PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cahyati, 2019).
pneumonia balita. Pneumonia pada balita ditandai dengan batuk dan atau
tanda kesulitan bernapas yaitu adanya nafas cepat, kadang disertai Tarikan
masih menjadi penyebab kematian terbesar bayi dan balita, lebih banyak
dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Bahkan
dunia, berdasarkan data WHO dari 6,6 juta balita yang meninggal di dunia,
1,1 juta meninggal akibat pneumonia pada tahun 2012 dan 99% kematian
2019).
2015. Lebih dari 95% kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah
dan menengah yang sebagian besar adalah Asia Selatan dan Afrika sub-
dari 40.000 anak di bawah lima tahun setiap tahun, menjadikan pneumonia
atau 39 anak per detik. Separuh dari kematian balita akibat pneumonia
tersebut terjadi di lima negara, yaitu Nigeria (162.000), India (127.000),
menunjukkan bahwa setiap satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular
pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian
mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada
penemuan balita penderita pneumonia yaitu 19,27% pada tahun 2017 dengan
tingkat Case Fatality Rate 0,43%, sementara itu pada tahun 2018 menurun
menjadi 15,82% penderita dengan CFR 0,23%, dan tahun 2019 meningkat
Selatan, 2016). Sedangkan pada tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah balita
menyerang bayi dan anak balita. Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period
prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dan
kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun (Manurung dalam Suryati et
al., 2018).
kelamin, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian ASI, pemberian
rokok, serta faktor ibu baik pendidikan, umur, dan pengetahuan ibu
balita dengan pneumonia memiliki lingkungan fisik yang kurang baik dan
bahkan balita yang lingkungan fisiknya kurang baik memiliki 3.692 kali lebih
hubungan dengan kejadian pneumonia pada balita dan 5.053 kali lebih berisiko
menderita pneumonia.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triana (2017) bahwa
anak balita yang mempunyai anggota keluarga perokok 6,86 kali lebih berisiko
menderita pneumonia.
merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada anak usia 12- 48 bulan. Selain
pneumonia pada balita. Berdasarkan hasil analisis uji statistik dalam penelitian
HIB terhadap pneumonia pada balita usia 12-24 bulan dan analisis hubungan
Hasil penelitian Rika Andriyani & Octa Dwienda Ristica (2017) tentang
hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia. Balita yang status
pneumonia, dimana balita yang tidak lengkap pemberian vitamin A berisiko 2,49
merupakan salah satu penyakit infeksi pernafasan akut dan merupakan penyebab
1. Definisi
penyakit yang sering terjadi pada anak namun lebih sering terjadi pada bayi
Pneumonia adalah salah satu infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA)
yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
terjadi pada pengisian rongga alveoli oleh eksudat dan terdapat konsolidasi.
Umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda- benda asing pada
(2010 : 226) pneumonia adalah peradangan alveoli atau parenchyma paru yang
pneumonia adalah penyakit infeksi saluran napas bawah akut yang mengalami
peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang sering terjadi pada bayi dan
kemudian virus dan jamur yang sangat jarang ditemukan sebagai penyebab
c. Mycoplasma pneumonia.
f. Pneumonia hipostatik.
g. Sindrom loeffler.
a. Umur balita: pada kelompok umur bayi sampai anak balita yang
b. Faktor nutrisi: status gizi yang kurang dengan keadaan imunitas rendah
sampai usia 6 bulan dan pemberian ASI kurang dari 24 bulan lebih
2016)
3. Klasifikasi Pneumonia
Kusuma, 2016)
4. Patofisiologi
langsung dari saluran pernapasan atas. Akibat sekunder dari Viremia atau
anatomi dan barrier mekanik serta sistem pertahanan tubuh local maupun
sistemik. Barrier anatomi dan meknik diantaranya adalah filtrasi partikel di
asing melalui refleks batuk dan upaya menjaga kebersihan jalan napas oleh
lapisan mukosiliat.
