Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Covid-19 menjadi ancaman serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia,

sehingga sudah disebut menjadi pandemi global. Setiap harinya angka korban

positif Covid-19 masih terus meningkat, menyerang setiap orang tanpa

memandang jenis kelamin dan usia. Orang yang terkena COVID-19 akan

mengalami permasalahan pernapasan mulai dari ringan hingga sedang. Gejala

dari COVID-19 beragam, tergantung kondisi pasien. Gejala yang paling

dominan yaitu demam, batuk kering dan rasa lelah. Selain itu, gejala lainnya

seperti napas pendek, nyeri pada tubuh (nyeri otot, sakit kepala), radang

tenggorokan, dan beberapa pasien dalam jumlah yang sedikit juga mengalami

gejala seperti hidung meler (rhinorrhoea), nyeri dada, diare, mual dan muntah.

Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan

penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Midlle East Respiratory

(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus ini telah

dinamai sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan

dapat bergerak cepat dari manusia ke manusia melalaui kontak langsung. Masa

inkubasi Covid-19 rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.

Pada kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom

pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Li et al, 2020; Rhothe et

al, 2020).

1
Dari data WHO mengatakan, sejak pertama kalinya munculnya kasus

COVID-19 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, sampai saat ini terdapat

68.161.156 kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia termaksut 1,555,989

kematian. Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.

Sampai saat ini Kementerian Kesehatan melaporkan 586,842 kasus yang

dikonfirmasi dan 180,000 kasus kamatian.

Hampir seluruh daerah Indonesia Terpapar COVID-19 di antaranya

adalah Provinsi Kepulauan Riau. Data dari gugus tugas COVID-19 KEPRI

melapor 6,238 kasus yang dikonfirmasi termaksud 158 kasus kematian. Daerah

Kepri di bagi menjadi 5 Kabupaten yaitu Bintan, Karimun, Kepulawan

Anambas, Lingga, Natunan dan 2 Kota yaitu Batam dan Tanjung Pinang.

Daerah dengan kasus tertinggi adalah Kota Batam dengan laporkan 4,518

kasus dan 113 kasus kematian. Setiap harinya jumlah kasus COVID-19 terus

bertambah di seluruh dunia.

Peningkatan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat, dan

menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat. Pandemi COVID-19

memberikan dampak pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang.

Masyarakat merasa takut dan cemas terhadap kondisi yang terjadi. Masyarakat

merasa cemas akan terpapar COVID-19 sehingga menimbulkan kecurigaan

yang berlebihan sehingga mereka seringkali saling mencurigai satu sama lain

serta mencurigai diri sendiri. Hal itu karena kecemasan tersebut disebabkan

oleh adanya COVID-19 yang tidak hanya memengaruhi bidang medis,

melainkan juga bidang politik; sosial; ekonomi; pendidikan; kebudayaan; dan

2
sebagainya. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap cara penularan,

gejala dan pencegahan COVID-19 dan banyaknya informasi hoax mengenai

COVID-19 juga mempengaruhi kecemasan masyarakat di saan pandemi ini.

Selain Peningkatan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat,

kecemasan terhadap wabah COVID-19 juga di dipicu oleh berbagai macam

faktor yaitu usia, sikap, pengetahuan, pengalaman, dan peran keluarga. salah

satu dari faktor tersebut adalah pengetahuan. Pengetahuan mengenai wabah

COVID-19 berpengaruh penting dengan perilaku individu untuk menghadapi

wabah ini. Pengetahuan terhadap cara penularan, gejala, pencegahan, etika

batuk dan akibat terpapar COVID-19. Dengan pengetahuan yang baik

masyarakat dapat melindungi diri dari terpaparnya COVID-19 dan dapat

mengurangi kecemasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Ketidaktahuan dapat menyebabkan munculnya kecemasan dan

pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada. Pengetahuan

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setalah orang melakukan

penginderaan terhadap subjek tertentu. Semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki, seseorang akan mengetahui mekanisme yang akan digunakan untuk

mengatasi kecemasan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 13 Desember 2020,

pada masyarakat di Perumahan Cendana Batam Kota, 8 dari 10 responden

memiliki pengetahuan baik terhadap wabah COVID-19 untuk tingkat

kecemasannya 5 orang responden tidak ada gejala kecemasan dan 3 lainya

3
mengalami kecemasan ringan. 2 dari 10 masayarakat memiliki pengetahuan

cukup dan tingkat kecemasan ringan.

Alasan peneliti melakukan penelitian di Perumahan Cendana Tahap I

Batam Kota di karenakan Kecamatan Batan Kota banyak terjadi kasus COVID-

19 dan Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota adalah salah satunya.

Terdapat 7 kasus warga Cendana yang terifeksi COVID-19 1 di antaranya

meninggal dunia dan lokasi Perumahan ini terletak di kawasan padat

penduduk. Dangan adanya kasus di Prumahan Cendana Tahap 1 Batam Kota

ini mengakibatkan masyarakat merasa takut dan cemas akan terpapar COVID-

19.

Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan untuk

mengukur tingkat pengetahuan terhadap wabah COVID-19 dengan tinggat

kecemasan pada masyarakat sehingga mendapatkan pemahaman mengenai

kondisi kecemasan yang dialami di masa wabah COVID-19 untuk dapat

memahami cara efektif dalam menurunkan kecemasan selama wabah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang

wabah COVID-19 dengan tingkat kecemasan masyarakat Perumahan Cendana

Tahap I Batam Kota dalam menghadapi wabah COVID-19”

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

pengetahuan tentang wabah COVID-19 dengan tingkat kecemasan

masyarakat di Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota dalam menghadapi

wabah COVID-19.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang

wabah COVID-19 di Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota.

b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan masyarakat tentang

wabah COVID-19 di Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota.

c. Diketahui adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat

kecemasan masyarakat dalam menghadapi wabah COVID-19 di

Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat.

Diharapkan masyarakat mamapu menambah pengetahuan tentang

wabah COVID-19 sehingga mampu untuk menurunkan kecemasan dalam

menghadapai wabah ini.

2. Bagi Institusi Pendidikan.

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumber informasi,

referensi dan bahan pembelajaran serta pengembangan penelitian yang lebih

5
luas bagi yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan

tingkat pengetahuan dengan kecemasan tentang wabah COVID-19.

3. Bagi peneliti.

a. Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universita Batam.

b. Sabagai bentuk penerapan ilmu pengetahuan yang telah di dapatkan

selama masa perkuliahan.

c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti

terhadap tingkat kecemasan masyarakat dalam menghadapai wabah

COVID-19.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. COVID-19

a. Definisi COVID-19

Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh tipe baru

coronavirus dengan gejala umum demam, kelemahan, batuk, kejang dan

diare (WHO, 2020; Repici et al., 2020). Coronavirus adalah keluarga

besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai

berat.

Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan

penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis

baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

(Kemenkes RI, 2020).

Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Masa

inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada

kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom

pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Kemenkes RI,

2020).

7
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan

kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan,

Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari2020, Cina mengidentifikasi

pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru

coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari

2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of

International Concern (KKMMD/PHEIC).

b. Epidemiologi

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini

diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui

etiologinya di Wuhan, China pada akhir 20 PEDOMAN PENCEGAHAN

DAN PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19)

Desember 2019 (Li et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan

epidemiologi, kasus tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood

di Wuhan.

Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian

mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis

baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Proses penularan yang cepat

8
membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada

tanggal 30 Januari 2020.

Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung

pada populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu

negara, dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium. Thailand merupakan

negara pertama di luar China yang melaporkan adanya kasus COVID-19.

Setelah Thailand, negara berikutnya adalah Jepang dan Korea Selatan

yang kemudian berkembang ke negara-negara lain.

Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan

10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh dunia

(CFR 4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi

adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom.

Sementara, negara dengan angka kematian paling tinggi adalah Amerika

Serikat, United Kingdom, Italia, Perancis, dan Spanyol. Peta sebaran

COVID-19 di dunia dapat dilihat pada gambar 1.1

9
Gambar 1. 1. Peta Sebaran COVID-19

Sumber: World Health Organization

Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2

Maret 2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai

dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385

kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%)

yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-

laki. Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan

paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi

ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China, diketahui

bahwa kasus paling banyak terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi pada

usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia <10 tahun (1%).

Sebanyak 81% kasus merupakan kasus yang ringan, 14% parah, dan 5%

kritis (Wu Z dan McGoogan JM, 2020). Usia lanjut juga diduga

berhubungan dengan tingkat kematian. CDC China melaporkan bahwa

CFR pada pasien dengan usia ≥ 80 tahun adalah 14,8%, sementara CFR

keseluruhan hanya 2,3%.

Tingkat kematian juga dipengaruhi oleh adanya penyakit bawaan

pada pasien. Tingkat 10,5% ditemukan pada pasien dengan penyakit

kardiovaskular, 7,3% pada pasien dengan diabetes, 6,3% pada pasien

10
dengan penyakit pernapasan kronis, 6% pada pasien dengan hipertensi,

dan 5,6% pada pasien dengan kanker.

c. Etiologi

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family

coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,

berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada

Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),

glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong

ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu

alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan

deltacoronavirus.

Gambar 1. 2. Struktur Coronavirus

Sumber: Shereen, et al. (2020) Journal of Advanced Research 24

11
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam

genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa

pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik

menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan

coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam,

yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on

Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19

sebagai SARS-CoV-2.

Gambar 1. 3. Gambaran Mikroskopis SARS-CoV-2.

Sumber: CDC (2020)

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan

di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis

coronavirus lainnya. Lamanya coronavirus bertahan mungkin

dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu

atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020)

menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada

permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga

dan kurang dari 24 jam pada kardus.

12
Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar

ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak

(lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang

mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali

khlorheksidin).

d. Penularan

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan

manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari

kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.

Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih

belum diketahui.

Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1

dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi

diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus

pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi langsung dapat

menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala

(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala.

Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6%

menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui

periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui

droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai

tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala

13
(asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi

masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan.

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan

bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala

(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet.

Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 μm.

Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam

1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya,

batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut

dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi

melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar

orang yang terinfeksi.

Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat

dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan

suportif yang menghasilkan 24 PEDOMAN PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19) REVISI

KE-5 aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,

pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi,

mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator,

ventilasi tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi

kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai

transmisi melalui udara.

14
e. Manifestasi klinis

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul

secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan

gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling

umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien

mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri

kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan

pembauan atau ruam kulit.

Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal

pandemi, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan

mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan

mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis.

Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu.

Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome

(ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal

atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia

(lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya

seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan

kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan.

f. Diagnosis

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh

pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan

15
adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification

Test) seperti pemeriksaan RT-PCR.

g. Tata Laksana

Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk

mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai

terapi simptomatis dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat

tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis.

2. Kecemasan

a. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah suatu kejadian yang mudah terjadi pada

seseorang karena suatu faktor tertentu tidak spesifik (Sari & Batubara,

2017). Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang

disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu

individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi dalam

kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan

psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas atau kecemasan

(Sutejo, 2018).

16
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis,

terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang

disebabkan oleh kecemasan tersebut. Adalah normal, bahkan adaptif

untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup kehidupan seperti

kesehatan, relasi sosial, ujian, dan lainnya. Gangguan kecemasan adalah

kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. Prevalensi

laki-laki 2% dan perempuan 4,3%.3,6 Menurut PPDGJ revisi 1983 2-4%

manusia semasa hidupnya akan mengalami kecemasan.

b. Macam-Macam Kecemasan

DSM-IV-TR membagi kecemasan menjadi:

1) Gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia

Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak

diduga dan spontan yang terdiri atas periode takut intens yang hati-

hati dan bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari sampai

hanya sedikit serangan selama satu tahun. Gangguan panik disertai

dengan agorafobia, yaitu rasa takut sendirian di tempat umum (seperti

supermarket), terutama tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat

saat serangan panik. 6 7 Gangguan panik ditegakkan sebagai diagnosis

utama bila tidak ditemukan adanya gangguan kecemasan fobik.

2) Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik

DSM-IV-TR menyatakan agorafobia tanpa riwayat gangguan panik

didasarkan pada rasa takut akan ketidakmampuan mendadak atau

17
gejala yang memalukan serta penghindaran situasi yang didasarkan

pada kekhawatiran terkait gangguan medis (rasa takut menderita

infark miokardium pada pasien dengan penyakit jantung parah)

3) Fobia spesifik dan sosial

Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap

akan suatu objek atau situasi. Fobia sosial adalah adanya rasa takut

yang kuat dan menetap akan situasi yang dapat menimbulkan rasa

malu.

4) Gangguan obsesif kompulsif

Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan atau sensai yang berulang

dan menggangu. Kompulsif adalah perilaku yang disadari, standar,

dan berulang, seperti menghitung, memeriksa, atau menghindar.

Gangguan obsesi-kompulsif sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan

yang tidak lagi dilawan oleh penderita paling sedikit 2 minggu

berturut-turut.

5) Gangguan stres pascatrauma

Suatu sindrom yang muncul setelah melihat, terlibat didalam, atau

mendengar stresor traumatik dan dibayang-bayangi atau bermimpi

kejadian traumatik tersebut berulang-ulang dalam kurun waktu 6

bulan.

18
6) Gangguan stres akut

Terdapat keterkaitan antara waktu kejadian yang jelas antara

terjadinya pengalaman stressor luar biasa (fisik atau mental) dengan

onset dari gejala, biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah

kejadian dan baru menghilang setelah 3 hari.

7) Gangguan kecemasan menyeluruh

DSM-IV-TR menyatakan kecemasan menyeluruh sebagai

kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa

peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Blacburn & Davidson (dalam Annisa dan Ifdil, 2016) menyebutkan

beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, seperti pengetahuan

yang dimiliki dalam menyikapi suatu situasi yang mengancam serta

mampu mengetahui kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi

kecemasan tersebut.

1) Pengalaman negatif pada masa lalu

Penyebab utama munculnya kecemasan yaitu adanya

pengalaman traumatis yang terjadi pada masa kanak-kanak. Peristiwa

tersebut mempunyai pengaruh pada masa yang akan datang. Ketika

individu menghadapi peristiwa yang sama, maka ia akan merasakan

ketegangan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Sebagai contoh

yaitu ketika individu pernah gagal dalam menghadapi suatu tes, maka

19
pada tes berikutnya ia akan merasa tidak nyaman sehingga muncul

rasa cemas pada dirinya.

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan kecemasan.

Menurut Iyus (dalam Saifudin & Kholidin, 2015) menyebutkan beberapa

faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi :

2) Faktor Internal

a) Usia dan tahap perkembangan, faktor ini memegang peran yang

penting pada setiap individu karena berbeda usia maka berbeda

pula tahap perkembangannya, hal tersebut dapat mempengaruhi

dinamika kecemasan pada seseorang.

b) Pengalaman, dengan pengalaman seorang individu dapat

membantu menyelesaikan masalah-masalah psikis, termasuk

kecemasan.

c) Pengetahuan, Ketidaktahuan dapat menyebabkan munculnya

kecemasan dan pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi

masalah yang ada. pengetahuan merupakan fungsi penting untuk

membantu mengurangi rasa cemas. Pengetahuan adalah hasil dari

tahu dan ini terjadi setalah orang melakukan penginderaan terhadap

subjek tertentu. Semangkin banyak pengetahuan yang dimiliki,

seseorang akan mengetahui mekanisme yang akan digunakan untuk

mengatasi kecemasan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Mariam

(2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan

20
antara tingkat pengetahuan terhadap tingkat kecemasan dengan

koofidien korelatif -0.950 dan p-value 0.000.

d) Jenis kelamian, berkaitan dengan keecemasan pria dan wanita,

Myers (1983) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan

ketidakmampuannya dibandinng dengan laki-laki, laki-laki lebih

aktif, exploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Peneliti

lainya menunjukan laki-laki lebih rileks dibanding perempuan

(Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2017).

e) Sikap, Sikap mental menghadapi situasi ini dapat berupa:

1. Sikap Reaktif

Sikap mental yang ditandai dengan reaksi yang cepat,

tegang, agresif terhadap keadaan yang terjadi dan menyebabkan

kecemasan dan kepanikan.

2. Sikap Responsif

Sikap mental yang ditandai dengan sikap tenang, terukur,

mencari tahu apa yang harus dilakukan dan memberikan respons

yang tepat dan wajar

3) Faktor Exsternal

21
a) Peran Keluarga, Kegiatan keluarga yang konstruktif semakin

menguatkan ikatan emosional dan keluarga semakin harmonis.

d. Gejala Kecemasan

Gejala dan tanda kecemasan (Subagio, 2015), yaitu:

Tabel 2.1 Gejala dan tanda kecemasan

Ciri Fisik Ciri Kognitif Ciri Behavorial

1. Kegelisahan, 1. Khawatir akan sesuatu. 1. Perilaku


kegugupan. 2. Perasaan terganggu menghindar.
2. Tangan atau anggota akan ketakutan atau 2. Perilaku melekat dan
tubuh yang bergetar aprehensi terhadap dependen.
atau gemetar. sesuatu yang terjadi di 3. Perilaku terguncang.
3. Sensasi dari pita masa depan.
ketat yang mengikat 3. Keyakinan bahwa
disekitar dahi. sesuatu yang
4. Kekencangan pada mengerikan akan
pori-pori kulit perut segera terjadi, tanpa
atau dada. ada penjelasan yang
5. Banyak berkeringat. jelas.

22
6. Telapak tangan yang 4. Terpaku pada sensai
berkeringat. ketubuhan.
7. Pening atau pingsan. 5. Merasa terancam oleh
8. Mulut atau orang atau peristiwa
kerongkongan terasa yang normalnya hanya
kering. sedikit atau tidak
9. Sulit berbicara. mendapat perhatian.
10. Sulit bernafas. 6. Ketakutan akan
11. Bernafas pendek. kehilangan control.
12. Jantung yang 7. Ketakutan akan
berdebar keras atau ketidakmampuan untuk
berdetak kencang. mengatasi masalah.
13. Suara yang bergetar. 8. Berpikir bahwa dunia
14. Jari-jari atau mengalami keruntuhan.
anggota tubuh yang 9. Berpikir bahwa
menjadi dingin. semuanya tidak lagi
15. Pusing. bisa dikendalikan.
16. Merasa lemas atau 10. Berpikir bahwa
mati rasa. semuanya terasa sangat
17. Sulit menelan. membingungkan tanpa
18. Kerongkongan bisa diatasi.
terasa tersekat. atau 11. Khawatir terhadap hal-
punggung terasa hal yang sepele.
kaku. 12. Berpikir tentang hal
19. Sensasi seperti yang mengganggu yang
tercekik atau sama secara berulang-
tertahan. ulang.
20. Tangan yang dngin 13. Berpikir bahwa harus
dan lembab. bisa kabur dari
21. Terdapat gangguan keramaian, kalau tidak
sakit perut atau pasti akan pingsan.
mual. 14. Pikiran terasa
22. Panas dingin. bercampur atau
23. Sering buang air kebingungan.
kecil. 15. Tidak mampu
24. Wajah terasa menghilangkan pikiran-
memerah. pikiran terganggu.
25. Diare. 16. Berpikir akan segera
26. Merasa sensitif atau mati, meskipun dokter
“mudah marah” tidak menemukan
sesuatu yang salah
secara medis.
17. Khawatir akan
ditinggal sendirian.
18. Sulit berkonsentrasi
atau memfokuskan

23
pikiran

e. Tingkat kecemasan

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidak berdaya. Kecemasan ada empat tingkatan yaitu :

1) Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.

Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,

menajamkan indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan

mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas.

2) Kecemasan Sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,

terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan

sesuatu dengan arahan orang lain.

3) Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada

detail yang kecil dan spesifik dan tidak dapat berfikir hal-hal lain.

24
Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan

perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.

