Anda di halaman 1dari 60

UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

F1. Penyuluhan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Kelurahan


Babussalam

Peserta : Masyarakat Jl. Desa Harapan Kelurahan Babussalam, Kec. Mandau

Hari : 24 September 2020, pukul : 11.00-13.00

LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan jenis baru dan virus corona yang sebelumnya belum pernah
teridentifikasi pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yaitu gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Meluasnya penyebaran COVID-19 ke
berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality
Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 30 September 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 287.008
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 10.740 kasus meninggal. Kasus di provinsi Riau
sendiri, dilaporkan 7.622 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 159 kasus meninggal.
Dan di Kabupaten Bengkalis dilaporkan 808 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 17
kasus meninggal.
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih
dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan
COVID-19. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-
19.

PERMASALAHAN

1. Masyarakat kelurahan Babussalam, Kec. Mandau masih banyak yang belum


mengetahui bagaimana pencegahan COVID-19

2. Masih banyaknya beredar hoax di masyarakat sehingga terjadi simpang siur


informasi tentang COVID-19

3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membantu tetangga yang terjangkit


COVID-19 dan isolasi mandiri

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Penyuluhan dilakukan pada tetangga pasien COVID-19 yang melakukan isolasi


mandiri dirumah

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Kamis

 Tanggal : 24 September 2020

 Tempat : Jl. Desa Harapan, Gang Setiabudi, Kelurahan Babussalam, Kec.


Mandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan dengan baik

2. Masyarakat sudah mengetahui bagiamana pencegahan pandemi COVID-19

3. Dapat memilah mana informasi yang valid dan hoax yang beredar di masyarakat
4. Adanya bentuk dukungan moril maupun materil kepada tetangga yang sedang
terjangkit COVID-19 dan sedang melakukan isolasi mandiri

F1. Penyuluhan Pencegahan COVID-19 di Kelurahan Duri Barat

Peserta : Masyarakat Kelurahan Duri Barat, Kec. Mandau

Hari : 29 September 2020, pukul : 11.00-13.00

LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain
gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus
COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian.

Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian ini sebagai


Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret
2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Meluasnya penyebaran
COVID-19 ke berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan
mobilitas penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality
Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 30 September 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 287.008
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 10.740 kasus meninggal. Kasus di provinsi Riau
sendiri, dilaporkan 7.622 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 159 kasus meninggal.
Dan di Kabupaten Bengkalis dilaporkan 808 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 17
kasus meninggal.
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih
dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan
COVID-19. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-
19.

PERMASALAHAN

1. Banyaknya hoax dan kesimpang siuran berita serta informasi yang dapat
membingungkan masyarakat.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Penyuluhan dilakukan pada masyarakat kelurahan Duri Barat

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Selasa

 Tanggal : 29 September 2020

 Tempat : Kelurahan Duri Barat, Kec. Mandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan dengan baik

2. Masyarakat sudah mengetahui berita dan informasi yang benar tentang


COVID-19 sehingga tidak terjadi lagi kesimpang siuran informasi

F1. Penyuluhan Penyakit Tidak Menular di Desa Bathin Betuah

Peserta : Masyarakat Desa Bathin Betuah, Kader, dan Staff Puskesmas

Hari : 27 Oktober 2020, pukul : 08.30-14.00

LATAR BELAKANG

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global.
Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada
tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di
negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian
yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh
PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi
penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit
cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan
penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama
menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan
terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari
populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker,
penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi
akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta
jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular
seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa
saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.4 Pada negara-negara menengah dan
miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang
dan disability (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali dari
kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.

PERMASALAHAN

1. Masih tingginya angka penyakit tidak menular dan rendahnya pengetahuan


terhadap penyebab serta faktor risiko dari peyakit tidak menular

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Penyuluhan dilakukan pada masyarakat desa Bathin Betuah

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Selasa
 Tanggal : 27 Oktober 2020

 Tempat : Desa Bathin Betuah, Kec. Mandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan dengan baik

2. Masyarakat jadi lebih tahu bagaimana memanage jika masyarakat punya faktor
risiko agar tidak terjangkit penyakit tidak menular, dan juga mencegah agar tidak
terjangkit penyakit tidak menular.

F1. Penyuluhan 3M dalam Upaya Mencegah Penularan Covid-19 di Kel. Air


Jamban

Peserta : Masyarakat Jl. Kurau, RT 07 RW 24

Hari : 11 November 2020, pukul : 15.30 - 16.30

LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan jenis baru dan virus corona yang sebelumnya belum pernah
teridentifikasi pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yaitu gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Meluasnya penyebaran COVID-19 ke
berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality
Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 30 September 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 287.008
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 10.740 kasus meninggal. Kasus di provinsi Riau
sendiri, dilaporkan 7.622 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 159 kasus meninggal.
Dan di Kabupaten Bengkalis dilaporkan 808 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 17
kasus meninggal.

Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih
dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan
COVID-19. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-
19.

PERMASALAHAN

1. Masih tingginya jumlah kasus terkonfirmasi di kel. Air Jamban

2. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan


penyakit COVID-19

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Dilakukan penyuluhan cara pencegahan penularan COVID-19 dengan 3M.


Penyuluhan dilakukan dengan pemaparan materi dan dilanjutkan dengan tanya
jawab.

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Rabu

 Tanggal : 11 November 2020

 Tempat : Masjid Sabilul Jannah,RT 07 RW 24 Jl. Kurau, Kel. Air Jamban

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan baik


2. Masyarakat mulai melakukan 3M sebagai pencegahan COVID-19

F1. Penyuluhan GERMAS di Posyandu Lansia Desa Melibur

Peserta : Kader, Staff Puskesmas, Masyarakat

Hari : Sabtu, 19 Desember 2020

LATAR BELAKANG

GERMAS dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi


sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan
secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal,
GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1)
Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3)
Memeriksakan kesehatan secara rutin.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi


sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan
secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal,
GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1)
Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3)
Memeriksakan kesehatan secara rutin.

PERMASALAHAN

1. Masih kurang informasi yang diterima oleh masyarakat tentang GERMAS

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Dilakukan penyuluhan tentang GERMAS dengan metode ceramah

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan pada

Hari : Sabtu

Tanggal : 19 Desember 2020

Pukul : 11.00-13.00
Tempat : Balai Desa Kantor Desa Melibur, Kec. Talang Muandau

Kegiatan yang dilaksanakan yaitu pemaparan materi tentang GERMAS dengan


metode ceramah.

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan baik

2. Masyarakat paham dengan materi yang disampaikan

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

F2. Pemantauan Keadaan Lingkungan Rumah Pasien Skabies di Kel. Duri


Timur

Peserta : Kader, Staff Puskesmas

Hari : Senin. 05-Oktober-2020

LATAR BELAKANG

Penyakit yang didasari oleh lingkungan ialah suatu kejadian penyakit yang dapat
timbul di kalangan masyarakat, yang berasal, atau memiliki kaitan dan hubungan erat
dengan satu atau lebih faktor lingkungan ditempat masyarakat tinggal atau
beraktivitas dalam waktu tertentu. Skabies merupakan salah satu contoh penyakit
yang didasari oleh lingkungan, penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi tungau
Sarcoptes scabiei var hominis yang sering terjadi di lingkungan yang berpenghuni
padat penduduk seperti pondok pesantren. Skabies atau penyakit gudik adalah
penyakit yang dapat ditemukan di berbagai negara di seluruh dunia,

PERMASALAHAN

1. Sanitasi yang kurang bagus dirumah pasien

2. Pemakaian handuk bersama sehingga terjadi fenomena pimpong dan sulit untuk
sembuh

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Penganjuran untuk membersihkan rumah agar sanitasi lebih bagus


2. Menganjurkan pemakaian handuk masing-masing dan mencuci pakaian yang
habis dipakai menggunakan air hangat

3. Meminta pasien agar seluruh anggota keluarga diobati

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Senin

 Tanggal : 05-Oktober 2020

 Tempat : Jl. Imam Bonjol. Kel. Duri Timur

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berlangsung dengan baik

2. Seluruh anggota keluarga melakukan pengobatan dan melakukan edukasi yang


diberikan

3. Lakukan kontrol ulang seminggu setelahnya

F2. Identifikasi Jentik Nyamuk Kelurahan Babussalam

Peserta : Staff Puskesmas

Hari : 16 November 2020

LATAR BELAKANG

Penyakit menular yang disebabkan oleh vektor (vector borne disease) seperti
demam berdarah dengue (DBD), malaria, filariasis (kaki gajah), dan Japanese B.
Enchephalitis, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Indonesia. Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
saat ini terjadi perubahan iklim global yang berpengaruh terhadap perubahan risiko
penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit terutama nyamuk. Nyamuk
dapat mengganggu manusia dan binatang melalui gigitannya serta berperan sebagai
vektor penyakit pada manusia dan binatang yang penyebabnya terdiri atas berbagai
macam parasit dan virus.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Demam berdarah dengue ditularkan
ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes sp yang terinfeksi virus dengue. Nyamuk
Aedes sp berkembangbiak di tempat-tempat penampungan air yang mengandung air
jernih atau air yang sedikit terkontaminasi seperti bak mandi, tangki penampungan
air, ember, vas bunga, kaleng bekas, kantong plastik bekas, ban bekas, tempurung
kelapa, dan pelepah tanaman. Demam berdarah dengue (DBD) banyak ditemukan di
daerah tropis dan sub tropis. Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara . Menurut data Departemen Kesehatan RI pada awal tahun
2007 jumlah penderita DBD telah mencapai 16.803 orang dan 267 orang diantaranya
meninggal dunia.

