Anda di halaman 1dari 91

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Pneumonia balita ditandai dengan adanya gejala demam, batuk dan
kesukaran bernapas seperti napas cepat, menggigil, berkeringat serta mual dan
muntah. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan
Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah
Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan
Para Influenza Virus. (Kemenkes, 2011).

Pneumonia masih menjadi penyakit terbesar penyebab kematian anak dan


juga penyebab kematian pada banyak kaum lanjut usia di dunia. Setiap tahun
pneumonia membunuh lebih dari 2 juta anak balita dibandingkan dengan perkiraan
800.000 anak-anak yang meninggal karena malaria dan sekitar 300.000 anak balita
meninggal karena Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). (UNICEF-WHO,
2006). Di dunia, dari 9 juta total kematian balita, lebih dari 2 juta balita meninggal
setiap tahun disebabkan oleh pneumonia. Di antara 5 kematian Balita, 1 diantaranya
disebabkan oleh pneumonia. (Kemenkes, 2011). Di negara berkembang, diperkirakan
lebih dari 150 juta kasus pneumonia terjadi setiap tahun. (UNICEF-WHO, 2006).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, pneumonia


termasuk salah satu dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit.
Berdasarkan Daftar Tabulasi Dasar (DTD) tahun 2010 menunjukan bahwa ada 17.311
kasus pneumonia yang terdiri dari 9.340 penderita laki-laki dan 7.971 penderita
perempuan, dari jumlah tersebut pasien yang meninggal sebanyak 1.315 dengan
presentase 7,6%. Cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun 2010 sebesar 23%
dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 499.259 kasus. (Kemenkes, 2011).
1
2

Dari tahun 2000 sampai tahun 2009 cakupan penemuan pneumonia belum
pernah mencapai target yang ditetapkan, meskipun target sudah beberapa kali
disesuaikan, dan terakhir pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014
target cakupan penemuan kasus pneumonia balita pada tahun 2014 ditetapkan
menjadi 60%. Cakupan pneumonia balita selama 10 tahun berkisar antara 22,18-
35,9%. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama baik pemerintah daerah
kabupaten/kota/provinsi dan pusat serta para stake holder program pengendalian
pneumonia. Selain itu perlu dilakukan upaya pengendalian yang lebih terarah,
terintegrasi dan bersinergi sehingga target pencapaian MDGs4 dapat tercapai.
(Kemenkes,2010)

Di Kota Palembang, cakupan penemuan pneumonia juga belum pernah


mencapai target yaitu 60% sesuai dengan ketetapan yang diatur oleh Kementrian
Kesehatan. Di tahun 2009-2013 cakupan penemuan pneumonia di Kota Palembang
sebanyak 7.464 kasus atau sebesar 50,94%. Angka tersebut menunjukkan bahwa
pencapaian penemuan kasus pneumonia di Kota Palembang masih di bawah target.
(Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2013). Tingginya kasus pneumonia di kota
Palembang disebabkan oleh karena tingginya faktor risiko penyebab terjadinya
pneumonia yang ada di Kota Palembang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Sugihartono dan Nurjazuli (2009) mengenai analisis faktor risiko kejadian pneumonia
pada balita menyimpulkan bahwa ada 4 variabel utama yang menyebabkan terjadinya
pneumonia pada balita, yaitu : adanya kasus gizi kurang dan gizi buruk, tingginya
perilaku merokok dalam rumah tangga, rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif
dan cakupan pemberian vitamin A yang masih di bawah target.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti
tahun 2011 tentang faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan
kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten
Ciamis yang membuktikan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan kondisi
pencahayaan yang buruk (intensitas cahaya tidak memenuhi syarat dan tidak ada sinar
3

matahari yang masuk ke dalam rumah) mempunyai risiko terpapar pneumonia 21,875
kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan kondisi pencahayaan
dalam rumahnya baik (intensitas cahaya memenuhi syarat dan ada sinar matahari
yang masuk ke dalam rumah) dengan kejadian pneumonia pada balita. Selain kondisi
pencahayaan, pneumonia juga dapat disebabkan karena tingginya angka kepadatan
hunia serta kondisi lingkungan yang buruk.

Di Puskesmas Keramasan, pneumonia merupakan penyakit menular tertinggi


kedua setelah diare dengan total kasus antara 2011-2015 sebanyak 264 kasus atau
sebesar 10%. Walaupun tercatat sebagai kasus tertinggi no.2, namun kasus
pneumonia merupakan masalah kesehatan penting yang perlu diperhatikan di wilayah
kerja Puskesmas Keramasan. Hal ini karena sepanjang tahun 2011-2015 kasus
pneumonia memiliki kecenderungan meningkat 3 kali lebih besar, terutama jika
dilihat berdasarkan distribusi frekuensi epidemiologi Orang, Tempat, Waktu (Person,
Place, Time). Peningkatan kasus pneumonia ini terjadi juga disebabkan oleh faktor
pendukung dari lingkungan, seperti terjadinya kabut asap di Kota Palembang hingga
menjadi kondisi darurat asap yang menyebabkan pneumonia dan ISPA menjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam kurun waktu 5 bulan, yaitu antara Agustus –
Desember.

Peningkatan kasus pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Keramasan di


dukung oleh faktor risiko penyebab pneumonia yang cukup tinggi di wilayah kerja
Puskesmas Keramasan. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan kegiatan surveilans
untuk kasus pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Keramasan.

1.2 Rumusan Masalah


Belum diketahuinya gambaran surveilans epidemiologi penyakit pneumonia
di Puskesmas Keramasan Palembang tahun 2011-2015
4

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran surveilans epidemiologi penyakit pneumonia di
wilayah kerja Puskesmas Keramasan Palembang tahun 2011-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya distribusi penyakit pneumonia menurut orang (umur) di wilayah
kerja Puskesmas Keramasan Palembang.
2. Diketahuinya distribusi penyakit pneumonia menurut orang (jenis kelamin) di
wilayah kerja Puskesmas Keramasan Palembang
3. Diketahuinya distribusi penyakit pneumonia menurut tempat (Kelurahan
Pengunjung Puskesmas) di wilayah kerja Puskesmas Keramasan Palembang.
4. Diketahuinya distribusi penyakit pneumonia menurut waktu (Bulan dan Tahun)
di wilayah kerja Puskesmas Keramasan Palembang.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman dalam kegiatan
praktik, dan kegiatan surveilans di Puskesmas Keramasan Palembang serta
mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis bidang epidemiologi
mengenai masalah penyakit yang ada di Puskesmas Keramasan Palembang.

1.4.2 Bagi Puskesmas Keramasan Palembang


1. Lebih mengetahui gambaran masalah yang sebenarnya ada di wilayah kerja
Puskesmas Keramasan dan mengetahui pemecahan masalah tersebut.
2. Mempunyai gambaran untuk menggunakan dan memanfaatkan tenaga terdidik
dalam membantu pengolahan dan pembahasan suatu masalah yang ada pada
Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan.
5

3. Mampu bekerjasama antara Puskesmas Keramasan Palembang dengan STIK


Bina Husada dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Keramasan

1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan Kota Palembang


Sebagai informasi dalam memantau dan menilai pelaksanaan Surveilans
Epidemiologi mengenai penyakit Pneumonia di Puskesmas Keramasan Palembang.

1.4.4 Bagi STIK Bina Husada Palembang


1. Laporan praktikum ini dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran
di STIK Bina Husada Palembang dan sebagai bahan masukan bagi
pengembangan Program Studi Kesehatan Masyarakat
2. Terbinanya jaringan kerjasama dengan Puskesmas Keramasan Palembang dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan
dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
3. Sebagai sarana informasi dan pendidikan bagi seluruh mahasiswa STIK Bina
Husada.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Lokasi Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Keramasan
Palembang dan informasi didapatkan dari Kepala Puskesmas beserta petugas
kesehatan di Puskesmas Keramasan

1.5.2 Waktu Praktikum


Kegiatan praktikum dilakukan pada tanggal 25 Januari sampai dengan 11
Februari 2016
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Surveilans Epidemiologi


2.1.1 Definisi Surveilans Epidemiologi
Menurut Word Health Organization (WHO), Surveilans adalah proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data, serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait secara sistematis dan
terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk
dapat mengambil tindakan. (Timreck Thomas C, 2004)
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 1116 tahun 2003,
Surveillans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap
penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efisien dan efektif melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.
Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara
sistematis dan berkesinambungan, analisis, dan interpretasi data kesehatan dalam
proses menjelaskan dan memantau (monitor) peristiwa kesehatan. Informasi hasil
surveilans digunakan untuk perencanaan, penerapan (implementasi), evaluasi
tindakan (intervensi) dan program kesehatan masyarakat. Dengan kata lain,
epidemiologi surveilans merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus-
menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit
tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk
kepentingan pencegahan dan penangulangannya. (Kasjono dkk, 2009)

6
7

2.1.2. Tujuan Surveilans Epidemiologi


Tujuan utama epidemiologi adalah untuk memperoleh gambaran kejadian
morbiditas dan mortalitas serta kejadian peristiwa vital secara teratur sehingga dapat
digunakan dalam berbagai kepentingan perencanaan dan tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan dalam masyarakat. (Kasjono dkk,2009)
Menurut Kasjono (2009), secara rinci tujuan tersebut dapat meliputi hal
berikut ini:
1. Identifikasi, investigasi dan penanggulangan situasi luar biasa atau wabah yang
terjadi dalam masyarakat sedini mungkin.
2. Identifikasi kelompok penduduk tertentu dengan risiko tinggi
3. Untuk penentuan penyakit dengan prioritas penanggulangannya.
4. Untuk bahan evaluasi antara input pada berbagai program kesehatan dengan hasil
keluarannya berupa insiden dan prevalensi penyakit dalam masyarakat.
5. Untuk memonitoring kecenderungan (tren) perkembangan situasi kesehatan
maupun penyakit dalam masyarakat.

2.1.3. Kegiatan Surveilans Epidemologi


Untuk mencapai masing-masing tujuan tersebut di atas maka dapatlah
dikembangkan berbagai bentuk kegiatan epidemiologi surveilans. Bentuk kegiatan
tersebut dapat bersifat rutin dan dapat pula bersifat kegiatan khusus.Bentuk kegiatan
yang bersifat rutin meliputi berbagai kegiatan berikut ini.
1. Laporan rutin kasus penyakit tertentu, baik penyakit menular maupun penyakit
tidak menular, atau berbagai kejadian yang berhubungan dengan kesehatan
secara umum. Laporan ini dilakukan secara berkala dalam bentuk laporan
mingguan, bulanan, dan laporan tahunan. Hasil analisis dari laporan tersebut
dapat digunakan untuk berbagai keperluan bidang kesehatan, baik untuk
penyusunan program maupun untuk evaluasi program serta analisis status
kesehatan masyarakat.
8

2. Pencatatan dan pelaporan khusus kejadian tertentu dalam masyarakat yang


biasanya terbatas pada berbagai kejadian yang mungkin mempunyai dampak
yang berat atau yang mempunyai potensi mewabah.

3. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan jenis penyakit yang wajib dilaporkan


termasuk berbagai penyakit menular tertentu/penyakit karantina serta berbagai
penyakit yang dianggap mempunyai potensi mewabah atau penyakit yang jarang
dijumpai dalam masyarakat, jenis penyakit yang wajib dilaporkan ini, biasanya
tidak sama untuk setiap negara.

4. Surveilans ekologi dan lingkungan yakni surveilans yang khusus dilakukan


terhadap berbagai vektor penyakit menular, pengamatan terhadap pencemaran
lingkungan, tanah, air, dan udara serta pengamatan terhadap beradanya bahan
berbahaya lain dalam lingkungan yang dapat berupa: vektor penyakit tertentu,
pengotoran lingkungan dan lain-lain.
5. Pengamatan dan pengawasan pemakaian zat tertentu seperti insektisida, vaksin,
obat-obatan seperti keras dan zat lainnya yang dianggap berbahaya.
6. Pencatatan dan pelaporan peristiwa vital yang meliputi kelahiran, perkawinan,
perceraian dan kematian.