4) Kecemasan Sangat Berat

Individu kehilangan kendali diri. Karena hilangnya kontrol, maka

tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi

peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan

berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan

hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya

disertai dengan disorganisasi kepribadian.

f. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Kecemasan sering diukur dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner dapat digunakan pada remaja dan orang dewasa, sebab tidak

dipengaruhi oleh keterbatasan vokabulari (kata – kata), pemahaman dan

perkembangan. Kuesioner yang sering digunakan untuk melakukan

penilaian kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS),

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), yaitu kuesioner yang

digunakan untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun

somatik. HARS terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengukur adanya

kecemasan pada anak-anak dan orang dewasa.12

Cara penilaian tingkat kecemasan dengan kategori penilaian:

0 = tidak ada gejala / tidak pernah.

1 = ada satu gejala.

25
2 = ada separuh gejala.

3 = lebih dari separuh gejala.

4 = semua gejala ada.

Penentuan tingkat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor, dengan 1-

14 dengan total skor:

1) <14 = tidak cemas

2) 14-20 = ringan

3) 21-27 = sedang

4) 28-41 = berat

5) 42-56 = sangat berat

g. Kecemasan Terhadap Wabah COVID-19

Masalah kesehatan jiwa dan psikososial dapat berupa ketakutan,

cemas, dan panik terhadap kejadian COVID-19. Orang semakin enggan

bertemu dengan orang lain dan muncul curiga orang lain dapat

menularkan. Perasaan ini akan memberikan respons pada tubuh untuk

cepat melakukan perlindungan untuk memastikan keamanan. Gejala awal

yang terjadi adalah khawatir, gelisah, panik, takut mati, takut kehilangan

kontrol, takut tertular, dan mudah tersinggung. Jantung berdebar lebih

kencang, nafas sesak, pendek dan berat, mual, kembung, diare, sakit

kepala, pusing, kulit terasa gatal, kesemutan, otot otot terasa tegang, dan

sulit tidur yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. (Kementerian

Kesehatan RI 2020).

26
1) Proses Terjadinya Kecemasan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Pada dasarnya semua gangguan kesehatan mental diawali oleh

perasaan cemas (anxiety). Menurut Sadock dkk. (2010) kecemasan

adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

merupakan hal yang normal terjadi. Kecemasan diawali dari adanya

situasi yang mengancam sebagai suatu stimulus yang berbahaya

(stressor). Pada tingkatan tertentu kecemasan dapat menjadikan

seseorang lebih waspada (aware) terhadap suatu ancaman, karena jika

ancaman tersebut dinilai tidak membahayakan, maka seseorang tidak

akan melakukan pertahanan diri (self defence). Sehubungan dengan

menghadapi pandemi Covid-19 ini, kecemasan perlu dikelola dengan

baik sehingga tetap memberikan awareness namun tidak sampai

menimbulkan kepanikan yang berlebihan atau sampai pada gangguan

kesehatan kejiwaan yang lebih buruk. (Vibriyanti 2020)

Dalam prosesnya seseorang melakukan evaluative situation

yaitu menilai ancaman virus Covid19 berdasarkan sikap, pengetahuan,

kemampuan, dan pengalaman masa lalu yang dimiliki Jika stressor

dinilai berbahaya maka reaksi kecemasan akan timbul. Reaksi

kecemasan ini ada yang bersifat sesaat (state anxiety) dan ada yang

bersifat permanen (trait anxiety) (Lazarus, 1991).

Reaksi kecemasan akan berbeda pada setiap individu. Untuk

sebagian orang reaksi kecemasan tidak selalu diiringi oleh reaksi

fisiologis. Namun pada orang-orang tertentu, kompleksitas respons

27
dalam kecemasan dapat melibatkan reaksi fisiologis sesaat seperti

detak jantung menjadi lebih cepat, berkeringat, sakit perut, sakit

kepala, gatal-gatal dan gejala lainnya. Setelah seseorang mulai

merasakan kecemasan maka sistem petahanan diri selanjutnya akan

menilai kembali ancaman diiringi dengan usaha untuk mengatasi,

mengurangi atau menghilangkan perasaan terancam tersebut.

Sesesorang dapat menggunakan pertahanan diri (defence mechanism)

dengan meningkatkan aktifitas kognisi atau motorik. (Vibriyanti 2020)

Kecemasan biasanya berasal dari persepsi terhadap peristiwa

yang tidak terkendali (uncontroled), sehingga individu akan berfokus

pada tindakan yang terkendali (Shin & Newman, 2019). Dalam

konteks pandemi ini contoh tindakan yang terkendali yang dilakukan

antara lain berolahraga, meditasi, melukis, bermain musik, berkebun,

memasak, membaca buku, menonton film, dan lain sebagainya.

Berbagai aktivitas tersebut sesuai dengan ketertarikan dan

kemampuan individu sebagai strategi yang tangguh dan protektif

untuk mengatasi stres, kecemasan, dan panik (Wood & Rünger, 2016).

3. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah familiaritas, kesadaran, atau pemahaman

mengenai seseorang atau sesuatu, seperti fakta, informasi, deskripsi, atau

keterampilan, yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan

28
dengan mempersepsikan, menemukan, atau belajar. Pengetahuan dapat

merujuk pada pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Hal ini

dapat diperoleh secara implisit, dengan keterampilan atau keahlian

praktis atau eksplisit, dengan pemahaman teoritis terhadap suatu subjek

dan bisa secara disesuaikan keformalan atau sistematisnya (Oxford

dictionary, 2018).

Donsu (2017) Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa

keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting

dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti

terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni,

indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), ada enam tingkatan pengetahuan

yang dicapai dalam domain kognitif, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

disepakati sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

29
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

karena itu, tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui.

3) Aplikasi (Appllication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk melaksanakan

atau bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

30
Pada penelitian ini tingkat pengetahuan masyarakat diharapkan

mencapai tingkat memahami yang dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang COVID-19. Dalam

memahami wabah COVID-19 diharpkan masyarakat mendapatkat

informasi dari sumber-sumber terpercaya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

2) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk

menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada

pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini

menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak

aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap

positif terhadap objek tersebut. pendidikan tinggi seseorang

didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

31
3) Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek

(immediatee impact), sehingga menghasilkan perubahan dan

peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana komunikasi

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain

yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

4) Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

5) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi

32
karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai

pengetahuan.

6) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

7) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak.

d. Kriteria Pengetahuan

Menurut Hayati (2020) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Pengetahuan Baik : ≥75 %

2) Pengetahuan Cukup : 56 % - 74 %

3) Pengetahuan Kurang : ≤55 %

e. Pengetahuan Tentang Wabah COVID-19

Pengtahuan tentang wabah COVID-19 Guna melawan adanya

peningkatan kasus, maka berbagai tindakan preventif mutlak harus

dilaksanakan, baik oleh pemerintah ataupun masyarakat. Upaya preventif

33
sejauh ini merupakan praktik terbaik untuk mengurangi dampak pandemi

COVID19, upaya preventif terbaik yang dilakukan adalah dengan

menghindari paparan virus dengan didasarkan pada PHBS (Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat). Untuk mencapai tujuan ini, langkah-langkah

utama yang hendak dilaksanakan masyarakat seperti mengetahui

penggunaan masker; menutup mulut dan hidung saat bersin ataupun

batuk; mencuci tangan secara teratur dengan sabun atau desinfeksi

dengan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60% alkohol;

menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi; menjaga jarak dari

orang-orang; dan menahan diri dari menyentuh mata, hidung, dan mulut

dengan tangan yang tidak dicuci (Di Gennaro et al., 2020). Pengetahuan

dan tindakan yang nyata dari pemerintah dan masyarakat akan senantiasi

mampu menurunkan jumlah kasus COVID-19, sehingga masa pandemi

COVID-19 dapat berakhir dengan cepat.

Hal-hal yang harus diketahui masyarakat (kemenkes, 2020) :

1) Cara Penularan

Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini

dapat menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut

pada saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada

benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda

yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu

menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu

dapat terinfeksi COVID-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi

34
COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita.

Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga

kurang lebih satu meter dari orang yang sakit.

2) Gejala

Gejala umum berupa demam 38°C, batuk kering, dan sesak

napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala

tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau

pernah merawat/kontak erat dengan penderita COVID-19, maka

terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium

lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya.

3) Pencegahan

a) Memakai masker

1) Menutup mulut, hidung dan dagu anda. Pastikan bagian masker

yang berwarna berada di sebelah depan.

2) Tekan bagian atas masker supaya mengikuti bentuk hidung

Anda dan tarik ke belakang ke bagian bawah dagu.

3) Lepas masker yang telah digunakan dengan hanya memegang

tali dan langsung buang ke tempat sampah tertutup.

4) Cuci tangan pakai sabun setelah membuang masker yang telah

digunakan ke dalam tempat sampah.

5) Biar bersih, ganti masker anda secara rutin apabila kotor atau

basah.

35
a) Sosial distancing

Social distancing adalah jarak sosial yang juga sering disebut

dengan "jarak fisik". Ini berarti menjaga jarak antara Anda dan

orang lain di luar rumah Anda.Untuk menerapkan social distancing

Anda harus berjarak setidaknya 2 meter dari orang lain. Jangan

berkumpul dengan kelompok dan jauhi tempat-tempat ramai dan

hindari pertemuan massal.

b) Physical distancing

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mulai

menggunakan istilah physical distancing atau jarak fisik sebagai

cara untuk menghindari penyebaran virus corona yang lebih luas.