Masih banyak warga yang kurang peduli dengan kebersihan dan tingkat
kesadaran warga yang masih rendah terutama dalam membersihkan tempat-tempat
penampungan air baik di dalam rumah maupun di luar rumah serta tempat-tempat
yang menampung air hujan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Berdasarkan
observasi yang dilakukan, di beberapa rumah penduduk masih ditemukan larva
nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di dalam rumah.Kondisi tersebut dapat
meningkatkan perkembangan vektor penyebab penyakit dan beresiko terjadi
peningkatan jumlah kasus seperti DBD.

PERMASALAHAN

1. Terdapat kasus DBD di daerah Jl. Karang Anyar 2

2. Masih banyaknya penampungan air yang tidak bersih sehingga menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Mendatangi rumah warga dengan radius 100 meter dari rumah pasien untuk
mengidentifikasi angka jentik nyamuk dan menanyakan keluhan.

2. Pemberian bubuk abate jika terdapat jentik nyamuk di tempat penampungan air
warga
3. Bekerjasama dengan RT dan kelurahan setempat agar warga membersihkan
tempat penampungan air yang berpotensi sebagai tempat berkembangbiak larva
nyamuk.

4. Melakukan fogging

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Senin

 Tanggal : 16 November 2020, Jam 09.00-11.30 WIB

 Tempat : Jl. Karang Anyer 2, Kel. Babussalam

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan dengan baik

2. Segera berobat ke puskesmas jika terdapat warga disekitar tempat tinggal pasien
terdapat keluhan demam

F2. Pemberantasan sarang nyamuk di Kelurahan Babussalam

Peserta : Staff Puskesmas

Hari : 16 November 2020

LATAR BELAKANG

Perilaku pemberantasan sarang nyamuk adalah suatu tindakan atau aktifitas yang
dilakukan oleh seseorang atau masyarakat dalam upaya pemberantasan sarang
nyamuk yang menyebabkan terjadinya penyakit DBD dengan cara Fisik, Kimiawi dan
Biologi. Cara Fisik diantaranya manjemen lingkungan dan perlindungan diri.
Manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau
meminimalkan perkembangbiakan vektor sehingga kontak antara manusia dan vektor
berkurang. Cara Kimiawi diantaranya fogging fokus dan abatisasi. Cara
pemberantasan nyamuk Aedes Aegepty dengan melakukan pengasapan/fogging
(menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu tertentu 3 dan memberikan bubuk abate (temephos)
pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-
lain. Cara biologis adalah cara pemberantasan nyamuk dan jentikjentiknya dengan
menggunakan organisme sebagai pengendali hayati yang bersifat predator atau
pemangsa terhadap nyamuk dan jentiknya, seperti : memelihara ikan jenis kepala
timah, ikan guppi, ikan tempala (cupang) untuk memakan jentik nyamuk. Mengingat
sangat berbahayanya penyakit DBD, maka perlu ada upaya pemberantasan yang
komprehensif dari penyakit tersebut.

PERMASALAHAN

1. Terdapat kasus DBD di daerah Jl. Karang Anyar 2

2. Masih banyaknya penampungan air yang tidak bersih sehingga menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk

3. Warga masih banyak yang tidak membuang kaleng bekas atau ember bekas
sehingga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk

4. Sampah disekeliling rumah yang belum dibuang pada tempatnya juga menjadi
tempat berkembangbiaknya nyamuk

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Mendatangi rumah warga dengan radius 100 meter dari rumah pasien untuk
mengidentifikasi angka jentik nyamuk dan menanyakan keluhan.

2. Pemberian bubuk abate jika terdapat jentik nyamuk di tempat penampungan air
warga

3. Bekerjasama dengan RT dan kelurahan setempat agar warga membersihkan


tempat penampungan air yang berpotensi sebagai tempat berkembangbiak larva
nyamuk.

4. Meminta warga untuk tidak mengmpulkan atau membuang barang barang yang
dapat menampung air seperti ember dan kaleng bekas yang dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk.

5. Mengajak warga untuk selalu mnguras bak tempat penampungan air didalam
rumah
PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Senin

 Tanggal : 16 November 2020, Jam 09.00-11.30 WIB

 Tempat : Jl. Karang Anyer 2, Kel. Babussalam

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan dengan baik

2. Warga membuang barang yang dapat menimbulkan genangan air sehingga


meminimalisir tempat berkembangbiaknya nyamuk

3. Warga tahu kapan harus menguras bak tempat penampungan air dirumah sebagai
upaya meminimalisir tempat berkembangbiaknya nyamuk

F2. Pemeriksaan Sanitasi di Sekolah Desa Serai Wangi

Peserta : Staff Puskesmas

Hari : 17 Februari 2021

LATAR BELAKANG

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi


lingkungan antara lain, tempat umum yang dikelola secara komersial, tempat yang
memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang
memiliki intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Lingkungan memiliki
peran yang pentingdalam mempengaruhi kondisi kesehatan manusia sehingga kondisi
sehat (prepatogenesis) berkembang menjadi kondisi sakit (pathogenesis). Peran ini
ditunjukan melalui keseimbangan hubungan tiga faktor yang saling mempengaruhi
yaitu penyebab penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan (environment).
Diantara banyaknya lingkungan tempat umum yang ada salah satunya adalah
lingkungan sekolah. Sekolah dan lingkungannya yang sehat sangat kondusif untuk
berperilaku sehat bagi anak-anak. Menurut UU No. 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang
kesehatan bahwa “Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta
didik dapat belajar dan tumbuh kembang secara harmonis dan optimal menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas.”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


57 tahun 2009 tentang pemberian bantuan pengembangan sekolah sehat, sekolah sehat
adalah sekolah yang bersih, hijau, rindang, aman dan nyaman, peserta didiknya sehat,
aktif dan bugar, serta berperilaku hidup bersih dan sehat.

PERMASALAHAN

1. Pemeriksaan higiene kualitas air dan sanitasi bangunan sekolah di SMP N 2


Talang Muandau

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Pemeriksaan dan pengisian formulir inspeksi higiene sekolah meliputi


pemeriksaan kualitas air, udara, pangan, dan sarana bangunan di SMP N 2 Talang
Muandau

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Rabu

 Tanggal : 17 Februari 2021, Jam 09.00-11.30 WIB

 Tempat :SMP Negeri 2 Talang Muandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan baik

2. Kualitas higiene sekolah sudah baik

F2. Penerapan PHBS Mencuci Tangan Sebelum Masuk kedalam Rumah

Peserta : Masyarakat Jl. Kurau, RT 07 RW 24

Hari : 11 November 2020, pukul : 15.30 - 16.30


LATAR BELAKANG

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan bagian dari program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga. Program PHBS dilaksanakan sebagai
upaya pemberdayaan anggota rumah tangga agar sadar, mau, dan mampu melakukan
kebiasaan hidup bersih dan sehat. Dengan menjalankan perilakuperilaku melakukan
PHBS, masyarakat berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat seperti
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, dan
melindungi diri dari ancaman penyakit.

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu upaya pencegahan melalui
tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan
sabun. Tangan manusia seringkali menjadi agen yang membawa kuman daan
menyebabkan patogen berpindah dari satu orang atau dari alam ke orang lain melalui
kontak langsung atau tidak langsung.

Menurut Depkes RI (2009), penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan cuci


tangan pakai sabun yaitu; (1). Infeksi saluran pernapasan karena mencuci tangan
dengan sabun dapat melepaskan kuman-kuman pernapasan yang terdapat pada tangan
dan permukaan telapak tangan, dan dapat menghilangkan kuman penyakit lainnya,
(2). Diare karena kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral,
sehingga mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penularan kuman penyakit
tersebut, (3). Infeksi cacing, mata dan penyakit kulit, dimana penelitian telah
membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan, penggunaan sabun
dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti
trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis

PERMASALAHAN

1. Pentingnya pelaksanaan PHBS di rumah tangga seperti mencuci tangan


menggunakan sabun sebelum masuk rumah

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Warga diminta untuk meletakkan tempat cuci tangan dan sabun di depan rumah

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan:

 Hari : Rabu

 Tanggal : 11 November 2020

 Tempat : Masjid Sabilul Jannah,RT 07 RW 24 Jl. Kurau, Kel. Air Jamban

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan baik

2. Warga mulai aktif mencuci tangan sebelum masuk kedalam rumah

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KELUARGA BERENCANA

F3. Kelas Ibu Hamil di Posyandu Kasih Bunda, Kelurahan Duri Barat

Peserta : ibu hamil, Kader Posyandu, Staff Puskesmas

Hari/Tanggal : Selasa, 29 September 2020

LATAR BELAKANG

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menjadi target dalam tujuan pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs) pada tujuan 4 dan 5 yaitu menurunkan angka
kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Program KIA pada dasarnya
mengupayakan kondisi ibu dan anak agar sehat mental dan jasmani. Upaya tersebut
guna membentuk sumber daya manusia generasi penerus yang kuat sebagai satu
modal pembangunan. Adapun prioritas KIA adalah menurunkan angka kematian ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000
kelahiran hidup tahun 1992. Sebagai realisasi tujuan tersebut sejak tahun 2009, telah
dicanangkan program Kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk
belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam
kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu
mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan
bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran..

