Anda di halaman 1dari 12

F5

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak


Menular
1. PENYULUHAN GEA PADA ANAK
2. EDUKASI PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE II
DAN GAYA HIDUP PENGIDAP DIABETES MELITUS TIPE
II DI POLINDES DUKUPUNTANG
3. VAKSINASI COVID-19 DI PUSKESMAS GEMPOL
4. PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
5. KONSELING PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS
DUKUPUNTANG
F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular (1)
Judul : PENYULUHAN GEA PADA ANAK DI POSYANDU GUNUNGSARI
Latar belakang
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan terdapat
hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak
usia di bawah lima tahun (balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal
karena penyakit ini (World Health Organization (WHO), 2013).
Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di negara berkembang. Sekitar ¾
dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO, yaitu Afrika dan Asia Tenggara. Kematian
balita lebih sering terjadi di daerah pedesaan, kelompok ekonomi dan pendidikan rendah.
Sebanyak ¾ kematian anak umumnya disebabkan penyakit yang dapat dicegah, seperti kondisi
neonatal, pneumonia, diare, malaria, dan measles (WHO, 2013).
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia
karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi. Diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100
penduduk setiap tahunnya. Kematian terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi
berat. 70-80% penderita adalah mereka yang berusia balita. Menurut data Departemen
Kesehatan, diare merupakan penyakit kedua di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian
anak usia balita setelah radang paru atau pneumonia (Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010).
Masalah
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Gastroenteritis, faktor yang dapat memicu serta
tanda dan bahaya khususnya di wilayah kerja Puskesmas Gempol. Penilaian awal terhadap
Gastroenteritis sangat penting sehingga tidak terjadi masalah yang lebih berat kedepannya.
Seperti yang kita ketahui saat ini, masyarakat masih belum mengerti seputar Gastroenteritis dan
apa saja bahaya yang dapat timbul kedepannya.
Perencanaan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi terkait seputar Gastroenteritis .
Intervensi dapat dilakukan dengan cara penyuluhan kesehatan di Posyandu, dikarenakan peserta
dapat mencakup semua kalangan.
Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 19 April 2020, bertempat di
Posyandu Desa Gunungsari wilayah kerja Puskesmas Gempol Kecamatan Gempol Kabupaten
Cirebon. Penyuluhan ini dibawakan oleh dokter intership, diikuti oleh masyarakat. Disela-sela
materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.
Monitoring
Peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut sekitar 18 orang. Penyuluhan berlangsung selama
15 menit. Selama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian
materi juga dilakukan secara 2 arah agar masyarakat dapat lebih menyimak materi yang ingin
disampaikan dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta mengenai Gastroenteritis .
Setelah diberikan penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Keterbatasan dari kegiatan ini
adalah tidak disediakan media penyuluhan seperti leaflet atau powerpoint. Diharapkan
kedepannya penyuluhan mengenai Gastroenteritis ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih
baik dan media penyuluhan visual yang lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi
lebih banyak dari materi yang disampaikan.

F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular (2)

Judul : EDUKASI PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE II DAN GAYA HIDUP


PENGIDAP DIABETES MELITUS TIPE II DI POLINDES DUKUPUNTANG

Latar belakang
1. UU no. 36 tahun 2009 : Tentang Penyakit Tidak Menular
2. UU no. 13 tahun 1998 : Tentang Kesejahteraan Lansia Penyakit tidak menular (PTM) telah
menjadi masalah besar di masyarakat Indonesia.
Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat secara global dan nasional telah menduduki
sepuluh besar penyakit penyebab kematian. Salah satu dari penyakit tidak menular tersebut
adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus digambarkan sebagai penyakit yang gejalanya
adalah sering kencing sehingga disebut pula dengan penyakit kencing manis. Pada pasien yang
menderita penyakit diabetes melitus kadar gulanya menjadi meningkat. Pada saat itu tubuh tidak
bisa menggunakan glukosa yang ada didalam darah untuk diubah menjadi energi karena
penumpukan atau kelebihan glukosa dalam darah. Diabetes melitus dapat menjadi serius dan
menyebabkan kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak diobati. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2011, penderita diabetes berisiko mengalami kerusakan
mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati, dan neuropati. Hal tersebut memberikan efek
terhadap kualitas hidup penderita DM. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2003, DM termasuk dalam kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin. Pravelensi diabetes melitus
semakin meningkat pada usia lanjut WHO (2000) menyatakan bahwa dari statistik kematian di
dunia, diperkirakan bahwa sekitar 3,2 juta jiwa per tahun penduduk dunia meninggal akibat
diabetes melitus. Kemudian, WHO (2003) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8
miliar penduduk dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes melitus dan pada 2025,
WHO memperkirakan jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. WHO
memprediksi di Indonesia akan meningkat dari 8,4 juta pada tahun 2000 akan meningkat menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Masalah
1. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat (healthy lifestyle)
2. Banyaknya masyarakat yang belum mengetahui kondisi yang dialaminya
3. Angka penderita PTM yang terus meningkat
4. Ketaatan penderita PTM untuk kontrol yang masih kurang
Perencanaan
Edukasi kepada pasien untuk pencegahan dan gaya hidup untuk yang sudah mengidap
Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilaksanakan di POLINDES Dukupuntang pada 13 April 2021
Acara dihadiri oleh masyarakat lansia, pasien yang datang berobat, kader, dan bidan desa
Monitoring
Monitoring dilakukan dengan meminta pasien untuk datang ke Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan kadar glukosa dalam darah

