BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi. Penyakit terbanyak pada
anak yang dapat meningkatkan angka kematian pada anak seperti yang
pertama penyakit diare pada balita disebabkan virus, lalu kolera, dan tipes.
Bisa terjadi pada bayi dan anak. Anak-anak di wilayah timur Indonesia
layanan kesehatan, air bersih, hingga rendahnya asupan gizi (Kemenkes RI,
2019).
infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau
seperti influenza lalu difteri dan campak. Selain itu penyakit terbanyak ke
yang disebabkan oleh nyamuk yaitu demam berdarah. Karena itu gerakan
berbagai penyakit lain yang diderita anak seperti penyakit bawaan. Misalnya
2
penyakit akibat gizi, penyakit bawaan, penyakit kulit, hingga kanker pada
usia kurang 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki
(Kemeskes, 2018).
paru paru yang dapat disebabkan oleh berbagai kuman (virus, bakteri , jamur
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat karena dapat
ini mampu menyebar dalam jarak dekat melalui percikan ludah saat penderita
dkk, 2019).
Tahun 2014 ditemukan sebanyak 930.000 jiwa anak. pada tahun 2015
920.136 jiwa anak (WHO,2017), sedangkan Pada tahun 2016 didapatkan data
diperkirakan jumlah penderita yaitu 3,91% dari jumlah balita. Kota Padang
81.736 jiwa, perkiraan balita yang mengalami pneumonia 3,1% dari jumlah
4
balita, sedangan yang ditemukan dan ditangani sebanyak 2.719 jiwa (Dinas
bronkopneumonia pada anak pada tahun 2018 sebanyak 151 orang, pada
tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 166 orang dan pada tahun 2020
menjadi 76 orang, ini disebabkan karena data pengunjung pada tahun 2020
Padang, 2020).
lobular atau adanya infiltrat pada bagian area pada kedua lapang atau bidang
peradangan yang terdiri pada jaringan paru dengan cara penyebaran langsung
dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan
syncytial virus (RSV) dan para influenza virus yang masuk melalui saluran
menyebarkan kuman dalam bentuk doplet ke udara pada saat batuk, bersin
Selain dari penyebab bakteri dan virus adapun faktor lain yang dapat
yang kurang atau buruk, pemberian air susu ibu (ASI) tidak sampai enam
bulan, tidak mengkonsumsi suplemen zink, bayi berat badan lahir rendah,
tidak vaksinasi dasar lengkap, polusi udara, asap rokok, asap bakaran, serta
dapat berupa fisik maupun psikologisnya. Dampak fisik yang dialami anak
seperti akan terjadinya atelektasis pada paru, episema, abses paru, infeksi
sitemik, endokarditis, meningitis, dan akibat yang lebih parah lagi dapat
(Ngastiyah, 2012).
banyak faktor, baik dari faktor petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan
perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Edi,
dkk 2017).
untuk terlibat dalam perawatan klien, yang berarti keluarga dengan latar
2013).
2012).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Padang.
Padang.
Padang
9
Padang.
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Padang.
c. Bagi Perawat
Proposal ini dijadikan sebagai data dasar dan informasi untuk rumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Anak
a. Defenisi Anak
termasuk anak yang dalam perlindungan terhadap anak sudah mulai sejak
2017).
1) Pertumbuhan anak
dapat dinilai dengan ukuran gram (gram, pound, kilogram) serta tinggi
c) Lingkar kepala
2)Perkembangan Anak
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai
a) Perkembangan Motorik
1) Motorik kasar
2) Motorik halus
b) Perkembangan Kognitif
c) Perkembangan Bahasa
3) Perkembangan sosial
4)Pengukuran Perkembangan
Faktor dari dalam dapat dilihat dari factor genetic atau hormone,
dimana sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berusia 4
c) Faktor lingkungan
1. Definisi Bronkopneumonia
oleh bacteri, virus dan jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan
gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare,
paru yang berdekatan, biasa terjadi akibat batuk rejan, campak, influenza,
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
(farink laryngeal).