PERMASALAHAN

1. Banyaknya ibu yang belum paham pentingnya pemeriksaan kehamilan yang rutin


2. Banyak kasus yang didapatkan di puskesmas seringkali ibu hamil tidak
rutin memeriksakan kehamilannya, sehingga kesulitan persalinan terdeteksi saat
sudah dekat menjelang kelahiran

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI:

1. Kelas ibu hamil dilakukan konseling, pemeriksaan antenatal care

2. Pemaparan materi pentingnya pemeriksaan rutin pada saat hamil, tanda


persalinan, hal yang harus dipersiapkan saat persalinan.

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, Tanggal : Selasa, 29 September 2020

 Pukul : 11.00-13.00 WIB

 Tempat : Posyandu Kasih Bunda, Jl. Sumur Ladang, RT 2 RW 11,


Kelurahan Duri Barat, Kec. Mandau

MONITORING DAN EVALUASI:

1. Kegiatan berlangsung dengan baik

2. Kelas ibu hamil dilaksanakan interaktif yang mana dilakukan tanya jawab saat
pemaparan materi

3. Ibu hamil di posyandu tersebut mengerti tentang materi yang disampaikan dan
diharapkan dengan pemaparan materi dan kelas ibu hamil ini dapat menurunkan
angka kematian ibu di wilayah tersebut.

F3. Imunisasi di posyandu bakti nusantara

Peserta : Bayi dan ibu, staff Puskesmas, Kader Posyandu

Hari/Tanggal : Selasa, 06 Oktober 2020

LATAR BELAKANG
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan melalui
penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi
secara cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan perannya dalam
tindak kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi balita. Pemantauan
pertumbuhan saat ini merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya mencapai
lebih dari 260.000 yang tersebar di seluruh Indonesia. Di posyandu juga dilakukan
pemberian imunisasi dasar bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi ataupun mencegah terjadinya perburukan
kondisi akibat penyakit-penyakit yang berkaitan. Pencatatan dan pelaporan status gizi
dan status imunisasi bayi dan balita merupakan instrumen vital dalam penentuan baik
atau tidaknya pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
PERMASALAHAN

1. Masih adanya ibu yang tidak melakukan imunisasi dasar untuk anak

2. Masih tingginya angka penyakit menular yang sehausnya bisa dicegah dengan
imunisasi

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI:

1. Mengajak ibu-ibu yang memiliki bayi dibawah 1 tahun agar melakukan imunisasi
dasar wajib.

2. Melakukan imunisasi dasar/booster sesuai dengan waktunya (tergantung status


imunisasi anak)

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, Tanggal : Selasa, 6 Oktober 2020

 Pukul : 11.00-13.00 WIB

 Tempat : Posyandu Bakti Nusantara

MONITORING DAN EVALUASI:

1. Kegiatan berlangsung dengan baik

2. Bayi yang datang imunisasi diminta untuk datang lagi saat jadwal imunisasi
selanjutnya sampai imunisasi dasar selesai dilakukan

F3. Imunisasi di posyandu imam bonjol

Peserta : Bayi dan ibu, staff Puskesmas, Kader Posyandu

Hari/Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020

LATAR BELAKANG

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan melalui
penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat
badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi
secara cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan perannya dalam
tindak kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi balita. Pemantauan
pertumbuhan saat ini merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya mencapai
lebih dari 260.000 yang tersebar di seluruh Indonesia. Di posyandu juga dilakukan
pemberian imunisasi dasar bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi ataupun mencegah terjadinya perburukan
kondisi akibat penyakit-penyakit yang berkaitan. Pencatatan dan pelaporan status gizi
dan status imunisasi bayi dan balita merupakan instrumen vital dalam penentuan baik
atau tidaknya pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
PERMASALAHAN

1. Masih adanya ibu yang tidak melakukan imunisasi dasar untuk anak

2. Masih tingginya angka penyakit menular yang sehausnya bisa dicegah dengan
imunisasi

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI:

1. Mengajak ibu-ibu yang memiliki bayi dibawah 1 tahun agar melakukan imunisasi
dasar wajib.

2. Melakukan imunisasi dasar/booster sesuai dengan waktunya (tergantung status


imunisasi anak)

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020

 Pukul : 11.00-13.00 WIB

 Tempat : Posyandu Imam Bonjol

MONITORING DAN EVALUASI:

1. Kegiatan berlangsung dengan baik

2. Bayi yang datang imunisasi diminta untuk datang lagi saat jadwal imunisasi
selanjutnya sampai imunisasi dasar selesai dilakukan

F3. Bulan Imunisasi Anak Sekolah di Puskesmas Duri Kota

Peserta : SDN 40 BS, SDS Kanaan, SDN 18 BS, Staff Puskesmas

Hari/Tanggal : Jumat, 16 September 2020


LATAR BELAKANG .

Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi belum cukup untuk melindungi terhadap
penyakit, sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap
tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi, pada usia sekolah anak-
anak mulai berinteraksi dengan lingkungan baru dan bertemu dengan lebih banyak
orang sehingga beresiko tertular atau menularkan penyakit, maka pemerintah melalui
kementerian kesehatan republik indonesia sejak tahun 1984 telah mulai melaksanakan
program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan istilah
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14 November 1987
melalui surat keputusan bersama dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.

Sesuai dengan keputusan menteri kesehatan republik indonesia Nomor


1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. Bulan
imunisasi anak sekolah yang selanjutnya disebut BIAS adalah bentuk operasional dari
imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap
tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1,2 dan 3 di seluruh Indonesia. Pemberian
imunisasi atau vaksin kepada anak sekolah ini merupakan kebijakan pemerintah pusat
yang harus dilaksanakan di seluruh Indonesia. Imunisasi adalah suatu cara untuk
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
menderita penyakit tersebut. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk
memperpanjang masa perlindungan. Pelaksanaan kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) dilaksanakan oleh puskesmas dan monitoring dilakukan oleh dinas
kesehatan.

PERMASALAHAN

1. Angka penyakit menular yang masih tinggi pada anak yang didapat dicegah
dengan imunisasi

2. Belum mulai kegiatan sekolah secara langsung, sehingga harus dilakukan di


puskesmas

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI:


1. Melakukan imunisasi lanjutan campak pada anak kelas 1 SD

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, Tanggal :Jumat, 16 Spetember 2020

 Pukul : 08.30 - 10.30 WIB

 Tempat : UPT Puskesmas Duri Kota

MONITORING DAN EVALUASI:

1. Kegiatan berlangsung lancar

2. Meminta orang tua untuk melanjutkan imunisasi di kelas 2 dan 3

F3. Bulan Imuniasi Anak Sekolah di Kelurahan Talang Mandi

Peserta : SDN 05, SDN 06, SDN 14, SDN 16 Talang Mandi, Staff
Puskesmas, Staff Kelurahan Talang Mandi

Hari/Tanggal : Rabu, 21 September 2020

LATAR BELAKANG .

Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi belum cukup untuk melindungi terhadap
penyakit, sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap
tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi, pada usia sekolah anak-
anak mulai berinteraksi dengan lingkungan baru dan bertemu dengan lebih banyak
orang sehingga beresiko tertular atau menularkan penyakit, maka pemerintah melalui
kementerian kesehatan republik indonesia sejak tahun 1984 telah mulai melaksanakan
program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan istilah
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14 November 1987
melalui surat keputusan bersama dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.

Sesuai dengan keputusan menteri kesehatan republik indonesia Nomor


1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. Bulan
imunisasi anak sekolah yang selanjutnya disebut BIAS adalah bentuk operasional dari
imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap
tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1,2 dan 3 di seluruh Indonesia. Pemberian
imunisasi atau vaksin kepada anak sekolah ini merupakan kebijakan pemerintah pusat
yang harus dilaksanakan di seluruh Indonesia. Imunisasi adalah suatu cara untuk
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
menderita penyakit tersebut. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk
memperpanjang masa perlindungan. Pelaksanaan kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) dilaksanakan oleh puskesmas dan monitoring dilakukan oleh dinas
kesehatan.

