Anda di halaman 1dari 12

JUDUL (F5)

Program BIAS SDN/MIM Wilayah Kerja Puskesmas Eromoko 1

( total SDN 22 sekolah dan 2 MIM)

LATAR BELAKANG

Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi terhadap
penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia anak sekolah.
Oleh karena itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia sekolah dasar
atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Program BIAS dilakukan berdasarkan program pemerintah dan
survey mawas diri masyarakat Wilayah kerja Puskesmas Eromoko 1.

PERMASALAHAN

- Beberapa anak ditunda untuk imunisasi karena demam


- Beberapa anak tidak diperbolehkan orangtua nya mengikuti kegiatan imunisasi di sekolah
- Terdapat beberapa anak yang menolak untuk disuntik karena takut jarum suntik sehingga
sulit untuk diajak koordinasi dan menjadi tidak kooperatif

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

- Memberikan pengetahuan kepada orangtua/wali murid untuk mengantar anaknya melakukan


imunisasi susulan ke puskesmas sesuai hari yang telah ditentukan apabila anak sudah tidak
demam
- Memberikan penyuluhan kepada orang tua/wali murid yang menolak melakukan imunisasi
bahwa imunisasi itu sangat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap
penyakit dan vaksin yang diberikan sudah distandarisasi oleh pemerintah
- Memberikan pengetahuan kepada orang tua/wali murid kelas 1 apabila terjadi demam
setelah vaksin merupakan hal yang wajar dan jangan panik, cukup berikan anak obat
penurun panas. Apabila bekas suntikan bengkak, cukup dikompres dengan air hangat.

PELAKSANAAN

Telah dilakukan program BIAS di:

Tempat: SDN wilayah kerja puskesmas eromoko 1

Waktu: 2 September – 11 September 2020


pukul 07.30 – 10.30

MONITORING DAN EVALUASI

- Memonitoring daftar nama siswa/i yang tidak dapat mengikuti imunisasi dalam program
BIAS di sekolah
- Melaporkan hasil kegiatan kepada penanggung jawab program terkait mengenai siswa/i yang
belum mendapatkan vaksin agar dapat diberiksan vaksin di puskesmas pada waktu yang telah
ditentukan
JUDUL

1. Judul Lap. Kegiatan : Penyuluhan penyakit Covid-19 di lingukngan Pasar


LATAR BELAKANG

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020)Tanda dan gejala
umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan
sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar
kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).

PERMASALAHAN

 Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari
2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai
jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19).
 Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern
(KKMMD/PHEI.
 Pasar merupakan salah satu tempat yang paling beresiko untuk penularan COVID-19
 Meningkatnya angka penularan COVID-19 di Wonogiri
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit COVID-19
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan protocol pencegahan
COVID-19 dalam kehidupan sehari-hari

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERNVENSI

1. Melakukan penyuluhan dengan berkeliling pasar dengan menggunakan protocol kesehatan


2. Melakukan pengukuran suhu pengunjung pasar

PELAKSANAAN

Melakukan kegiatan menggunakan prinsip pencegahan penularan covid-19

1. Pemaparan tentang penyakit COVID-19 dengan bahasa yang mudah dipahami

2. Pemaparan tentang faktor resiko dan cara mencegah penyakit COVID-19

3. Memberikan arahan cara mencuci tangan, social distancing kebersihan diri dan lingkungan
serta penggunaan masker.

MONITORING DAN EVALUASI

Penerapan social distancing dan protocol pencegahan penularan COVID-19 di pasar Eromoko
Judul Lap. Kegiatan      :  Hipertensi Grade II (f6)
PESERTAHADIR
  Masyarakat

LATAR BELAKANG

Proporsi penyebab kematian karena penyakit kardiovaskuler tahun 1986, 1992,

1995 dan 2001 cenderung meningkat. Faktor risiko penyakit Kardiovaslerantara lain

merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi lemak dengan akibat gangguan kadar lemak

dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data bahwa di Indonesia terdapat 28 %

perokok pada usia 10 tahun ke atas, kurang aktivitas fisik merupakan proporsi terbanyak

yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas di pulau Jawa dan Bali terutama untuk

kelompok perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada

perempuan dan cenderung meningkat dengan bertambahnya umur.

Sedangkan angka penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan,

seperti yang dilansir oleh The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa

di dunia menderita Hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh

WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita

hipertensi.

Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan

kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit

cerebrovaskuler. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang,

sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui kalau dirinya

mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat
Hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat

menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan

berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan

sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.