2.1.4. Komponen Surveilans


Didalam (Kasjono dkk,2009), epidemiogi surveilans dalam pelaksanaan
kegiatannya, secara teratur dan terencana melakukan berbagai komponen utama
surveilans :
1. Pengumpulan/pencatatan kegiatan (data) yang dapat dipercaya. Data yang
dikumpulkan meliputi data epidemiologi yang jelas, tepat, dapat dipercaya
dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi dan ada hubungannya dengan
penyakit yang mengalami surveilans. Jenis dan bentuk data yang dikumpulkan
disesuaikan dengan tujuan surveilans.
9

2. Pengelolaan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti. Data yang
diperoleh biasanya masih dalam bentuk mentah (row data) yang perlu disusun
sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah
dalam bentuk tabel, grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi
data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan. Data yang telah disusun
dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk
memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam
masyarakat.
4. Penyebarluasan data/ keterangan termasuk umpan balik. Setelah analisis dan
interpretasi data serta telah memiliki nilai keterangan yang cukup jelas dan sudah
disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada
semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya. Penyebarluasan data/ informasi dilakukan dalam tiga arah
yang meliputi:
a. Ditujukan ke tingkat administrasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk
dapat menentukan kebijakan selanjutnya
b. Dikirim kepada instansi pelapor atau ke tingkat administrasi yang lebih
rendah yang berfungsi sebagai pengumpul dan pelapor data dalam bentuk
umpan balik
c. Disebarluaskan kepada instansi terkait dan kepada masyarakat luas.

Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk


perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program
dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi/ penilaian hasil kegiatan.
10

2.1.5. Variabel Surveilans Epidemiologi


Variabel-variabel epidemiologi adalah ciri-ciri atau faktor risiko yang
terdapat pada kelompok penduduk pada suatu waktu dan tempat tertentu serta agent
yang menyebabkan terjadinya penyakit. Penggunaan variabel epidemiologi untuk
menganalisis pola distribusi penyakit dalam masyarakat. (Noor 2000)
Menurut Noor (2000), variabel epidemiologi pada model Orang-Tempat-
Waktu (Person-Place-Time) yaitu :
1. Orang (Person)
Menurut Noor (2000), beberapa faktor yang berpengaruh dalam distribusi
penyakit pada sekelompok penduduk tertentu, yakni :
a. Umur
Resiko mendapat penyakit menurut umur mencerminkan derajat imunitas dan
exposure terhadap agent. Contoh:
 Bayi/ anak-anak : penyakit infeksi, congenital, kelainan genetik
 Orang tua : jantung, kanker, penyakit degeneratif
 Dewasa muda : kecelakaan, penyakit-penyakit yang ada hubungannya
dengan pekerjaan
 Semua umur : pencemaran lingkungan, yang biasanya lebih jelas
pada golongan umur dewasa dan setengah umur.

b. Jenis kelamin
Angka kematian pada wanita pada semua umur lebih rendah dari pada pria
oleh karena exsposure terhadap risiko pekerjaan, lingkungan, aktivitas dan
sebagainya. Morbiditas penyakit tertentu misalnya Gonore (GO) dapat lebih
tinggi pada wanita karena kesulitan dalam diagnosa.

c. Status Perkawinan
Berdasarkan status perkawinan risiko mendapat penyakit dapat berbeda pada
mereka yang menikah dan tidak menikah, misalnya: penyakit kehamilan: pada
wanita
11

d. Kelompok Etnik
Perbedaan ini umumnya karena faktor eksposure dan imunitas sebagai akibat
perbedaan adat kebiasaan atau kadang-kadang karena faktor genetik, seperti
kanker penis

e. Status Sosial Ekonomi


Faktor lingkungan, gizi dan kesempatan mendapatkan pelayanan kesehatan
sangat berpengaruh pada perbedaan distribusi penyakit tertentu menurut status
sosialnya. Contoh: komplikasi penyakti(kaya-miskin), Campak (kepadatan
penduduk), kurang gizi, TBC (sosioekonomi).

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-


penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian di
dalam hampir semua keadaan ditunjukkan dengan umur. Dengan cara ini orang
dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian
menurut golongan umur. Untuk keperluan perbandingan maka WHO
menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai berikut :

1. 0 - <1 thn : Bayi


2. 1 – 4 thn : Balita
3. 5 – 14 th : Anak – anak
4. 15 – 19 th : Remaja
5. 20 – 45 : Dewasa

Berdasarkan data WHO, Angka-angka dari luar negeri seperti Negara


Amerika Serikat menunjukan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan
wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria jika
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Hal ini disebabkan karena wanita
bebas mencari perawatan.
Kelas sosial merupakan variabel yang sering pula dilihat hubungannya
dengan angka kesakitan dan kematian. Variabel ini menggambarkan tingkat
12

kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti


pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. (Noor,2000)
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan, yakni :
1. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi dan benda-benda fisik
yang dapat menimbulkan kecelakaan.
2. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres.

2. Tempat (place)
Tempat adalah suatu konsep geografis yang melukiskan suatu daerah
dibatasi garis lintang dengan garis bujur timur dengan ketinggian dari muka laut.
Tempat dapat juga dibatasi neos geopolitis (administrasi pemerintahan, negara,
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa dan dusun). (Noor,2000)
Tempat terjadinya suatu penyakit merupakan hal yang sangat penting
untuk membadingkan kejadian suatu penyakit tertentu dari berbagai lokasi.
Sehingga dapat memberikan atau membantu dalam menentukan faktor penyebab
penyakit atau sumber penularan.
Tempat dapat juga dibatasi hanya kepada kompleks, asrama, tempat kerja,
sekolah. Di luar itu juga dapat dibedakan atas rular dan urban antara daerah
pantai dengan daerah pegunungan, tingkat sosial-ekonomi, sehingga ada
penyakit-penyakit yang sering terdapat pada daerah-daerah tertentu saja (dengan
kasus tinggi). Sebagai contoh:
a. Yellow fever, biasanya terjadi di Amerika tengah dan Amerika selatan
b. TBC, banyak terjadi pada daerah penduduk padat dengan sosial ekonomi
rendah.
c. Campak, banyak terjadi daerah penduduk padat dengan lingkungan jelek
d. Kolera, banyak terjadi daerah penduduk padat dengan lingkungan jelek
e. Asbestosis, banyak terjadi pada pekerja pabrik asbes
13

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna


untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit yang sering dilakukan antara lain :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan.
2. Kota dan pedesaan.
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam ( pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir).
4. Negara-negara dan
5. Regional.
Untuk mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan
menurut batas-batas alam lebih berguna daripada menurut batas-batas
administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit
di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah keadaan lingkungan yang khusus
seperti temperatur, kelembaban, musim hujan, ketinggian di atas permukaan laut,
keadaan tanah, sumber air, industri dan pelayanan kesehatan. (Noor,2000)

3. Time (Waktu)
Bila suatu penyakit diamati berdasarkan saat terjadinya (jam, tanggal,
bulan atau tahun), maka data yang terkumpul dapat dikelompokkan atau
dibandingkan menurut waktu kejadiannya. (Noor,2000). Hasil pengamatan
umumnya menunjukkan adanya variasi kejadian penyakit dalam dimensi
waktu..Pengetahuan tentang penyakit menurut variabel waktu berguna untuk:
a. Meramalkan puncak kejadian penyakit/insiden
b. Merencanakan upaya penanggulangannya
c. Melakukan evaluasi dampak penanggulangan yang sudah dikerjakan dengan
membandingkan tinggi puncak insiden sebelum dan sesudah penanggulangan.
14

Berdasarkan pola variasinya maka dikenal:


a. Variasi jangka pendek:
1) Sporadis
Kejadian ini relatif berlangsung singkat, umumnya berlangsung di
beberapa tempat dan pada waktu pengamatan masing-masing kejadian
tidak saling berhubungan, misalnya dalam proses penyebarannya. Contoh:
penyebaran penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF).

2) Endemis
Penyakit menular yang terus menerus terjadi di suatu tempat atau
prevalensi suatu penyakit yang biasanya terdapat di suatu tempat.

3) Pandemis
Penyakit yang berjangkit/menjalar ke beberapa negara atau seluruh benua.
Misalnya: Flu (1914), Kolera (1940), AIDS (1980) dan SARS (2003).

4) Epidemis
Kenaikan kejadian suatu penyakit yang berlangsung cepat dan dalam
jumlah yang secara bermakna melebihi jumlan insidens yang diperkirakan.
Jenis epidemis yang dikenal; yakni :
a) Common source (exposure) epidemics, karena adanya satu sumber
penularan.
b) Propagated (progressive) epidemics, karena adanya banyak sumber
penular akibat person to person transmission.

b. Variasi berkala
1) Musiman
Sifat musiman yang ada pada insidens beberapa penyakit umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor penularan (faktor risiko) yang berubah-ubah
menurut musim, misalnya kepadatan vektor, perubahan perilaku penduduk
(buruh musiman). Sifat musiman ini berlangsung setiap tahun. Contoh:
15

malaria (variasi kepadatan vektor), meningitis (variasi perilaku, lebih banyak


kontak person to person). (Noor,2000)
Apabila faktor risiko dapat dikurangi misalnya melalui program
pemberantasan vektor, maka insidens pada musim berikutnya tidak akan
setinggi puncak pada musim yang lalu. (Noor,2000)

2) Siklis
Perubahan berkala yang terjadi dengan interval lebih panjang dari satu
tahun, perubahan jumlah insidens ini banyak dipengaruhi oleh faktor risiko,
berupa perubahan imunisasi kelompok karena bertambahnya kelompok
penduduk yang susceptible karena kelahiran. Berdasarkan jenis penyakit, ada
perubahan berkala yang berlangsung setiap 2-3 tahun, ada yang lebih panjang
intervalnya. (Noor,2000)

3) Secular trend
Kecenderungan yang terlihat pada insidens atau prevalens suatu
penyakit akibat perubahan yang terjadi dalam waktu yang lama (satu atau
beberapa dasawarsa). Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko
berupa jumlah susceptible ataupun eksposure (baik kuantitas maupun
kualitas). Kelompok faktor tersebut biasanya bersifat biologis, misalnya:
a) Perubahan imunitas kelompok karena adanya migrasi dalam jumlah
besar, program imunisasi, gizi lebih baik.
b) Pengobatan lebih baik
c) Perubahan kebiasaan yang mengakibatkan perubahan eksposure.
d) Perubahan eksposure karena perubahan lingkungan (pencemaran
lingkungan, perbaikan lingkungan), atau yang bersifat non biologis,
misalnya perbaikan UU, pelayanan kesehatan yang lebih baik,
peningkatan surveilans.
16

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan


dasar di dalam analisis epidemiologi, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukan adanya perubahan faktor-faktor etiologi. Melihat
panjangnya waktu di mana terjadi perubahan-perubahan angka kesakitan maka
dibedakan :
1. Fluktuasi jangka pendek merupakan perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
2. Perubahan secara siklus merupakan perubahan-perubahan angka kesakitan
terjadi secara berulang-ulang dengan jarak beberapa hari, beberapa bulan,
tahun, beberapa tahun.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktu yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut
“seculer trends”.

2.1.6. Pengukuran-Pengukuran Surveikans Epidemiologi


Setiap studi epidemiologi selau melibatkan pekerjaan hitung menghitung,
dan pasti berkaitan dengan alat ukur, cara pengukuran dan hasil pengukuran yang
selanjutnya disajikan dalam bentuk ringkasan data. Salah satu metode fundamental
yang umumnya digunakan untuk meringkas data adalah distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi merupakan suatu tabel yang mengambarkan berapa banyak
subjek yang masuk ke dalam salah satu kategori, seperti umur, status sosioekonomi
dan status penyakit. (Soedarto, 2009)
Menghitung jumlah kasus/suatu penyakit dalam populasi menjadi bagian
merupakan hal penting dari epidemiologi. Untuk menghitung angka kejadian
penyakit, baik dalam bentuk rata-rata, rasio, proporsi insidens, prevalensi, mutlak
harus dilakukan untuk mengetahui seberapa besar permasalahan suatu penyakit dalam
populasi dan potensi-potensi apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk
menanggulanginya. (Soedarto, 2009)
17

Menghitung angka kejadian suatu penyakit berdasarkan umur, jenis kelamin,


riwayat penyakit dan variabel lainnya seperti pendapatan, dan status sosioekonomi
akan sangat bermanfaat untuk mendeteksi kelompok mana yang memiliki risiko
paling tinggi dan faktor-faktor apa saja yang bertindak sebagai faktor risiko.
Menurut Soedarto (2009), pernyataan frekuensi penyakit dalam
epidemiologi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Menggunakan angka absolut/mutlak (ukuran ABSOLUT), yaitu jumlah kejadian


kesekitan sesungguhnya. Contoh: jumlah penderita sifilis di Surabaya sebanyak
20.000 orang. Penggunaan ukuran ini lebih banyak pada keperluan administrasi
pencatatan.