PERMASALAHAN

1. Angka penyakit menular yang masih tinggi pada anak yang didapat dicegah
dengan imunisasi

2. Belum mulai kegiatan sekolah secara langsung, sehingga harus dilakukan di


puskesmas

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI:

1. Melakukan imunisasi lanjutan campak pada anak kelas 1 SD

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, Tanggal :Rabu, 21 September 2020

 Pukul : 08.30 - 10.30 WIB

 Tempat : Gedung Serbaguna Kantor Kelurahan Talang Mandi

MONITORING DAN EVALUASI:

1. Kegiatan berlangsung lancar

2. Meminta orang tua untuk melanjutkan imunisasi di kelas 2 dan 3

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


F4. Pembagian tablet besi sebagai upaya pencegahan anemia pada Ibu Hamil di
Posyandu Kasih Bunda Kelurahan Duri Barat

Peserta : Ibu hamil di posyandu kasih bunda, kelurahan Duri Barat

Hari : 29 September 2020, pukul : 11.00-13.00

LATAR BELAKANG

Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama di dunia hingga saat
ini. Menurut World Health Organization (WHO) (2011) anemia pada kehamilan
didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika kadar hemoglobin di dalam darah kurang
dari 11 g/dl. Angka kejadian anemia di seluruh dunia cukup tinggi dan terjadi hampir
di seluruh negara. Secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia
adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil di perkirakan di Asia sebesar
48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%, dan Eropa 25,1%. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
sebesar 37,1%. Hal ini menunjukkan bahwa anemia merupakan masalah kesehatan
serius yang memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian ibu serta dapat memengaruhi pregnancy outcome.
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh pada ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Masalah yang dapat timbul akibat
anemia adalah keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat
kelelahan otot rahim dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin
maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan.
Anemia yang tidak tertangani juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
Anemia sebagai penyebab kematian langsung dan tidak langsung memiliki angka
rata-rata 6,37% di Afrika, 7,26% di Asia dan 3,0% di Amerika Latin. Dari hasil
estimasi risiko populasi diketahui ada hubungan yang kuat antara anemia berat
dengan kematian ibu, namun tidak untuk anemia ringan dan sedang. Anemia berat
karena malaria pada primigravida diperkirakan dapat menyebabkan 9 kematian dari
100.000 kelahiran hidup sedangkan anemia berat akibat selain malaria (sebagian besar
karena masalah nutrisi) menyebabkan 41 kematian dari 100.000 kelahiran hidup.
Selain berdampak pada ibu, kondisi anemia juga berdampak pada janin yang
dikandung ibu, diantaranya dapat menyebabkan terjadinya aborsi, lahir mati, berat
badan lahir rendah dan perdarahan sebelum ataupun saat persalinan (Brabin, et al.,
2001). Dampak lain yang mungkin terjadi adalah kurangnya oksigen dalam rahim
(hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir.
Suatu penelitian pernah dilakukan untuk menilai kontribusi pelayanan postnatal
terhadap risiko kematian neonatal dan kontribusi relatif konsumsi zat besi/asam folat
pada periode antenatal dalam mencegah kematian neonatal di Indonesia. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan ibu yang mengkonsumsi zat besi/asam folat selama
periode kehamilan memiliki risiko penurunan terhadap kematian neonatal hingga
51%.
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti
infeksi dan kekurangan zat besi. Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia
adalah anemia defisiensi besi dan upaya penanggulangan dilakukan dengan
pemberian tablet besi yang pada tahun 2012 upaya ini mencapai 85%. Persentase
tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 83,3%.
Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu
hamil melalui pemberian 90 tablet besi selama periode kehamilan namun angka
kejadian anemia masih tergolong tinggi di Indonesia.
Dari uraian di atas kita ketahui dampak anemia yang begitu besar pada ibu dan
janin yang dikandungnya sehingga penting untuk tenaga pelayanan kesehatan
menekan angka kejadian anemia ibu hamil yang diharapkan dapat pula menurunkan
angka kematian ibu di Indonesia.

PERMASALAHAN
1. Kurangnya perhatian terhadap kejadian anemia pada kehamilan yang berdampak
dengan peningkatan angka kematian ibu

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Pembagian tablet besi kepada ibu hamil
2. Menjelaskan tanda dan gejala serta dampak anemia pada ibu hamil

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan:
 Hari : Selasa
 Tanggal : 29 September 2020, 11.00-13.00
 Tempat : Posyandu Kasih Bunda, Jl. Sumur Ladang, RT 2 RW 11, Kelurahan
Duri Barat, Kec. Mandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan terlaksana dengan baik

2. Ibu hamil mendapatkan tablet besi

3. Ibu hamil mengetahui tanda dan gejala anemia pada kehamilan serta dampak
pada kehamilan dan bayi.

F4. Upaya Pencegahan Stunting di Posyandu Imam Bonjol, Kel. Duri Timur

Peserta : Anak yang datang imunisasi ke posyandu

Hari, Tanggal : Senin, 5 Oktober 2020

LATAR BELAKANG

Stunting merupakan bentuk kekurangan nutrisi paling sering di dunia disebabkan


oleh akumulasi ketidakcukupan nutrisi dalam waktu cukup lama mulai dari kehamilan
sampai usia 24 bulan. Seorang anak dianggap stunting apabila skor tinggi atau
panjang badan berdasarkan usia (height-for-age) dibawah persentil 2 SD. Secara glob
al, pada tahun 2010 prevalensi anak stunting sebesar 171 juta anak-anak dimana 167 j
uta terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2017, angka tersebut telah mengalami
penurunan dimana mencapai 150,8 juta atau 22,2% anak balita. Tren ini diperkirakan
akan mencapai 21,8% atau 142 juta pada tahun 2020. Angka tertinggi dari balita yang
mengalami stunting terdapat di Asia (55%). Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan. Indonesia merupakan negara yang
ketiga penyumbang terbanyak angka stunting di Asia Tenggara. Berdasarkan data
Riskesdas, (2013), di Indonesia, sekitar 37% anak balita mengalami stunting. Prevalen
si tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terendah di Kepulauan Riau, Y
ogyakarta, DKI, Kalimantan Timur dan Bangka Belitung.
Stunting merupakan suatu proses yang kompleks dimana tidak hanya disebabkan
oleh kekurangan gizi namun terjadi akibat berbagai faktor. Penelitian metaanalisis
oleh Danaei, et al., (2011), mengenai data Demographic and Health Surveys (DHS) di
137 negara berkembang, menunjukkan bahwa faktor utama penyebab dari stunting
adalah BBLR sebesar 10,8 juta kasus. Faktor kedua terbanyak adalah sanitasi yang
tidak layak sebesar 7,2 juta, dan ketiga adalah diare sebesar 5,8 juta. Riskesdas,
(2013), menunjukkan bahwa daerah dengan tempat sanitasi yang rendah cenderung
memiliki angka stunting yang lebih tinggi. Data yang didapatkan dalam Riskesdas,
(2013), menyatakan bahwa status ekonomi, tingkat pendidikan ibu, usia anak, jenis
kelamin anak, dan wilayah tempat tinggal juga dapat mempengaruhi stunting.

PERMASALAHAN

Tingginya angka stunting di Indonesia, diperlukan adanya upaya untuk pencegahan


terjadinya stunting.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Melakukan timbang berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi badan anak

2. Melakukan ploting ke kurva WHO untuk mengetahui status gizi anak

PELAKSANAAN

Hari, Tanggal : Senin, 05 Oktober 2020

Pukul : 11.00 - 13.00

Tempat : Jl. Imam Bonjol, Kel. Duri Timur, Kec. Mandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berlangsung dengan baik

2. Ibu dapat mengetahui tumbuh anak dan jika terdapat berat badan atau tinggi
badan yang tidak sesuai dengan umur dapat dilakukan perbaikan dari gizi anak

F4. Penimbangan dan Pengukuran Balita serta Konseling Gizi Warga


Kelurahan Babussalam di UPT Puskesmas Duri Kota

Peserta : Balita kel. Babussalam


Hari, Tanggal : Senin, 9 November 2020

LATAR BELAKANG

Stunting merupakan bentuk kekurangan nutrisi paling sering di dunia disebabkan


oleh akumulasi ketidakcukupan nutrisi dalam waktu cukup lama mulai dari kehamilan
sampai usia 24 bulan. Seorang anak dianggap stunting apabila skor tinggi atau
panjang badan berdasarkan usia (height-for-age) dibawah persentil 2 SD. Secara glob
al, pada tahun 2010 prevalensi anak stunting sebesar 171 juta anak-anak dimana 167 j
uta terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2017, angka tersebut telah mengalami
penurunan dimana mencapai 150,8 juta atau 22,2% anak balita. Tren ini diperkirakan
akan mencapai 21,8% atau 142 juta pada tahun 2020. Angka tertinggi dari balita yang
mengalami stunting terdapat di Asia (55%). Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan. Indonesia merupakan negara yang
ketiga penyumbang terbanyak angka stunting di Asia Tenggara. Berdasarkan data
Riskesdas, (2013), di Indonesia, sekitar 37% anak balita mengalami stunting. Prevalen
si tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terendah di Kepulauan Riau, Y
ogyakarta, DKI, Kalimantan Timur dan Bangka Belitung.