F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular (3)

Judul : VAKSINASI COVID-19 DI PUSKESMAS GEMPOL

Latar belakang
Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit percepat
pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dengan target 1 juta dosis per hari. Untuk mengejar target
tersebut diperlukan pemanfaatan pos pelayanan vaksinasi dan optimalisasi Unit Pelaksana Teknis
Vertikal Kementerian Kesehatan.
Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu menerbitkan Surat
Edaran nomor HK.02.02/I/1669/2021 tentang Percepat Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
melalui Kegiatan Pos Pelayanan Vaksinasi dan Optimalisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Vertikal Kementerian Kesehatan. SE itu ditujukan kepada Seluruh Direktur RS Vertikal
Kemenkes, Sekretaris Badan PPSDM Kesehatan, seluruh direktur Poltekkes, dan seluruh Kepala
Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Pemerintah memiliki rencana melakukan percepatan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dengan
target vaksinasi 1 juta dosis per hari melalui penyediaan vaksin dan logistik vaksinasi COVID-19
yang memenuhi persyaratan mutu, efikasi dan keamanan. Semua pihak perlu bersinergi dan
berkolaborasi untuk dapat mempercepat program vaksinasi nasional sehingga kekebalan
kelompok bisa segera tercapai.
Dalam SE itu dinyatakan percepatan vaksinasi COVID-19 dapat dilakuan melalui kegiatan pos
pelayanan vaksinasi dan bekerjasama dengan TNI, Polri, Organisasi masyarakat, Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Vertikal Kementerian Kesehatan seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS
Vertikal, Poltekkes serta peran aktif dunia usaha.
“Pos pelayanan vaksinasi Kemenkes di antaranya ada di Hang Jebat dan semua UPT Vertikal
Kementerian Kesehatan, seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS Vertikal, dan
Poltekkes. Pos pelayanan tersebut dapat memberikan pelayanan kepada semua target sasaran
tanpa memandang domisili atau tempat tinggal pada KTP,” ungkap SE yang diterbitkan tanggal
24 Juni 2021 itu.
Kebutuhan vaksin dan logistik vaksinasi COVID-19 disediakan Kementerian Kesehatan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Vaksin dan logistik vaksinasi COVID-19 yang dialokasikan dan didistribusi pada setiap termin
dapat dimanfaatkan untuk pemberian vaksinasi dosis ke 1 dan dosis ke 2 bagi yang memerlukan
dan datang ke tempat pelayanan vaksinasi.
Mempertimbangkan interval vaksin COVID-19 Sinovac dosis 1 ke 2 adalah 28 hali dan vaksin
COVID-19 AstraZeneca adalah 8 – 12 minggu maka tidak perlu menyimpan vaksin untuk 2
dosis pada waktu yang bersamaan.
Masalah
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya Covid-19
2. Pengobatan yang kurang optimal, serta penelitian yang masih berlangsung
3. Banyak informasi hoax yang beredar dan banyak masyarakat percaya dengan hoax
tersebut
4. Mudahnya mendapatkan obat yang seharusnya tidak bisa didapatkan tanpa adanya resep
dokter
5. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Protokol kesehatan
6. Angka penderita Covid-19 yang terus meningkat

Perencanaan
Edukasi kepada pasien untuk pencegahan dan gaya hidup untuk yang sudah mengidap

Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilaksanakan di Puskesmas Gempol pada 24 Mei 2021
Acara dihadiri oleh masyarakat lansia, pasien yang datang berobat, kader, dan bidan desa

Monitoring
Monitoring dilakukan dengan meminta pasien untuk datang ke Puskesmas apabila ada keluhan
setelah vaksin

F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular (4)


Judul : PENYULUHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Latar belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue.
Virus Dengue memiliki 4 jenis serotype: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu
serotype akan menimbulkan antibodi terhadap serotype yang bersangkutan, namun tidak untuk
serotype lainnya, sehingga seseorang dapat terinfeksi demam Dengue 4 kali selama hidupnya.
Indonesia merupakan Negara yang endemis untuk Demam Dengue maupun Demam Berdarah
Dengue.
Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak
tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan 436 kabupaten/kota dari 497
kabupaten/kota (88%). Data menunjukkan bahwa Indonesia endemis DBD sejak tahun 1968
sampai saat ini.2 Angka kejadian DBD di Provinsi Jawa Barat termasuk kedalam peringkat
keenam Se-Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2016 angka
kejadian DBD sebanyak 22.111 kasus, dimana 1247 kasus terjadi di kabupaten Cirebon dan 220
kasus terjadi di kota Cirebon.