2. Menggunakan angka perbandingan (ukuran RELATIF), yaitu dengan


memproyeksikan angka absolut tersebut kepada populasi berisiko atau group di
dalam populasi berisiko. Dilihat dari jenisnya, ukuran relatif ini dapat dibagi dua,
yaitu mortalitas (yang mengukur kejadian kematian) dan morbiditas (yang
mengukur kejadian kesakitan).

Ukuran yang kedua lebih objektif dan dapat membandingkan dua populasi
atau 2 sub grup. Ukuran ini sering digunakan untuk keperluan analisis. Ada beberapa
angka perbandingan/ukuran relatif yang banyak dipergunakan dalam epidemiologi,
yaitu: Rata-rata, Rasio, dan Proporsi.

𝑋
Formula Umum:
𝑌

Dimana :

X = Numerator/Pembilang Kasus

Y= Denominator/Penyebut Populasi berisiko


18

1. Rata-rata (rate)
Adalah bentuk perbandingan yang mengukur kemungkinan terjadinya
peristiwa/kejadian tertentu. Rate memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yaitu :
a. X= pembilang, adalah jumlah kasus penyakit yang terdapat di dalam populasi
atau dalam subgroup suatu populasi
b. Y= penyebut, adalah populasi atau subgroup di dalam populasi yang
mempunyai risiko untuk mendapatkan penyakit yang bersangkutan.
c. Waktu, misalnya pukul 12.00, tanggal 23 juli 2003; atas jarak waktu,
misalnya: 1 hari, 1 bulan, 1 tahun dan lain-lain.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎


𝑅𝑎𝑡𝑒 = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎

Populasi dalam rata-rata tidak selalu populasi dalam arti demografi, tetapi
bisa dalam bentuk lain, misalnya jumlah kematian ibu pada ibu-ibu yang melahirkan
di rumah sakit.

2. Rasio
Rasio merupakan istilah yang sangat umum. Rasio dapat diterjemahkan
sebagai dengan rasio merupakan perbandingan antara 2 kuantitas, yaitu kuantitas
pembilang (numerator), dan kuantitas penyebut (denominator). Kedua Juantitas
tersebut yang dibandingkan tidak harus memiliki sifat/ciri yang sama. Ada juga yang
menyebutkan bahwa rasio adalah frekuensi relatif dari suatu sifat tertentu
dibandingkan dengan frekuensi dari sifat lain. (Soedarto, 2009)
Berdasarkan pengertian di atas, rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kuantitas 𝑁𝑢𝑚𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Kuantitas 𝐷𝑒𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑡𝑜𝑟
19

3. Proporsi
Suatu bentuk khusus dalam perhitungan rasio adalah proporsi. Apabila
pembilang (numerator) merupakan bagian dari penyebut (denominator) , maka
bentuk perbandingan tersebut dinamakan proporsi. Jadi, proporsi bisa diartikan
sebagai jumlah/frekuensi dari suatu sifat tertentu dibandingkan dengan seluruh
populasi di mana sifat tersebut didapatkan. Rumus dari proporsi, yaitu:

𝑥
Proporsi = x 100%
𝑥+𝑌

2.2. Tinjauan Teoritis Penyakit Pneumonia


2.2.1. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh
gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit
bronkopneumonia (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun
bronkopnemonia disebut pneumonia. (Depkes RI, 2010)
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam. Napas
cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita
umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit,
balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan
umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit. (Depkes,
2010)
20

2.2.2. Penyebab Pneumonia


Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh
bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum
adalah Streptococcus Pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat.
Jika sistem pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri
segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).

b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus
yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus
(RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada
umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).

c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun
bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan
biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis
usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian
sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
21

d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan
jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari
paru.

2.2.3. Klasifikasi Pneumonia


1. Kelompok umur < 2 bulan
a) Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika
sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar
atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau
lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60
kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral
(pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.

b) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak
terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

2. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun


a) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak
dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit
dibangunkan.
22

b) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak
disertai sianosis sentral dan dapat minum.

c) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.

d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)


Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.

e) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati
selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang
sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan
yang tinggi, dan demam ringan.

2.2.4. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia


1. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri
dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).

2. Tanda (Misnadiarly, 2008)


Tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
23

c. Suara napas lemah


d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah

2.2.5. Cara Penularan Penyakit Pneumonia


Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Cara
penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita
saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung
dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena
sekresi saluran pernapasan penderita. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya
kuman penyebab pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang
dihirup. (Misnadiarly,2008)

2.2.6. Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Pneumonia


Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada
balita (Dailure, 2004), diantaranya :
24

1. Faktor risiko yang terjadi pada balita


Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat
ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
a. Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya
pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologi seseorang
sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat
gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit
seperti pneumonia (Dailure, 2004).

b. Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan. Keadaan ini dapat dijumpai
pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari
penyakit, dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka
diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada
balita (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi
kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian
imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

c. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)


ASI yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan
makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi,
karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat
pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat
meningkatkan kejadian pneumonia pada balita (Dailure, 2004).
25

d. Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur
dibawah 2 tahun dan umur 1-4 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini
dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan
lumen saluran napas yang masih sempit (Daulaire, 2004).

2. Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan
resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak
mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan
berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang
berasal dari tempat yang kotor tersebut (Depkes RI, 2004), yang berpengaruh
diantaranya :
a. Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran
udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela
dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara.
Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri
terutama bakteri patogen

b. Polusi Udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan
oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor
risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah
juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas
ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan
bermotor.
26

2.2.7. Pencegahan Penyakit Pneumonia


Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau
keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh
kebersihan di dalam dan di luar rumah. (Zulkipli dkk,2007)
Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit
pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
pneumonia :
1. Perawatan selama masa kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi
ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi
kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan
terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
(Zulkipli dkk,2007)

2. Perbaikan gizi balita


Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena
malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal
sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi
serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga dapat memberikan
perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu,
balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi dibanding balita
yang tidak mendapatkannya. (Zulkipli dkk,2007)

3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak


Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9
bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada
umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. (Zulkipli dkk,2007)
27

4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.


Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai
untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang
disertai dengan napas cepat/sesak napas. (Zulkipli dkk,2007)

5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah


Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap
diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita
ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok,
lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan
masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan untuk terkena
penyakit pneumonia. (Zulkipli dkk,2007)

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.


Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran
pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit
batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan
pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan
droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan
menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua anak
yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada
hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.
(Zulkipli dkk,2007)
28

BAB III
HASIL

3.1. Gambaran Umum Puskesmas Keramasan Palembang


3.1.1. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Keramasan didirikan pada tahun 1981 yang pada waktu itu
dipimpin oleh dr. Marni Rahim berikutnya dipimpin oleh dr. Dewi Iriani, dr.Hj. Ika
Kartika, dr. Ezrin Noer, dr. Alfaroby dan sekarang dipimpin oleh drg.Andhieka
Sitasari.
Puskesmas Keramasan terletak di Jalan Abikusno Cokrosuyoso Lorong
Gotong Royong Rt. 10. Berdasarkan keputusan Walikota Palembang Nomor 1882
Tahun 2010 wilayah kerja Puskesmas Keramasan meliputi 2 Kelurahan, yaitu
Kelurahan Kemang Agung dan Kelurahan Keramasan.
Puskesmas Keramasan merupakan salah satu dari tiga puskesmas yang
berada di Kecamatan Kertapati. Puskesmas Keramasan mempunyai 1 Puskesmas
Pembantu yaitu Pustu Keramasan yang berada di Kelurahan Keramasan.

3.1.2. Visi, Misi, Motto Dan Nilai Puskesmas Keramasan Palembang


VISI :

Tercapainya Kecamatan Kertapati Sehat Di Kelurahan Keramasan dan


Kemang Agung Palembang.

MISI :
1. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
2. Meningkatkan professional provider
3. Memelihara dan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang prima
4. Menurunkan resiko kesakitan dan kematian

28
29

MOTTO :

“Melayani Dengan Hati”

NILAI :

1. Pengabdian
2. Kebersamaan
3. Kerja keras
4. Saling percaya
5. Terus belajar

3.1.3. TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) Puskesmas


Tugas Pokok Puskesmas
1. Melaksanakan pembinaan teknis kesehatan lingkungan kepada masyarakat
umum, kader kesehatan lingkungan.
2. Membantu masyarakat dalam pengolahan pembangunan sarana sanitasi dasar.
3. Melaksanakan pengawasan kualitas kesehatan lingkungan, air bersih,
penyehatan makanan minuman, tempat-tempat umum, dan lingkungan
pemukiman.
4. Membuat perencanaan program kesehatan lingkungan dan tingkat kelurahan.
5. Mengevaluasi pelaksanaan program di lingkungan kelurahan dan pembuatan
laporan.
Fungsi Puskesmas
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
30

3.1.4. Struktur Organisasi Puskesmas Keramasan

STRUKTUR ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)


PUSKESMAS KERAMASAN

Kepala Puskesmas
drg. Andhika Sitasari
Kasubag. Tata Usaha
Rojaibah, B.Sc

Koor SP2TP : Taufiq Zamir


Koor SIK : Taufiq Zamir
Kepegawaian : RM Yudha A, SIP
Koor Loket : Rudiyanto
Pengelola Perpus : Rudiyanto
Bendahara Penerima : Rojaibah, B.Sc
Bendaharan Pengeluaran : Marina, Am.Keb
Bendahara Pembantu : Meri Susanti, Am.Keb
Bendahara BOK : Rojaibah, B.Sc
Penyim. & Pengl Barang : Pebriyanti, AmG
Gudang Farmasi : Hj. Muzaimah
Rujukan : RM Yudha A.SIP

Koor Kes. Masyarakat Koor Yankes Perorangan


dr. Rina Destiani
dr. Erix Achmadi

Yankes Wajib Yankes Khusus


Yankes Wajib Yankes Pengembangan

Promkes : Sri Gundarti, Am.Kep Perkesmas : Rina Romila,Am.Kep Kes.Kel : Meri Susanti,Am.Keb Perkesmas : Rina Romila,Am.Kep
Kesling : Sri Gundarti, Am.Kep Kes.Sekolah : Siti Asia Kes.Anak : Marina,Am.Keb Kes.mata & telinga : Rina Romila,Am.Kep
P2P : Rina Romila,Am.Kep Kes Olahraga : Rojaibah, B.Sc KB : Meri Susanti,Am.Keb Kes Gilut : Rusnawati
Gizi : Pebriayanti,AMG Kes. Kerja : Siti Asia Pengobatan : dr.Rina Destiana Kes. Jiwa : Elly Sumarni, Am.Kep
KIA KB : Meri Susanti,AmKeb Kes. Usila : Elly Sumarni, Am.Kep Gizi : Pebriayanti,AMG Kes. Usila : Elly Sumarni, Am.Kep
Pengobatan : dr. Erix Achmadi Kes Gilut : Rusnawati P2P : Rina Romila,Am.Kep Kes. Remaja : Meri Susanti,Am.Keb
Batra : Sri Gundarti, Am.Kep MTBS : Marina, Am.Keb TB/Kusta : Rina Romila,Am.Kep
PTM : Elly Sumarni,Am.Kep Imunisasi : Siti Asia PTM : Elly Sumarni,Am.Kep
Surveilans : RM Yudha A.SIP Yan. Obat : Rojaibah, B.Sc DBD : Sri Gundarti, Am.Kep
Lab : Rina Romila,Am.Kep
Promkes : Sri Gundarti, Am.Kep
Kesling : Sri Gundarti, Am.Kep

Pustu Keramasan
Ice Irawati
31

3.1.5. Letak Geografis


Puskesmas Keramasan terletak di Jalan Abicusno Cokrosuyoso RT.10
Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Palembang. Puskesmas Keramasan
berada di tengah-tengah perumahan penduduk, lokasi ini kurang strategis karena jauh
dari jalur kendaraan umum. Puskesmas Keramasan dapat ditempuh dengan mobil
atau pun sepeda motor pribadi, untuk kendaraan umum dapat menggunakan becak
atau bentor (becak motor).
Letak Puskesmas Keramasan sebenarnya cukup berdekatan dengan pusat
keramaian yaitu pasar Simpang Sungki, tetapi pasar tersebut lebih dekat dan
merupakan wilayah kerja Puskesmas Kertapati sehingga membuat kenjungan pasien
tidak begitu ramai, karena biasanya pasien lebih menyukai pelayanan kesehatan yang
dekat dengan pusat keramaian. Untuk mengatasi hal tersebut sangat diperlukan usaha
keras dari pihak puskesmas untuk merangkul kunjungan pasien.
Puskesmas Keramasan mempunyai wilayah kerja meliputi 2 kelurahan yaitu
Kelurahan Kemang Agung dan Kelurahan Keramasan. Terdiri dan 23 RW dan 88 RT
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Selatan : Kabupaten Muara Enim, Ogan Ilir
b. Utara : Kelurahan Kertapati
c. Timur : Kelurahan Kertapati, Kemang Agung
d. Barat : Sungai Musi
Luas secara keseluruhan ± 46,3 Ha.