Stunting merupakan suatu proses yang kompleks dimana tidak hanya disebabkan
oleh kekurangan gizi namun terjadi akibat berbagai faktor. Penelitian metaanalisis
oleh Danaei, et al., (2011), mengenai data Demographic and Health Surveys (DHS) di
137 negara berkembang, menunjukkan bahwa faktor utama penyebab dari stunting
adalah BBLR sebesar 10,8 juta kasus. Faktor kedua terbanyak adalah sanitasi yang
tidak layak sebesar 7,2 juta, dan ketiga adalah diare sebesar 5,8 juta. Riskesdas,
(2013), menunjukkan bahwa daerah dengan tempat sanitasi yang rendah cenderung
memiliki angka stunting yang lebih tinggi. Data yang didapatkan dalam Riskesdas,
(2013), menyatakan bahwa status ekonomi, tingkat pendidikan ibu, usia anak, jenis
kelamin anak, dan wilayah tempat tinggal juga dapat mempengaruhi stunting.

PERMASALAHAN

1. Kurangnya monitoring pertumbuhan anak

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Timbang berat badan dan ukur panjang badan anak


2. Pemberian konseling

PELAKSANAAN

Hari, Tanggal : Senin, 09 November 2020

Pukul : 09.00 - 10.30

Tempat : UPT Puskesmas Duri Kota

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan terlaksana dengan baik

2. Ibu diharapkan selalu melakukan monitoring pertumbuhan anak untuk memantau


apakah anak tumbuh dengan tepat

F4. Pembagian Tablet Besi sebagai Upaya Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil
di Posyandu Desa Tasik Serai Timur

Peserta : Ibu hamil di posyandu desa Tasik Serai Timur

Hari : 16 Desember 2020, pukul : 09.00-11.00

LATAR BELAKANG

Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama di dunia hingga saat
ini. Menurut World Health Organization (WHO) (2011) anemia pada kehamilan
didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika kadar hemoglobin di dalam darah kurang
dari 11 g/dl. Angka kejadian anemia di seluruh dunia cukup tinggi dan terjadi hampir
di seluruh negara. Secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia
adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil di perkirakan di Asia sebesar
48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%, dan Eropa 25,1%. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
sebesar 37,1%. Hal ini menunjukkan bahwa anemia merupakan masalah kesehatan
serius yang memerlukan perhatian khusus karena dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian ibu serta dapat memengaruhi pregnancy outcome.
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh pada ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Masalah yang dapat timbul akibat
anemia adalah keguguran (abortus), kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat
kelelahan otot rahim dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin
maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan.
Anemia yang tidak tertangani juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu.
Anemia sebagai penyebab kematian langsung dan tidak langsung memiliki angka
rata-rata 6,37% di Afrika, 7,26% di Asia dan 3,0% di Amerika Latin. Dari hasil
estimasi risiko populasi diketahui ada hubungan yang kuat antara anemia berat
dengan kematian ibu, namun tidak untuk anemia ringan dan sedang. Anemia berat
karena malaria pada primigravida diperkirakan dapat menyebabkan 9 kematian dari
100.000 kelahiran hidup sedangkan anemia berat akibat selain malaria (sebagian besar
karena masalah nutrisi) menyebabkan 41 kematian dari 100.000 kelahiran hidup.
Selain berdampak pada ibu, kondisi anemia juga berdampak pada janin yang
dikandung ibu, diantaranya dapat menyebabkan terjadinya aborsi, lahir mati, berat
badan lahir rendah dan perdarahan sebelum ataupun saat persalinan (Brabin, et al.,
2001). Dampak lain yang mungkin terjadi adalah kurangnya oksigen dalam rahim
(hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir.
Suatu penelitian pernah dilakukan untuk menilai kontribusi pelayanan postnatal
terhadap risiko kematian neonatal dan kontribusi relatif konsumsi zat besi/asam folat
pada periode antenatal dalam mencegah kematian neonatal di Indonesia. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan ibu yang mengkonsumsi zat besi/asam folat selama
periode kehamilan memiliki risiko penurunan terhadap kematian neonatal hingga
51%.
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti
infeksi dan kekurangan zat besi. Penyebab utama anemia pada ibu hamil di Indonesia
adalah anemia defisiensi besi dan upaya penanggulangan dilakukan dengan
pemberian tablet besi yang pada tahun 2012 upaya ini mencapai 85%. Persentase
tersebut mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 83,3%.
Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu
hamil melalui pemberian 90 tablet besi selama periode kehamilan namun angka
kejadian anemia masih tergolong tinggi di Indonesia.
Dari uraian di atas kita ketahui dampak anemia yang begitu besar pada ibu dan
janin yang dikandungnya sehingga penting untuk tenaga pelayanan kesehatan
menekan angka kejadian anemia ibu hamil yang diharapkan dapat pula menurunkan
angka kematian ibu di Indonesia.

PERMASALAHAN
1. Kurangnya perhatian terhadap kejadian anemia pada kehamilan yang berdampak
dengan peningkatan angka kematian ibu

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Pembagian tablet besi kepada ibu hamil
2. Menjelaskan tanda dan gejala serta dampak anemia pada ibu hamil

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan:
 Hari : Rabu
 Tanggal : 16 Desember 2020, 09.00-11.00
 Tempat : Posyandu, Desa Tasik Serai Timur
MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan terlaksana dengan baik

2. Ibu hamil mendapatkan tablet besi

3. Ibu hamil mengetahui tanda dan gejala anemia pada kehamilan serta dampak
pada kehamilan dan bayi.

F4. Pemantauan Status Gizi Balita di desa Serai Wangi

Peserta : Balita di desa Serai Wangi

Hari, Tanggal : Kamis, 21 Januari 2021

LATAR BELAKANG

Stunting merupakan bentuk kekurangan nutrisi paling sering di dunia disebabkan


oleh akumulasi ketidakcukupan nutrisi dalam waktu cukup lama mulai dari kehamilan
sampai usia 24 bulan. Seorang anak dianggap stunting apabila skor tinggi atau
panjang badan berdasarkan usia (height-for-age) dibawah persentil 2 SD. Secara glob
al, pada tahun 2010 prevalensi anak stunting sebesar 171 juta anak-anak dimana 167 j
uta terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2017, angka tersebut telah mengalami
penurunan dimana mencapai 150,8 juta atau 22,2% anak balita. Tren ini diperkirakan
akan mencapai 21,8% atau 142 juta pada tahun 2020. Angka tertinggi dari balita yang
mengalami stunting terdapat di Asia (55%). Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan. Indonesia merupakan negara yang
ketiga penyumbang terbanyak angka stunting di Asia Tenggara. Berdasarkan data
Riskesdas, (2013), di Indonesia, sekitar 37% anak balita mengalami stunting. Prevalen
si tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan terendah di Kepulauan Riau, Y
ogyakarta, DKI, Kalimantan Timur dan Bangka Belitung.

Stunting merupakan suatu proses yang kompleks dimana tidak hanya disebabkan
oleh kekurangan gizi namun terjadi akibat berbagai faktor. Penelitian metaanalisis
oleh Danaei, et al., (2011), mengenai data Demographic and Health Surveys (DHS) di
137 negara berkembang, menunjukkan bahwa faktor utama penyebab dari stunting
adalah BBLR sebesar 10,8 juta kasus. Faktor kedua terbanyak adalah sanitasi yang
tidak layak sebesar 7,2 juta, dan ketiga adalah diare sebesar 5,8 juta. Riskesdas,
(2013), menunjukkan bahwa daerah dengan tempat sanitasi yang rendah cenderung
memiliki angka stunting yang lebih tinggi. Data yang didapatkan dalam Riskesdas,
(2013), menyatakan bahwa status ekonomi, tingkat pendidikan ibu, usia anak, jenis
kelamin anak, dan wilayah tempat tinggal juga dapat mempengaruhi stunting.

PERMASALAHAN

2. Kurangnya monitoring pertumbuhan anak

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

3. Timbang berat badan dan ukur panjang badan anak

4. Pemberian konseling

PELAKSANAAN

Hari, Tanggal : Kamis, 21 Januari 2021

Pukul : 09.00 - 10.30


Tempat : UPT Puskesmas Serai Wangi dan Posyandu desa Serai Wangi

MONITORING DAN EVALUASI

3. Kegiatan terlaksana dengan baik

4. Ibu diharapkan selalu melakukan monitoring pertumbuhan anak untuk memantau


apakah anak tumbuh dengan tepat

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN


TIDAK MENULAR

F5. Penelusuran Kontak Erat Pasien Covid di Kelurahan Babussalam

Peserta : Warga Jl. Kesehatan Kel Babussalam

Hari, Tanggal : Selasa, 29 September 2020

LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan jenis baru dan virus corona yang sebelumnya belum pernah
teridentifikasi pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yaitu gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Meluasnya penyebaran COVID-19 ke
berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality
Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 30 September 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 287.008
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 10.740 kasus meninggal. Kasus di provinsi Riau
sendiri, dilaporkan 7.622 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 159 kasus meninggal.
Dan di Kabupaten Bengkalis dilaporkan 808 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 17
kasus meninggal.

Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih
dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan
COVID-19. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-
19.