Berbagai kebijakan pun dilakukan oleh setiap negara yang

mengonfirmasi Covid-19 di negaranya, mulai dari penutupan

bandara hingga pemberlakuan pembatasan terhadap pergerakan

warganya.

c) Mencuci tangan atau menggunakan handsanitaizer

Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air

dan sabun atau hand-rub berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai

bersih selain dapat membunuh virus yang mungkin ada di tangan

kita, tindakan ini juga merupakan salah satu tindakan yang mudah

dan murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit bersumber dari

tangan.

d) Minum multivitamin

36
Meningkatkan dayah tahan tubuh adalah salah satu kunci agar tidak

tertular COVID-19. Mengkonsusmsi multivitamin merupakan salah

satu cara agar daya tahan tubuh tetap perima.

b) Etika batuk

tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau lengan atas

bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).

c) Akibat terpapar COVID-19

COVID-19 dapat menyebabkan gejala ringan termasuk pilek,

sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih

tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin

akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau

kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap. Walaupun

angka kematian penyakit ini masih rendah (sekitar 3%), namun bagi

orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis

yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan

penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit

parah.

d) Obat

Untuk obat antibiotik hanya bekerja untuk melawan bakteri, bukan

virus. Oleh karena COVID-19 disebabkan oleh virus, maka antibiotik

37
tidak bisa digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan dan

Vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19 sedang dalam tahap

pengembangan.

B. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Terhadap

Wabah COVID-19

Peningkatan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat, dan

menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat. Pandemi COVID-19

38
memberikan dampak pada kondisi kesehatan jiwa dan psikososial setiap orang.

Masyarakat merasa takut dan cemas terhadap kondisi yang terjadi. Masyarakat

merasa cemas akan terpapar COVID-19 sehingga menimbulkan kecurigaan

yang berlebihan sehingga mereka seringkali saling mencurigai satu sama lain

serta mencurigai diri sendiri. Hal itu karena kecemasan tersebut disebabkan

oleh adanya COVID-19 yang tidak hanya memengaruhi bidang medis,

melainkan juga bidang politik; sosial; ekonomi; pendidikan; kebudayaan; dan

sebagainya. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap cara penularan,

gejala dan pencegahan COVID-19 dan banyaknya informasi hoax mengenai

COVID-19 juga mempengaruhi tingkat kecemasan masyarakat di saat pandemi

ini.

Selain Peningkatan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat,

kecemasan terhadap wabah COVID-19 juga di dipicu oleh berbagai macam

faktor yaitu usia, sikap, pengetahuan, pengalaman, dan peran keluarga. salah

satu dari faktor tersebut adalah pengetahuan. Pengetahuan mengenai wabah

COVID-19 berpengaruh penting dengan perilaku individu untuk menghadapi

wabah ini. Pengetahuan terhadap cara penularan, gejala, pencegahan, etika

batuk dan akibat terpapar COVID-19. Dengan pengetahuan ini masyarakat

dapat melindungi diri dari terpaparnya COVID-19 dan dapat mengurangi

kecemasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemsan tentang

COVID-19 di mana jika seseorang memiliki pengetahuan baik tentang

COVID-19 maka tingkat kecemasan pada orang tersebut akan ringan dan jika

39
pengetahuan seseorang kurang tentang COVID-19 akan meningkatkan

kecemasan pada orang tersebut dikarenakan ketidak tahuan tentang cara

penularan, gejala dan pencegahan COVID-19 tersebut.

40
C. Penelitian Terkait
Tabel 2.2 Penelitian Terkait

No Peneliti (Tahun) Judul Hasil Penelitian


1. Suwandi & Malinti Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
(2020) Tingkat Kecemasan Terhadap Covid- hubungan yang signifikan antara pengetahuan yang dimiliki
19 Pada Remaja Di SMAAdvent remaja tentang Covid-19 dengan tingkat kecemasan yang
Balikpapan dialami pada remaja. Oleh sebab itu peneliti.
2 Fitria & Ifdil Kecemasan remaja pada masa pandemi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat anxiety
(2020) Covid -19 remaja pada masa pandemic covid-19 berada pada kategori
tinggi. Keadaan ini harus direduksi dengan memberikan
berbagai pelayanan konseling agar tingkat anxiety remaja
tersebut dapat diperkecil.
3 Fdali et al (2020) Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pada Tenaga Kesehatan Dalam antara usia, status keluarga, kejujuran pasien, ketersediaan
Upaya Pencegahan Covid-19 APD, dan pengetahuan terhadap kecemasan tenaga
kesehatan dalam upaya pencgahan Covid-19. Dari hasil uji
regresi logistik menunjukkan bahwa variabel ketersediaan
alat pelindung diri dan staus keluarga paling berpengaruh

41
terhadap kecemasan tenaga kesehatan.

42
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka Teori

Tingkat Kecemasan
Tentang Wabah
COVID-19

Faktor Exsternal Faktor pengalaman


Faktor Internal negatif pada masa lalu
1) Peran keluarga
1)Pengetahuan tentang
COVID-19
2) Usia Pengetahuan mengenai
Gejalah Kecemasan :
Wabah COVID-19 :
3) Penegalaman
1) Cara Penularan 1) Perasan Cemas
4) Jenis kelamin
2) Gejala COVID-19 2) Ketegangan

3) Upayah Pencegahan 3) Ketakutan


Faktor Yang Mempengaruhi Dengan Memakai Masker
4) Geangguan Tidur
Pengetahuan : 4) Upayah Pencegahan
1) Pendidikan Dengan Sosial Distancing 5) Gangguan Kecerdasan
2) Media Masa/Sumber
5) Upayah Pencegahan 6) Perasaan Depresi (Murung)
Informasi Dengan Phycal Distancing
3) Sosial Ekonomi 7) Gejala Somatik (Otot)
4) Lingkungan 6) Upayah Pencegahan
5) Pengalaman Dengan Mencuci tangan 8) Gejala Somatik (Sensorik)
atau Mrnggunakan
6) Usia
Handsanitaizer 9) Gejala Kardiovaskuler

7) Upayah Pencegahan 10) Gejala Pernapasan


Dengan Minum
Multivitamin. 11) Gejala Pencernaan
8) Etika Batuk 12) Gejala Urogenital
9) Akibat Terpapar 13) Gejala Otonom
10) Obat
Keterangan : 14) Tingka Laku

= Diteliti = Tidak Diteliti

43
E. Hopotesis Kerja

Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu

dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah jika tingkat pengetahuan

masyarakat tentang COVID-19 semangkin baik maka tingkat kecemasan pada

masyarakat akan semangkin rendah.

44
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membetuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (Nursalam, 2017). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat

dijabarkan seperti gambar 1 di bawah ini :

Variabel independent Variabel dependent

Tingkat Kecemasan Tentang


Pengetahuan Tentang
Wabah COVID-19
COVID-19

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka didapatkan hipotesisi

berikut:

1) Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis nol dalam penelitian ini adalah tidak adanya hubungan

tingkat pengetahuan masyarakat dengan tingkat kecemasan tentang wabah

COVID-19.

45
2) Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah adanya hubungan

tingkat pengetahuan masyarakat dengan Tingkat Kecemasan Tentang

Wabah COVID-19.

C. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik

dengan metode pendekatan cross sectional. Menurut Sugiyono (2017, p. 147)

dalam Azahari (2017) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

D. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono 2018). Populasi pada penelitian ini adalah

masyarakat Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota dengan jumlah

populasi 637 orang. Penelitian melalui pengisian kuisioner secara langsung

oleh responden, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi :

46
1. Umur >20 tahun

2. Responden bersedia menjadi subjek penelitian.

3. Responden bisa membaca dan menulis.

4. Kooperatif.

b. Kriteria ekslusi :

1. Responden menolak menjadi subjek penelitian.

2. Responden tidak ada di tempat waktu penelitian.

3. Responden tidak bisa memaca dan menulis.

2) Sampel

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono 2017). Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik nonprobability dengan metode Purposive Sampling.

Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam

memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi

dan eksklusi.

Menurut Tora Yamane dan Slovin, apa bila jumlah populasi (N)

diketahui maka teknik pengmabilan sempel dapat menggunakan rumus

sebagai berikut;

N
n=
N . d 2 +1

Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

47
2
d = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut, apabilah jumlah populasi 637,

maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

N
n= 2
N . d +1

637
n= 2
(637).(0,1) +1

637
n=
7,4

n=86responden

E. Tempat dan Waktu Penilitian

1) Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perumahan Cendana Tahap 1 Batam Kota.

2) Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2021.

F. Variabel Penelitian

Terdapat dua macam variabel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1) Variabel independent

Dalam penelitian ini variabel independent adalah Tingkat

Pengetahuan tentang COVID-19.

2) Variabel dependent

Dalam penelitian ini variabel dependent adalah tingkat kecemasan

tentang wabah COVID-19.

48
G. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015) adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan

untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini,

definisi operasional variabelnya adalah sebagai berikut:

49
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Cara Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur Ukur
Independen Pengtahuan tentang wabah Pertanyaan kuesioner mengenai kuesioner 1.Baik : ≥75% Ordinal
Pengetahuan COVID-19 Guna melawan adanya pengetahuan 12 pertanyaan. Kuesioner 2.Cukup-Kurang :
peningkatan kasus. Pengetahuan ini mengunakan skor dengan rentang ≤55-74%
terhadap cara penularan, gejala, skala likert 1-5 yang nilainya yaitu: tidak
akibat terpapar COVID-19 dan tahu : 1, kuurang tahu : 2, cukup tahu : 3,
pencegahan. tahu : 4, sangat tahu : 5.

Dependen Cemas merupakan reaksi yang digunakan dalam penelitian ini kuesioner 1.Tidak cemas Ordinal
Tingkat emosional yang timbul oleh adalah terdiri dari 14 butir pertanyaan : <14
Kecemasan penyebab yang tidak spesifik yang Hamilton Rating Scale for Anxiety 2.Kecemasan
Tehadap dapat menimbulkan perasaan tidak (HARS). Kuesioner HARS terdiri dari ringan-
Wabah nyaman dan merasa terancam, yang 14 kelompok gejala kecemasan yang Kecemasan
COVID-19 diukur menggunakan Zung dijabarkan secara lebih spesifik. Sedang : 14-27
Selfrating Anxiety Scale (ZSAS). Kuesioner ini menggunakan skor dengan 3.Kecemasan
Ada lima tingkatan yaitu tidak rentang skala likert 0-4, 0= tidak ada Berat-Kecemasan
cemas, kecemasan ringan, sedang, gejala sama sekali, 1= satu gejala yang Berat Sekali: 28-
berat, berat sekali. ada, 2= sedang/separuh gejala yang ada, 56
3= berat/ lebih dari separuh gejala yang (HARS)
ada, 4= sangat berat semua gejala ada.