lebih banyak mengenai lobus. Pada infeksi virus awalnya ditandai oleh lesi
didapatkan dalam saluran napas kecil. Bila proses inflamasi meluas maka
sel debris, mucus serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran
Respon inflamasi di dalam alveoli sama seperti yang terjadi pada ruang
intertisial yang terdiri dari sel-sel mononuclear. Prosen infeksi yang berat
tubuh akan diaktifkan. Saat terjadi kontak antara bakteri dan dinding
alveoli
maka bakteri akan ditangkap oleh lapisan cairan epitel yang mengandung
edema yang luas. Area edema akan membesar dan membentuk area sentral
yang terdiri dari eritrosit, eksudat, purulent (fibrin, sel-sel lekosit PMN)
aureus pada sel mukosa melalui teichoid acid yang terdapat pada dinding
tidal dan frekuensi napas sehingga terlihat takipnea dan dyspnea. Sehingga
proses difusi gas akan terganggu dan menyebabkan hipoksia bahkan gagal
5. Manifestasi Klinis
yaitu:
a. Demam tinggi
pekak pada saat perkusi, nyeri dada, pernapasan cuping hidung, pucat
sampai sianosis (bergantung pada tingkat keparahan), frekuensi
peribronkial.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologis
bronchial.
d. ABGs/Pulse Oximetry
paru.
7. Penatalaksanaan Medis
(Ardiansyah, 2012):
b. Intra vena fluid drip dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10 mEq/500 ml
cairan, jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu dan
status hidrasi.
dengan salin normal dan beta agonis untuk meperbaiki transport mukosilier.
penurunancompliance Pneumonia
dispnue (sulit bernapas) paru
Kelemahan
MK:
MK :
INTOLERANSI
AKTIVITAS
8. Pengkajian
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik
diperoleh berupa data dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif.
:
a) Pernah menderita ISPA
5) Demografi
mikroorganisme).
c) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
demam.
d) Pola istirahat-tidur
e) Pola akitivitas-latihan
bedrest.
f) Pola kognitif-persepsi
h) Pola peran-hubungan
i) Pola seksual-reproduksi
Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
SWT.
7) Pemeriksaan Fisik
somnolent
c) Tanda-tanda vital:
TD: hipertensi
Nadi: takikardi
Suhu: hipertermi
g) Paru:
terkena
Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani Auskultasi: bisa
terdengar ronki
h) Jantung: jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
kelemahan
9. Diagnosa Keperawatan
akibat dari masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan pada klien dengan Pneumonia
serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan
meliputi perumusan tujuan tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan dapat diatasi.
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
2013).
BAB III
ANALISIS
Analisis Tindakan Keperawatan yang diberikan dengan konsep dan penelitian terkait
a. Tindakan keperawatan pemberian obat
Penggunaan terapi obat untuk terapi pneumonia perlu diperhatikan. Pemberian obat yang tidak
tepat atau efektif akan mengakibatkan hal-hal yang merugikan pasien seperti meningkatkan
jumlah bakteri yang resisten, timbulnya peningkatan efek samping dan toksisitas
penggunaan obat, terjadinya pemborosan biaya dan tidak tercapainya manfaat klinik
optimal dalam pencegahan maupun pengobatan infeksi, sedangkan pemilihan dan
penggunaan terapi yang tepat/ efektif akan menentukan keberhasilan pengobatan serta
menghindari hal-hal yang merugikan (Nugroho dkk, 2020).
b. Tindakan keperawatan efek samping pemberian obat
Untuk pemberian obat hendaknya perlu dilakukan monitoring terhadap ketepatan penggunaan
obat pasien pneumonia terhadap penyakit pada pasien pneumonia, karena penggunaan obat
yang bertlebihan ataupun tidak tepat dapat meningkatkan resiko terjadinya resistensi dan
bahkan bisa menyebabkan kematian (Aldheita 2022)
c. Tindakan keperawatan pemberian terapi
Menurut jurnal penelitian (fima aska sahida, 2019) Terapi nonfarmakologi yang diberikan
pada pasien pneumonia yaitu dapat menganjurkan untuk istrahat tidur, pemberian O2,
asupn cairan yamh cukup, hidrasi untuk mengencerkan sekresi, teknik nafas dalam untuk
meningkatkan fentilasi alfeolus dan mengurangi resiko atelektasis dan perbaikan nutrisi.
Perbaikan nutrisi bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki fungsi
sistem imun agar tubuh mampu mengeradikasi infektor penyebab patologi tersebut.