PERMASALAHAN

1. Pasien COVID-19 kontak dengan anggota keluarga sehingga harus dilakukan


penelusuran guna mencegah terjadinya penularan lebih luas

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Dilakukan pendataan kontak erat pasien COVID-19

2. Memberikan arahan untuk tetap melakukan isolasi mandiri kepada kontak erat
selama 14 hari

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, tanggal: Kamis, 24 September 2020

 Pukul : 11.00-13.00

 Tempat : Rumah warga jl. Kesehatan, Kel. Babussalam, Kec. Mandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berlansung dengan baik


2. Kontak erat berhasil didata dan diminta untuk melakukan isolasi mandiri selama
14 hari guna mecegah penularan lebih lanjut.

F5. Penelusuran Kontak Erat Pasien Covid di Kelurahan Air Jamban

Peserta : Warga Kel. Air Jamban

Hari, Tanggal : Sabtu, 24 Oktober 2020

LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan jenis baru dan virus corona yang sebelumnya belum pernah
teridentifikasi pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yaitu gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Meluasnya penyebaran COVID-19 ke
berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality
Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 30 September 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 287.008
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 10.740 kasus meninggal. Kasus di provinsi Riau
sendiri, dilaporkan 7.622 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 159 kasus meninggal.
Dan di Kabupaten Bengkalis dilaporkan 808 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 17
kasus meninggal.
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih
dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan
COVID-19. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-
19.

PERMASALAHAN

1. Pasien COVID-19 kontak dengan anggota keluarga sehingga harus dilakukan


penelusuran guna mencegah terjadinya penularan lebih luas

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Dilakukan pendataan kontak erat pasien COVID-19

2. Memberikan arahan untuk tetap melakukan isolasi mandiri kepada kontak erat
selama 14 hari

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, tanggal: Kamis, 26 Oktober 2020

 Pukul : 11.00-13.00

 Tempat : Rumah warga Kel. Air Jamban, Kec. Mandau

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berlansung dengan baik

2. Kontak erat berhasil didata dan diminta untuk melakukan isolasi mandiri selama 14
hari guna mecegah penularan lebih lanjut.

F5. Identifikasi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular di Desa Bathin Betuah

Peserta : Warga Desa Bathin Betuah

Hari, Tanggal : Selasa, 27Oktober 2020

LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global.
Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada
tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di
negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian
yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh
PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi
penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit
cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan
penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama
menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan
terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari
populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker,
penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi
akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta
jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular
seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa
saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.4 Pada negara-negara menengah dan
miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang
dan disability (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali dari
kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.

PERMASALAHAN

1. Masih rendahnya pengetahuan tentang faktor risiko dari penyakit tidak menular

2. Masih banyak warga yang belum mengetahui tentang faktor risiko penyakit tidak
menular pada diri mereka

3. Warga yang sudah terdapat penyakit tidak menular, masih jarang untuk kontrol ke
fasilitas kesehatan

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Identifikasi faktor risiko penyakit tidak menular dari anamnesis

2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah, berat badan, dan pemeriksaan khusus


lainnya

3. Melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan gula darah, asam urat,


dan kolesterol

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, tanggal: Selasa, 27 Oktoberr 2020

 Pukul : 08.30-13.00

 Tempat : Rumah kader di Desa Bathin Betuah

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan dengan baik

2. Warga jadi mengetahui faktor risiko penyakit tidak menular pada diri mereka dan
bagaimana cara untuk pengontrolan penyakit tidak menular tersebut

F5. Pemberian Obat Albendazol pada Anak Usia Sekolah di Puskesmas Duri
Kota

Peserta : Warga Kelurahan Air Jamban

Hari, Tanggal : Rabu, 4 November 2020

LATAR BELAKANG

Infeksi kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia yang masih tinggi prevalensinya terutama pada kelompok umur balita dan
anak usia sekolah dasar terutama di daerah pedesaan dan daerah kumuh perkotaan.
Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim
basah dimana hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini ditularkan melalui telur
yang ada di dalam kotoran manusia dan mencemari tanah yang sanitasinya buruk.
Lebih dari 1,5 miliar orang atau sekitar 24% dari populasi manusia di dunia
terinfeksi kecacingan, khususnya usia anak pra sekolah sebesar 270 juta anak dan usia
anak sekolah dasar sebesar lebih dari 600 juta anak.Di tahun 2006 diketahui bahwa
kejadian kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1,2 miliar orang terinfeksi cacing
Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura dan 740 juta
orang terinfeksi Hookworm.

Penyakit kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%,
bahkan di wilayah - wilayah tertentu dengan sanitasi yang buruk prevalensi
kecacingan bisa mencapai 80%. Di Indonesia penyakit kecacingan tersebar luas di
pedesaan maupun di perkotaan. Hasil survei infeksi kecacingan di Sekolah Dasar
(SD) di beberapa provinsi menunjukan prevalensi sekitar 60-80%, sedangkan untuk
semua umur berkisar antara 40-60%. Dari hasil survei prevalensi yang dilakukan pada
10 provinsi di Indonesia sejak tahun 2002-2005, prevalensi kecacingan pada murid
SD di Kabupaten Pesisir Selatan cukup tinggi dibanding kabupaten lain. Tahun 2003
prevalensi kecacingan paling tinggi yaitu 85,77%. Tahun 2005 prevalensi kecacingan
urutan kedua tertinggi setelah Lombok Timur yaitu 51,36%.

Prevalensi kecacingan masih relatif tinggi yaitu sebesar 32,6% dan di dominasi
oleh Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm, Strongyloides, Necator
americanus. Penyakit yang sering terjadi ini sangat menggangu tumbuh kembang
anak. Jika berlangsung lama pada anak Sekolah Dasar, maka akan mengurangi
kemampuan belajar anak dan kesehatan anak. Sehingga sangat penting untuk
mengenali dan mencegah penyakit kecacingan pada anak sejak dini. Gangguan yang
ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga sampai berat bahkan sampai
mengacam jiwa. Penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari tanah kepada
manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke
mulut bersama makanan.

PERMASALAHAN

1. Pemberian obat cacing diharapkan dapat menurunkan angka infeksi parasit


cacing di Kel. Air Jamban

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Pemberian obat albendazol pada anak usia prasekolah dan sekolah

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, tanggal: Rabu, 4 November 2020

 Pukul : 08.30-10.30

 Tempat : UPT Puskesmas Duri Kota

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berjalan dengan baik

2. Obat albendazol diberikan kepada anak prasekolah dan sekolah sehingga


diharapkan angka anak dengan infeksi parasit cacing menjadi berkurang

F5. Pengawasan Kampanye untuk Mematuhi Protokol Kesehatan COVID-19

Peserta : Masyarakat, Banwaslu, Paslon, Timses, Staff Puskesmas

Hari, Tanggal : Minggu, 25 Oktober 2020

LATAR BELAKANG

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan


COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru/cluster pada tempat-
tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam
situasi pandemi COVID-19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih sehat,
lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di
masyarakat serta memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran masyarakat
untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular dan
menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Substansi protokol kesehatan pada masyarakat harus memperhatikan titik kritis


dalam penularan COVID-19 yang meliputi jenis dan karakteristik kegiatan/aktivitas,
besarnya kegiatan, lokasi kegiatan (outdor/indoor), lamanya kegiatan, jumlah orang
yang terlibat, kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, anak-anak, lansia, dan
penderita komorbid, atau penyandang disabilitas yang terlibat dan lain sebagainya.
Dalam penerapan protokol kesehatan harus melibatkan peran pihakpihak yang terkait
termasuk aparat yang akan melakukan penertiban dan pengawasan.

PERMASALAHAN

1. Keramaian kampanye dapat memudahkan penularan COVID-19 jika tidak


mematuhi protokol kesehatan

2. Banyakya masyarakat yang tidak memakai masker

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Pembagian masker kepada yang tidak memakai masker

2. Mengatur jarak antar peserta kampanye bekerjasama dengan banwaslu dan


kepolisian

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan:

 Hari, tanggal: Minggu, 25 Oktober 2020

 Pukul : 09.00-22.00

 Tempat : Kel. Duri Timur dan Kel. Duri Barat

MONITORING DAN EVALUASI

1. Kegiatan berlangsung baik

2. Peserta kampanye mematuhi aturan protokol kesehatan COVID-19

UPAYA PENGOBATAN DASAR

F6. Upaya Pengobatan Skabies di Puskesmas Duri Kota

Peserta : Pasien poliklinik di Puskesmas Duri Kota

Hari, tanggal: Selasa, 15 September 2020

LATAR BELAKANG
Skabies adalah infestasi ektoparasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes
scabiei var. Hominis, yang merupakan kutu parasit berkaki delapan yang mampu
menggali terowongan di kulit dan menyebabkan rasa gatal pada malam hari,
mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis,
hangat, dan lembab. Skabies berasal dari bahasa latin scabere yang artinya to scratch.
Diperkirakan saat ini lebih dari 300 juta orang di dunia yang menderita skabies.
Perkembangan penyakit ini dipengaruhi banyak faktor, antara lain sosial ekonomi
yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual bersifat promiskuitas, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat
dimasukkan dalam Infeksi menular seksual (IMS).