3.1.6. Keadaan Demografi


Tingkat pertumbuhan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari angka
pertumbuhan penduduk. Bila angka tersebut semakin tinggi berarti tingkat
pertumbuhan penduduk semakin cepat. Gambaran kependudukan di Kelurahan
Kemang Agung dan Keramasan adalah sebagai berikut :
32

Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Berdasarkan
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
RASIO
NO UMUR LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JENIS
(TAHUN) PEREMPUAN
KELAMIN
1 0-4 1.309 1.298 2.607 100,85
2 5-9 561 441 1.002 127,21
3 10-14 893 803 1.696 111,21
4 15-19 1.208 1.219 2.427 99,10
5 20-24 1.463 1.556 3.019 94,02
6 25-29 1.656 1.722 3.378 96,17
7 30-34 1.723 1.657 3.380 103,98
8 35-39 1.605 1.766 3.371 90,88
9 40-44 1.425 1.554 2.979 91,70
10 45-49 1.433 1.594 3.027 89,90
11 50-54 1.111 709 1.820 156,70
12 55-59 918 820 1.738 111,95
13 60-64 114 113 227 100,88
14 65-69 102 109 211 93,58
15 70-74 186 138 324 134,78
16 75+ 46 35 81 131,43
JUMLAH 15.753 15.534 31.287 101,41
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
23
(DEPENDENCY RATIO)
33

Berdasarkan data tahun 2015 keadaan sosial ekonomi dan mata pencarian
pada dua kelurahan hampir sama, yaitu diantaranya :
1. Buruh Kasar
2. Pegawai Negeri
3. Pedagang
4. Pensiunan
5. Petani
Adapun rincian keadaan demografi di wilayah kerja puskesmas keramasan
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Berdasarkan
Kelurahan Pada Tahun 2015
Nama Kelurahan
Deskripsi Total
Kemang Agung Keramasan
Jumlah Penduduk 21369 9918 31287
- Laki – laki 10647 5106 15753
- Perempuan 10772 4812 15534
Jumlah Kepala keluarga (KK) 5045 2933 7866
a. KK Gakin 2986 2582 5568
b. KK non Gakin 2059 351 2410
Jumlah RT 59 51 110
Jumlah RW 13 10 23
Jumlah Ibu Hamil ( Bumil ) 433 191 624
Jumlah Ibu Bersalin ( Bulin ) 422 188 610
Jumlah Ibu ( Bufas ) 422 188 610
Jumlah Wanita Usia Subur ( WUS ) 7566 3502 11068
Jumlah Wanita Peserta KB Aktif 3476 1329 4805
Jumlah Bayi (0-6 bulan) 186 76 524
34

Nama Kelurahan
Deskripsi Total
Kemang Agung Keramasan
Jumlah Bayi (6-12 bulan) 116 88 504
Jumah Anak Balita (1-<2 tahun) 428 194 609
Jumlah Anak Balita (2-,3 tahun) 304 132 436
Jumlah Remaja 8682 3852 12534
Jumlah Usila 3739 3328 7067
Jumlah Taman Kanak-Kanak ( TK ) 6 1 7
Jumlah SD / Madrasah Ibtidaiyah
a. Negeri 9 6 15
b. Swasta 0 2 2
Jumlah SMP / Madrasah Tsanawiyah
a. Negeri 0 1 1
b. Swasta 0 0 0
Jumlah SMA / Madrasah Aliyah
a. Negeri 0 0 0
b. Swasta 0 0 0
Jumlah Akademi
a. Negeri 0 0 0
b. Swasta 0 0 0
Jumlah Perguruan Tinggi
a. Negeri 0 0 0
b. Swasta 0 0 0
Jumlah Kantor 1 1 2
Jumlah Hotel 0 0 0
Jumlah Toko 0 0 0
Jumlah Pasar 0 0 0
Jumlah Restoran/Rumah Makan 3 0 0
35

Nama Kelurahan
Deskripsi Total
Kemang Agung Keramasan
Salon Kecantikan 12 1 13
Jumlah Masjid 7 7 14
Jumlah Pesantren 0 0 0
Jumlah Langgar 12 10 22
Jumlah Gereja 1 0 1
Jumlah Pura 0 0 0
Jumlah Klenteng 0 0 0
Jumlah Rumah 4700 2458 7188
Jumlah Rumah Sehat 2957 1902 4859
Jumlah Jamban Sehat 2690 363 3053
Sumber Air Bersih (PDAM) 4241 430 4671
SAB Sumur Gali 1120 15 1170
SAB Sumur Tangan 0 0 0
SAB Sumur Artesis 10 22 32
SAB Air Hujan 0 0 0
SAB Air Sungai 842 1517 2359
Peserta Asuransi Kesehatan 313 196 509
Asuransi Jamsostek 0 0 0
Asuransi Kesehatan Lainnya 866 641 1507
Asuransi Panti Jompo 0 0 0
Asuransi Panti Pijat 0 0 0
Jumlah Praktek Bidan 9 1 10
Jumlah Pengobatan Tradisional 1 0 1
Jumlah Rumah Sakit Pemerintah 0 0 0
Jumlah Rumah Sakit Swasta 0 0 0
Jumlah Balai Pengobatan 0 0 0
36

Nama Kelurahan
Deskripsi Total
Kemang Agung Keramasan
Jumlah Praktek Dr Umum 0 0 1
Jumlah Praktek Dr Gigi 0 0 0
Jumlah Praktek Dr Bersama 0 0 0
Jumlah LaBoratorium Kesehatan 0 0 0
Jumlah Apotik 0 0 2
Jumlah Optik 0 0 0
Jumlah Toko Obat 0 0 1

3.1.7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, puskesmas Keramasan
memenuhi kebutuhan tersebut melalui Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan
Pelayanan Kesehatan Perorangan :
Pelayanan Kesehatan Masyarakat meliputi :
1. Promosi Kesehatan ( Promkes )
2. Sanitasi ( Kesehatan Lingkungan )
3. P2M / P2TM
4. KIA & Anak
5. KB
6. Perbaikan Gizi Masyarakat
7. Keperawatan
8. Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Pengobatan Tradisional
11. Kesehatan Kerja
12. Kesehatan Usila
37

Pelayanan Kesehatan Perorangan Meliputi :


1. P2M / P2TM
2. KIA
3. KB
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Pengobatan
6. Kesehatan Mata
7. Gigi dan Mulut
8. Kesehatan Jiwa
9. Kesehatan Usila

3.1.8. Fasilitas yang Tersedia di Puskesmas Keramasan


1. Poli Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak (KIA/KB/MTBS)
Kegiatan yang dilakukan di kinik ini meliputi pelayanan kebidanan terhadap
Ibu Hamil (Bumil), Ibu yang telah bersalin (Bufas), dan Ibu menyusui (Busui) dan
MTBS.
Untuk kegiatan KB, Puskesmas keramasan melayani kebutuhan masyarakat
dalam hal KB berupa IUD, Implant, Pil, Suntikan, dan Kondom. Poli ini dalam
pelaksanaannya dilayani oleh tiga orang bidan terlatih.
Poli MTBS ini melayani pasien anak, yaitu usia 0-5 tahun. Pada
pelaksanaannya Poli ini dilayani bidan terlatih. Pada Poli ini mulai dikembangkan
sistem Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk anak usia 2 bulan sampai 5
tahun dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk anak usia 0-2 bulan.
Dengan sistem MTBS dan MTBM ni,
Disamping pengobatan, Poli MTBS juga melakukan pemantauan terhadap
tumbuh kembang anak usia 0-60 bulan melalui upaya Stimulasi, Intervensi, dan
Deteksi Dni Tumbuh Kembang (SIDDTK). Pada kegiatan ini, dilakukan deteksi
dini, stimulasi terhadap kasus dengan gangguan tumbuh kembang.
38

2. Poli Pelayanan Kesehatan Umum (Poli Umum)


Poli ini melayani pengobatan umum bagi pasien dewasa, yaitu pasien usia
lebih dari 6 tahun. Pengobatan dilakukan terhadap pasien umum, pasien JKN dan
pasien Jamsoskes. Disamping itu, Poli Umum ini juga melayani tindakan
kegawatdaruratan dan rujukan pasien dari unit-unit fungsional lainnya maupun
terhadap pasien-pasien dengan kasus penyakit kronik yang sudah berobat rutin di
rumah sakit. Nmaun, sebelum dilakukan rujukan, Poli Umum juga akan
melakukan perbaikan keadaan umum pasien, baik kasus gawat darurat umum
maupun kebidanan. Namun, karena keterbatasan ruangan di Puskesmas, ruang Poli
Umum dan UGD dijadikan satu.
Di klinik ini dilayani pula pengobatan terhadap penderita TB Paru dan Kusta
selain penyakit lainnya. Pada prinsipnya, pelayanan kesehatan yang dilakukan di
Poli Umum ini terintegrasi dengan program-program yang ada di puskesmas, yaitu
program pencegahan, pengobatan, dan pengendalian penyakit menular (ISPA,
Diare, TB Paru), Program Penyakit tidak menular (PTM), program P2 kelamin,
Upaya Kesehatan Jiwa, Upaya Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran.
Pada pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh seorang dokter umum, yang dibantu
oleh perawat terlatih.

3. Poli pelayanan kesehatan gigi (bp gigi)


Poli ini melayani pengobatan dan perawatan gigi bagi seluruh lapisan
masyarakat yang membutuhkannya terutama pengobatan dasar seperti pencabutan
dan penambalan gigi.
Dalam pelaksanaannya poli ini melaksanakan kegiatan UKGS bagi anak
sekolah di sekolah-sekolah dan UKGMD bagi masyarakat umum terutama balita
dan ibu hamil di posyandu-posyandu. UKGMD dilaksannakan 2 kali setahun.
39

4. Gilingan Mas
Klinik ini melayani :
1. Konsultasi gizi
2. Imunisasi
3. Konsultasi kesehatan lingkungan (sanitasi lingkungan)

5. Laboratorium
Dilakukan pada perorangan maupun perkelompok, baik dilaksanakan di
puskesmas, sekolah ataupun di tempat lain yang membutuhkan. Pelayanan ini
dilaksanakan oleh tenaga penyuluh yang menguasai materi yang di bahas.
Kegiatan penyuluhan meliputi kegiatan di dalam gedung dan kegiatan di luar
gedung.

6. Penyuluhan Kesehatan
Dilakukan pada perorangan ataupun perkelompok, baik dilaksanakan di
puskesmas, sekolah maupun tempat lain yang membutuhkan. Pelayanan ini
dilaksanakan oleh tenaga penyuluh yang menguasai materi yang di bahas.
Kegiatan penyuluhan meliputi kegiatan di dalam gedung dan kegiatan di luar
gedung.

7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (poli lansia)


Puskesmas keramasan khusus melayani pelayanan kesehatan terhadap pasien
lansia, yang terbagi menjadi dua yaitu pralansia 49 sampai 59 tahun dan lansia
lebih dari 60 tahun. Namun karena keterbatasan ruangan di puskesmas, pelayanan
lansia dilakukan di ruangan poli umum.
Pelayanan kesehatan dilakukan terhadap pasien lansia adalah screening
lansia yang meliputi pemeriksn antropometri (BB,TB, Lingkar pinggang), tekanan
darah, Hb, gula darah, reduksi protein, pemeriksaan intelegensia dan kelainan
vaskuler, disamping pemeriksaan terhadap keluhannya (penyakit). Pemeriksaan
kesehatan lansia dengan menggunakan status khusus lansia.
40

8. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)/Kelinik Remaja


Program PKPR ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
komperhensif terhadap remaja, yyaitu masyarakat berusia 10-19 tahun. Program
ini dilaksanakan di dalam maupun di luar gedung meliputi pemeriksaan kesehatan
degan menggunakan status khusus remaja, yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang komperhensif, bukan hanya terfokus paa penyakitnya,
namun juga pada riwayat pubertas, perkembangan mental, riwayat merokok,
memakai napza dan lain sebagainya. Setelah itu, pasien remaja akan diberikan
konseling sesuai dengan penyakit dan permasalahan kesehatan lain yang ditemui
pada saat itu, dan terakhir diberikan obat.

