Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama bertahun tahun Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih menjadi penyebab utama
kematian pada balita, ISPA disebabkan oleh adanya virus dan bakteri yang berada di saluran
pernafasan. Seperti di beberapa bagian salah satunya dari saluran penfasam mulai dari hidung
hingga kantong paru paru (alveoli) dan jaringan lain nya seperti sinus/rongga disekitar hidung,
rongga telinga tengah dan pleura. (Irma oktaviani 2014)
ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan dengan gejala biasa seperti demam, bersin-bersin,
batuk kurang dari 2 minggu pilek hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan ( kementrian
kesehatan RI 2018)
Kejadian ISPA masih menjadi permasalahan dunia karena kematian balita setiap tahun nya. Selain
itu, ISPA adalah salah satu penyakit yang berada di daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
Menurut survey mortalitas yang dilakukan oleh subdit ISPA pada tahun 2005 menempatkan
pneumonia sebagai salah satu penyebab kematian balita terbesar di Indonesia dengan
presentase 22,30% dari keseluruhan kasus kematian balita. (Nandang sutrisna)
Penyakit ISPA berlangsung selama 14 haru, dan dapat ditularkan melalui air lludah, darah, bersin,
maupun udara pernafasan, yang mengandung kuman ( Toto harto 2020)

Kalangsungan hidup anak ditunjukan dengan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Balita (AKABA/ AKBAL). Angka kematian pada balita Indonesia adalah salah satu permasalahan
tertinggi di negara ASEAN. Pneumonia merupakan salah satu penyebab dari empat juta kematian
balita di negara berkembang. Kejadian pneumonia (ISPA) di indonesia mencapai 10-20% per
tahun. Faktor yang terjadi pneumonia(ISPA) tidak hanya dari diri balita sendiri, tetapi juga dari
luar diri balita. Faktor lingkungan rumah, lingkungan, dan juga prilaku hidup bersih dan sehat
yang dilakukan pada orang tua nya yang meliputi : kebiasaan merokok, mencuci tangan, dan
kebiasaan membersihkan rumah. Serta kelembapan pada rumah. Penyakit Infeksi saluran
Pernafasan Akut ( SPA) adalah salah satu penyakit menular yang dapat menyerang anak
anak,dewasa,dan balita. ( Endi maulana 2022)

WHO memperkirakan pada kejadian ISPA di negara berkembang > 230 per 1000 kelahiran balita
dan dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran yang hidup adalah 50% - 20%
pertahun pada golongan usia balita. ISPA adalah penyebab utama kematian > 4 juta balita setiap
tahun nya. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan kematian pada
bayi dan anak balita. Diseluruh Dunia setiap tahun diperkirakan terjadi kematian pada balita lebih
dari 2 juta kematian balita karena pneumonia ( Rusli taher 2016)

Di indonesia diketahui kematian balita 157.000 per tahun. Atau 430 balita meninggal dunia per
hari. Angka kematian di indonesia masih sangat tinggi, yaitu 46 dari 1.000 balita setiap tahun nya.
Bila dirinci dari beberapa penelitian kematian pada balita sudah mencapai 206.580 balita setiap
tahun nya, dan 569 setiap harinya. Penyakit yang masih menjadi penyebab terbanyak kematian di
masyarakat adalah ISPA (agrina 2014)
Pada tahun 2013 dalam jangka waktu tertentu pada ISPA di indonesia secara umum mencapai
25,0% hasil Riset menurut Kesehatan Dasar menjelaskan bahwa di indonesia ISPA adalah
penyakit dengan angka kematian paling banyak berada pada usia balita yaitu sebesar 25,8% pada
tahun 2013.

Masalah kejadian ISPA di indonsia pada tahun 2018 adalah 9.3%, dimana angka kasus ini turun
dibandingkan pada tahun 2013 yaitu sebesar 25,0%. Menurut Riskesdas pada tahun 2018,
provinsi dengan kasus ISPA tertinggi di Indonesia anatara lain, Papua (14,0%), Aceh (12%), Nusa
Tenggara Timur (16,7%), Jawa timur (9,5%), dan Nusa Tenggara Barat (11,9%) (Cristian Angelina
2021)

Menurut Riskesdas kejadian ISPA di lampung 2018, yaitu 7,38%. Daerah tertinggi yang terjadi ISPA
ada pada Kabupaten Lampung Barat (12,67%), Lampung Timur (12,02%), dan Lampung Utara
(10,31%). Menurut data yang ada, penyakit ISPA banyak terjadi berdasarkan kelompok balita
umur 1-4 tahun ( cristian angelina, dhea aumeya 2021)