NO. RM: 095995
Tanggal: 24 October 2022
Tempat: NICU/PICU
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama: An. K Umur: 2 bulan 25 hari
Tempat/tgl lahir: Maros, 30-7-22 Jenis Kelamin: Laki-laki
Agama: Kristen Suku:
Pendidikan: - Dx Medis: Pneumonia
Alamat: Jl. Goaria
Tanggal masuk RS: 19-10-2022
Ruangan: NICU/PICU
Golongan darah: -
Sumber info: Orangtua anak
2. Identitas Orangtua
Ayah
Nama: Tn. D Umur: 28th
Pendidikan: SMA Pekerjaan: Sopir
Alamat: Jl. Goaria
Ibu
Nama: Ny. K Umur: 22th
Pendidikan: SMP Pekerjaan: IRT
Alamat: Jl.Goaria
3. Identitas Saudara
2. Natal
a. Tempat melahirkan: Rs. Dodi
b. Lama dan jenis persalinan: Spontal
c. Penolongan persalinan: Dokter
d. Komplikasi persalinan: Tidak ada komplikasi
3. Postnatal
a. Kondisi bayi: BB lahir: 2,8 gr
PB lahir: Orangtua klien tidak mengetahui
c. Problem menyusui: Tidak ada
(Untuk semua usia)
1. Penyakit yang pernah dialami
Penyebab: Batuk dan sesak
Riwayat perawatan: 6 hari dirawat di rs akibat batuk dan sesak
Riwatat operasi: tidak ada riwayat operasi
Riwayat pengobatan: tidak ada
3. Eliminasi Urine/BAK
4. Eliminasi fekal/BAB
5. Personal hygiene
Irama jantung regular, pulsasi kuat, tidak ada murmur, CRT <3 detik, cyanosis
tidak ada, clubingfinger tidak ada.
Persyarafan
Bentuk normal, uretra normal, kebersihan alat kelamin bersih, frekuensi kemih
3-5 kali sehari, tidak terdapat masalah pada eliminasi urine.
Pencernaan
Mukosa bibir lembab, bentuk bibir normal, kebersihan rongga mulut bersih. Buang air
besar 2 kali sehari, konsistensi cair.
Musculoskeletal dan Integumen
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai bebas, akral hangat, turgor baik,
kelembaban kulit lembab, tidak ada oedema, kebersihan bersih.
Penginderaan
Mata: simetris, pupil isokor, diameter pupil 2 mm, reflek cahaya positif, konjungtiva
anemis, skelera tidak ikterik, tidak ada edema pada palpebra.
Hidung: bentuk normal, simetris, tidak ada secret, mukosa lembab. Telinga: simetris,
tidak ada benda asing dan serumen.
Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada
hiperglikemia.
Aspek Psikososial
Ekspresi lemas, keluarga kooperatif terhadap tindakan yang diberikan pada pasien.
Keluarga ingin pasien cepat sembuh.
3. Pemeriskaan diagnostic:
Pemeriksaan hematologi:
Darah rutin Hasil Nilai rujukan
WBC 21.5 5.0-21.0
RBC 4.19 4.00-5.60
HB 13.1 15.0-19.6
HCT 38.5 46.0-62.0
PLT 260 150-350
Pemeriksaan thorax
KLINIS:
Croups
HASIL PEMERIKSAAN:
-Bercak dan perselubungan pada suprahiler,pratrakreal dan paracardial kanan
-Cor dan aorta baik
-Sinus dan diafragma baik
-Tulang-tulang intak
KESAN:
Pneumonia
4. Penatalaksaan medis
Oksigen (nasal): 1 2
liter/menit
ANALISA DATA
24/10/2022 Pola Napas tidak efektif 15:00 1. Memonitor frekuensi, irama, S: Ibu klien mengatakan anaknya masih
kedalaman, dan upaya napas
berhubungan dengan sesak
2. Memonitor pola napas
kelemahan otot 3. Memonitor kemampuan batuk O: - Klien terlihat sesak napas
15:15 efektif
pernapasan. - Klien tampak tenang
4. Memonitor adanya produksi
sputum -Tampak menggunakan nasal kanul
15:30 5. Memonitor adanya sumbatan TTV:
jalan napas
HR: 150
6. Memonitor saturasi oksigen
RR: 79
SPO2: 98
16:00 S: 36,7
A : Masalah belum teratasi
16:15
P : Intervensi dilanjutkan:
24/10/2022 Ansietas b.d kurangnya 1. Mengidentifikasi saat S: Ibu klien mengatakan cemas terhadap
pengetahuan orang tua tingkat anxietas berubah
penyakit anaknya
tentang perawatan anak (mis. Kondisi, waktu,
stressor) - Ibu klien mengatakan anaknya 2 kali
2. Memonitor tanda anxietas
masuk Rs dengan penyakit yang sama
(verbal dan non verbal)
3. Menciptakan suasana O: -Ibu klien Nampak cemas
