasi lebih optimal.
➔ Lapisan kedua ini bisa juga menggunakan katun atau polyester.

6. Tetap dirumah, hindari kontak dengan orang lain dan bepergian ke tempat
umum. bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat, ketikan
merasa demam, batuk dan sulit bernapas. Konsumsi secara rutin vitamin yang
dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat sehat dan mempercepat
penyembuhan saat sedang sakit.
7. Segera hubungi petugas kesehatan terdekat, jika merasa gejala COVID 19 ada
ditubuh kita. Sampaikan pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya Anda
pernah melakukan perjalanan terutama ke negara atau wilayah terjangkit, atau
pernah kontak erat dengan orang yang memiliki gejala yang sama.
8. Menunda perjalanan ke wilayah/ negara dimana virus ini ditemukan.
9. Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi dan
akurat. Ikuti arahan dari petugas kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat.
10. Jagalah kebersihan lingkungan, diri agar tidak ada virus atau penyakit yang
menempel atau tertular ke tubuh kita.
11. Gunakan hand Sanitizer sesudah memegang benda atau tangan orang lain yang
kita tidak tau riwayat mereka.Membersihkan dan mendisinfeksi secara berkala
barang-barang yang sering disentuh. Hand Sanitizer merupakan pembersih
tangan yang biasa digunakan untuk membunuh bakteri dan virus yang
nemenpel pada tangan. Hand sanitizer memiliki kemampuan antibakteri yang
dapat menghambat hingga membunuh bakteri. Ada dua jenis varian hand
sanitizer yaitu:

20
➔ Hand sanitizer gel merupakan jenis hand sanitizer yang berbentuk gel,
kandungan bahan aktif alkohol 60%.
➔ Hand sanitizer spray merupakan hand sanitizer yang berbentuk spray,
memiliki kandungan bahan aktif irgasan DP 300 : 0,1% dan alkohol 60%.
Jenis hand sanitizer ini lebih efektif dibandingkan jenis hand sanitizer gel
dalam menurunkan jumlah kuman yang menempel pada tangan.
12. Vaksin merupakan salah satu prosedur untuk memasukkan vaksin ke dalam
tubuh dilakukan untuk memicu sistem imun tubuh, sehingga ada imunitas
terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksinasi COVID-19 akan dilakukan setelah
kepastian keamanan dan keampuhannya ada, merupakan upaya untuk
menurunkan kesakitan dan kematian dan mendorong terbentuknya kekebalan
kelompok. Selain itu, vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk melindungi dan
memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh, juga menjaga produktivitas
dan mengurangi dampak sosial dan ekonomi masyarakat.

Berikut 6 jenis vaksin Covid-19 di Indonesia:


a. PT Bio Farma (Persero)
PT Bio Farma (Persero) merupakan produsen vaksin Covid-19 buatan dalam
negeri. Melalui Bio Farma, Indonesia memenuhi vaksin dengan dua jalur yaitu
bekerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd dan mengembangkan vaksin Merah
Putih buatan dalam negeri
b. Sinovac Biotech Ltd.
Vaksin virus Corona (COVID-19) buatan Sinovac Biotech sudah tiba di
Indonesia. Total ada sebanyak 1,2 juta dosis vaksin buatan Sinovac. Vaksinasi
yang dibutuhkan untuk Covid 19 ialah vaksin sinovac. Kandungan Vaksin
COVID-19 dari Sinovac:
➔ Virus yang sudah dimatikan (atau sudah di-inactivated) dan tidak mengandung
sama sekali
➔ Virus hidup atau yang dilemahkan.
Hal ini diketahui cara yang paling umum dalam membuat vaksin
● Alumunium Hidroksida yang Berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
vaksin
● Larutan fosfat sebagai penstabil (Stabilizer).
● Larutan garam Natrium Klorida untuk memberikan kenyamanan dalam
penyuntikan.
c. AstraZeneca
Uji coba yang dilakukan AstraZeneca dan Universitas Oxford menunjukkan
vaksin virus corona produksinya memiliki keefektifan rata-rata 70 persen.
Bahkan, vaksin ini dapat disimpan pada suhu lemari es sehingga nantinya
pendistribusian dianggap akan lebih mudah.
d. Moderna
Vaksin yang diproduksi Moderna ini diklaim memiliki efektivitas sebesar 94,5
persen. Saat ini, Moderna telah mengajukan izin penggunaan darurat atau

21
emergency use authorization (EUA) kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan
Amerika Serikat (FDA) sebelum diedarkan.
e. Sinopharm
Vaksin buatan Sinopharm ini dibuat menggunakan bahan baku atau metode
virus infaktif. Artinya, di dalam vaksin terdapat virus penyebab Covid-19 yang
sudah dilemahkan atau dibuat tidak aktif, sehingga tidak akan memicu infeksi,
tapi tetap bisa memicu respons dari sistem kekebalan tubuh.

f. Pfizer and BioNTech


Pfizer dan BioNTech telah mengajukan penggunaan darurat vaksin virus
corona yang diproduksinya ke BPOM AS dan Eropa. Bahkan, dari hasil uji coba
terakhir diklaim 95 persen efektif pada virus corona dan tidak menimbulkan risiko
terhadap masalah keamanan.

Vaksin tidak mengandung bahan seperti boraks, formalin, merkuri, dan


pengawet. Vaksin yang akan digunakan di masyarakat telah melalui tahapan
pengembangan dan serangkaian uji yang ketat. Jadi untuk masyarakat jangan
takut untuk melakukan vaksinasi.

2.15 Pengobatan Infeksi Coronavirus


Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona.
Umumnya, pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya
yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:
1. Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan
batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan
berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.
2. Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan
sakit tenggorokan dan batuk.
3. Perbanyak istirahat.
4. Perbanyak asupan cairan tubuh.
5. Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia
layanan kesehatan terdekat.

Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti


SARS, MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diidap dan kondisi pasien. Bila pasien mengidap infeksi novel
coronavirus, dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes
(Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa alasan,
dokter akan melakukan:
1. Isolasi
2. Serial foto toraks sesuai indikasi
3. Terapi simptomatik
4. Terapi cairan
5. Ventilator mekanik (bila gagal napas)