Tinggi nya ISPA dilingkungan atau tempat tinggal dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi ISPA. Kondisi lingkungan yang menjadi tingkat polusi yang buruk dan sanitasi
lingkungan tidak baik juga bisa menjadi penyebab utama terjadinya penyakit ISPA.
Faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ISPA pada balita adalah gizi kurang, berat badan lahir
rendah, tidak mendapat air susu ibu yang memadai, tempat tinggal padat, polusi udara, kurang
nya imunisasi, dan defesiensi vitamin A. Menurut Wulandari , Dalam Cristin angelina & Dhea
Aumeya 2021 tentang prilaku hidup beraih dan sehat dengan kejadian ISPA pada balita
menunjukan bahwa prilaku hidup bersih dan sehat masih merupakan salah satu upaya
menurunkan penyakit ISPA. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa salah satu fakto utama
yang mempengaruhi penyakit ISPA adalah faktor lingkungan yang bersih ( angelina & Dhea 2021)

Pada penyakit ispa penanganan dini terbukti dapat menurunkan angka kematian pada balita.
Penyakit ISPA sangat berhubungan dengan lingkungan dan prilaku hidup bersih. Terutama
kebiasaan mencuci tangan. Upaya pencagayan pada penyakit ISPA dapat dilakukan dengan
keadaan gizi agar tetap baik, imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, dan
mencegah berhubungan dengan penderita ISPA ( A Ridwan 2016 )

Pada tahun 2017 di kota Metro ditemukan penderita pneumonia balita berada pada 53 balita.
Namun penemuan kasus pneumonia di Metro belum mencapai target yang diharapkan 1.270
penderita (10% dari jumlah balita). Hal tersebut dapat disebabkan karena tenaga kesehatan yang
telah dilatih MTBS tidak melakukan kolaborasi kepada petugas lain dalam penjaringan penyakit
ISPA. Dan juga kurang nya pendekteksi dini pada pelayanan kasus pneumonia, penyakit ISPA
hanya ada dengan jumlah tersebut. Jumlah populasi pada balita Program ISPA kota Metro 2017
sebanyak 12.699 jiwa. Sasaran penemuan kasus penderita pneumonia pada balita di Kota Metro
tahun 2017 sebanyak 1,270 kasus (10% dari jumlah balita) (kesehatan Kota Metro 2017)

B. Rumusan Masalah
Pada kejadian ISPA dibeberapa negara bahkan di dunia masih menjadi penyakit utama yang
menyebabkan kematian pada balita. Di wilayah kota metro lampung timur masih tmenjadi daerah
dengan kasus ISPA tertinggi berada dipresentase (12,2%) di tahun 2018. Karena kurang nya
kesadaran diri tentang prilaku hidup bersih maka penyakit ISPA masih terus meningkat Setiap
harinya. Penyakit ini merupakan infeksi saluran pernafasan akut dengan gejala demam, batuk
kurang dari 2 minggu, pilek atau hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (kemenkes 2018)
Masalah ini memicu sebuah pertanyaan yang penting untuk diajawab. Yakni apakah ada “
Hubungan prilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) dengan kejadian ISPA pada balita di RS Islam
Metro “

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Prilaku hidup bersih dan
sehat ( PHBS) dengan kejadian ISPA pada Balita di RS Islam Metro kabupaten metro timur tahun
2022.

2. Tujuan Khsuus
a. Untuk mengetahui apakah ada karakteristik responden seperti umur,pendidikan dan
pekerjaan di RS Islam metro tahun 2022
b. Mengetahui kondisi adanya frekuensi Prilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di RS Islam Kota
metro tahun 2022
c. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada balita di RS Islam Kota Metro tahun 2022

D. Ruang Lingkup
Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini berfokus pada masalah Hubungan Prilaku hidup bersih dan Sehat
dengan kejadian ISPA di rumah sakit Islam Metro pada tahun 2022, pada penelitian populasi
pasien yang menderita ISPA di Rumah Sakit Islam Metro, Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Swasta Islam Metro, kota metro pusat pada tahun 2022

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Bagi pengembangan ilmu ilmu keperawatan diharapkan dapat memberikan sumbangan konsep
dan teori khsuus nya tentang Pola hidup bersih dan sehat, serta cara pencegahan dan
penangan
pada penderita ISPA untuk mengurangi angka kematian di Indonesia bahkan dunia
2. Manfaat Praktis
Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Islam metro
untuk sebagai bahan informasi mengenai PHBS sebagai salah satu cara pencegahan dan
penularan pada penderita ISPA kshusus nya pada Balita. Dan bermanfaat untuk progam
pencegahan di masa yang akan datang
3. Bagi Keluarga
Peneliti berharap agar keluarga lebih mengetahui penting nya PHBS untuk upaya pencegahan
terjadinya ISPA
4. Bagi Universitas Muhammdiyah Pringsewu
Untuk menambah pengetahuan ilmu mengenai PHBS dengan kejadian ISPA balita, serta bisa
dijadikan acuan untuk penelitian yang lebih mendalam
5. Bagi peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan
mengaplikasi kan teori teori keperawatan yang didapat diperkuliahan khsusus nya tentang PHBS
dan ISPA

Anda mungkin juga menyukai