17
dalamtrachea di bawahnya.
bronchus (bronchi).
dengan trachea yang di lapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang
syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan
19
dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari
buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus
luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut
3. Etiologi Bronkopneumonia
4. Patofisiologi Bronkopneumonia
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2011).
melalui udara dan makanan ke jaringan paru- paru melalui saluran pernafasan
melalui poros kohn sehingga terjadi peradangan pada dinding bronkus atau
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli
21
baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka
membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Bagian paru yang terkena
disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
suhu tubuh meningkat, demam dan menggingil (McPhee & Ganong, 2012).
gambaran baragam pada paru yang menyebabkan daya tahan tubuh atau imun
reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein
melalui porus khon dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit
mengalami pembesaran dan beberapa leukosit dari kapiler paru- paru. Alveoli
dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin
serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru-
paru menjadi sedikit udara, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lanjut
aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
maka kapasitas vital dan compliance paru menurun dimana kelainan pada
dengan ventilasi perfusi yang mismatch atau tidak sesuai, sehingga berakibat
pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang
adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO2 yang diproduksi
atau dengan kata lain timbulnya retensi CO2 didalam jaringan. Selain dapat
retraksi dada, sesak dan peningkatan pernafasan (McPhee & Ganong, 2012).
demam, batuk produktif, ronki positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme
24
stadium, yaitu :
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
25
fagositosis sisa- sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih teteap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisi-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsropsi
(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut
2014).
27
5. PATHWAY BRONKOPNEUMONIA
bervasiari tergantung pada usia anak. Beberapa gejala dan tanda yang dapat
a. Batuk
b. Demam
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi Bronkopneumonia
bronkus instrinsik.
c. Abses paru, adalah penumpukan pus atau nanah dalam paru dan
meradang
d. Infeksi sitemik
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaan sputum
asam basa.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ronthenogram thoraks
2) Laringoskopi / Bronskopi
1. Pengkajian
a. Identitas Data
anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak yang lain (Nursalam,
2. Keluhan Utama
pasien dibawa berobat, dan pada kasus febris keluhan utama yang
3. Riwayat kesehatan
1)Prenatal care
2)Natal
b) Lama dan jenis persalinan seperti spontan, forceps, operasi, dan lain
lain
3)Post Natal
a) Kondisi bayi baru lahir dengan berat badan dan tinggi badan.
problem menyusui , berat badan tidak stabil, dan infeksi tali pusat.
berapa hal khusus perlu diperhatikan pada anak penah mengalami nafas
sesak.
menderita gejala dan sakit yang sama, apakah keluarga memiliki penyakit
d. Riwayat imunisasi
1)Pertumbuhan Fisik
Kaji berat badan anak, tinggi badan anak, dan waktu tumbuh gigi.
1. Berguling :
2. Duduk :
3. Merangkak :
4. Berdiri :
5. Berjalan :
7. Pertama kali :
f. Riwayat nutrisi
1) Pemberian asi
b) Cara pemberian :
c) Lama pemberian :
a) Alasan pemberian :
b)Jumlah pemberian :
c) Cara pemberian :
35
3) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
0 - 4 bulan
4 - 12 bulan
Saat ini
g. Riwayat Psikososial
Kaji dimana anak tinggal, lingkungan berada dimana dekat dengan apa, hal
h. Reaksi Hospitalisasi
i. Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi
1) Selera makan
2) Menu makan
3) Frekuensi makan
4) Makan pantangan
6) Cara makan
b)Cairan
1)Jenis minuman
2)Frekuensi minuman
3)Kebutuhan cairan
4)Cara pemenuhan
c) Eliminasi
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit. Biasanya tidak ada
masalah pada anak dengan sesak nafas kecuali sudah terjadi komplikasi
lain.
37
1)Tempat pembuangan
2)Frekuesni (waktu)
3)Kesulitan
4)Obat pencahar
1)Tempat pembuangan
2)Frekuesni (waktu)
4)Volume
5)kesulitan
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit, biasanya anak dengan
febris pada saat sebelum sakit istirahat dan tidur anak cukup tidak ada
hambatan, tetapi pada saat sakit akan sulit untuk tidur karena merasa tidak
1)Jam tidur
2)Tidur siang
38
3)Tidur malam
4)Pola tidur
6)Kesulitan
e) Olahraga
Kaji nutrisi anak sebelum sakit ataupun saat sakit, biasanya anak dengan
sesak nafas sebelum sakit akan aktif dan banyak beraktivitas sedangkan
pada saat sakit anak akan cendrung murung dan malas untuk berolahraga.