PERMASALAHAN

1. Identitas Pasien

Nama : An. H

Umur : 10 tahun

Alamat : Kel. Babussalam, Kec. Mandau

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal Periksa : 15 September 2020

2. Anamnesis : (Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 15 September


2020 pukul 09.00 WIB)

Keluhan Utama

Bintil merah di sela jari tangan dan kaki, serta perut pasien yang semakin banyak
sejak kisaran 2 hari lalu

Keluhan Tambahan

Gatal terutama pada malam hari

Riwayat Perjalanan Penyakit


Kisaran 1 minggu lalu timbul bintil merah seukuran kepala jarum pentul
beberapa buah pada sela jari tangan. Bintil disertai gatal terutama pada malam
hari. Pasien sering menggaruk bintil hingga lecet. Pasien tidak berobat.

Kisaran 2 hari lalu bintil merah di sela jari semakin bertambah banyak.
Timbul bintil merah yang disertai gatal pada sela jari kaki, dan perut. Gatal
dirasakan lebih sering pada malam hari. Pasien menggaruk bintil hingga lecet dan
berdarah. Lalu pasien berobat ke poliklinik anak Puskesmas Duri Kota

Riwayat Penyakit Dahulu

 Keluhan timbul bintil merah pada sela jari tangan kanan dan kiri, sela jari
kaki kanan dan kiri, dan perut sebelumnya tidak ada

 Riwayat timbul bintil merah setelah mengkonsumsi obat tidak ada

 Riwayat alergi makanan tidak ada

 Riwayat sesak napas disertai mengi dan bersin-bersin di pagi hari tidak ada

Riwayat Pengobatan

Pasien sebelumnya belum pernah berobat

Riwayat Penyakit Keluarga

 Timbul bintil merah disertai gatal di kaki dan tangan pada adik kandung
kakak kandung, dan orang tua yang tinggal serumah

 Riwayat timbul bintil merah setelah mengkonsumsi obat pada keluarga tidak
ada

 Riwayat alergi makanan pada keluarga tidak ada

 Riwayat sesak napas disertai mengi dan bersin-bersin di pagi hari pada
keluarga tidak ada

Riwayat Higienitas

 Pasien menggunakan handuk bersama dengan anggota keluarga lain

 Pasien mandi 2 kali sehari


3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalikus

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 98x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5ºC

Keadaan Spesifik

Kepala : Normosefali

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum

Telinga : Meatus akustikus eksternus lapang, tidak ada sekret

Mulut : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 tenang

Leher : Tidak ada kelainan

Thoraks : Bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada

Cor : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Pulmo : Suara vesikular normal, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Abdomen : Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, bising usus normal

Ekstremitas : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, akral hangat

KGB : Tidak ada pembesaran KGB regio colli, axilla, dan inguinal

Status Dermatologikus
Regio interdigitalis digiti III-V manus dextra et sinistra , Pedis dextra et sinistra,
abdomen : Papul eritem- hiperpigmentasi multipel, milier-lentikuler, diskret;
Erosi-ekskoriasi multipel, ireguler, diskret; Krusta coklat-hitam multiple diskret

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Diagnosis : Skabies

Tatalaksana Non Farmakologi :

 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit disebabkan tungau dan dapat


menular dan bersarang pada karpet, sprei, baju, handuk, dan lain-lain.

 Menjelaskan kepada pasien untuk merendam pakaian, sarung kasur dan bantal,
dan handuk yang digunakan dengan menggunakan air panas.

 Menjelaskan kepada pasien untuk mencuci dan menjemur kasur dan bantal
secara teratur minimal 1 kali seminggu.

 Menyarankan kepada pasien untuk mengajak anggota keluarga dengan gejala


serupa untuk berobat.

 Menjelaskan kepada pasien cara pemakaian obat yang benar, yaitu dioleskan ke
seluruh tubuh mulai dari leher ke bawah pada malam hari sebelum tidur, hindari
terkena air setelah pemakaiannya, biarkan minimal 8 jam dan keesokan harinya
dibilas, dan obat cukup dipakai 1 kali.

Tatalaksana Farmakologi

 Topikal: Krim permetrin 5% sekali pakai selama 8-14 jam

 Sistemik : Cetrizin sirup 1 x 1 (per oral)

MONITORING DAN EVALUASI

Keluhan hilang setelah pasien menggunakan obat dengan cara yang benar dan
menjalankan edukasi dengan benar. Jika didapatkan keluhan tidak menghilang 1
minggu kemudian, pengobatan dapat diulangi dan edukasi kembali agar pasien dapat
memutus rantai penularan skabies.

F6. Upaya Pengobatan Hipertensi di UPT Puskesmas Serai Wangi


LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan dalam
praktik kedokteran primer. Menurut NHLBI (National Heart, Lung, and Blood
Institute), 1 dari 3 pasien menderita hipertensi. Hipertensijuga merupakan faktor
risiko infark miokard, stroke, gagal ginjal akut dan juga kematian. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1% dibandingkan
27,8% pada Riskesdas tahun 2013.

Komplikasi hipertensi dapat mengenai berbagai organ target seperti jantung


(penyakit jantung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung), otak (stroke),
ginjal (gagal ginjal), mata (retinopati), juga arteri perifer (klaudikasio intermiten).
Kerusakan organ-organ tersebut bergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan
berapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati.

PERMASALAHAN

1. Identifikasi Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 56 tahun

Alamat : Serai Wangi

Pekerjaan : IRT

2. Anamnesis

Pasien datang ke poliklinik UPT Puskesmas Serai Wangi untuk kontrol tekanan darah.
Keluhan lain seperti nyeri kepala, jantung berdebar, sesak napas disangkal

Riwayat darah tinggi (+)

Riwayat kencing manis (-)

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum


Keadaan umum : tampak sakit ringan

Sensorium: composmentis

TD : 156/102 mmHg

HR : 88 x/m

RR : 20 x/m

T : 36.5’C

Pemeriksaan Fisik Khusus

Kepala : Normosefali

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O

Cor

I : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus cordis tidak teraba

P : batas jantung dalam batas normal

A : BJ 1-2, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :

I : simetris statis, dinamis tidak ada bagian yang tertinggal

P : stem fremitus normal/normal

P : sonor

A : vesikuler (+), ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : datar, lemas, timpani, BU (+) N

Ekstremitas : akral hangat, edema pretibia (-)

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. Diagnosis

Hipertensi

2. Tatalaksana Non Farmakologi

Diet rendah garam

Aktivitas fisik secukupnya

3. Tatalaksana Farmakologi

Amlodipin 5 mg 1x1

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan

1. Hari, tanggal: Sabtu, 30 Januari 2021

2. Pukul : 09.30 WIB

3. Tempat : Poliklinik UPT Puskesmas Serai Wangi

MONITORING DAN EVALUASI

1. Minta pasien untuk rutin kontrol tekanan darah di faskes setiap minggu

2. Minum obat secara rutin dan benar

3. Minta pasien untuk melakukan dier rendah garam dan beraktivitas untuk
membantu mengontrol tekanan darah

F6. Upaya Pengobatan PPOK di UPT Puskesmas Serai Wangi

LATAR BELAKANG

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit yang
memilki beban kesehatan tertinggi.World Health Organization (WHO) dalam Global
Status of Non-communicable Diseases tahun 2010 mengkategorikan PPOK ke dalam
empat besar penyakit tidak menular yang memiliki angka kematian yang tinggi
setelah penyakit kardiovaskular, keganasan dan diabetes. GOLD Report 2014
menjelaskan bahwa biaya untuk kesehatan yang diakibatkan PPOK adalah 56% dari
total biaya yang harus dibayar untuk penyakit respirasi. Biaya yang paling tinggi
adalah diakibatkan kejadian eksaserbasi dari penyakit ini.Kematian menjadi beban
sosial yang paling buruk yang diakibatkan oleh PPOK, namun diperlukan parameter
yang bersifat konsisten untuk mengukur beban sosial. Parameter yang dapat
digunakan adalah Disability-Adjusted Life Year (DALY), yaitu hasil dari
penjumlahan antara Years of Life Lost (YLL) dan Years Lived with Disability
(YLD). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperkirakan pada tahun 2030, PPOK
akan menempati peringkat ketujuh, dimana sebelumnya pada tahun 1990 penyakit ini
menempati urutan keduabelas

PERMASALAHAN

1. Identifikasi Pasien

Nama : Tn. L

Umur : 52 th

Alamat : BGM

Pekerjaan : Petani

2. Anamnesis

Keluhan Utama : Sesak napas sejak 1 bulan yang lalu

Keluhan tambahan : batuk

Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien mengeluh sesak napas sejak 1 bulan yang
lalu. Sesak tidak dipengaruhi aktivitas, debu, dan cuaca. Sesak juga tidak
dipengaruhi oleh posisi. Batuk (+), demam (-), keringat malam hari (-),
penurunan berat badan (-), nafsu makan biasa, BAB dan BAK biasa

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat darah tinggi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat sakit jantung (-)


Riwayat sakit paru-paru (-)

Riwayat kebiasaan :