9. Lain – lain
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas
keramasan melakukan kegiatan – kegiatan secara jemput bola. Kegiatan – kegiatan
tersebut diantaranya adalah posnyandu balita di 23 posyandu, posyandu lansia di 3
posyandu, UKS/UKGS di 17 SD/MI dan SMP, UKGMD di 23 posyandu serta
melakukan kunjungan kerumah pasien bagi pasien-pasien yang membutuhkannya.

3.1.9. Data Sekolah


Data Berikut ini data sekolah di wilayah kerja puskesmas keramasan yang
tersebar di dua kelurahan yaitu kelurahan kemang agung dan kelurahan keramasan.
Tabel 3.3
Data Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan
JUMLAH JUMLAH KADER
NAMA JUMLAH
NO SISWA SEKOLAH UKS/DOKTER GURU UKS
SEKOLAH SEKOLAH
LK PR UKS KECIL

1(TERLATIH/TIDAK
1 SD N 231 242 217 1 1 18
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
2 SD N 232 301 322 1 1 20
TERLATIH)
41

JUMLAH JUMLAH KADER


NAMA JUMLAH
NO SISWA SEKOLAH UKS/DOKTER GURU UKS
SEKOLAH SEKOLAH
LK PR UKS KECIL

1 (TERLATIH/TIDAK
3 SD N 233 211 299 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
4 SD N 234 151 138 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
5 SD N 235 127 123 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
6 SD N 236 151 140 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
7 SD N 237 161 136 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
8 SD N 238 161 136 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIh/DAK
9 SD N 239 148 139 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
10 SD N 240 94 82 1 1 10
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
11 SD N 241 74 64 1 1 10
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
12 SD N 242 106 92 1 1 10
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
13 SD N 243 207 208 1 1 15
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
14 SD N 244 82 57 1 1 10
TERLATIH)
1 (TERLATIH/TIDAK
15 SD N 245 46 36 1 1 10
TERLATIH)
SD NII
1 (TERLATIH/TIDAK
16 DARUSAL 75 79 1 1 10
TERLATIH)
AM
1 (TERLATIH/TIDAK
17 SD MUH 15 66 111 1 1 10
TERLATIH)
42

3.1.10. Data Posyandu Balita


Berikut ini data posyandu balita di wilayah kerja puskesmass keramasan.
Tabel 3.4
Data Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan
NAMA POSYANDU NAMA POSYANDU
NO ALAMAT ALAMAT
KERAMASAN KEMANG AGUNG

1 FLAMBOYAN RT.16,17,18,19 MUTIARA PUTIH RT.8,9,10,11


2 DAHLIA RT.33 SEJAHTERA RT.43,44,45
3 PELANGI RT.31,32 ANGGREK CEMPAKA RT.17,18,19
4 MENUR RT.27,28 MELATI PUTIH RT.26,27,28
5 RAFLESIA RT.29 KASIH SAYANG RT.33,34,35
6 ANGGREK RT.25,26 BUNDA RT.30,40,41,42
7 TERATAI RT.20,21 CITRA RT.32,48
8 CEMPAKA RT.5,6,7,8,9 SRIWIJAYA RT.36,37,38
9 DAYANG RINDU RT.22 PELANGI INDAH RT.1,2,3,4,5,6,47,49
10 HARAPAN BUNDA RT.10,11,12,13,14,15,34 SERUMPUN RT.29,30,50
11 NUSA INDAH TERATAI RT.13,16
12 ANGGREK PUTIH RT.22,23,24

3.1.11. Tingkat Pemanfaatan Puskesmas


Puskesmas Keramasan merupakan 1 dari 3 Puskesmas yang ada di
Kecamatan Kertapati. Sebagai pusat pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004, menyebutkan
bahwa tingkat pemanfaatan minimal Puskesmas sebagai pusat pelayana kesehatan
dasar berdasarkan jumlah penduduk adalah sebesar 85%. Puskesmas keramasan
memiliki jumlah penduduk sebanyak 31.287. Di tahun 2015, berdasarkan pencatatan
registrasi, jumlah kunjungan masyarakat terhadap Puskesmas Keramasan sebanyak
1500-1600 pegunjung. Dari jumlah kunjungan tersebut dalam 1 tahun berdasarkan
perbandingan dengan jumlah penduduk, pemanfaatan Puskesmas Keramasan adalah
sebesar 61,4%. Artinya, pemanfaat Puskesmas Keramasan masih kurang dan perlu
pengoptimalan.
43

3.1.12. Sarana Dan Prasarana


Berikut ini penambahan aktiva tetap puskesmas keramasan tahun 2014
berdasarkan sumber dana BLUD dan anggaran dinas kesehatan.
Tabel 3.5
Penambahan Aktiva Tetap Keramasan Tahun 2014
TAHUN
PERKIRAAN NAMA_AKTIVA KUANTUM SATUAN MERKTYPE KONDISI
PEROLEHAN
13.02 GEDUNG DAN
BANGUNAN
13.02.01.01 Gedung
1. Rehab gedung
puskesmas
2. Penambahan ruangan
JUMLAH GEDUNG
DAN BANGUNAN
13.03 PERALATAN DAN
MESIN
13.03.01.01 Peralatan medic
Jumlah peralatan
medic
13.03.06.01 Inventaris kantor
-Komputer PC 1 Set Lenovo Baik 2014
-Laptop 1 Set Lenovo Baik 2014
-Laptop 1 Set Asus Baik 2014
transfoermers
-Bok File unk loket 240 BH Bantek Baik 2014
-Kursi biru 5 Unit Informa Baik 2014
-Kursi hijau 5 Unit Informa Baik 2014
-Kursi merah 5 Unit Informa Baik 2014
-Kursi orange 5 Unit Informa Baik 2014
-Kursi putar pendaftaran 2 Unit Informa Baik 2014
-Kursi putar pendaftaran 2 Unit Informa Baik 2014
-Kursi putar pendaftaran 1 Unit Informa Baik 2014
44

TAHUN
PERKIRAAN NAMA_AKTIVA KUANTUM SATUAN MERKTYPE KONDISI
PEROLEHAN
-Kursi tunggu 4 sheet 1 Unit Baik 2014
hijau
-kursi tunggu 4 sheet abu-abu 1 Unit Informa Baik 2014
-Lemari perpustakaan 4 Unit Informa Baik 2014
-Loker 3 pintu 1 Unit Informa Baik 2014
-Loker 9 pintu 6 Unit Informa Baik 2014
-Meja computer 1 Unit Informa Baik 2014
-Meja Tu 1 Unit Informa Baik 2014
-Meja TU+Lemari 1 Unit Informa Baik 2014
-Papan DUK 1 Unit - Baik 2014
-Papan struktur 1 Unit - Baik 2014
organisasi
-Peta 4 Unit - Baik 2014
gizi,UKS,Surveilens,Bu
mil
-Printer 1 Unit Canon MX Baik 2014
397
-Printer 1 Unit MP 230 Baik 2014
-Printer 1 Unit Canon E 150 Baik 2014
-Rak loket dan gudang 4 Unit Krisbow Baik 2014
-sofa 1 Unit Informa Baik 2014
-DVD 1 Unit Polytron Baik 2014
-Hardisk eksternal 1 Unit Samsung Baik 2014
-Kipas angin 1 Unit Krisbow Baik 2014
-Proyektor+pengaman 1 Set Acer Baik 2014
-Hordeng 5 Set - Baik 2014
-Food model 1 Set - Baik 2014
-Jaringan Internet 6 Set - Baik 2014
45

3.2. Gambaran Surveilans Epidemiologi di Puskesmas Keramasan Palembang


3.1.1. Pengumpulan
Sistem dan tata cara pengamatan surveilans epidemiologi di Puskesmas
Keramasan Palembang, yaitu :
1. Data kasus setiap hari di puskesmas atau pustu direkap setiap minggu dan di
jumlahkan sesuai dengan kelompok umur, kemudian dimasukan kedalam
blanko laporan mingguan penyakit dan dikirim ke dinas kesehatan setiap
minggu.
2. Dalam mingguan direkap setiap bulan dalam laporan bulanan disesuaikan
dengan kode penyakit dan diteliti oleh kepala puskesmas, lalu diserahkan
kepada pengelola surveilans, berdasarkan dari data yang diambil dari pengelola
STP-PUS yang arsipnya disimpan dalam arsip laporan serta di kirim ke Dinas
Kesehatan.

3.1.2. Pengolahan
Pengolahan surveilans epidemiologi di Puskesmas Keramasan Palembang
terdiri dari:
1. Perencanaan
a. Merencanakan pengumpulan dana
b. Merencanakan pengumpulan data
c. Merencanakan analisis dan interprestasi data

2. Pengorganisasian
Tugas dilaksanakan secara suaka dibantu oleh petugas-petugas kesehatan serta
kader masyarakat.

3. Penggerakan
Laporan dari pustu direkapitulasi ulang dan dijumlahkan sesuai menurut
kelompok umur, kemudian dimasukan dalam blanko laporan mingguan
penyakit.
46

3.1.3. Analisis dan Interpretasi


Kegiatan analisis dan interpretasi dari data-data yang telah diolah dilakukan
dengan memberikan informasi secara deskripsi sesuai dengan angka yang diperoleh,
kemudian dilakukan interpretasi data dengan melihat data tertinggi dan terendah
untuk kemudian dilakukan pengambilan keputusan atas urutan prioritas pemecahan
masalah.

3.1.4. 10 Penyakit Terbesar Puskesmas Keramasan Tahun 2015


Tabel 3.6
10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2015

No Nama Penyakit Jumlah Proporsi %


1 ISPA 2238 37,4%
2 Hipertensi 1262 21%
3 Gastritis 916 15,1%
4 Penyakit Kulit 365 6,2%
5 Diare 283 4,6%
6 Cepalgia 259 4%
7 Obs.Febris 201 3,4%
8 Diabetes Mellitus 196 3,4%
9 Rematik 193 3,4%
10 TB. Paru 56 1,5%
Jumlah 5969 100%
Sumber : Rekap Laporan Bulanan (LB-1) Januari-Desember 2015

Berdasarkan data diatas, penyakit tertinggi di Puskesmas Keramasan pada


tahun 2015 adalah ISPA dengan proporsi sebesar 37,4% dan dari 10 penyakit
terbesar di Puskesmas Keramasan pada tahun 2015, penyakit dengan proporsi
terendah adalah TBC dengan proporsi sebesar 1,5%.
47

Diagram 3.1
10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2015
3.40%
1.50%
3.40% 3.40% ISPA
4.00%
Hipertensi
4.60% Gastritis
37.40%
6.20% Penyakit Kulit
Diare
15.10% Cepalgia
Obs. Febris
21.00% Diabetes Mellitus
Rematik
TB. Paru

3.1.5. Daftar 10 Penyakit Menular Terbesar Puskesmas Keramasan Tahun


2011-2015
1. 10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2011
Tabel 3.7
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2011
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Diare 541 75,25
2 Diare Berdarah 73 10,16
3 TBC Paru BTA (+) 45 6,26
4 Pneumonia 23 3,2
5 Tifus Perut Klinis 15 2,08
6 DBD 14 1,96
7 Influenza 6 0,83
8 Tersangka TBC Paru 2 0,27
9 Gonore 0 0
10 Demam Dengue 0 0
Jumlah 719 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2011
48

Berdasarkan tabel 3.7 di atas diketahui proporsi penyakit menular yang


tertinggi pada tahun 2011 adalah Diare sebesar 75,25 % yang bisa dilihat pada
diagram di bawah ini :
Diagram 3.2
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun
2011
2.08%
0.27% 0.83% 0.00%
0.00%
1.96% Diare
6.26% Pneumonia
10.16% Diare Berdarah
3.20% TBC Paru BTA (+)
Tifus Perut Klinis
Tersangka TBC Paru
75.25% DBD
Influenza
Gonorrhoe
Demam Dengue

