Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-

paru (alveoli) yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.

Terjadinya pneumonia pada anak balita seringkali bersamaan

dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut

bronchopneumonia. Gejala penyakit pneumonia ini berupa nafas

cepat dan nafas sesak, karena paru meradang secara mendadak.

Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per

menit atau lebih pada umur balita < 2 bulan, 50 kali per menit atau

lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali

per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5

tahun. Pneumonia yang menyerang bayi dan balita bisa

menyebabkan kematian yang cepat bila tidak segera diobati

(Kemenkes, 2013).

Pneumonia adalah suatu infeksi pada paru-paru, dimana paru-

paru terisi oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernafasan.

Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2014, sebesar 78 %

balita yang berkunjung di Rumah Sakit dan Puskeskemas adalah

akibat pneumonia. Pneumonia lebih banyak terjadi di negara

berkembang dibandingkan negara maju dengan persentase masing–

masing sebesar 25% - 30% dan 10% - 15 %. Pneumonia


menyebabkan kematian lebih dari 2 juta balita setiap tahunnya.

Pneumonia disebabkan oleh peradangan paru yang membuat napas

menjadi sakit dan asupan oksigen sedikit (WHO, 2015). Tingginya

angka kematian balita akibat pneumonia mengakibatkan target

Millennium Development Goals (MDG’s) ke - 4 yang bertujuan

menurunkan angka kematian anak sebesar 2/3 dari tahun 1990

sampai 2014 tidak tercapai (WHO, 2016).

Menurut WHO (2014), kematian pneumonia di Indonesia pada

tahun 2013 berada pada urutanke-8 setelah India (174.000), Nigeria

(121.000), Pakistan (71.000), DRC (48.000), Ethiopia (35.000), China

(33.000), Angola (26.000), dan Indonesia (22.000). Pneumonia

merupakan penyebab kematian balita ke-2 di Indonesia setelah

diare.

Jumlah penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013

berkisar antara 23%-27% dan kematian akibat pneumonia sebesar

1,19% (Kemenkes RI, 2014). Di Indonesia sendiri, pneumonia

diperkirakan telah merenggut sekitar 25.000 jiwa balita pada tahun

2013. Persentase tertinggi kasus pneumonia pada anak balita

menurut provinsi di indonesiaterdapat dipropinsi Nusa Tenggara

Barat dengan perkiraan kasus sebanyak 6,38 %.Perkiraan angka

kematian pneumonia secara nasional adalah 6 per 1000 anak balita

atau 150.000 orang per tahun. Jika dihitung jumlah anak balita yang

meningggal akibat pneumonia di indonesia dapat


mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari,

17 orang per jam atau 1 orang anak balita tiap menit.

Data Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015 menunjukkan bahwa

cakupan penemuan pneumonia balita yang tertinggi bahkan lebih

dari target yang diharapkan adalah Kota Makassar 258,1 % atau

sebesar 1.354 penderita. Hal ini terjadi oleh karena banyak kasus

yang ditemukan dan ditangani dari luar wilayah. Di Rumah Sakit

Umum Daerah Makassar jumlah kunjungan pasien penyakit

pneumonia pada anak balita yang dirawat inap ditahun 2014 sebesar

160 kunjungan, tahun 2015 sebesar 312 kunjungan dan tahun 2016

sebesar 329 kunjungan. Sehingga prevalensi pneumonia pada anak

balita dari tahun ke tahun terus meningkat (Hasnawati, 2017).

Determinan pneumonia pada balita adalah Faktor Host

(umur,status gizi,jenis kelamin,status imunisasi dasar, pemberian

ASI,pemberian vitamin A), factor Agent(Streptococcus pneumoniae,

Hemophilus influenzae dan Staphylococcus aureus), factor

lingkungan social (pekerjaan orang tua, dan pendidikan ibu), Faktor

lingkungan fisik(polusi udara dalam ruangan, dan kepadatan hunian)

(Rahmat, 2012). Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak-anak.

Anak dengan daya tahan tubuh terganggu akan menderita

pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini

dengan sempurna(Ngastiyah, 2012 : 57). Pada tahun 2011 dan 2012

per bandingan kasus pneumonia pada balita dibandingkan dengan


usia 5 tahun adalah 7:3. Artinya bila ada 7 kasus penumonia pada

balita maka akan terdapat 3 kasus pneumonia pada usia 5 tahun.

Pada tahun 2013 terjadi perubahan menjadi 6:4. namun pneumonia

pada balita masih tetap merupakan proporsi terbesar. Selain itu,

proporsi penemuan pneumonia pada bayi adalah sebesar >20%

darisemua kasus pneumonia(Kemenkes RI, 2014 : 5).

Faktor umur merupakan salah satu faktor risiko kematian pada

balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita

yang sedang menderita pneumonia maka akan semakin kecil risiko

meninggal akibat pneumonia dibandingkan balita yang berusia muda.

Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak

umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini

dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum

sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit(Rahmat,

2013).

Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA

untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita (2002), anak laki-laki

memiliki risiko lebih besar untuk terkena pneumonia dibandingkan

dengan anak perempuan (Rahmat, 2013).

Berdasarkan data dari rekam medis di RSUD Lakipadada Tana

Toraja, jumlah pasien Pneumonia pada tahun 2020 sebanyak 333

orang pasien, diantaranya 138 pasien perempuan dan 195 pasien


laki-laki. Sedangkan untuk tahun 2021 jumlah pasien Pneumonia

sebanyak 284 orang pasien sebanyak 130 pasien perempuan dan

sebanyak 154 pasien laki-laki. Data ini menunjukkan bahwa masih

tingginya penderita Pneumonia (Rekam Medis RSUD Lakipadada,

2022).

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kejadian Pneumonia

masih terbilang cukup tinggi khususnya di RSUD Lakipadada.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

Kejadian Penyakit Pneumonia pada Anak Berdasarkan Umur dan

Tingkat Pendidikan Pada Pasien di RSUD Lakipadada”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pembahasan tersebut, penulis merumuskan sebuah masalah

penelitian : “ Bagaimana Gambaran Kejadian Penyakit Pneumonia

pada Anak Berdasarkan Umur dan Tingkat Pendidikan Pada Pasien di

RSUD Lakipadada ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Penyakit Pneumonia

pada Anak Berdasarkan Umur dan Tingkat Pendidikan Pada

Pasien di RSUD Lakipadada.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Penyakit Pneumonia

pada Anak Berdasarkan Umur Pada Pasien di RSUD


Lakipadada.

b. Untuk mengetahui Gambaran Kejadian Penyakit Pneumonia

pada Anak Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Pasien di

RSUD Lakipadada.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

dalam pengembangan ilmu keperawatan dan dapat menjadi acuan

ilmiah bagi penelitian selajutnya mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian pneumonia

1.4.2 Manfaat Institusi

Sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang

akan datang.

1.4.3 Manfaat Masyarakat

Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat mengenai beberapa faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian pneumonia pada anak.

Anda mungkin juga menyukai