50
51

H. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang penulis perlukan dan dianggap

relevan dengan masalah yang penulis teliti, maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data kuesioner.

Kuesioner merupakan data penunjang yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan Masyarakat

terhadap tingat kecemasan terhadap wabah COVID-19. Sugiyono (2018)

mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

I. Pengolahan Data

Peroses pengolahan data yang di lakukan sebagai berikut:

1) yaitu kegiatan memeriksa dan meneliti kembali data yang diperoleh dari

hasil kuesioner dan wawancara, untuk mengetahui apakah data yang ada

sudah cukup dan lengkap ataukah perlu ada pembetulan.

2) Koding, yaitu kegiatan melakukan klasifikasi data dari jawaban responden

dengan memberikan kode/simbol serta skor menurut kriteria yang ada.

Untuk setiap item pernyataan diberi skor satu sampai dengan lima dari hasil

yang terendah sampai yang tertinggi.

3) Tabulasi, yaitu kegiatan melakukan pengolahan data ke dalam bentuk tabel

dengan memproses hitung frekuensi dari masing-masing kategori, baik

secara manual maupun dengan bantuan komputer.


52

J. Analisis Data

Kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain

tekumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan

variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,

melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono 2016).

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini, maka digunakan Uji Chi

Square (x²) pada tingkat kemaknaan 95% (α<0,05) untuk mengetahui

hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah sewaktu. Dengan

demikian jika p value <0,05 maka hasil perhitungan secara statistik bermakna,

bila ≥0,05 tidak bermakna. Analisis data dilakukan dengan bantuan program

pengolahan data program komputerisasi.

K. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2021.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perumahan Cendana Tahap 1 terletak di Kelurahan Belian, Kecamatan

Batam Kota, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Kecamatan Batam Kota

banyak terjadi kasus COVID-19 dan Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota

adalah salah satunya. Terdapat 7 kasus warga Cendana yang terifeksi COVID-

19 1 di antaranya meninggal dunia dan lokasi Perumahan ini terletak di

kawasan padat penduduk dengan jumlah penduduk 637 orang.

Perumahan Cendana Tahap 1 terdiri dari 1 RW dan 4 RT yaitu RW 04, RT

01, RT 02, RT 03, dan RT 04. Berbatasan dengan Cendana Tahap 2 dan

Cendana Tahap 3. Perumahan Cendan di bagi menjadi 6 Tahap dengan

mayoritas penduduk berjenis kelamin perempuan (Press Release Satgas

COVIT-19 Batam, 2021).

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Karakteristik Responden

a. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi jenis kelamin

responden, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini:

53
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


(f) (%)
Laki-Laki 37 43,0
Perempuan 49 57.0
Total 86 100,0

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 86 responden, di dapatkan bahwa 37

responden (43,0%) berjenis kelamin laki-laki dan 49 responden (57,0%) berjenis

kelamin perempuan.

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden

Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi usia

responden, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini:

Tabel 4.2 Disitribusi Frekuensi Usia Responden

Usia Frekuensi Persentase


(f) (%)
20-25 19 22,1
26-35 23 26,7
36-45 17 19,8
46-55 14 16,3
56-65 13 15,1
Total 86 100,0
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 86 responden, didapatkan

bahwa 19 responden (22,1%) berusia 20-25 tahun, 23 responden (26,7%)

berusia 25-35 tahun, 17 responden (19,8%) berusia 36-45 tahun, 14

responden (16,3%) berusia 46-55 tahun dan 13 responden (15,1%) belum

beeusia 36-65 tahun.

c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden

54
Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi pendidikan

responden, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi Persentase


(f) (%)
SD 9 10,5
SMP 18 20,9
SMA 34 39,5
DIPLOMA/SARJANA 25 29,1
TOTAL 86 100,0
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 86 responden, didapatkan

bahwa 9 responden (10,5%) dengan pendidikan akhir SD, 18 responden

(20,9%) dengan pendidikan akhir SMP, 34 responden (39,5%) dengan

pendidikan akhir SMA dan 25 responden (29,1%) dengan pendidikan

akhir Diploma/Sarjana.

d. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden

Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi pekerjaan

responden, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Frekuensi (f) Total Persentase


Laki-Laki Perempun (%)
Ibu Rumah Tangga 0 29 29 33,7
Wiraswasta 16 8 24 27,9
PNS 8 5 13 15,1
Karyawan Swasta 7 2 9 10,5
Tidak/Belum Bekerja 9 2 11 12,8
Total 40 46 86 100,0

55
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 86 responden, didapatkan

bahwa 29 responden (33,7%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, 24

responden (27,9%) bekerja sebagai Wiraswasta, 13 responden (15,1%)

bekerja sebagai PNS, 9 responden (12,8%) bekerja sebagai karyawan

swasta dan 11 responden (12,8%) belum bekerja atau tidak bekerja.

2. Analisis Univarit

Hasil penelitian menggunakan data primer berupa kuesioner yang

dilakukan dengan cara dibagikan secara langsung kepada masyarakan

Perumahan Cendana Tahap 1 Batam Kota yang srbanyak 86 responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik nonprobability dengan

metode purposive sampling.

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi tingkat

pengetahuan responden, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi

dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Persentase


(f) (%)
Baik 41 47,7
Cukup 30 34,9
Kurang 15 17,4
Total 86 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 pada awalnya peneliti membagi Tabel

menjadi 3 kategori yaitu Baik, Cukup, Kurang. Tetapi karena

persyaratan penggunaan chi square expected count tidak kurang dari

5, maka peneliti melakukan penggabungan sell yaitu Baik, Cukup,

56
Kurang. Sehingga distribusi frekuensi tingkat pengetahun di paparkan

pada Tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Persentase


(f) (%)
Baik 41 47,7
Cukup-Kurang 45 52,3
Total 86 100,0

Beberdasarkan hasil penelitian terhadap 86 responden, di

dapatkan bahwa 41 responden (47,7%) yang memiliki pengetahuan

baik, 45 responden (52,3%) yang memiliki pengetahuan cukup sampai

dengan pengetahuan Kurang.

b. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang distribusi frekuensi tingkat

kecemasan responden, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi

dibawah ini:

4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase


(f) (%)
Tidak Cemas 22 25,6
Cemas Ringan 28 32,6
Cemas Sedang 20 23,3
Cemas Berat 12 14,0
Cemas Berat Sekali 4 4,7
Total 86 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 pada awalnya peneliti membagi Tabel

menjadi 5 kategori yaitu Tidak Cemas, Cemas Ringan, Cemas

57
Sedang, Cemas Berat, Cemas Berat Sekali. Tetapi karena

persyaratan penggunaan chi square expected count tidak kurang dari

5, maka peneliti melakukan penggabungan sell yaitu Tidak Cemas,

Cemas Ringan-Sedang, Cemas Berat-Berat Sekali. Sehingga

distribusi frekuensi tingkat kecemasan di paparkan pada Tabel 4.8

sebagai berikut:

4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan


Tabel

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase


(f) (%)
Tidak Cemas 22 25,6
Cemas Ringan- 48 55,8
Sedang
Cemas Berat-Berat 16 18,6
Sekali
Total 86 100,0

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 86 responden, di dapatkan bahwa 22

responden (25,6%) yang memiliki tingkst kecemasan tidak cemas, 48 responden

(55,8) yang memiliki tingkat kecemasan ringan sampai dengan tingkat kecemasan

sedang, dan 18 responden (18,6%) yang memiliki tingkat kecemasan berat sampai

dengan kecemasn berat sekali.

3. Analisis Bivariat

Analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan

tentang wabah COVID-19 pada masyarakat di Perumahan Cendana

Tahap I Batam Kota dipaparkan pada tabel 4.3 sebagai berikut:

58
Tabel 4.9 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat

Kecemasan Tentang Wabah COVID-19 Pada Masyarakat di

Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Tentang


TOTAL P Value
Wabah COVID-19
Cemas
Pengetahuan Cemas Cemas Berat
Tidak Cemas
Ringan Sedang Cemas Berat Sekali

f % f % f % f % f % f %
Baik 16 39,0 13 31,7 7 17,1 4 9,8 1 2,4 41 100
Cukup 4 13,3 11 36,7 7 23,3 5 16,7 3 10,0 30 100 0,135
Kurang 2 13,3 4 26,7 6 40,0 3 20,0 0 0,0 15 100
Total 22 25,6 28 32,6 20 23,3 12 14,0 4 4,7 86 100
Berdasarkan tabel 4.9 pada awalnya peneliti membagi data dalam

tabel 3x5, yang mana variabel independen dan dependen masing˗masing

terbagi 3 dan 5 kategori yaitu: Baik, Cukup, Kurang dan Tidak Cemas,

Cemas Ringan, Cemas Sedang Cemas Berat, Cemas Berat Sekali. Tetapi

karena persyaratan penggunaan chi square expected count tidak kurang

dari 5, maka peneliti melakukan penggabungan sell yaitu membagi data

dalam tabel menjadi 2x3 yaitu: Baik, Cukup-Kurang dan Tidak Cemas,

Cemas Ringan-Cemas Sedang, Cemas Berat-Cemas Berat Sekali.