2. 10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2012


Tabel 3.8
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2012
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Diare 474 80,89
2 Pneumonia 70 11,94
3 Diare Berdarah 18 3,08
4 Influenza 9 1,53
5 TBC Paru BTA (+) 8 1,37
6 DBD 4 0,68
7 Tifus Perut Klinis 3 0,51
8 Tersangka TBC Paru 0 0
9 Gonore 0 0
10 Demam Dengue 0 0
Jumlah 586 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2012
49

Berdasarkan tabel 3.8 di atas diketahui proporsi penyakit menular yang


tertinggi pada tahun 2012 adalah Diare sebesar 80,89% yang bisa dilihat pada
diagram di bawah ini :
Diagram 3.3
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun
2012
0.83% Diare
0.27% 1.96% 0.00%
0.00% Pneumonia
6.26% 2.08% Diare Berdarah
10.16% TBC Paru BTA (+)
Tifus Perut Klinis
3.20% Tersangka TBC Paru
DBD
75.25% Influenza
Gonore
Demam Dengue

3. 10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2013


Tabel 3.9
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2013
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Diare 460 79,58
2 Pneumonia 60 10,38
3 TBC Paru BTA (+) 25 4,33
4 Diare Berdarah 20 3,46
5 Tersangka TBC Paru 8 1,38
6 Gonore 3 0,53
7 Tifus Perut Klinis 2 0,34
8 DBD 0 0
9 Influenza 0 0
10 Demam Dengue 0 0
Jumlah 578 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2013
50

Berdasarkan tabel 3.9 di atas diketahui proporsi penyakit menular yang


tertinggi pada tahun 2013 adalah Diare sebesar 79,58% yang bisa dilihat pada
diagram di bawah ini :
Diagram 3.4
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan
Tahun 2013
0.34% 1.38% 0.00% 0.53% 0.00% Diare
0.00%
3.46% 4.33% Pneumonia
10.38% Diare Berdarah
TBC Paru BTA (+)
Tifus Perut Klinis
Tersangka TBC Paru
79.58% DBD
Influenza
Gonore
Demam Dengue

4. 10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2014


Tabel 3.10
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2014
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Diare 168 83,16
2 Pneumonia 24 11,88
3 Diare Berdarah 5 2,48
5 Tifus Perut Klinis 4 1,98
9 Gonore 1 0,5
4 TBC Paru BTA (+) 0 0
6 Tersangka TBC Paru 0 0
7 DBD 0 0
8 Influenza 0 0
10 Demam Dengue 0 0
Jumlah 202 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2014
51

Berdasarkan tabel 3.10 di atas diketahui proporsi penyakit menular yang


tertinggi pada tahun 2014 adalah Diare sebesar 83,16% yang bisa dilihat pada
diagram di bawah ini :
Diagram 3.5
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun
2014
0.50% 0.00% 0.00% 0.00% Diare
1.98% 0.00%
11.88% 0.00% Pneumonia
2.48% Diare Berdarah
TBC Paru BTA (+)
Tifus Perut Klinis
Tersangka TBC Paru
DBD
83.16% Influenza
Gonore
Demam Dengue

5. 10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2015


Tabel 3.11
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2015
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Diare 276 71,87
2 Pneumonia 87 22,66
3 Tersangka TBC Paru 13 3,39
4 TBC Paru BTA (+) 4 1,04
5 Diare Berdarah 3 0,78
6 Demam Dengue 1 0,26
7 Tifus Perut Klinis 0 0
8 DBD 0 0
9 Influenza 0 0
10 Gonore 0 0
Jumlah 384 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2015
52

Berdasarkan tabel 3.11 di atas diketahui proporsi penyakit menular yang


tertinggi pada tahun 2015 adalah Diare sebesar 71,87% yang bisa dilihat pada
diagram di bawah ini :
Diagram 3.6
10 Penyakit Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan
Tahun 2015
1.04% 3.39% 0.00% 0.00% 0.26% Diare
0.00% 0.00% Pneumonia
0.78% Diare Berdarah
22.66% TBC Paru BTA (+)
Tifus Perut Klinis
Tersangka TBC Paru
71.87% DBD
Influenza
Gonore
Demam Dengue

3.1.6. Daftar Penyakit Tidak Menular Menular Terbesar Puskesmas


Keramasan Tahun 2011-2015
1. Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2011

Tabel 3.12
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2011
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Hipertensi 206 100
2 Diabetes Mellitus 0 0
Jumlah 206 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2011

Berdasarkan tabel 3.12 di atas diketahui proporsi penyakit tidak menular


yang tertinggi pada tahun 2011 adalah Hipertensi sebesar 100% yang bisa dilihat
pada diagram di bawah ini :
53

Diagram 3.7
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas
Keramasan Tahun 2011

0.00%

Hipertensi
100.00% Diabetes Mellitus

2. Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2012


Tabel 3.13
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2012
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Diabetes Mellitus 38 74,5
2 Hipertensi 13 25,5
Jumlah 51 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2012

Berdasarkan tabel 3.13 di atas diketahui proporsi penyakit tidak menular


yang tertinggi pada tahun 2012 adalah Diabetes Mellitus sebesar 74,5% yang
bisa dilihat pada diagram di bawah ini :

Diagram 3.8
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas
Keramasan Tahun 2012

25.50%
Hipertensi
74.50%
Diabetes Mellitus
54

3. Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2013


Tabel 3.14
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2013
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Diabetes Mellitus 12 85,7
2 Hipertensi 2 14,3
Jumlah 14 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2013

Berdasarkan tabel 3.14 di atas diketahui proporsi penyakit tidak menular


yang tertinggi pada tahun 2013 adalah Diabetes Mellitus sebesar 85,7% yang
bisa dilihat pada diagram di bawah ini :

Diagram 3.9
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas
Keramasan Tahun 2013

14.30%

Hipertensi
85.70%
Diabetes Mellitus

4. Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2014

Tabel 3.15
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2014
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Hipertensi 196 78,4
2 Diabtes Mellitus 54 21,6
Jumlah 250 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2014
55

Berdasarkan tabel 3.15 di atas diketahui proporsi penyakit tidak menular


yang tertinggi pada tahun 2014 adalah Hipertensi sebesar 78,4% yang bisa dilihat
pada diagram di bawah ini :

Diagram 3.10
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas
Keramasan Tahun 2014

21.60%
Hipertensi
Diabetes Mellitus
78.40%

5. Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2015


Tabel 3.16
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas Keramasan Tahun 2015
No Nama Penyakit ∑ Proporsi (%)
1 Hipertensi 1262 86,5
2 Diabetes Mellitus 196 13,5
Jumlah 1458 100%
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2015

Berdasarkan tabel 3.16 di atas diketahui proporsi penyakit tidak menular


yang tertinggi pada tahun 2015 adalah Hipertensi sebesar 86,5% yang bisa
dilihat pada diagram di bawah ini :
Diagram 3.11
Penyakit Tidak Menular Terbesar di Puskesmas
Keramasan Tahun 2015

13.50%

Hipertensi
86.50%
Diabetes Mellitus
56

3.2. Penetapan Prioritas Masalah


Dari 10 penyakit tertinggi yang diperoleh dari data STP-PUS, maka
dilakukan pemilihan prioritas penyakit dengan cara non-skoring yaitu menggunakan
teknik perbandingan (Comparation) yang terdiri dari aspek :
1. Aspek Urgency
Urgency artinya seberapa penting penyakit tersebut untuk segera diselesaikan
permasalahannya di masyarakat.

2. Aspek Growth
Growth artinya seberapa cepat pertumbuhan tren penyakit berkembang

3. Aspek Seriousness
Seriousness artinya seberapa parah penyakit tersebut apabila tidak segera
dilakukan penanganan

Berdasarkan ketiga aspek tersebut maka ditetapkan penyakit pneumonia


sebagai prioritas utama dalam kegiatan surveilans epidemiologi. Walaupun dari data
STP-PUS menunjukkan penyakit menular tertinggi yaitu diare dan secara kumulatif
dari tahun 2011-2015 penyakit pneumonia berada di urutan kedua.
Ditetapkannya penyakit pneumonia sebagai prioritas masalah atas dasar :
1. Aspek Urgency
Penyakit pneumonia ditetapkan menjadi prioritas dalam laporan ini karena
pneumonia memiliki faktor risiko yang cakupannya masih cukup rendah di
Puskesmas Keramasan, faktor risiko yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Keramasan ini ini terdiri dari :
a. Data Gizi Kurang
b. Angka PHBS Rumah Tangga : Perilaku Tidak Merokok yang masih rendah
cakupannya
c. Cakupan pemberian ASI Eksklusif
d. Cakupan Pemberian Vitamin A
57

2. Aspek Growth
Berdasarkan waktu, penyakit pneumonia ini memiliki kecenderungan
meningkatkan pada waktu tertentu yang sesuai dengan musim (September-
Januari), namun saat ini musim selalu mengalami pancaroba sehingga terjadi
ketidakteraturan musim yang menyebabkan penyakit pneumonia bisa terjadi
peningkatan kapan saja sesuai dengan musim. Intuk itu perlu dilakukan
kegiatan surveilans secara terus-menerus.

3. Aspek Seriousness
Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan memiliki jumlah penduduk yang cukup
padat yang terlihat dari angka kepadatan hunian yang cukup tinggi sehingga
memudahkan penyebaran penyakit pneumonia semakin cepat. Selain itu di
wilayah kerja Puskesmas Keramasan terdapat pabrik pengolahan PT.Semen
Baturaja yang dapat menyebabkan pencemaran udara.
58

3.3. Data Surveilans Penyakit Pneumonia


3.3.1. Distribusi Penyakit Pneumonia Menurut Orang (Person)
1. Distribusi Penyakit Pneumonia menurut umur

Tabel 3.17
Distribusi Penyakit Pneumonia menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas
Keramasan Palembang Tahun 2011-2015

TAHUN
NO UMUR 2011 2012 2013 2014 2015
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 0-7 Hari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 8-28 Hari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 < 1 thn 0 0 6 8,58 5 8,33 0 0 35 40,23

4 1-4 Thn 23 100 53 75,71 23 38,33 16 66,67 44 50,57

5 5-9 Thn 0 0 10 14,29 17 28,33 7 29,17 3 3,45

6 10-14 Thn 0 0 1 1,42 7 11,67 1 4,16 3 3,45

7 15-19 Thn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 20-44 Thn 0 0 0 0 5 8,33 0 0 2 2,3

9 45-54 Thn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 55-59 Thn 0 0 0 0 1 1,67 0 0 0 0

11 60-69 Thn 0 0 0 0 2 3,34 0 0 0 0

12 ≥ 70 Thn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
∑ 23 100 70 100 60 100 24 100 87 100
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2011-2015
Berdasarkan data pada tabel di atas di dapatkan bahwa penderita pneumonia
di Puskesmas Keramasan Palembang yang terbanyak pada tahun 2011 yaitu pada
kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah penderita 23 orang atau 100 %. Pada tahun
2012, penderita penyakit pneumonia terbanyak pada kelompok umur 1-4 tahun
dengan jumlah penderita 53 atau 75,71 %. Selanjutnya pada tahun 2013, penderita
pneumonia terbanyak terdapat pada kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah
penderita 23 atau 38,33%. Pada tahun 2014, penderita pneumonia terbanyak terdapat
59

pada kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah penderita 16 atau 66,67%.
Selanjutnya, pada tahun 2015, penderita pneumonia terbanyak terdapat pada
kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah penderita 40 atau 50,57%. Sehingga secara
keseluruhan dari tahun 2011-2015 didapat bahwa penderita pneumonia dominan pada
umur 1-4 tahun, dengan jumlah penderita paling banyak yaitu 53 atau sebesar 75,71
%.