Riwayat merokok dari umur 10 tahun, banyak 1 bungkus perhari (sedang)

Riwayat alkohol (+)

Riwayat penyakit keluarga : disangkal

Riwayat Pengobatan : disangkal

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Sensorium: composmentis

TD : 120/75 mmHg

HR : 82 x/m

RR : 24 x/m

T : 36.8’C

Pemeriksaan Fisik Khusus

Kepala : Normosefali

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O

Cor

I : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus cordis tidak teraba


P : batas jantung dalam batas normal

A : BJ 1-2, murmur (-), gallop (-)

Pulmo :

I : simetris statis, dinamis tidak ada bagian yang tertinggal

P : stem fremitus meningkat/meningkat

P : sonor

A : bronkovesikuler (+) meningkat, rhonkhi basah kasar +/+, wheezing +/+

Abdomen : datar, lemas, timpani, BU (+) N

Ekstremitas : akral hangat, edema pretibia (-)

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Diagnosis

PPOK

2. Tatalaksana Non Farmakologi

Kurangi merokok

3. Tatalaksana Farmakologi

Salbutamol 3 x 4 mg PO

Metil prednison 3 x 4 mg PO

Ambroxol 3 x 30 mg PO

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan

1. Hari, tanggal: 12 Januari 2021

2. Pukul : 09.00 WIB

3. Tempat : UPT Puskesmas Serai Wangi


MONITORING DAN EVALUASI

1. Lakukan pemantauan terhadap keluhan pasien setiap berobat ke poliklinik UPT


Puskesmas Serai Wangi

2. Sarankan kepada pasien untuk berhenti merokok agar keluhan tidak bertambah
berat

3. Pantau penyakit komorbid lain

4. Evaluasi frekuensi, beratnya dan penyebab terjadinya eksaserbasi

F6. Upaya Pengobatan COVID-19

LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan jenis baru dan virus corona yang sebelumnya belum pernah
teridentifikasi pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 yaitu gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.

Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Meluasnya penyebaran COVID-19 ke
berbagai negara dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
penduduk, memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case Fatality
Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tanggal 30 September 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 287.008
kasus konfirmasi COVID-19 dengan 10.740 kasus meninggal. Kasus di provinsi Riau
sendiri, dilaporkan 7.622 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 159 kasus meninggal.
Dan di Kabupaten Bengkalis dilaporkan 808 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 17
kasus meninggal.

Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih
dalam risiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia
dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan
COVID-19. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-
19.

PERMASALAHAN

1. Identifikasi Pasien

Nama : Tn. E

Umur : 36 tahun

Alamat : Jl. Pinang Raya, Kel. Air Jamban

Pekerjaan : Karyawan Swasta

2. Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan hasil rapid test reaktif. Keluhan hilang
penciuman disangkal, hilang perasa disangkal, demam disangkal, batuk
disangkal, nyeri kepala disangkal, mual muntah disangkal, BAB cair disangkal.
Pasien lalu datang ke puskesmas untuk dilakukan SWAB nasofaring dan
orofaring.

Riwayat darah tinggi (-)

Riwayat kencing manis (-)

Riwayat perjalanan keluar kota (-)

3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalikus

Keadaan umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Kompos mentis

Tekanan darah : 120/76 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5ºC

Keadaan Spesifik

Kepala : Normosefali

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : Tidak ada kelainan

Thoraks : Bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada

Cor : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Pulmo : Suara vesikular normal, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Abdomen : Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, bising usus normal

Ekstremitas : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, akral hangat

4. Pemeriksaan Penunjang

Rapid test : Reakitf IgG dan IgM

Swab Orofaring : positif

Swab Nasofaring: positif

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Diagnosis : Covid-19

2. Tatalaksana Non Farmakologi

 Isolasi mandiri selama 10 hari


 Makan makanan yang bergizi

 Hindari stres

 Cuci tangan dan tetap menggunakan masker

3. Tatalaksana Farmakologi

 Vit C 1x500 mg selama 14 hari

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan

1. Hari, tanggal: Senin, 26 Oktober 2020

2. Pukul : 11.00

3. Tempat : UPT Puskesmas Duri Kota

MONITORING DAN EVALUASI

1. Pantau keluhan pasien

2. Pantau pasien agar selalu melakukan isolasi mandiri secara benar dan melakukan
3M

F6. Upaya Pengobatan Tinea Pedis

LATAR BELAKANG

Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial pada kulit, yang disebabkan oleh
dermatofit. Infeksi ini disebabkan oleh tiga genus jamur yaitu Microsporum,
Tricophyton dan Epidermophyton. Jamurjamur ini menyerang permukaan tubuh
yang terkeratinisasi seperti kulit pada tubuh, kulit yang berambut seperti pada kepala,
dan kuku.

Dermatofitosis banyak diderita oleh penduduk yang tinggal di daerah tropis.


Iklim panas dan lembab merupakan salah satu penyebab tingginya insiden tersebut,
selain itu infeksi jamur pada kulit juga dipredisposisi oleh kebersihan yang kurang
sehat, adanya sumber penularan, dan penyakit kronis.
Salah satu infeksi jamur superfisial pada kulit adalah infeksi jamur di sela jari
kaki dan telapak kaki yang dikenal sebagai Tinea pedis atau ringworm of the foot.
Penyebab utama infeksi ini adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton
menthagrophytes, dan Epidermophyton floccosum. Jari yang paling sering terinfeksi
adalah jari ke-empat dan ke-lima yang selanjutnya akan menyebar ke bawah jari dan
sela jari jari.

Tinea pedis paling banyak menyerang pada pria dibanding dengan wanita, serta
tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh etnik atau ras tertentu.Penyakit ini sering
menyerang orang dewasa yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, petani
atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup. Tinea pedis bukan
penyakit yang mengancam jiwa, bentuk klinisnya bisa bertahun-tahun tanpa keluhan
berarti, namun Tinea pedis dapat menjadi masalah yang besar apabila telah muncul
infeksi sekunder (infeksi bakteri) dengan gejala mulai dari yang ringan (bintil-bintil
merah yang perih) hingga yang lebih berat seperti nyeri dan demam. Rasa gatal yang
ditimbulkan setiap hari akibat dari Tinea pedis juga bisa mengganggu aktivitas atau
pekerjaan seseorang sehingga akan menurunkan kualitas hidupnya.

PERMASALAHAN

1. Identifikasi Pasien

Nama : Tn. S,

Umur : 67 tahun

2. Anamnesis

Sejak sekitar 2 pekan yang lalu timbul bercak merah di sela jari kaki kiri
ketiga dan keempat disertai rasa gatal. Pasien belum memberikan pengobatan.

Sekitar 1 pekan yang lalu bercak merah semakin meluas dan rasa gatal
semakin hebat. Terdapat sisik halus menutupi bercak. Lalu pasien berobat ke poli
dewasa Puskesmas Duri Kota

3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalikus
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 86 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,7ºC

Keadaan Spesifik

Kepala : Normosefali

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada


lafgoftalmus, tidak ada madarosis.

Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum, tidak ada deformitas

Telinga : Meatus akustikus eksternus lapang, tidak ada sekret, tidak ada
serumen

Mulut : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang

Leher : Tidak ada pembesaran KGB

Thoraks : Bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada

Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, murmur dan gallop tidak ada

Paru : Suara napas vesikuler normal, ronkhi dan wheezing tidak ada

Abdomen : Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak

teraba, bising usus normal

Ekstremitas : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, akral hangat

KGB : Tidak ada pembesaran KGB regio colli, axilla, dan inguinal

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


Status dermatologikus

Regio interdigitalis III pedis sinistra: Makula erythematous, soliter, lenticular, 1


sebagian ditutupi oleh skuama putih, basah, tipis, selapis, madidans.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1. Diagnosis: Tinea pedis tipe interdigitalis

2. Tatalaksana Non Farmakologi

 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit disebabkan oleh infeksi jamur.

 Edukasi kepada pasien untuk mencuci kaki menggunakan sabun dan


mengeringkan sela-sela jari sesudahnya.

 Menyarankan kepada pasien memakai kaus kaki katun yang menyerap


keringat agar kaki tidak lembab.

 Menyarankan kepada pasien untuk mencuci sepatu dan mengeringkannya

 Menyarankan pasien untuk tidak lama memakai sepatu tertutup.

3. Tatalaksana Farmakologi

 Topikal : krim ketokonazole 2% dioleskan pada lesi setiap 12 jam

 Sitemik : tablet cetirizine 10 mg setiap 24 jam

PELAKSANAAN

Kegiatan dilaksanakan

1. Hari, tanggal: Kamis, 24 September 2020

2. Pukul : 09.00

3. Tempat : UPT Puskesmas Duri Kota, Poli Dewasa

MONITORING DAN EVALUASI

Keluhan hilang setelah pasien menggunakan obat dengan cara yang benar dan
menjalankan edukasi dengan benar. Jika didapatkan keluhan tidak menghilang setelah
pengobatan, pengobatan dapat diulangi dan edukasi kembali agar pasien dapat
menjaga agar kaki tidak lembab.

Anda mungkin juga menyukai