Sehingga Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat

Kecemasan Tentang Wabah COVID-19 Pada Masyarakat di Perumahan

Cendana Tahap I Batam Kota di paparkan pada Tabel 4.10 sebagai

berikut:

59
Tabel 4.10 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat

Kecemasan Tentang Wabah COVID-19 Pada Masyarakat di

Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan


Tingkat Kecemasan Tentang Wabah TOTAL P Value
COVID-19
Pengetahuan Cemas
Tidak Cemas Ringan-
Berat-Berat
Cemas Sedang
Sekali
F % f % f % f %
Baik 16 39,0 20 48,8 5 122,2 41 100
Cukup-Kurang 6 13,3 28 62,2 11 24,4 45 100 0,019

Total 22 25,6 48 55,8 16 18,6 86 100

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden dengan

tingkat pengetahuan baik dan tingkat kecemasan tidak cemas sebanyak

16 responden (39,0%), dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat

kecemasan ringan sampai dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 20

responden (48,8%), dengan tingkat pengetahuan baik dan tingat

kecemasan berat sampai dengan tingkat kecemasan berat sekali sebanyak

5 responden (12,2%). Responden dengan tingkat pengetahuan cukup

sampai dengan tingkat pengetahuan kurang dan tingkat kecemasan tidak

cemas sebanyak 6 responden (13,3%), dengan tingkat pengetahuan cukup

sampai dengan tingkat pengetahuan kurang dan tingkat kecemasan ringan

sampai dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 28 responden

(62,2%), dengan tingkat pengetahuan cukup sampai dengan tingkat

pengetahuan kurang dan tingkat kecemasan berat sampai dengan tingkat

kecemasan berat sekali sebanyak 11 responden (24,4%),

60
Hasil analisis diperoleh angka p-value 0,019, karena nilai p-value

lebih kecil dari 0,05 maka keputusan uji adalah H 0 ditolak dan Ha

diterima. Semakin baik tingkat pengetahuan masyarakat tentang COVID-

19 maka tingkat kecemasn pada masyarakat akan semangkin ringan.

61
BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Responden


1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.1 terdapat 86 responden, di

dapatkan bahwa 37 responden (43,0%) berjenis kelamin laki-laki dan 49

responden (57,0%) berjenis kelamin perempuan. Pada umumnya seorang

laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang

dianggap mengancam bagi dirinya dan laki-laki lebih mempunyai tingkat

pengetahuan dan wawasan lebih dibandingkan dengan perempuan (Sunaryo,

2004).

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.2 terhadap 86 responden,

didapatkan bahwa 19 responden (22,1%) berusia 20-25 tahun, 23 responden

(26,7%) berusia 25-35 tahun, 17 responden (19,8%) berusia 36-45 tahun, 14

responden (16,3%) berusia 46-55 tahun dan 13 responden (15,1%) belum

beeusia 36-65 tahun.. Seiring dengan bertambahnya umur maka proses

perkembangan mental pada seseorang akan semakin baik. Tetapi pada umur

tertentu perkembangan mental tersebut tidak cepat seperti pada manusia

dengan umur belasan. Bertambahnya umur seseorang dapat mempengaruhi

bertambahnya tingkat pengetahuan tetapi pada umur-umur tertentu

kemampuan seseorang untuk mengingat serta menerima suatu pengetahuan

baru akan berkurang (Notoadmodjo, 2012).

62
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.3 terhadap 86 responden,

didapatkan bahwa 9 responden (10,5%) dengan pendidikan akhir SD, 18

responden (20,9%) dengan pendidikan akhir SMP, 34 responden (39,5%)

dengan pendidikan akhir SMA dan 25 responden (29,1%) dengan

pendidikan akhir Diploma/Sarjana. Pendidikan merupakan salah satu faktor

penting untuk mendapatkan dan mencerna informasi secara lebih mudah.

Akhirnya pemahaman suatu perubahan kondisi akan lebih mudah dipahami

dan diinternalisasi (Hidayat, 2008). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi

memiliki respon adaptasi yang lebih baik karena respon yang diberikan

lebih rasional dan juga memengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap

stimulus. (Feist,2009).

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.4 terhadap 86 responden,

didapatkan bahwa 29 responden (33,7%) bekerja sebagai Ibu Rumah

Tangga, 24 responden (27,9%) bekerja sebagai Wiraswasta, 13 responden

(15,1%) bekerja sebagai PNS, 9 responden (10,5%) bekerja sebagai

kartawan swasta dan 11 responden (12,8%) belum bekerja atau tidak

bekerja. Pekerjaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Pekerjaan akan mempengaruhi proses pencarian

informasi. Jika informasi semakin mudah diperoleh, maka pengetahuan

yang diperoleh juga semakin banyak (Notoatmodjo, 2012).

63
B. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 4.6 tentang distribusi frekuensi

pengetahuan menunjukkan bahwa dari 86 responden, Beberdasarkan

hasil penelitian terhadap 86 responden, di dapatkan bahwa 41 responden

(47,7%) yang memiliki pengetahuan baik, 45 responden (52,3%) yang

memiliki pengetahuan cukup sampai dengan pengetahuan Kurang. Dari

hasil analisis diatas sebagian besar masyarakat Prumahan Cendana Tahap

1 Batam Kota dari keseluruhan responden yang menjadi subjek penelitian

memiliki tingkat pengetahuan baik dengan prsentase 47,7% dapat

disimpulkan masyarakat perumahan cendana ini dapat memahami dengan

baik informasi tentang wabah COVID-19 sehingga menambah

pengetahuan dan wawasan tentang COVID-19.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia yakni, indera pendengaran, penglihatan,

penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia

didapat melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini pengetahuan masyarakat di dukung dari tingktat

pendidikian tiap individunya di mana Pendidikan merupakan salah satu

faktor penting untuk mendapatkan dan mencerna informasi secara lebih

mudah. Akhirnya pemahaman suatu perubahan kondisi akan lebih mudah

64
dipahami dan diinternalisasi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi

memiliki respon adaptasi yang lebih baik karena respon yang diberikan

lebih rasional dan juga memengaruhi kesadaran dan pemahaman

terhadap stimulus. Selain pendidikan tingkat pengetahuan juga

dipengaruhi oleh usia seseorang seiring bertambahnya usia seseorang

dapat memepengaruhi bertambahnya tingkat pengetahuan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh yanti et al(2020) yang berjudul Gambaran Pengetahuan Masyarakat

Tentang COVID-19 dan Perilaku masyarakat di masa pendemi COVID-

19 masyarakat Desa Sumerta Kelod dikategorikan memiliki pengetahuan

yang baik terkait pandemi COVID-19 yang ditunjukkan dengan

mayoritas jawaban benar pada item-item pertanyaan yang diberikan

terkait pandemi COVID-19. Pengetahuan adalah salah satu hal yang

penting diperhatikan dalam rangka penanganan kasus COVID-19.

Pengetahuan masyarakat khususnya dalam mencegah transmisi

penyebaran virus SARS-CoV-2 sangat berguna dalam menekan

penularan virus tersebut (Law, Leung, & Xu, 2020). Dengan memiliki

pengetahuan yang baik terhadap suatu hal, seseorang akan memiliki

kemampuan untuk menentukan dan mengambil keputusan bagaimana ia

dapat menghadapinya (Purnamasari, Ika; Raharyani, 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian klinis lainnya, dimana

dari 1.102 responden di Indonesia, mayoritas responden memiliki tingkat

pengetahuan yang baik terkait social distancing dalam rangka

65
pencegahan penularan COVID-19 dengan prevalensi mencapai 99%

(Yanti et al., 2020).

2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 86 responden, di dapatkan

bahwa 22 responden (25,6%) yang memiliki tingkat kecemasan tidak

cemas, 48 responden (55,8) yang memiliki tingkat kecemasan ringan

sampai dengan tingkat kecemasan sedang, dan 18 responden (18,6%)

yang memiliki tingkat kecemasan berat sampai dengan kecemasn berat

sekali.

Masalah kesehatan jiwa dan psikososial dapat berupa ketakutan,

cemas, dan panik terhadap kejadian COVID-19. Orang semakin enggan

bertemu dengan orang lain dan muncul curiga orang lain dapat

menularkan. Perasaan ini akan memberikan respons pada tubuh untuk

cepat melakukan perlindungan untuk memastikan keamanan. Gejala awal

yang terjadi adalah khawatir, gelisah, panik, takut mati, takut kehilangan

kontrol, takut tertular, dan mudah tersinggung. Jantung berdebar lebih

kencang, nafas sesak, pendek dan berat, mual, kembung, diare, sakit

kepala, pusing, kulit terasa gatal, kesemutan, otot otot terasa tegang, dan

sulit tidur yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. (Kementerian

Kesehatan RI 2020).

Pada penelitian ini tingkat kecemasan masyarakat Prumahan

Cendana Tahap 1 Batam Kota dari keseluruhan responden yang menjadi

subjek penelitian memiliki tingkat kecemasan ringan sampai dengan

66
tingkat kecemasan sedang dengan prosentase 55,8%. masyarakat

Prumahan Cendana Tahap 1 Batam Kota sebagian besar berpendidikan

SMA sebanyak 34 orang di mana tingkat pendidikan yang lebih tinggi

memiliki respon adaptasi yang lebih baik sehingga masyarakat mampu

memahami informasi dengan baik tantang wabah COVID-19 ini

sehingga mampu meminimalisir tingkat kecemasan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Suwandi & Malinti (2020) yang berjudul Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Terhadap COVID-19 Pada

Remaja Di SMA Advent Balikpapan, penelitian ini menunjukkan bahwa

mayoritas 42 responden (70%) mengalami kecemasan ringan, dan

sebagian kecil mengalami kecemasan berat sebanyak 5 responden

(8,3%).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Fitria & Ifdil (2020) yang berjudul Kecemasan remaja pada masa

pandemi COVID-19, hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat

anxiety remaja pada masa pandemic COVID-19 berada pada kategori

rendah sebesar 2,1%, kategori sedang 43,9% dan kategori tinggi 54%.

Hasil penelitian penelitian menyatakan bahwa tingkat anxiety remaja

54% berada pada kategori tinggi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

karena kurangnya informasi yang diperoleh remaja terkait dengan

pandemi covid-19 ini (Purwanto et al., 2020). Yang ada pada pikiran

remaja adalah virus corona sangat berbahaya (Zaharah, Kirilova, &

67
Windarti, 2020), yang apabila seseorang terinfeksi virus ini sulit untuk

sembuh (Putri, 2020), dan kebanyakan meninggal. Beberapa faktor yang

menyebabkan anxiety pada masa pandemic COVID-19 adalah kurangnya

informasi mengenai kondisi ini, banyaknya informasi hoax dan

kurangnya membaca literasi terkait dengan penyebaran dan

mengantisipasi penularan corona virus.

C. Analisis Bivariat

1. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat

Kecemasan Tentang Wabah COVID-19 Pada Masyarakat di

Perumahan Cendana Tahap I Batam Kota.

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden dengan

tingkat pengetahuan baik dan tingkat kecemasan tidak cemas

sebanyak 16 responden (39,0%), dengan tingkat pengetahuan baik dan

tingkat kecemasan ringan sampai dengan tingkat kecemasan sedang

sebanyak 20 responden (48,8%), dengan tingkat pengetahuan baik dan

tingat kecemasan berat sampai dengan tingkat kecemasan berat sekali

sebanyak 5 responden (12,2%). Responden dengan tingkat

pengetahuan cukup sampai dengan tingkat pengetahuan kurang dan

tingkat kecemasan tidak cemas sebanyak 6 responden (13,3%),

dengan tingkat pengetahuan cukup sampai dengan tingkat

pengetahuan kurang dan tingkat kecemasan ringan sampai dengan

tingkat kecemasan sedang sebanyak 28 responden (62,2%), dengan

68
tingkat pengetahuan cukup sampai dengan tingkat pengetahuan

kurang dan tingkat kecemasan berat sampai dengan tingkat kecemasan

berat sekali sebanyak 11 responden (24,4%),

Hasil analisis diperoleh angka p-value 0,019, karena nilai p-value

lebih kecil dari 0,05 maka keputusan uji adalah H0 ditolak dan Ha

diterima. Semakin baik tingkat pengetahuan masyarakat tentang

COVID-19 maka tingkat kecemasn pada masyarakat akan semangkin

ringan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Celine

Augla D’prinzessin (2021) yang berjudul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang COVID-19 Terhadap Tingkat Stres dan

Kecemasan Pada Mahasiswa Farmasi Universitas Sumatra Utara

Angkatan 2017” hasil penelitian ini menunjukan p value berada

dibawah 0,05 yaitu 0,011, sehingga dapat dibuktikan bahwa H0 dari

penelitian ini dapat ditolak, mengindikasikan bahwa dijumpainya

korelasi yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang COVID-

19 dengan tingkat kecemasan yang dirasakan oleh mahasiswa Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017. Correlation

coefficient ditemukan sebesar 0,206, hal ini menandakan bahwa

meskipun terdapat hubungan antara kedua variabel, hubungan tersebut

tergolong lemah.

Menurut Kamus Kedokteran Dorland, Kecemasan adalah keadaan

emosional yang tidak menyenangkan, berupa respon-respon

69
psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata

atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh konflik intrapsikis yang

tidak disadari secara langsung (Dorland, 2012). Tuntutan, persaingan

serta bencana, dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan

fisik dan psikologis, salah satunya adalah kecemasan (Craske dan

Stein, 2016). Mengingat bahwa COVID-19 merupakan penyakit baru

dan memiliki dampak negatif yang dirasakan secara global, dapat

mengakibatkan munculnya p value Correlation Coefficient Tingkat

Pengetahuan 0,011 0,206 Tingkat Kecemasan Universitas Sumatra

Utara 46 kebingungan, kecemasan dan ketakutan pada masyarakat.

Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pandemi COVID-19 merupakan

stresor berat pada kasus ini, dan selama masa krisis, kecemasan

merupakan hal yang umum dijumpai karena kecemasan merupakan

kondisi umum dari ketakutan ataupun perasaan yang tidak nyaman

(Nevid, Rathus dan Greene, 2018).

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan

penelitian ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seluruh 86 responden melakukan pengisian kuesioner secara

mandiri. Pengisian kuesioner dengan cara ini memungkinkan

responden untuk berfikir terlebih dahulu, yang memungkinkan

ketidaksesuaian dengan kondisi aslinya.

70
2. Keterbatasan kenyamanan komunikasi dan meminta kesediaan

responden, dikarenakan harus menerapkan protokol social

distancing di masa pandemi Covid-19.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dengan judul Hubungan Tingkat

Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Tentang Wabah Covid˗19 pada Masyarakat

di Perumahan Cendana Tahap 1 Batam Kota dengan jumlah sampel sebanyak 86

orang dapat di tarik beberapa kesimpulan:

1. Masyarakat di Perumahan Cendana Tahap 1 Batam Kota mempunyai

tingkat pengetahuan baik 47.7%, tingkat pengetahuan cukup 34.9% dan

17.4% dengan tingkat pengetahuan kurang.

2. Masyarakat di Perumahan Cendana Tahap 1 Batam Kota mempunyai

tingkat kecemasan tidak cemas 25,6%, tingkat kecemasan cemas ringan

32,6%, tingkat kecemasan cemas sedang 23.6%, dengan tingkat kecemasan

cemas berat 14.0%, dan dengan tingkat kecemasan cemas berat sekali 4.7%.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan

tingkat kecemasan tentang wabah Covid˗19 pada Masyarakat di Perumahan

Cendana Tahap 1 Batam Kota dengan p= 0,019 (<0,05).

71
B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan kepada Masyarakat di Perumahan Cendana Tahap 1

Batam Kota dapat memahami dan menjadikan ini sebagai tambahan

informasi pengetahuan tentang wabah COVID-19 sehingga mampu untuk

menurunkan kecemasan dalam menghadapai wabah ini.

2. Bagi Institusi

Dapat dijadikan tambahan informasi kepada masyarakat dengan

pemberian pendidikan kesehatan dalam mengenai pengaruh yang

didapatkan dari kurangnya pengetahuan tentang wabah COVID-19 yang

mampu untuk meningkatkan kecemasan dalam menghadapai wabah ini.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk

penelitian selanjutnya.

72
DAFTAR PUSTAKA

Didik Haryadi Santoso; Awan Santosa. 2020. Covid-19 Dalam Ragam Tinjauan

Perspektif.

Diferiansyah, Okta, Tendry Septa, and Rika Lisiswanti. 2016. “Gangguan Cemas

Menyeluruh.” JUKE Unila 5(2):63–68.

Eirene. 2017. “Pengaruh Edukasi Dengan Metode Peer Group Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Anak SD Tentang Personal Hygiene.” Journal of

Chemical Information and Modeli 53(9):1689–99.

Fadli, Fadli, Safruddin Safruddin, Andi Sastria Ahmad, Sumbara Sumbara, and

Rohandi Baharuddin. 2020. “Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada

Tenaga Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19.” Jurnal Pendidikan

Keperawatan Indonesia 6(1):57–65.

Fitria, Linda, and Ifdil Ifdil. 2020. “Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi

Covid -19.” Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia 6(1):1.

Hakim, Luqman. 2013. “Hubungan Kecemasan Dengan Motivasi Berprestasi

Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter Semester Iii Universitas Sebelas Maret

Surakarta.”

Kecemasan, A. 2007. “BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1.

Pengertian.” 8–29.

Kemenkes. 2020. “Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

73
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2020.” Germas 1–64.

Kemenkes RI. 2020. “Pedoman Kesiapan Menghadapi COVID-19.” Pedoman

Kesiapan Menghadapi COVID-19 0–115.

MenKes RI. 2020. “Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MenKes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan

Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).” MenKes/413/2020

2019.

Nanang. 2018. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien

Pra Operasi.” 7–15.

Organization, World Health. 2020. “Pesan Dan Kegiatan Utama Pencegahan Dan

Pengendalian COVID-19 Di Sekolah.” Unicef 1:1–14.

Pengantar, Kata. n.d. “Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Menular Oleh :

Patrick Hutagalung Pegaruh Dan Dampak Dari Virus Corona ( Covid-19 ).”

1–15.

Savira, Fitria, and Yudi Suharsono. 2013. “ 済無 No Title No Title.” Journal of

Chemical Information and Modeling 01(01):1689–99.

Shadiqi, Muhammad Abdan, Rima Harianti, and Khaerullah Fadhli Arasy Hasan.

2020. “Panic Buying Pada Pandemi COVID-19: Telaah Literatur Dari

Perspektif Psikologi.” Psikologi Sosial 18(59).

Shadiqi, Muhammad Abdan, Rima Hariat, Khaerullah Fadhli Arasy Hasan, Noor

I’anah, and Wita Al Istiqomah. 2020. “Jurnal Psikologi Sosial : Panic Buying

Pada Pandemi COVID - 19 : Telaah Literatur Dari Perspektif Psikologi.”

Psikologi Sosial 18(59):12.

74
Susilo, Adityo, Cleopas Martin Rumende, Ceva Wicaksono Pitoyo, Widayat

Djoko Santoso, Mira Yulianti, Herikurniawan Herikurniawan, Robert Sinto,

Gurmeet Singh, Leonard Nainggolan, Erni Juwita Nelwan, Lie Khie Chen,

Alvina Widhani, Edwin Wijaya, Bramantya Wicaksana, Maradewi Maksum,

Firda Annisa, Cynthia Olivia Maurine Jasirwan, and Evy Yunihastuti. 2020.

“Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini.” Jurnal Penyakit

Dalam Indonesia 7(1):45.

Suwandi, Gheralyn Regina, and Evelin Malinti. 2020. “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Terhadap Covid-19 Pada Remaja

Di SMA Advent Balikpapan.” Malahayati Nursing Journal 2(4):677–85.

Department of Disease Control. (2020). Corona Virus Disease (COVID-19)

Workup. Department of Disease Control, 2–5.

https://ddc.moph.go.th/viralpneumonia/eng/index.php.

Paramita, S., Mulawarman, U., Isnuwardana, R., Mulawarman, U., Rahmadi, A.,

& Mulawarman, U. (2020). Balikpapan di Ambang Tiga Digit Kasus

Terkonfirmasi Positif COVID-19 Balikpapan di Ambang Tiga Digit Kasus

Terkonfirmasi Positif COVID-19. June, 2–5.

https://doi.org/10.13140/RG.2.2.15745.07520.

Wulandari, A., Rahman, F., Pujianti, N., Sari, A. R., Laily, N., Anggraini, L.,

Muddin, F. I., Ridwan, A. M., Anhar, V. Y., Azmiyannoor, M., & Prasetio,

D. B. (2020). Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan tentang

Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada Masyarakat di Kalimantan

Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.