Grafik 3.1
Distribusi Penyakit Pneumonia Menurut Umur di Puskesmas Keramasan Kota
Palembang Tahun 2011-2015

100%
90%
80%
70%
60% 2011
50% 2012
40% 2013
30% 2014
20% 2015
10%
0%
60

2. Distribusi Penyakit Pneumonia Menurut Jenis Kelamin

Tabel 3.18
Distribusi penyakit pneumonia menurut jenis kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2011-2015
TAHUN
JENIS
NO 2011 2012 2013 2014 2015
KELAMIN
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Laki-laki 15 65,2 45 64,3 35 58,3 8 33,3 43 49,4

2 Perempuan 8 34,8 25 35,7 25 41,7 16 66,7 44 50,6


∑ 23 100 70 100 60 100 24 100 87 100
Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2011-2015

Berdasarkan data di atas pada tahun 2011, proporsi laki-laki yang


menderita pneumonia adalah 65,2 %, sedangkan proporsi perempuan yang
menderita pneumonia adalah 34,8 %. Pada tahun 2012, proporsi laki-laki yang
menderita pneumonia adalah 64,3 % sedangkan proporsi perempuan yang
menderita pneumonia 35,7 %. Pada tahun 2013, proporsi laki-laki yang menderita
pneumonia adalah 58,3 % sedangkan proporsi perempuan yang menderita
pneumonia 41,7 %. dan pada tahun 2014, proporsi laki-laki yang menderita
pneumonia adalah 33,3 % sedangkan proporsi perempuan yang menderita
pneumonia adalah 66,7 %, sedangkan di tahun 2015 proporsi laki-laki yang
menderita pneumonia adalah 49,4 % dan proporsi perempuan yang menderita
pneumonia adalah 50,6 %.
61

Grafik 3.2
Distribusi Penyakit Pneumonia menurut Jenis Kelamin di Puskesmas
Keramasan Kota Palembang Tahun 2011-2015

65.30% 66.70%
70.00% 64.30%
58.30%
60.00% 50.60%
49.40%
50.00%
41.70%
40.00% 34.80% 35.70%
33.30%
laki-laki
30.00%

20.00% perempuan

10.00%

0.00%
2011 2012 2013 2014 2015

3.3.2. Distribusi Frekuensi Penyakit Pneumonia Menurut Tempat (Place)

Tabel 3.19
Distribusi, Prevalens dan Proporsi Penyakit Pneumonia menurut Tempat
(Kelurahan Pengunjung) di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang
Tahun 2011
TAHUN 2011
NO KELURAHAN
∑ penduduk Jumlah Kasus Prev (%) Proporsi (%)
1 Kemang Agung 21.000 17 0,08 74
2 Keramasan 8150 6 0,07 26

29.150 23 0,08 100
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2011
62

Tabel 3.20
Distribusi, Prevalens dan Proporsi Penyakit Pneumonia menurut Tempat
(Kelurahan Pengunjung) di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang
Tahun 2012
TAHUN 2012
NO KELURAHAN
∑ penduduk Jumlah Kasus Prev (%) Proporsi (%)
1 Kemang Agung 21.300 48 0,23 69
2 Keramasan 9910 22 0,22 31
∑ 31.210 70 0,22 100
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2012

Tabel 3.21
Distribusi, Prevalens dan Proporsi Penyakit Pneumonia menurut Tempat
(Kelurahan Pengunjung) di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang
Tahun 2013
TAHUN 2013
NO KELURAHAN
∑ penduduk Jumlah Kasus Prev (%) Proporsi (%)
1 Kemang Agung 21.300 41 0,2 68
2 Keramasan 9918 19 0,2 32
∑ 31.218 60 0,2 100
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2013

Tabel 3.22
Distribusi, Prevalens dan Proporsi Penyakit Pneumonia menurut Tempat
(Kelurahan Pengunjung)di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang
Tahun 2014
TAHUN 2012
NO KELURAHAN
∑ penduduk Jumlah Kasus Prev (%) Proporsi (%)
1 Kemang Agung 21.369 16 0,07 67
2 Keramasan 9918 8 0,08 33

31.287 24 0,08 100
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2014
63

Tabel 3.23
Distribusi, Prevalens dan Proporsi Penyakit Pneumonia menurut Tempat
(Kelurahan Pengunjung) di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang
Tahun 2015

TAHUN 2015
NO KELURAHAN
∑ penduduk Jumlah Kasus Prev (%) Proporsi (%)
1 Kemang Agung 22.140 60 0,27 69
2 Keramasan 10.120 27 0,26 31

32.260 87 0,26 100
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2015

Grafik 3.3
Distribusi Proporsi Penyakit Pneumonia Menurut Tempat di Puskesmas
Keramasan Kota Palembang Tahun 2011-2015

74.00%
80.00% 69.00% 68.00% 67.00% 69.00%

60.00% Kemang
31.00% 32.00% 33.00% 31.00%
26.00% Agung
40.00% Keramasan

20.00% Keramasan
Kemang Agung
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015

Berdasarkan data di atas, penyakit pneumonia ditinjau dari variabel tempat


dalam hal kelurahan pengunjung Puskesmas Keramasan dari tahun 2011-2015,
maka pengunjung puskesmas yang paling banyak menderita pneumonia berasal
dari Kelurahan Kemang Agung.
64

3.3.3. Distribusi Frekuensi Penyakit Pneumonia Menurut Waktu (Time)

Tabel 3.24
Distribusi Penyakit Pneumonia Menurut Waktu (Bulan) di Wilayah Kerja
Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2011-2015

TAHUN
NO KELURAHAN 2011 2012 2013 2014 2015
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1 Januari 0 0 22 32,4 10 16,6 12 50 7 8,05

2 Februari 0 0 12 17,14 3 5 3 12,4 5 5,75

3 Maret 4 17,4 0 0 11 18,3 4 16,7 4 4,6

4 April 3 13,04 7 10 5 8,3 5 20,9 3 3,45

5 Mei 4 17,4 2 2,85 4 6,7 0 0 2 2,3

6 Juni 3 13,04 4 5,7 4 6,7 0 0 3 3,45

7 Juli 3 13,04 0 14,3 1 1,7 0 0 5 5,75

8 Agustus 3 13,04 2 2,85 4 6,7 0 0 5 5,75

9 September 3 13,04 10 7 2 3,3 0 0 12 13,8

10 Oktober 0 0 2 2,85 4 6,7 0 0 19 21,8

11 November 0 0 4 6,7 12 20 0 0 8 9,2

12 Desember 0 0 5 7,14 0 0 0 0 14 16,1


∑ 23 100 70 100 60 100 24 100 87 100
Sumber : Sumber : STP-PUS Januari-Desember Tahun 2011-2015
65

Grafik 3.4

Distribusi Penyakit Pneumonia Menurut Waktu (Bulan) di Wilayah Kerja


Keramasan Kota Palembang Tahun 2011-2015

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
Januar Febru Agust Septe Oktob Nove Desem
Maret April Mei Juni Juli
i ari us mber er mber ber
2011 0.00% 0.00% 17.40%13.04%17.40%13.04%13.04%13.04%13.04% 0.00% 0.00% 0.00%
2012 32.40%17.14% 0.00% 0.00% 2.85% 5.70% 14.30% 2.85% 7.00% 2.85% 6.70% 7.14%
2013 16.60% 5.00% 18.30% 8.30% 6.70% 6.70% 1.70% 6.70% 3.30% 6.70% 20.00% 0.00%
2014 50.00%12.40%16.70%20.90% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
2015 8.05% 5.75% 4.60% 3.45% 2.30% 3.45% 5.75% 5.75% 13.80%21.80% 9.20% 16.10%

Menurut variabel waktu, di tahun 2015 penyakit pneumonia di wilayah kerja


Puskesmas Keramasan menunjukkan peningkatan dari bulan mei-desember dengan
proporsi dari 2,30% mei sampai 16% di bulan desember, dan mulai mengalami
penurunan pada bulan januari-april.
66

3.4. Data Faktor Risiko Penyakit Pneumonia


1. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 3.25
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2014-2015
4.

2014 2015
Wilayah
YA % YA %
Keramasan 353 88,60% 31 34%
Kemang Agung 145 88,40% 40 44%
TOTAL 498 88,60% 71 39%
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2014-2015

Grafik 3.5
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2014-2015

88.60%

88.40% Kemang
100.00% Agung
80.00% Keramasan
34.00%
60.00% 44.00%

40.00%
Keramasan
20.00%
Kemang Agung
0.00%
2014 2015

Berdasarkan dari data di atas, terjadi penurunan persentase cakupan


pemberian ASI eksklusif pada balita. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada
balita di Kemang Agung sebesar 44%, sementara untuk Kelurahan Keramasan
sebesar 34%.
67

2. Rumah Tangga Tidak Merokok


Tabel 3.26
Cakupan Rumah Tangga Tidak Merokok Dalam Rumah
di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2014-2015
1.

Wilayah 2014 2015


YA % YA %
3852 75,50% 43 47%
Keramasan
2281 21,40% 29 32,30%
Kemang Agung
6133 60,50% 72 40%
TOTAL
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2014-2015
Berdasarkan data di atas, terjadi penurunan cakupan untuk rumah tangga
tidak merokok dari tahun 2014 ke tahun 2015. Kelurahan Keramasan memiliki
cakupan rumah tangga tidak merokok lebih besar yaitu sebesar 47% , jika
dibandingkan dengan Kelurahan Kemang Agung, yaitu sebesar 32,30%.

Grafik 3.6
Cakupan Rumah Tangga Tidak Merokok Dalam Rumah
di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2014-2015

75.50%
Kemang
47.00% Agung
80.00%
Keramasan
60.00%
32.30%
40.00% 21.40% Keramasan
20.00%
Kemang Agung
0.00%
2014 2015
68

3. Kepadatan Hunian
Tabel 3.27
Kepadatan Hunian
di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2014
1.

Jumlah Jumlah Nilai Kepadatan


Kelurahan
Penduduk Rumah Hunian
Keramasan 9.918 jiwa 2458 4,03
Kemang Agung 21.369 jiwa 4700 5
Sumber : Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2014
Berdasarkan data di atas, kelurahan Kemang Agung memiliki angka
kepadatan hunian yang lebih besar, yaitu 5. Sementara itu, untuk angka
kepadatan hunian untuk Kelurahan Keramasan sebesar 4,03. Kedua Kelurahan
tersebut sama-sama memiliki angka kepadatan hunian yang tinggi, karena
memiliki angka kedapatan hunian yang lebih besar dari angka kepadatan hunian
ideal, yaitu 4.

4. Kasus Gizi Kurang Pada Balita

Tabel 3.28
Jumlah Kasus Gizi Kurang Pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2014-2015
1.

2014 2015
Wilayah
YA % YA %

Keramasan 19 31,7 17 31

Kemang Agung 41 68,3 38 69

TOTAL 60 100 55 100

Sumber : Laporan Bulanan Pembinaan Gizi Tahun 2014-2015


69

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan secara


proporsi untuk kasus gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Keramasan pada tahun 2014-2015. Untuk tahun 2015, Kelurahan Kemang
Agung memiliki kasus balita gizi kurang yang lebih tinggi yaitu sebesar 69% ,
dibandingkan dengan Kelurahan Keramasan yaitu sebesar 31%

Grafik 3.7
Jumlah Kasus Gizi Kurang Pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan Palembang Tahun 2014-2015

Kemang
68.30% 69.00% Agung
80.00%
31.70% 31.00% Keramasan
60.00%
40.00%
Keramasan
20.00%
Kemang Agung
0.00%
2014 2015

5. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita


Tabel 3.29
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita
Di Puskesmas Keramasan Kota Palembang Tahun 2014-2015
Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita
NO TAHUN KET
Target (%) Capaian (%)
2 2014 90 99 BAIK
3 2015 90 99 BAIK

Sumber : Laporan Bulanan Gizi PKM Keramasan Tahun 2014-2015


70

Berdasarkan data diatas, pada tahun 2014, cakupan pemberian kapsul


vitamin A pada balita mencapai 99% artinya jauh lebih besar dari target yaitu
90%. Sedangkan, pada tahun 2015, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada
balita mencapai 99% artinya jauh lebih besar dari target yaitu 90%. Secara
keseluruhan dari tahun 2014-2015, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada
balita dikategorikan baik karena mampu jauh melebihi target.
Grafik 3.8
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita
Di Puskesmas Keramasan Kota Palembang Tahun 2013-2015

98.00%
99.00% 99.00%
100.00%
98.00%
96.00% 90.00% capaian
94.00%
target
92.00%
90.00%
target
88.00%
86.00% capaian
84.00%
2014 2015

6. Cakupan Imunisasi Lengkap


Tabel 3.30
Cakupan Bayi yang Mendapat Imunisasi Lengkap
Di Puskesmas Keramasan Kota Palembang Tahun 2014-2015

Bayi yang mendapat imunisasi lengkap


NO TAHUN KET
Target (%) Capaian (%)
2 2014 85 90 BAIK
3 2015 90 95 BAIK
Sumber : SPM Program Imunisasi PKM Keramasan Tahun 2014-2015
71

Berdasarkan data diatas, pada tahun 2014 bayi yang mendapat


imunisasi lengkap mencapai 90% artinya jauh lebih besar dari target yaitu 85%.
Pada tahun 2015, bayi yang mendapat imunisasi lengkap mencapai 95% artinya
jauh lebih besar dari target yaitu 90%.
Grafik 3.9
Cakupan Bayi yang mendapat Imunisasi Lengkap
Di Puskesmas Keramasan Kota Palembang Tahun 2013-2015

