Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberantasan penyakit


infeksi saluran pernafasan akut (P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya
penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap
penderita pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan
melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang
datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) (Dinas Kesehatan Kota Malang, 2021).

Salah satu penyakit yang diderita oleh sebagian besar masyarakat


adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penyakit ini merupakan
penyebab utama tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada anak di
negara maju dan berkembang, terutama pada usia dibawah lima tahun
yaitu 1 dari 4 kematian yang terjadi (Indriani & Indriani, 2011). Infeksi
saluran pernapasan akut adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit menular di dunia. Hampir 4 juta orang meninggal karena
infeksi saluran pernapasan akut setiap tahun, di mana 98% kematian
tersebut disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat
kematian sangat tinggi pada bayi, anak-anak dan orang tua, terutama di
negara berpendapatan rendah dan menengah. Infeksi pernapasan akut
adalah salah satu penyebab paling umum konsultasi atau perawatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, terutama dalam layanan anak (WHO, 2020).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA) adalah infeksi akut yang


menyerang saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau
bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau
berdahak. ISPA selalu menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit
terbanyak di Indonesia (Hari et al., 2019). Infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) adalah infeksi yang paling banyak terjadi pada manusia di segala
umur. Anak-anak dan bayi yang paling rentan dan banyak terkena ISPA
(Nuraeni Syarifuddin, 2019)

Penyakit ini bisa menular yang dapat menimbulkan berbagai


spectrum penyakit yang beredar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah hingga mematikan, tergantung dengan
patogen penyebabnya, faktor lingkungan dan faktor penyebab. Penyebab
penyakit ISPA berasal dari virus, jamur dan bakteri. Penyakit ini biasanya
diawali dengan panas disertai juga gejala sakit tenggorokan atau nyeri saat
menelan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak (Ali, 2019). Penyakit
ISPA pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab diantaranya
adalah faktor indvidu itu sendiri (umur, berat badan lahir (BBL), status
imunisasi, gizi, dan pemberian ASI Eksklusif), faktor lingkungan
(ventilasi, kepadatan hunian di dalam rumah, dan pencemaran udara yang
terjadi di alam rumah), dan faktor perilaku seseorang (Niki, 2019).

World Health Organitation (WHO) memperkirakan di Negara


berkembang berkisar 30–70 kali lebih tinggi dari Negara maju dan
diduga 20% kematian anak disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA). Di Indonesia setiap tahun terjadi sekitar 450.000
kematian balita, dan 33,33% disebabkan oleh Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
bertanggung jawab atas hampir 20% dari semua kematian anak usia
kurang dari 5 tahun di seluruh dunia (Syamsi, 2018).

Prevalensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berdasarkan


hasil diagnosis dari petugas kesehatan dan keluhan yang disampaikan
penduduk adalah 25% dengan karakteristik penderita penyakit ISPA
kelompok umur 1-4 tahun tertinggi yaitu sebesar 12,9 %. Berdasarkan data
pada Riskedas 2018 Provinsi Jawa Timur , ISPA merupakan penyebab
utama kematian dan kecacatan pada bayi dan balita. Terdapat jumlah
populasi tertinggi di Jawa Timur yaitu 11.272 jiwa pada kasus ISPA
Balita.

Berdasarkan dari data DINKES Malang tahun 2022, didapatkan


penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) terbanyak yang diderita
oleh balita di wilayah malang pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019)
dengan jumlah kasus terbanyak di Kota Malang yaitu 15 736 jiwa. (Dinas
Kesehatan Kota Malang, 2021)

Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan di


Puskesmas Dinoyo Kec. Lowokwaru di Kota Malang tahun 2022, di
temukan data tertinggi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yaitu di
puskesmas Merjosari dengan jumlah penduduk 20.997 dan jumlah
penduduk usia balita yaitu terdapat 1.414. Puskesmas Dinoyo masuk
urutan tertinggi setelah Puskesmas Merjosari yang diperoleh data bulanan
program Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada bulan Januari-
Agustus terdapat 1.250 balita dari total 18.617 balita yang menderita
ISPA, di antara bulan juanri-agustus kasus tetinggi pada bulan Agustus
yaitu 59 balita, pada usia <1 tahun ada (13%) terdiri 9 laki-laki dan 4
perempuan dan pada usia 1->5 tahun (46%) yang terdiri 29 laki-laki dan
17 perempuan.