PERMASALAHAN

Permasalahan:

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. BS

Umur : 57 tahun

Alamat : Ngunggahan 02/04

Pekerjaan : Pensiunan

Tanggal Periksa : 7 September 2020

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 7 September 2020

1. Keluhan Utama

Pusing

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu. Pusing

dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluh leher terasa kencang sehingga

pasien tidak bisa tidur. Pasien merupakan pasien rutin pengobatan hipertensi

sejak 1 tahun yang lalu.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat hipertensi : (+) sejak 5 tahun yang lalu

b. Riwayat DM : disangkal

c. Riwayat sakit jantung : disangkal


d. Riwayat mondok : disangkal

e. Riwayat asma/alergi : disangkal

4. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok : (+) sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu

b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 7 September 2020

1. Keadaan Umum : Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital

a. Tensi : 170 / 100 mmHg

b. Nadi : 85 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.

c. Pernapasan : 16 x/menit

d. Suhu : 37,2 °C per axiler

3. Status Gizi

BB = 72 kg TB = 165 cm

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

1. DIAGNOSIS : Hipertensi Stage II

2. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan pendekatan:

a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan

publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi.

b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan

aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan
menghindari terjadi rekurensi faktor risiko.

c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang

diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan

berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan

penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan

organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan

dalam pengendalian hipertensi.

d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk

dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi

yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi

kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan

pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.

PELAKSANAAN

Terapi Non-farmakologis:

Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya

hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha

sebagai berikut :

a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan

b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh

c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur

d. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Terapi famakologis:

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka

kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin

menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai


dengan obat tunggal , masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat

berikutnya mungkin dapat ditarnbahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi.

Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan

respon penderita terhadap obat anti hipertensi.

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :

a. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi

b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan

harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.

c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.

d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan

seumur hidup.

Terapi farmakologis yang diberikan adalah:

- Terapi Oral:

R/ Amlodipin 10 mg No. XXI

S 1 dd 1 tab

Edukasi yang diberikan kepada pasien:

a. Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat

sembuh namun dapat dikontrol dengan modifikasi gaya hidup dan obat

b. Mengontrol faktor risiko, antara lain menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi

asupan garam sehari-hari, menciptakan keadaan rileks, melakukan olah raga teratur

c. Meminum obat secara teratur dan kembali kontrol sebelum obat habis

d. Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat

mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit

lainnya akibat penyakit hipertensi.


MONITORING & EVALUASI

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah
berkurang atau belum. Memeriksa tekanan darah pasien. Ditanyakan apakah obat masih ada atau
tidak. Jika tekanan darah masih belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan
modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari hipertensi, maka pasien perlu
dirujuk ke dokter spesialis.
Judul Lap. Kegiatan      :  Pelaksanaan Poliklinik Umum di Puskesmas Eromoko I
PESERTA HADIR
  Masyarakat
LATAR BELAKANG

Balai Pengobatan umum merupakan salah satu jenis pelayanan di Puskesmas Eromoko I. BP
umum merupakan tempat untuk melayani pemeriksaan umum oleh dokter yang meliputi
observasi, diagnosa, pengobatan tanpa tinggal diruang inap pada sarana kesehatan Puskesmas.

Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Eromoko I melayani pasien dari usia > 6 tahun. Sebagian
besar penyakit yang di keluhkan oleh pasien yaitu hipertensi, diabetes mellitus dan osteoarthritis.
Jika ada pasien yang memerlukan pemeriksaan laboratorium sederhana biasanya kita
menyarankn untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana yang meliputi : HB, asam
urat, GDS, Kolesterol Total.

PERMASALAHAN

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai waktu yang tepat untuk mencari


pertolongan medis.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dalam lingkungan rumah.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kontrol secara rutin

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Dalam pelayanan ini akan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengobatan, dan edukasi
pasien tentang penyakit yang dideritanya. Sedangkan pasien yang tidak bisa ditangani di
Puskesmas Eromoko I akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
PELAKSANAAN

Telah dilakukan kegiatan poliklinik umum di Puskesmas Eromoko I selama periode 6 Agustus
2020 – 6 November 2020. Pemeriksaan meliputi anamnesis tentang gejala utama seperti demam,
nyeri kepala, batuk, sesak, mual muntah, nyeri ulu hati, nyeri perut, nafsu makan, berak encer,
gatal, serta keluhan penyerta. Kemudian dilakukan anamnesis tentang riwayat penyakit, faktor
risiko, riwayat keluarga, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Setelah anamnesis dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisis berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Dan jika diperlukan,
dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium.

MONITORING & EVALUASI

· Pada anamnesis, didapatkan keluhan terbanyak pasien yang datang berobat ke poliklinik
umum yaitu nyeri ulu hati, nyeri sendi, demam, batuk, dan sakit kepala.

· Dari anamnesis tersebut dengan keluhan nyeri ulu hati, paling banyak dengan diagnosis
akhir dyspepsia, keluhan demam, batuk paling banyak dengan diagnosis ISPA, dan keluhan sakit
kepala paling banyak dengan diagnosis hipertensi.

· Pasien yang dirujuk ke rumah sakit sebagian besar adalah pasien yang tidak dapat
ditangani di Puskesmas seperti tumor, katarak, dan trauma.

Anda mungkin juga menyukai