Masalah
Pemahaman penyakit DBD dan penanggulangan nya yang masih kurang tampak masih
dibebankan kepada sektor kesehatan, padahal DBD sebenarnya harus menjadi tanggung jawab
semua pihak karena erat kaitannya dengan kebersihan dan perilaku manusia. Bila masyarakat
mau memahami tentang penyakit DBD, bagaimana penularan serta pencegahannya maka angka
kejadian penyakit DBD ini dapat ditekan seminimal mungkin.

Perencanaan
Metode yang dipilih adalah dengan penyuluhan
Judul Penyuluhan : Penyuluhan Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue
Metode Penyuluhan : Presentasi dan diskusi
Sasaran penyuluhan : Masyarakat yang datang ke Balai Desa Gempol
Lokasi Penyuluhan : Balai Desa Gempol

Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan di laksanakan pada hari Jumat tanggal 2 Juli 2020 di acara Balai Desa
Gempol. Kegiatan dilaksanakan pada pukul 09.00 - 10.00 WIB yang dihadiri oleh masyarakat
dan kader yang datang ke Balai Desa. Penyuluhan dilaksanakan dengan metode presentasi.
Penyuluhan di lanjutkan dengan diskusi dan sesi tanya jawab yang berkaitan dengan materi
penyuluhan agar dapat lebih memahami.
Monitoring
Pada pelaksanaan penyuluhan perlu di pertimbangkan adanya metode penyuluhan yang lebih
menarik dan soudsystem yang lebih memadai serta lebih mengkondusifkan keadaan.

F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular (5)


Judul : KONSELING PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS DUKUPUNTANG

Latar belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama menjadi permasalahan
kesehatan di dunia. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8
juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden
kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menangani kasus TB yang terjadi di dunia, dan tidak sedikit biaya yang telah
dikeluarkan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia
Tenggara (45%) dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya dan 25% nya terjadi di
kawasan Afrika. Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden
countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC.
Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu
daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama 13
negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia memiliki
permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC. (Kemenkes RI, 2018)
Di Indonesia Jumlah kasus baru TB sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei
2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali
lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis
prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang
terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada
fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini
menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya
3,7% partisipan perempuan yang merokok.

Monitoring
Permasalahan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai definisi, factor risiko, dan pengobatan teratur
sehingga dapat meningkatkan terjadainya komplikasi dan gagal pengobatan
Tn.R, 22 tahun
A. Keluhan utama : Batuk-batuk sejak 1 bulan yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk-batuk sejak 1 bulan yag lalu dirasakan setiap hari terutama malam hari. Keluhan batuk
disertai dengan dahak berwarna putih naun tidak terlalu banyak. Keluhan disertai dengan demam
tidak terlalu tinggi, keringat malam, nafsu makan menurun dan BB turun. Keluhan sesak napas,
batuk berdarah disangkal. RIwayat keluhan serupa ada pada teman baru memiliki keluhan saat
ini Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compos mentis Leher : KGB tidak teraba
TTV TD 120/80mmHg Thorax : VBS +/+ Rh -/- WH -/- amorphic
N 80x/mnt sound (-)
R 18x/mnt Abdomen : datar, Bu(+) normal, NT(+)
S 36,5’C epipgastrium,
TB 165cm Hepar/lien tidak terabaa, timpani
BB 44kg Ekstremitas: akral hangat, CRT<2 detik

Status generalis Pem penunjang


Mata : Konjungtiva tidak anemis Sputum BTA ++
Sklera tidak ikterik Ro thorax : Perbercakan (+)

Perencanaan
Non farmakologi
-Edukasi mengeanai penyakit kepada pasien
-Edukasi etika batuk dan membuang dahak
-Edukasi meminum obat teratur hingga tuntas
-Edukasi keluarga menjadi PMO

Farmakologi
Obat Kobinasi Dosis Tetap (KDT) 1x1 tab setiap hari pada fase intesif

Pelaksanaan
Kegiatan : pemeriksaan fisik, penyuluhan dan pengobatan kasus
Tujuan : Mengontrol keluhan
Waktu : 7 April 2021
Tempat : Ruang poli TB Puskesmas Dukupuntang
Metode :
-Pemeriksaan tanda vital pasien
-Pemeriksaan fisik pasien
-Pemberian edukasi kepada pasien
Monitoring
Monitoring dan evaluasi dilakukan kembali dengan mengecek keluhan saat kontrol kembali dan
pengobatan tuntas.

Anda mungkin juga menyukai