PERTEMUAN SOSIALISASI DIARE, DBD DAN ISPA PNEUMONIA PADA
MASYARAKAT DI WILAYAH UPT. PUSKESMAS BUGUL KIDUL
I. PENDAHULUAN.
1.1 .LATAR BELAKANG
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Menurut Profil Ditjen PP&PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia akibat pneumonia. sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ketahun kian meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk. Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan untuk Indonesia, menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10 provinsi diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi (22,3%) dan pada balita (23,6%). Diare, juga menjadi persoalan tersendiri dimana di tahun 2009 terjadi KLB diare di 38 lokasi yang tersebar pada 22 Kabupaten/kota dan 14 provinsi dengan angka kematian akibat diare (CFR) saat KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per hari. Prevalensi kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar 22,6%. Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan angka kematian 0,9%. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan anak yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di puskesmas adalah penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang di sebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Pada data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia pertahun berkisar antara 10-20% dari populasi balita pertahunnya. ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak higienes. Pemberantasan Penyakit Diare yang menyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia baik di tinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar biasa (KLB) yang di timbulkan. (KepMenKes 1216, 2001).Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia epidemik DBD merupakan problem abadi dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa penyakit ini terutama dijumpai pada anak-anak di bawah usia 15 tahun, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat ada kecenderungan peningkatan proporsi penderita DBD pada golongan dewasa dan tidak dikemukakan perbedaan signifikan dalam kerentanan terhadap serangan DBD antar gender (Djunaedi, 2006). Hal ini terjadi, kemungkinan berhubungan erat dengan perubahan iklim dan kelembaban, terjadinya migrasi penduduk dari daerah yang belum ditemukan infeksi virus dengue ke daerah endemis penyakit virus dengue atau dari pedesaan ke perkotaan terutama pada daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu (Soegijanto, 2008). Sehingga dari dasar tersebut perlu adanya pertemuan sosialisasi mengenai penyakit tersebut ke masyarakat luas. Sehingga diharapkan masyarakat akan peduli mengenai hal tersebut.
1.2 TUJUAN UMUM
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi Diare, DBD, dan Pneumoni
1.3 TUJUAN KHUSUS
1. Merubah perilaku masyarakat agar paham tentang penyakit lingkungan 2. Meningkatkan Perilaku Hidup bersih dan Sehat masyarakat. 3. Menurunkan kasus penyakit yang berkaitan dengan penyakit lingkungan
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan ini dihadiri oleh 27 orang masing-masing di kelurahan Narasumber : Heny Suprihatin, Sri Ayu Yuniarsih, Ana Silfiyah Panitia : Masing – masing Pembina Kelurahan
III. TEMPAT PELAKSANAAN.
Pelaksanaan kegiatan pertemuan sosialisasi Diare, DBD, ISPA Pneumoni di masing-masing pustu
IV. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan Pemicuan dilaksanakan pada tanggal: 24 November 2018 jam 08.00 WIB – selesei dan jam 10.00 WIB - selesai V. BIAYA
Kegiatan ini bersumber dari dana Bantuan Operasional Kesehatan UPT.
Puskesmas Bugul Kidul Dana Alokasi Khusus ( DAK Non Fisik ) 2021.
VI. PENUTUP Kerangka Acuan ini disusun sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Pertemuan Sosialisasi Diare, DBD, ISPA Pneumoni
Pasuruan,
Mengetahui, Plt. Kepala Puskesmas Bugul Kidul Pelaksana
dr. Andini Maulidah Chyntia Dewi Ana Silfiya, A.Md.KL