terapeutik untuk -Ibu klien Nampak sering bertanya-tanya
menumbuhkan kepercayaan
tentang penyakit anaknya
4. Memahami situasi yang
membuat anxietas A: Masalah belum teratasi
5. Mendengarkan dengan
P: Lanjutkan intervensi
penuh perhatian
6. Mengunakan pedekatan 1. Mengidentifikasi saat
yang tenang dan tingkat anxietas berubah
meyakinkan (mis. Kondisi, waktu,
7. Memotivasi stressor)
mengidentifikasi situasi 2. Memonitor tanda anxietas
yang memicu kecemasan (verbal dan non verbal)
3. Menciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
4. Memahami situasi yang
membuat anxietas
5. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
6. Mengunakan pedekatan
yang tenang dan
meyakinkan
7. Memotivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
25/10/22 Bersihan jalan nafas tidak 15:00 1. Memonitor pola napas S: Ibu klien mengatakan anaknya batuk
efektif b.d peningkatan (frekuensi, kedalaman, usaha dan dahaknya mulai kerkurang
produksi sputum napas)
O: - Klien terlihat batuk
2. Memonitor sputum (jumlah,
15:15 warna, aroma) - Sekret berkurang
3. Lakukan penghisapan lendir - Ronki (+)
15:30 kurang dari 15 detik
TTV HR: 150
RR: 67
SPO2: 98
S: 36,7
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
2. Memonitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
3. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
25/10/2022 Pola Napas tidak efektif 15:00 1. Memonitor frekuensi, irama, S: Ibu klien mengatakan sesak anaknya
berhubungan dengan kedalaman, dan upaya napas
sudah berkurang
kelemahan otot 2. Memonitor pola napas
3. Memonitor kemampuan batuk O: - Klien terlihat sesak napas berkurang -
pernapasan.
15:15 efektif
Klien tidak terlihat pucat
4. Memonitor adanya produksi
sputum Klien Nampak tenang
15:30 5. Memonitor adanya sumbatan
TTV:
jalan napas
6. Memonitor saturasi oksigen HR: 150
RR: 67
SPO2: 98
16:00
S: 36,7
A : Masalah teratasi sebagian
16:15
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
2. Memonitor pola napas
3. Memonitor saturasi oksigen
25/10/2022 Ansietas b.dkurangnya 1. Memonitor tanda anxietas S: Ibu klien mengatakan sudah tidak cemas
pengetahuan orang tua (verbal dan non verbal)
terhadap penyakit anaknya
tentang perawatan anak 2. Menciptakan suasana
terapeutik untuk - Ibu klien mengatakan prasaan tenang
menumbuhkan kepercayaan
karena melihat anaknya senyum dan
3. Memahami situasi yang
membuat anxietas tertawa
4. Mendengarkan dengan
O: - Ibu klien Nampak tenang
penuh perhatian
-Ibu klien Nampak tidak bertanya- Tanya
A: Masalah cemas teatasi
P: Intervensi dihentikan
26/10/2022 Bersihan jalan nafas tidak 15:00 1. Memonitor pola napas S: Ibu klien mengatakan batuknya
efektif b.d peningkatan (frekuensi, kedalaman, usaha berkurang
produksi sputum napas)
O: - Klien terlihat tidak sesak napas -
2. Memonitor sputum (jumlah,
15:15 warna, aroma) Tidak ada sekret
3. Lakukan penghisapan lendir - Ronki (-)
15:30 kurang dari 15 detik
TTV:
HR: 129
RR: 40
SPO2: 98
S: 36,5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
26/10/2022 Pola Napas tidak efektif 15:00 1. Memonitor frekuensi, irama, S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah
berhubungan dengan kedalaman, dan upaya napas tidak sesak
kelemahan otot 2. Memonitor pola napas
O: - Klien terlihat tidak sesak napas
pernapasan. 3. Memonitor kemampuan batuk
15:15 efektif - Klien nampak tidak menggunakan alat
4. Memonitor adanya produksi
bantu napas (nasal kanul)
sputum
15:30 5. Memonitor adanya sumbatan - Klien tampak tenang
jalan napas
TTV HR: 129
6. Memonitor saturasi oksigen
RR: 40
SPO2: 98
S: 36,5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan