Tim Penyusun:
Diterbitkan Oleh:
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Email : meu.fkui@gmail.com
Hak cipta dipegang oleh Medical Education Unit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Dilarang mengutip, menyalin, mencetak dan memperbanyak isi buku dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari
penulis/penerbit.
ISBN : 978-602-409-369-3
LATAR BELAKANG
Modul evaluasi program ini merupakan bagian dari modul sistem program kesehatan primer di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Modul evaluasi program ini menerapkan konsep lingkaran pemecahan
masalah (problem solving cycle) dalam mengevaluasi suatu program kesehatan dari intitusi program kesehatan,
baik di Puskesmas, Rumah Sakit, maupun Klinik. Proses pembelajaran yang diselenggarakan berupa
merencanakan, menyelenggarakan dan menilai pelaksanaan program kesehatan (problem solving cycle) pada
sarana program kesehatan dasar dengan memperhatikan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
TUJUAN
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta memiliki kompetensi melakukan, membuat evaluasi program dan
plan of action (rencana kerja), yang dapat diterapkan selama bekerja di Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Bila dihadapkan dengan masalah kesehatan dan program kesehatan di rumah sakit, puskesmas atau klinik di
layanan tingkat dasar/sesuai target kompetensi dokter, peserta mampu:
1. Menganalisis situasi kesehatan masyarakat dan program kesehatan pada sarana program kesehatan
primer
3. Mampu merencanakan, menyelenggarakan dan menilai pelaksanaan upaya kesehatan dan program
kesehatan pada sarana program kesehatan primer dengan memperhatikan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral
4. Membuat rekomendasi dan rencana kerja yang bisa diterapkan selama bekerja di puskesmas, rumah
sakit, klinik
EVALUASI PROGRAM
Program kesehatan memiliki tujuan yang luas, termasuk upaya promosi kesehatan, pencegahan atau kontrol
penyakit, pencegahan cedera dan disabilitas, tatalaksana penyakit, serta rehabilitasi. Dalam konteks program
yang bersentuhan dengan pasien, komunitas dan masyarakat luas, perencanaan dan pelaksanaan program
kesehatan menjadi lebih kompleks. Program kesehatan yang sukses dijalankan di sebuah daerah atau kondisi
dapat saja gagal pada daerah dan kondisi lainnya. Banyak faktor yang dapat memengaruhi hal tersebut, seperti
keterbatasan anggaran, sosioekonomi, demografi, geografi, hubungan interpersonal hingga pola kinerja dalam
organisasi. Tuntutan dari pengelola program, terutama pada program yang bersifat vertikal, untuk memenuhi
pencapaian target dengan indikator yang sudah ditetapkan juga menjadikan beberapa program kesehatan
kompleks untuk dijalankan dan dinilai.
Bertambah rumitnya implementasi program kesehatan menuntut adanya upaya pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan program tersebut agar hasil yang diharapkan dapat dicapai secara optimal. Oleh
karenanya, evaluasi program yang kuat menjadi sangat penting. Meski demikian, tidak ada bentuk evaluasi
program yang saklek, mutlak harus dipakai, atau yang paling ’benar’. Terdapat banyak pendekatan dalam
melakukan evaluasi program dan masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri.
Hal yang terpenting dalam evaluasi program adalah kesesuaian dan kerangka berpikir yang logis dalam
menganalisis antara tujuan program, penentuan indikator atau target, dan penilaian capaian sehingga dapat
memberikan umpan balik berupa saran atau rekomendasi terhadap pelaksanaan program kesehatan tersebut
selanjutnya.
Evaluasi
Menurut The American Public Association, evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut
The International Clearing House on Adolescent Fertility Control for Population Options, evaluasi adalah suatu
proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau standar
yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat
dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.
Program dapat didefinisikan secara beragam. Secara umum, program dapat diartikan sebagai serangkaian
aktivitas yang terorganisir dan didukung oleh sumber daya tertentu, baik manusia, finansial ataupun material,
untuk mencapai hasil spesifik yang diinginkan. Program kesehatan berarti segala program yang berkaitan
dengan upaya kesehatan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau institusi, baik terhadap individu,
kelompok, maupun populasi secara umum.
Konsep unsur sistem yang dominan dan mendasar adalah konsep input-procces-output (IPO). Konsep ini
kemudian berkembang sedemikian rupa sehingga memunculkan unsur-unsur baru di dalam sistem yang dikenal
sebagai outcome (dampak), feedback (umpan balik), dan environment (lingkungan) (Lihat Tabel 1).
Unsur Definisi
Masukan (input) Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya
sistem tersebut. Dalam sistem program kesehatan,
masukan terdiri dari tenaga, dana, metoda,
sarana/material –yang dikenal dengan istilah 4M (man,
money, material, and method).
Proses (Process) Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan
menjadi keluaran yang direncanakan. Dalam sistem
program kesehatan terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.
Keluaran (Output) Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem. Contoh: Keluaran
dalam program BIAS Campak adalah cakupan program
di suatu wilayah.
Dampak (Impact) Akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
Biasanya dilakukan pengamatan dalam jangka panjang
atau kerangka yang lebih luas untuk menilai dampak.
Lingkungan Dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem,
(environment) tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam skema sederhana,
keenam unsure tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
I×T×R terdiri atas Importance, Technical Feasibility, dan Resources Availability. Importance diukur
menggunakan penjumlahan dari beberapa parameter, yaitu Prevalence (besarnya masalah), Severity (besarnya
akibat yang ditimbulkan), Rate of Increase (kenaikan besar masalah), Degree of Unmet Need (derajat kebutuhan
masyarakat yang tidak terpenuhi), Social Benefit (keuntungan sosial jika masalah diselesaikan), Public Concern
(kepedulian masyarakat), dan Political Climate (suasana politik). Semua parameter ini memiliki aspek yang
mungkin tumpang tindih, sehingga dengan kesepakatan tim, tidak perlu dimasukkan semuanya. Parameter
tersebut masing-masing diberi skor 1-5. Nilai akhir adalah perkalian dari ketiga aspek I, T, dan R.
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah, maka makin
diprioritaskan masalah tersebut.
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah, maka makin diprioritaskan
masalah tersebut.
Untuk semua variable (unsur-unsur I, T dan R) diberikan nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5
(sangat penting), misalkan untuk variable P (prevalensi), prevalensi yang paling tinggi diberikan nilai yang
tertinggi (5), sedangkan prevalensi terendah diberi nilai 1.
No. Daftar Masalah Importance (P+S+RI+DU+SB+PB+PC) T R I×T×R
P S RI DU SB PB PC Sum
Keterangan:
U = urgency (seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas)
S = seriousness (seberapa serius dampak yang diakibatkan isu
tersebut)
G = growth (seberapa besar kemungkinan isu tersebut semakin
memburuk apabila dibiarkan)
4. Membuat kerangka konsep yang menghubungkan masalah diprioritaskan dengan kemungkinan
penyebab
Setelah memilih salah satu masalah spesifik yang dianggap paling penting, maka masalah tersebut perlu
dieksplorasi untuk mencari kemungkinan penyebab. Perlu diperhatikan bahwa kerangka konsep yang akan
dibuat harus melibatkan semua hubungan sebab-akibat secara teori, dan bukan sekedar aspek yang kita curigai
secara personal sebagai penyebab. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada unsur yang terlewat, walaupun
ada kemungkinan bahwa aspek tersebut tidak sesuai untuk kasus saat ini. Penggunaan istilah yang netral, alih-
alih negatif, juga penting dalam pembentukan kerangka ini. Sebagai contoh, gunakan istilah “pendanaan” dan
bukan “tidak ada dana” untuk menyebutkan salah satu kemungkinan penyebab masalah.
Dua metode yang akan dijelaskan dalam panduan ini adalah diagram pohon masalah dan tulang ikan; dapat
dipilih diantara keduanya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap penyebab masalah dapat saling berhubungan. Oleh karena itu, hubungan ini
harus dapat ditemukan, dan jika memungkinkan, beberapa penyebab dapat dikelompokkan dan akar penyebab
dicari. Hal ini harus teridentifikasi dalam diagram manapun yang digunakan.
Prinsip dalam pembuatan diagram pohon masalah adalah terus bertanya MENGAPA sampai elemen paling
dasar ditemukan. Diagram ini dapat berupa pohon vertikal maupun horizontal. Contoh dapat diamati di bawah.