22
2.16 Karantina dan Isolasi Mandiri (ISOMAN)
1. Perbedaan Karantina dan Isolasi Mandiri
Karantina adalah upaya memisahkan seseorang yang terpapar
COVID-19 (baik dari riwayat kontak atau riwayat bepergian ke wilayah yang
telah terjadi transmisi komunitas) meskipun belum menunjukkan gejala
apapun atau sedang dalam masa inkubasi yang bertujuan untuk mengurangi
risiko penularan.
Isolasi adalah upaya memisahkan seseorang yang sakit yang
membutuhkan perawatan COVID-19 atau seseorang terkonfirmasi COVID19,
dari orang yang sehat yang bertujuan untuk mengurangi risiko penularan.
Apa yang harus dilakukan saat karantina dan isolasi mandiri?
a. Gunakan kamar terpisah dengan anggota keluarga lainnya
b. Gunakan kamar mandi terpisah dengan keluarga yang lain
c. Monitor gejala demam, flu, batuk, sesak nafas dan gejala covid lainnya,
jika gejala memberat segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat
d. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yang mencakup tekanan darah,
suhu, laju nadi, laju pernapasan, dan saturasi oksigen.
e. Hindari kontak dan jaga jarak 1 meter dengan anggota keluarga dan
hewan peliharaan
f. Jangan berbagi peralatan seperti alat makan dan handuk dengan
anggota keluarga lainnya
g. Selalu memakai masker dan membuang masker bekas di tempat yang
ditentukan.
h. Jangan pergi bekerja, sekolah, ke ruang publik untuk mencegah
penularan masyarakat
i. Manfaatkan fasilitas telemedicine atau sosial media kesehatan.
j. Terapkan perilaku hidup sehat dan bersih, serta konsumsi makan
bergizi, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan lakukan
etika batuk dan bersin.
k. Jaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan cairan desinfektan
l. Selalu berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari
setiap pagi (15-30) menit.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
● Banyaknya sudah kasus yang disebabkan oleh virus corona membuat kita
semakin ragu dan takut untuk memulai kehidupan yang disebut dengan new
normal, alhasil yang kita hadapi adalah kapan, dimana, bagaimana, kenapa,
apa, dan siapa saja yang akan tertular oleh virus tersebut.
● Tapi dibalik rasa panik dan rasa takut itulah masyarakat berusaha untuk sadar
dan merubah pikiran mereka, serta pola hidup mereka, mau tidak mau mereka
harus lebih serius menghadapi dunia yang baru, pakai masker setiap harinya,
cuci tangan sebelum dan sesudah makan, pake hand sanitizer dan lain-lain.
● Sikap dan sifat mereka sendiri lah yang dapat membantu mereka menghadapi
situasi dan kondisi yang berbahaya dimasa pandemi corona, tidak hanya itu,
mereka harus melindungi Kesehatan mereka, menjaga imunitas tubuh mereka
sendiri bagaimanapun caranya, maka himbauan yang diberikan harus mereka
dengar dan lakukan demi diri mereka sendiri dan lingkungan mereka.
● Dampak yang disebabkan memang diluar perkiraan, bahkan tidak bisa lagi
dihitung dan hanya menunggu dimana tidak ada lagi virus tersebut dan sampe
sekarang hanya bisa berharapnya dengan adanya vaksin kita bisa disembuhkan
untuk sementara waktu.
● Tindakan yang harus diambil adalah keseriusan untuk tetap bertahan dan
membuat sebuah mindset hingga pandemic ini berakhir, maka semuanya
kembali kepada diri sendiri, semakin banyak kita peduli dan mengingat atau
diperingatkan, semakin banyak juga orang akan sadar dan ikut serta untuk
melakukan yang kita lakukan sekarang dan seterusnya.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Saran yang diambil adalah memulai pola hidup baru, memulai
segalanya dari awal, lebih peduli, lebih serius menangani dan menanggapi hal-hal
kecil/sepele, tidak meremehkan informasi dan berita yang beredar, tetap waspada,
jaga diri sendiri, ikuti protokol kesehatan, ikuti saran dan prasarana di situasi dan
kondisi pandemi virus corona, tetap lakukan kegiatan sehari-hari namun tetap
hati-hati dan untuk kedepannya masyarakat semua bisa beradaptasi dengan apa
yang terjadi sekarang di masa yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/27203
https://indonesiabaik.id/infografis/6-jenis-vaksin-yang-akan-digunakan-di-indo
nesia
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5216476/struktur-virus-corona-car
a-hidup-gejala-terinfeksi-klasifikasi
https://amari.itb.ac.id/artikel-dan-berita/
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/13/200200423/faktor-risiko-covi
d-19-dari-usia-sampai-penyakit-bawaan
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/11-varian-virus-covi
d-19-dari-berbagai-negara-dunia
https://www.halodoc.com/artikel/cara-virus-corona-menyerang-tubuh#:~:text=
Virus%20corona%20suka%20masuk%20ke,dapat%20menyerang%20organ%2
Dorgan%20vital.
https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/27/100500023/begini-perjalanan-
masuknya-virus-corona-ke-dalam-tubuh-sampai-merusak
https://kawalcovid19.id/content/650/bagaimana-virus-corona-menyerang-tubu
h
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/3-potensi-dampak-sosial-negatif-pandemi-covi
d-19-bagi-peserta-didik-yang-harus-diwaspadai/
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-du
nia-pendidikan
https://www.dprd-diy.go.id/dampak-besar-pandemi-di-sektor-ekonomi/
https://humbanghasundutankab.go.id/main/index.php/read/news/2167
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60664347.amp
https://www.kompas.com/tag/kasus+kematian+covid-19+indonesia
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/dashboard/covid-19
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/08/jumlah-kematian-covid
-19-indonesia-capai-1504-ribu-kasus-tertinggi-kedua-di-asia
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220916142813-4-372717/kasus-kema
tian-covid-ri-naik-lagi-kala-endemi-kian-nyata/amp
https://sdip.dpr.go.id/search/detail/category/Info%20Singkat/id/1157
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html
https://corona.kendalkab.go.id/berita/profil/kenalan-dengan-covid-19
https://bali.kemenag.go.id/jembrana/berita/18013/struktur-virus-corona

https://bbpmpjateng.kemdikbud.go.id/yuk-mengenal-virus-covid-19-lebih-dekat/
https://genecraftlabs.com/id/reagen-pcr-untuk-deteksi-covid-19/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jateng/baca-artikel/13981/Protokol-
Kesehatan-5M-dan-Kesehatan-Imun-untuk-Hadapi-Varian-Baru-Covid-19.html/
https://indonesiabaik.id/infografis/6-jenis-vaksin-yang-akan-digunakan-di-indo
nesia

25

Anda mungkin juga menyukai