1) Program olahraga
f) Personal Hygiene
pada saat sakit anak akan merasa lemas dan dibantu oleh orang tua untuk
1) Mandi
2) Cuci rambut
3) Gunting kuku
4) Gosok gigi
39
g)Aktivitas/Mobilitas Fisik
Biasanya anak sebelum sakit akan banyak beraktivitas saat sakit anak lebih
1) Kegiatan sehari-hari
h)Rekreasi
Biasnaya anak sebelum sakit akan senang untuk pergi bereaksi saat sakit
anak akan merasa malas dan lemas dan keluarga juga tidak mau membawa
2) Waktu luang
a) Tekanan darah :
b) Frekuensi nadi :
c) Frekuensi pernafasan :
d) Suhu :
e) Saturasi oksigen :
2) Kulit
b)Sianosis : Ya Tidak
c) Kemerahan : Ya
f) Edema : Ya Tidak
g)Luka : Ya Tidak
3) Kepala
4) Mata
Bentuk : Simetris Asimetris
5) Telinga
6) Hidung
Mukus : Ya Tidak
7) Leher
8) Mulut
9) Paru
(hematorak)
10) Jantung
asites
dan lien
dan lien
12) Genetalia
perempuan
13) Anus
14) Muskuloskeletal
Kekuatan otot :
44
Melihat sakla nyeri pada seorang anak dan lokasi nyeri yang dialami oleh
anak
Karakterisatik nyeri :
Penyebab :
16) Eliminasi
5) LED meningkat
1. Usia 0 - 6 tahun
a. Motorik kasar
b. Motorik halus
c. Bahasa
d. Personal social
46
a. Perkembangan kognitif
b. Perkembangan psikoseksual
c. Perkembangan psikososial
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas, hipersekresi jalan
jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan napas,
2. Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan, hambatan upaya napas,
farmakologis, kecemasan
a. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
meningkat tambahan
menurun
detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
forsep McGiil
perlu
Edukasi
kontraindikasi
efektif
49
Kalaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
membaik
pertukaran gas
Setelah di lakukan Observasi
berhubungan
intervensi keperawatan
1. Monitor frekuensi,
ketidakseimbangan
1x4 jam, di harapkan
irama, kedalaman, dan
ventilasi – perfusi,
pola nafas membaik
upaya napas
perubahan membran
dengan kriteria hasil
2. Monitor pola napas
alveolus - kapiler
1. Keseimbangan asam 3. Monitor adanya
mekanik
51
Teraupetik
1. Atur interval
pemantauan respiratorik
Edukasi
keluarga tujuan
pemantauan
- Piloereksi menurun
- Vasokontriksi perifer
Terapeutik
menurun
- Sediakan lingkungan
- Kulit memorata
yang dingin
menurun
- Longgarkan atau
- Pucat menurun
lepaskan pakaian
- Takikardi menurun
menurun oral
membaik perlu
membaik Kolaborasi
membaik
53
Diharapkan: elektrolit
6. Dokumentasikan hasil
c. Serum klorida
pemantauan
membaik
7. Jelaskan tujuan dan
pemantauan
e. Serum magnesium
Membaik
Terapeutik
Edukasi
h. Kelembaban membran
1. Anjurkan banyak minum
i. mukosa
Kolaborasi
meningkatDehidrasi
1. Kolaborasi pemberian
menurun
medikasi sebelum makan
meningkat
55
menurun sesuai
ditoleransi
Edukasi
posisi duduk
diprogramkan
kolaborasi
yang dibutuhkan
perlu
- dyspnea saat
- Berikan aktifitas
beraktivitas menurun
distraksi yang
- dyspnea setelah
menenangkan
aktivitas menurun
- Fasilitasi duduk disisi
- perasaan lelah
tempat tidur
menurun
Edukasi
- aritmia saat aktivitas
- Anjurkan tirah
menurun
58
- aritmia setelah
baring
aktivitas menurun
- Anjurkan melakukan
- sianosis menurun
aktifitas secara bertahap
- warna kulit membaik
- Anjurkan menghubungi
- tekanan darah
perawat jika ditemukan
membaik
tanda tanda kelelahan
- frekuensi napas
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
cara meningkatkan
asupan makanan
b. Implementasi
lakukan.
c. Evaluasi