Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS TANJUNG BINGA
Jln.Tanjung Kelayang RT 32 Desa Tanjung Binga Kec. Sijuk 33414

Telp. 0811 132 1111

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENGEMBANGAN LANSIA

UPT PUSKESMAS TANJUNG BINGA

I. PENDAHULUAN
Penyakit Pneumonia adalah penyebab utama kematian Balita baik di Indonesia
maupun di dunia, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini. Oleh karena itu
penyakit ini sering disebut sebagai Pembunuh Balita Yang Terlupakan (The Forgotten
Killer of Children). Untuk mengatasi masalah penyakit Pneumonia di Indonesia,
Kementerian Kesehatan RI bersama seluruh unsur terkait telah melakukan berbagai
upaya dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini.
Sesuai perkembangan situasi dan ilmu pengetahuan, maka ruang lingkup pengendalian
ISPA lebih luas meliputi pengendalian pneumonia Balita, pengendalian ISPA umur ≥ 5
tahun,kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza serta penyakit saluran
pernapasan lain yang berpotensi wabah serta faktor risiko ISPA.

II. LATAR BELAKANG


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per
anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini
menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta
episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta),
China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing
6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia
diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008).
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas
(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Pneumonia adalah pembunuh utama balita di
dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan
penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta
Balita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita.
Diantara 5 kematian Balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena
besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “pandemi yang
terlupakan”atau “the forgotten pandemic”. Namun, tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini,sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau
“the forgotten killer of children”(Unicef/WHO 2006, WPD 2011).
Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut
hasil Riskesdas 2007 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan
kedua (13,2%) setelah diare. Sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian Balita karena
pneumonia menempati urutan pertama sementara di negara maju umumnya
disebabkan virus. Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya
pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution),
BBLR, kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena
Pneumonia mencakup 19% dariseluruh kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di
Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi
terkini masih menunjukkan Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan
Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak (Rudan et al
Bulletin WHO 2008).
Saat ini salah satu penyakit ISPA yang perlu mendapat perhatian juga adalah
penyakit influenza,karena penyakit influenza merupakan penyakit yang dapat
menimbulkan wabah sesuai dengan Permenkes Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.

III. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lanjut usia yang
sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1. Tercapainya cakupan penemuan pneumonia Balita
sebagai berikut (tahun2010: 60%, tahun 2011: 70%, tahun
2012: 80%, tahun 2013: 90%, tahun2014 - 2021: 100%)
2. Menurunkan angka kematian pneumonia Balita sebagai
kontribusi penurunan
3. Menurunkan angka kematian Bayi dan Balita, sesuai dengan tujuan MDG
4. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit
saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah.
IV. KEGIATAN PUSKESMAS
1. Melakukan sosialisasi dalam tatalaksana standar
2. Penyebarluasan informasi melalui forum koordinasi, lokakarya disemua tingkat.
3. Deteksi dini kasus-kasus pneumonia dan klaster
4. Tatalaksana kasus pneumonia sedini mungkin
5. Tatalaksana kasus pneumonia berat sesuai standar
6. Kunjungan rumah bagi kasus yang tidak melakukan kunjungan ulang
7. Merujuk kasus pneumonia berat ke RS
8. Penyuluhan dan KIE

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Penemuan Penderita ISPA/ Pneumonia
2. Penatalaksanaan ISPA/ Pneumonia berat
3. Pengobatan
4. Kunjungan Ulang
5. Rujukan Bagi penderita Pneumonia berat/ penyakit sangat berat
6. Kunjungan rumah bila diperlukan

VI. SASARAN
Sasaran balita dan semua umur

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


 Penemuan kasus dilakukan setiap hari di pelayanan puskesmas
 Penyuluhan dilakukan 1x per tahun
 Kunjungan rumah dilakukan jika ada kasus pneumonia
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Kegiatan pencatatan dan pelaporan program ISPA akan dievaluasi bersama dengan
penanggung jawab UKM Esensial setiap bulan, sedangkan kegiatan surveilans
epidemiologi dilakukan jika terjadi pandemi kasus ISPA dan dievaluasi bersama dengan
penanggung jawab UKM dan tim Penyelidikan epidemiologi.Pelaporan hasil evaluasi
dibuat paling lambat 1 (satu) minggu setelah evaluasi dalam bentuk narasi diserahkan
kepada penanggungjawab UKM untuk dibahas pada rapat evaluasi tim UKM setiap awal
bulannya.

IX. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Semua kegiatan pelaksanaan program ISPA dicatat dalam buku bantu program
ISPA. Hasil pencatatan tersebut kemudian direkap dalam laporan bulanan program ISPA
dan diserahkan kepada penanggung jawab UKM, pengelola Sistem Informasi
Puskesmas(SIP), bidang terkait di Dinas Kesehatan, bidang terkait di kantor desa wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Binga, paling lambat tanggal 5 setiap bulannya. Evaluasi
pelaksanaan program ISPA dilakukan dalam rapat tim program P2P dengan
membandingkan cakupan masing-masing program terhadap Standar Pelayanan Minimal
(SPM).

Anda mungkin juga menyukai