Diagram Tulang Ikan atau Ishikawa
Diagram tulang ikan adalah bentuk yang lebih terstruktur dari diagram pohon, di mana setiap penyebab
digolongkan menurut kriteria tertentu. Salah satu kategori generik adalah Man (sumber daya manusia), Material
(alat dan sarana), Method (proses, SOP), Material (bahan habis pakai, komoditas), Money (biaya atau dana),
dan Environment (pengaruh lingkungan). Tidak semua M harus digunakan dalam setiap kasus. Metode lain
adalah penggolongan departemen dalam rumah sakit, seperti Farmasi, Dokter, Ners Station, dsb untuk masalah
pemberian obat yang tepat, atau dibagi berdasarkan struktur sebuah program (untuk evapro), seperti Input,
Proses biasanya di isi komponen POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), Lingkungan, dan
Umpan Balik. Contoh dapat diamati di bawah.
5. Mengidentifikasi dan mendefinisikan serta prioritas penyebab masalah
Pada prinsipnya, penyebab masalah dapat diidentifikasi menggunakan tahap yang sama dengan
identifikasi masalah, yaitu dengan melihat adanya perbedaan antara indikator dan pencapaian di aspek input,
proses, dan lingkungan. Selisih ini yang kemudian didefinisikan sebagai penyebab masalah yang harus
diselesaikan. Oleh karena itu, pengamatan mendalam terhadap indikator yang telah ditetapkan oleh pelaksana
layanan menjadi penting, dan jika diperlukan, kita dapat membuat indikator yang sama sekali baru dengan
literature yang sesuai, apalagi jika data yang tersedia dari monitoring tidak mencukupi. Jika dibutuhkan,
penyebab masalah dapat diprioritaskan untuk menyempitkan fokus pencarian alternatif penyelesaian
masalah, menggunakan matriks I×T×R atau USG yang sudah dibahas sebelumnya.
(M×I×V)/C terdiri atas Magnitude (besarnya kemampuan solusi dalam mengatasi masalah), Importance
(seberapa permanen solusi tersebut mampu bertahan), Vulnerability (seberapa cepat solusi tersebut mampu
mempengaruhi masalah), dan Cost (seberapa besar biaya implementasi masalah tersebut). Keempat komponen
diberi skor 1-5, dengan komponen M, I, dan V diberikan skor tinggi jika kemampuan mempengaruhinya besar,
sedangkan komponen C diberi skor tinggi seiring dengan peningkatan biaya. Kemudian prioritas (P) dihitung
dengan mengalikan M, I, V sebagai bagian dari Effectivity dan dibagi dengan C yang merupakan komponen
Efficiency.
M = Magnitude
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar masalah yang dapat diatasi makin tinggi
prioritas jalan keluar tersebut.
I = Importancy
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan penyelesaian masalah. Makin lama bebas
masalah, makin penting jalan keluar tersebut.
V = Vulnerability
Sensitivitas jalan keluar, dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar untuk mengatasi masalah. Makin cepat
teratasi, makin sensitive jalan keluar tersebut.
C = Cost
Ukuran efisiensi alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang
diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak efisien
jalan keluar tersebut. Berikan angka 1 (biaya paling sedikit) sampai dengan angka 5 (biaya paling besar).
Nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif jalan keluar dihitung dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V
dengan C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.
- Dari pemecahan masalah terbaik, dibuat proposal lengkap, yang terdiri dari:.
a. Latar belakang
b. Tujuan
d. Sasaran
- H (how)
Ada beberapa jenis penerapan dalam mengajukan pertanyaan h (How) yang pada dasarnya semua
benar dan bisa digunakan.
a. Menggunakan satu H Bagaimana cara melaksanakan perbaikan?
b. Menggunakan dua H
How Bagaimana cara melaksanakan perbaikan?
How much Berapa besar hasil yang akan dicapai setelah perbaikan?
c. Menggunakan tiga H
How Bagaimana cara melaksanakan perbaikan?
How much effort Berapa besar daya upaya atau usaha yang telah dilakukan dalam perbaikan
ini?
How much benefit Berapa nilai hasil yang akan dicapai setelah perbaikan ini?
Daftar Pustaka