75
https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.42-46.

Setiawan, H., Suhanda, Sopatilah, E., Rahmat, G., Wijaya, D. D., & Ariyanto, H.

(2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Penderita

Diabetes Mellitus. Urecol, 241–248.

WHO. (2020a). Coronavirus disease 2019 (COVID-19)Situation Report –67.

WHO. (2020b). The World Health Organization declared the coronavirus

outbreak a Global Public Health Emergency. Retrieved from

https://www.worldometers.info/coronavirus/

Wu, Y., Chen, C., & Chan, Y. (2020). The outbreak of COVID-19 : An

overview. Journal of the Chinese Medical Association, 83(3), 217–220.

https://doi.org/10.1097/JCMA. 0000000000000270

Puspanegara, A. (2019). Pengaruh usia terhadap hubungan mekanisme koping

dengan kecemasan. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada, 10(2), 142–149.

https://doi.org/ 10.34305/JIKBH.V10I2. 102

Kemenkes., RI. (2020). Perkembagan Kasus Covid-19 Kumulatif Di Indonesia.

Retrieved from http://pusatkrisis.kemkes.go.id/

Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa: rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2001.

Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R,Merikangas KR, Walters EE. Lifetime

prevalence and age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in the

national comorbidity survey replication. Arch Gen Psychiatry. 2005;

62(6):593-602.

76
Mukaromah, V. F. (2020). WHO gunakan istilah physical distancing, ini bedanya

dengan social distancing. Diambil dari

https://www.kompas.com/tren/read/2020/ 04/01/061500965/who-gunakan-

istilah-physical-distancing-ini-bedanya-dengan-social pada tanggal 15 April

2020.

Harirah, Z., & Rizaldi, A. (2020). MERESPON NALAR KEBIJAKAN NEGARA

DALAM MENANGANI PANDEMI COVID 19 DI INDONESIA. Jurnal

Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia, 7(1).

Masrul, M., Tasnim, J. S., Daud Oris Krianto Sulaiman, C. P., Purnomo, A.,

Febrianty, D. H. S., Purba, D.W., . . . Ramadhani, Y. R. (2020). Pandemik

COVID-19: Persoalan dan Refleksi di Indonesia. Medan:Yayasan Kita

Menulis.

77
LAMPIRAN 1

78
LAMPIRAN 2

79
LAMPIRAN 3

80
LAMPIRAN 4

81
LAMPIRAN 5

82
83
LAMPIRAN 6

INFORMED CONCENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Responden :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden penelitian yang


dilakukan oleh :

Nama : Achmad Gega Ismi

NPM : 61117108

Instansi : Fakultas Kedokteran Universitas Batam

Saya telah menerima penjelasan dari peneliti tentang hal-hal yang


berkaitan dengan penelitian ini. Dan jawaban yang saya berikan merupakan
jawaban yang sebenarnya dan tanpa paksaan dari orang lain. Dan saya memahami
bahwa informasi yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Jika
suatu saat terjadi hal yang merugikan bagi saya, maka saya berhak keluar dari
penelitian yang dilakukan oleh Achmad Gega Ismi, Mahasiswa Program Studi
kedokteran Universitas Batam.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Batam, 2021

84
Peneliti Responden

( ACHMAD GEGA ISMI ) (................................................)

LAMPIRAN 7

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN


TERHADAP WABAH COCID-19 PADA MASYARAKAT PERUMAHAN
CENDANA

Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi jawaban atau memberikan tanda


centang (√) pada kotak yang tersedia di bawah ini!

Identitas Responden

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : (1) Laki-laki (2) Perempuan             
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :

Kuesioner Pengetahuan COVID-19


Keterangan:

TT : Tidak Tahu

KT : Kurang Tahu

CT : Cukup Tahu

T : Tahu

ST : Sangat Tahu

Jawaban
NO Pertanyaan
TT KT CT T ST

1 Apakah anda mengetahui tentang Covid-19?

85
Apakah anda mengetahui bagaimana cara
2
penularan Covid-19?

Apakah anda mengetahui bagaimana gejala


3
Covid-19?

Apakah anda mengetahui upaya pencegahan


4 penularan Covid-19 dengan memakai masker
saat bekerja?

Apakah anda mengetahui upaya pencegahan


5 penularan Covid-19 dengan melakukan sosial
distancing saat bekerja?

Apakah anda mengetahui upaya pencegahan


6 penularan Covid-19 dengan melakukan
physical distancing saat bekerja?

Apakah anda mengetahui upaya pencegahan


7 penularan Covid-19 dengan cuci tangan yang
benar dengan sabun atau handsanitaizer?

Apakah anda mengetahui upaya pencegahan


penularan Covid-19 dengan minum
8
multivitamin untuk meningkatkan daya tahan
tubuh?

Apakah anda mengetahui bagaimana etika


9
batuk?

Apakah anda mengetahui akibat terpapar


10
Covid-19 bagi organ tubuh?

Apakah anda mengetahui pemakaian obat-


11
obatan untuk Covid-19?

Apakah anda mengetahui pemakaian obat


12
tradisional untuk Covid-19

Jumlah

Sekor total pertanyaan= (Jumlah Responden x 5) x Jmalah Soal Kuesioner

Total Skor Responden


P= x 100 %
Sekor Total Pertanyaan

86
Kuesioner

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Keterangan:

0 = tidak ada gejala / tidak pernah.

1 = ada satu gejala.

2 = ada separuh gejala.

3 = lebih dari separuh gejala.

4 = semua gejala ada.

Nilai Angka (Score)


No. Gejala Kecemasan
0 1 2 3 4

1. Perasaan cemas

1) Cemas
2) firasat buruk
3) takut akan pikiran sendiri
4) mudah tersinggung

2. Ketegangan

87
1) merasa tegang
2) lesu
3) tidak bisa istirahat tenang
4) mudah terkejut
5) mudah menangis
6) gemetar
7) gelisah

3. Ketakutan

1) pada gelap
2) pada orang asing
3) ditinggal sendiri
4) pada binatang besar
5) pada keramaian lalu lintas
6) pada kerumunan orang banyak

4. Gangguan tidur

1) sukar tidur
2) terbangun malam hari
3) tidur tidak nyenyak
4) bangun dengan lesu
5) banyak mimpi-mimpi
6) mimpi buruk
7) mimpi menakutkan

5. Gannguan kecerdasan

1) sukar konsentrasi
2) daya ingat menurun
3) daya ingat buruk

6. Perasaan depresi
(murung)

88
1) hilangnya minat
2) berkurangnya kesenangan pada hobi
3) sedih
4) bangun dini hari
5) perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7. Gejala somatik (otot)

1) sakit dan nyeri otot


2) kaku
3) kedutan otot
4) gigi gemerutuk
5) suara tidak stabil

8. Gejala somatik
(sensorik)

1) tinnitus (telinga berdenging)


2) penglihatan kabur
3) muka merah atau pucat
4) merasa lemas
5) perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala kardiovaskuler

1) takikardi (denyut jantung cepat)


2) berdebar-debar
3) nyeri dada
4) denyut nadi mengeras
5) rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
6) detak jantung menghilang (berhenti sekejap)

89
10. Gejala respiratory
(pernapasan)

1) rasa tertekan atau sempit di dada


2) tercekik
3) sering menarik napas
4) napas pendek atau sesak

11. Gejala gastrointestinal


(pencernaan)

1) sulit menelan
2) perut melilit
3) gangguan pencernaan
4) nyeri sebelum dan sesudah makan
5) perasaan terbakar di perut
6) rasa penuh atau kembung
7) mual
8) muntah
9) buang air besar lembek
10) kehilangan berat badan
11) sukar buang air besar (konstipasi)

12. Gejala urogenital

90
1) sering buang air kecil
2) tidak dapat menahan air seni
3) amenorrhoe (tidak haid)
4) menorrhagia (pendarahan haid berlebihan)
5) menjadi dingin (frigid)
6) ejakulasi praecocks
7) ereksi hilang
8) impotensi

13. Gejala otonom

1) mulut kering
2) muka merah
3) mudah berkeringat
4) pusing, sakit kepala
5) rambut-rambut berdiri

14. Tingkah laku pada


wawancara

1) gelisah
2) tidak tenang
3) jari gemetar
4) kerut kening
5) muka tegang
6) tonus otot meningkat
7) napas pendek dan cepat
8) muka merah

91
Statistics
Pengetahuan Kecemasan
N Valid 86 86
Missing 0 0

LAMPIRAN 9

Frequency Table

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 41 47,7 47,7 47,7
Cukup-Kurang 45 52,3 52,3 100,0
Total 86 100,0 100,0

Kecemasan

92
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Cemas 22 25,6 25,6 25,6
Cemas Ringan-Cemas 48 55,8 55,8 81,4
Sedang
Cemas Berat-Cemas Berat 16 18,6 18,6 100,0
Sekali
Total 86 100,0 100,0

Pengetahuan * Kecemasan Crosstabulation


Kecemasan
Cemas Berat-
Cemas Ringan- Cemas Berat
Tidak Cemas Cemas Sedang Sekali Total
Pengetahuan Baik Count 16 20 5 41
% within Pengetahuan 39,0% 48,8% 12,2% 100,0%
% within Kecemasan 72,7% 41,7% 31,3% 47,7%
% of Total 18,6% 23,3% 5,8% 47,7%
Cukup-Kurang Count 6 28 11 45
% within Pengetahuan 13,3% 62,2% 24,4% 100,0%
% within Kecemasan 27,3% 58,3% 68,8% 52,3%
% of Total 7,0% 32,6% 12,8% 52,3%
Total Count 22 48 16 86
% within Pengetahuan 25,6% 55,8% 18,6% 100,0%
% within Kecemasan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 25,6% 55,8% 18,6% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 7,960a 2 ,019
Likelihood Ratio 8,176 2 ,017
Linear-by-Linear Association 6,985 93 1 ,008
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 7,63.
LAMPIRAN 10

94
95

Anda mungkin juga menyukai