Berdasarkan data yang diperoleh, penyakit ISPA tinggi, sehingga


dalam penanganannya diperlukan kesadaran, baik dari masyarakat
(keluarga) maupun petugas kesehatan terutama faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Syamsi, 2018). Pengetahuan adalah domain
terbentuknya tindakan seorang ibu tentang perawatan pada anaknya dapat
menjadi dasar ibu melakukan tindakan perawatan dengan benar. Melalui
pengetahuan yang baik, ibu dapat mengetahui kebutuhan anaknya agar
anak selalu sehat dan berkembang dengan baik. Sebaliknya ibu yang tidak
mengetahui perawatan pada anak dengan baik menyebabkan kebutuhan
anaknya terhadap kesehatan tidak akan terpenuhi (Abdillah et al., 2020).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Kejadian
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Puskesmas Dinoyo
Malang”.

1.2 Rumusan Masalahh


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan
tingkat pengetahuan ibu balita terhadap kejadian penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) di Puskesmas Dinoyo Malang.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana tingkat
pengetahuan ibu balita terhadap penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) di Puskesmas Dinoyo.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Kejadian
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Puskesmas Dinoyo
Malang”.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk :
1. Bagi Puskesmas Dinoyo
Sebagai bahan dan data masukan untuk lebih mengetahui Tingkat
Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Kejadian Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Puskesmas Dinoyo Malang”.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang Jurusan Farmasi dalam hal pemakaian
antibiotika pada penderita ISPA.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dalam
penerapaan ilmu yang diperoleh sewaktu mengikuti perkuliahan
khususnya tentang hubungan tingkat pendidikan dengan pemakaian
Antibiotika pada Pasien ISPA.

1.5 Hipotesis Peneletian


Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan hubungan antar dua
variabel atau lebih yang diharapkan dapat menjawab pertanyaan
penelitian. Sehingga hipotesis tidak menilai benar atau salah tetapi
menguji asumsi dengan data empiris apakah sahih atau tidak. Hipotesis
diperlukan untuk penelitian eksperimen dan analitik (Surahman et al.,
2016). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada hubungan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
Balita terhadap Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Di Puskesmas Dinoyo Malang.
H1 : Terdapat hubungan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu
Balita terhadap kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Di Puskesmas Dinoyo Malang.

Abdillah, M. R., Hayati, R., Ilmi, M. B., Masyarakat, K., Masyarakat, K.,
Kalimantan, U. I., Masyarakat, K., Masyarakat, K., & Kalimantan, U. I.
(2020). Pada Balita Di Wilayah Kerja Upt . Puskesmas Rawat Inap
Berangas Kabupaten Barito Kuala Tahun 2020. 1–7.
Ali, P. H. F. J. A. R. (2019). Perawataninfeksisaluran Pernafasan Akut
(Ispa)Pada Balita. 1, 25–34.
Dinas Kesehatan Kota Malang. (2021). Profil Kesehatan Kota Malang Tahun
2020. Dinas Kesehatan Kota Malang, 1–178.
https://dinkes.malangkota.go.id/wp-content/uploads/sites/104/2021/07/
profilkes-2020.pdf
Hari, A. F., Tira, D. S., & Toy, S. M. (2019). Media Kesehatan Masyarakat
PUSKESMAS RIARAJA ENDE Media Kesehatan Masyarakat. 1(2), 49–58.
Indriani, D., & Indriani, D. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( Ispa ) Dengan Perilaku Pencegahan Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tirto Ii Kabupaten Pekalongan. 10–16.
Niki, I. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap
Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jurnal PROMKES,
7(2), 182. https://doi.org/10.20473/jpk.v7.i2.2019.182-192
Nuraeni Syarifuddin, Si. N. (2019). Profil Penggunaan Obat Pada Pasien
Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Empagae
Kabupaten Sidenreng Rappang. JURNAL ILMIAH KESEHATAN IQRA
Insiden, 7(2), 58–63.
Surahman, M. K., Mochamad Rachmat, S.K.M., M. K., & drs Sudibyo Supardi,
PhD, A. (2016). Metode Penelitian. In Modul bahan cetak farmasi (p. 232).
Syamsi, N. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas
Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 6(1), 49–57. https://doi.org/10.35816/jiskh.v6i1.14
WHO. (2020). Pusat Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Berat. World
Health Organization, 100.
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/who-2019-
ncov-pusat-pengobatan-infeksi-saluran-pernapasan-akut-berat.pdf?
sfvrsn=3e00f2b7_2

https://www.who.int/data/gho/indicator-metadata-registry/imr-details/3147
(22/09/2022) 14.43

Surahman, M. K., Mochamad Rachmat, S.K.M., M. K., & drs Sudibyo Supardi,
PhD, A. (2016). Metode Penelitian. In Modul bahan cetak farmasi (p. 232).

Anda mungkin juga menyukai