100.00%
95.00% 90.00%
95.00% capaian
90.00%85.00%
target
90.00%
target
85.00%
capaian
80.00%
2014 2015
72

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Penyakit Pneumonia Menurut Variabel Orang


4.1.1. Penyakit Pneumonia Menurut Kelompok Umur
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur di bawah 2
tahun dan umur 1-4 tahun dibandingkan yang lebih tua. Hal ini dikarenakan status
kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan saluran napas yang masih
sempit. (Daulaire, 2004).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Surveilans Terpadu Penyakit (STP)
Puskesmas Keramasan, jumlah penderita pneumonia pada kelompok usia 1-4 tahun
selalu menempati urutan tertinggi. Penderita pneumonia di Puskesmas Keramasan
Palembang yang terbanyak pada tahun 2011 yaitu pada kelompok umur 1-4 tahun
dengan jumlah penderita 23 orang atau 100 %. Pada tahun 2012 penderita penyakit
pneumonia terbanyak pada kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah penderita 53
atau 75,71 %. Selanjutnya pada tahun 2013 penderita pneumonia terbanyak terdapat
pada kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah penderita 23 atau 38,33%. Pada tahun
2014 penderita pneumonia terbanyak terdapat pada kelompok umur 1-4 tahun dengan
jumlah penderita 16 atau 66,67%. Selanjutnya, pada tahun 2015 penderita pneumonia
terbanyak terdapat pada kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah penderita 40 atau
50,57% Sehingga secara keseluruhan dari tahun 2011-2015 didapat bahwa penderita
pneumonia dominan pada umur 1-4 tahun, dengan jumlah penderita paling banyak
yaitu 53 atau sebesar 75,71 %.
Tingginya angka penderita pneumonia pada kelompok usia balita juga
dipengaruhi oleh keadaan faktor risiko berupa status gizi pada balita. Keadaan gizi
adalah faktor yang sangat penting bagi timbulnya pneumonia. Tingkat pertumbuhan
fisik dan kemampuan imunologi seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi
dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya
72
73

infeksi suatu penyakit seperti pneumonia (Dailure, 2004). Berdasarkan data kasus gizi
kurang di Wilayah Puskesmas Keramasan, angka balita yang menderita gizi kurang
cukup tinggi. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan secara
proporsi untuk kasus gizi kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Keramasan
pada tahun 2014-2015. Untuk tahun 2015, Kelurahan Kemang Agung memiliki kasus
balita gizi kurang yang lebih tinggi yaitu sebesar 69% atau 38 balita gizi kurang ,
dibandingkan dengan Kelurahan Keramasan yaitu sebesar 31% atau 17 balita kurang,
dengan peningkatan proporsi dari tahun 2014-2015 juga terlihat mengalami kenaikan.
Dengan status gizi kurang yang tinggi pada kelompok usia balita menjadi
pengaruh besar terjadinya kasus pneumonia pada kelompok usia balita. Selain
dipengaruhi oleh kondisi status gizi, tingginya jumlah penderita pneumonia pada
balita juga dipengaruhi oleh faktor risiko berupa masih rendahnya cakupan pemberian
Air Susu Ibu- Eksklusif (ASI-Eksklusif) yang memiliki pengaruh penting dalam
pembentukan sistem kekebalan pada anak secara alamiah. (Daulaire, 2004)
Berdasarkan data cakupan pemberian ASI-Eksklusif dari tahun 2014-2015,
menunjukkan bahwa pemberian ASI-Eksklusif mengalami penurunan. Menurunnya
cakupan pemberian ASI-Eksklusif, maka anak-anak terutama pada kelompok usia
balita akan mengalami peningkatan tingkat kerentanan pada agent penyakit, salah
satunya penyakit pneumonia. Karena itulah dengan masih tingginya angka gizi
kurang pada balita dan menurunnya cakupan pemberian ASI-Eksklusif, menyebabkan
tingginya kelompok usia balita (1-4 tahun) mengalami pneumonia ditinjau
berdasarkan kelompok umur.
Dari data pemberian kapsul vitamin A pada balita, di tahun 2014, cakupan
pemberian kapsul vitamin A pada balita mencapai 99% artinya jauh lebih besar dari
target yaitu 90%. Sedangkan, pada tahun 2015, cakupan pemberian kapsul vitamin A
pada balita mencapai 99% artinya jauh lebih besar dari target yaitu 90%. Secara
keseluruhan dari tahun 2014-2015, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita
dikategorikan baik karena mampu jauh melebihi target. Artinya data tersebut
menunjukkan bahwa penurunan sistem imunitas atau sistem kekebalan tubuh balita
74

sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit pneumonia tidak dipengaruhi oleh


kurangnya pemberian vitamin A yang berfungsi bukan hanya sebagai kesehatan
indera penglihatan tapi juga berfungsi dalam pembentukan sistem imun.
Data cakupan vitamin A diatas juga di dukung dengan data standar pelayanan
minimal program imunisasi lengkap. Pada tahun 2014 bayi yang mendapat imunisasi
lengkap mencapai 90% artinya jauh lebih besar dari target yaitu 85%. Pada tahun
2015, bayi yang mendapat imunisasi lengkap mencapai 95% artinya jauh lebih besar
dari target yaitu 90%. Artinya, cakupan imunisasi lengkap telah melebihi target
menimal, sehingga dapat dikategorikan bahwa pemberian imunisasi pada balita sudah
baik.
Berdasarkan data cakupan vitamin A dan imunisasi lengkap tersebut, dapat
dilihat bahwa keduanya tidak memiliki hubungan terhadap penurunan daya tahan
tubuh balita, sehingga menyebabkan penyakit pneumonia banyak terjadi pada
kelompok umur 1-4 tahun. Menurunnnya daya tahan tubuh balita sehingga mudah
terinfeksi penyakit pneumonia didominasi oleh meningkatnya faktor risiko berupa
peningkatan kasus gizi kurang pada balita dan kurangnya cakupan pemberian ASI,
sehingga dapat menyebabkan turunnya daya tahan tubuh pada balita yang
menyebabkan balita mudah terinfeksi penyakit pneumonia.

4.1.2. Penyakit Pneumonia Menurut Jenis Kelamin


Berdasarkan data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas dari tahun
2011-2015 untuk penyakit pneumonia berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
bahwa pada tahun 2011, proporsi laki-laki yang menderita pneumonia adalah 65,2 %,
sedangkan proporsi perempuan yang menderita pneumonia adalah 34,8 %. Pada
tahun 2012, proporsi laki-laki yang menderita pneumonia adalah 64,3 % sedangkan
proporsi perempuan yang menderita pneumonia 35,7 %. Pada tahun 2013, proporsi
laki-laki yang menderita pneumonia adalah 58,3 % sedangkan proporsi perempuan
yang menderita pneumonia 41,7 %. dan pada tahun 2014, proporsi laki-laki yang
menderita pneumonia adalah 33,3 % sedangkan proporsi perempuan yang menderita
75

pneumonia adalah 66,7 %, sedangkan di tahun 2015 proporsi laki-laki yang


menderita pneumonia adalah 49,4 % dan proporsi perempuan yang menderita
pneumonia adalah 50,6 %.
Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa antara penderita pneumonia laki-
laki dan perempuan menunjukkan bahwa dari salah satu jenis kelamin tersebut tidak
menunjukkan mengalami tingkat kerentanan yang lebih besar untuk penyakit
pneumonia. Hal ini dapat dilihat bahwa setiap tahunnya penyakit pneumonia dapat
lebih besar jumlahnya pada kelompok laki-laki, atau sebaliknya yaitu penyakit
pneumonia juga dapat lebih besar proporsinya pada kelompok perempuan. Oleh
sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa proporsi penyakit pneumonia ini tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin.

4.2. Penyakit Pneumonia Menurut Variabel Tempat


Tempat adalah suatu konsep geografis yang melukiskan suatu daerah
dibatasi garis lintang dengan garis bujur timur dengan ketinggian dari muka laut.
Tempat dapat juga dibatasi neos geopolitis (administrasi pemerintahan, negara,
propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa dan dusun). (Noor,2000)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Surveilans Terpadu Puskesmas (STP)
Puskesmas Keramasan Palembang dari tahun 2011-2015, menunjukkan bahwa
berdasarkan tempat yang ditinjau dari kelurahan asal pengunjung puskesmas yang
lebih banyak mengalami pneumonia adalah Kelurahan Kemang Agung yaitu sebesar
69%, sementara untuk Kelurahan Keramasan sebesar 31%. Puskesmas Keramasan
memiliki dua wilayah kerja yang terdiri dari Kelurahan Kemang Agung dan
Kelurahan Keramasan.
Tingginya angka penderita pneumonia di Kelurahan Kemang Agung ditinjau
dari salah satu faktor risiko penyebab terjadinya pneumonia yaitu tingginya angka
kepadatan hunian di Kelurahan Kemang Agung. Berdasarkan data yang diperoleh,
angka kepadatan hunian di Kelurahan Kemang Agung yaitu 5, artinya secara rata-rata
76

ada 5 orang yang tinggal didalam satu rumah, sementara untuk angka kepadatan
hunian di Kelurahan Keramasan yaitu 4,03.
Dari data tersebut, kedua Kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas
Keramasan sama-sama memiliki angka kepadatan hunian yang tertinggi jika
dibandingkan dengan idealnya angka kepadatan hunian yaitu 4. Tingginya angka
kepadatan hunian di Kelurahan Kemang Agung menjadikan Kelurahan Kemang
Agung menjadi Kelurahan yang tinggi angka penderita pneumonia.
Kepadatan hunian menjadi faktor risiko penting dalam peningkatan kasus
pneumonia. Dengan kepadatan hunia yang tinggi maka penularan penyakit
pneumonia menjadi lebih cepat dan perkembangannya juga mengalami peningkatan
lebih cepat. Selain dengan tingginya angka kepadatan hunian, akan menyebabkan
kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti tidak adanya ruang khusus untuk
beristiharat dan rendahnya kualitas udara, sehingga penyakit akan lebih cepat
berkembang. (Anwar,2014)
Selain tingginya kepadatan hunian yang menyebabkan Kelurahan Kemang
Agung mengalami jumlah penderita pneumonia tertinggi di Puskesmas Keramasan,
cakupan perilaku tidak merokok yang masih rendah di wilayah Kemang Agung juga
menyebabkan tingginya kasus pneumonia di Kelurahan Kemang Agung. Berdasarkan
data yang diperoleh, cakupan prilaku tidak merokok di Kelurahan Kemang Agung
masih sangat rendah, yaitu ditahun 2015 sebesar 32,30%. Sementara untuk Kelurahan
Keramasan angka cakupan prilaku tidak merokok sebesar 47%.
Dari data tersebut, dapat kita lihat bahwa perilaku merokok di Kelurahan
Kemang Agung masih sangat tinggi. Asap rokok merupakan faktor risiko yang
memberikan pengaruh besar dalam menyebabkan peningkatan kasus pneumonia.
Dengan tingginya perilaku merokok di Kelurahan Kemang Agung menyebabkan
banyak masyarakat terutama kelompok usia rentan akan terpapar dengan asap rokok.
Asap rokok yang menjadi faktor risiko pneumonia akan menyebabkan masyarakat di
Kelurahan Kemang Agung menjadi banyak yang mengalami pneumonia.
77

Dengan tingginya angka kepadatan hunian dan perilaku merokok


menyebabkan kasus pneumonia memiliki proporsi yang lebih tinggi di Kelurahan
Kemang Agung.
Selain angka kepadatan hunian dan perilaku merokok, tingginya kasus
pneumonia di Kelurahan Kemang Agung juga disebabkan oleh faktor risiko lain yang
cakupannya di kelurahan Kemang Agung masih rendah jika dibandingkan dengan
Kelurahan Keramasan. Faktor risiko tersebut antara lain : rendahnya cakupan
pemberian ASI-Eksklusif di Kelurahan Kemang Agung dan tingginya angka kasus
gizi kurang pada balita di Kelurahan Kemang Agung.

4.3. Penyakit Pneumonia Menurut Variabel Waktu


Menurut variabel waktu, di tahun 2015 penyakit pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas Keramasan menunjukkan peningkatan dari bulan Mei-Desember dengan
proporsi dari 2,30% mei sampai 16% di bulan desember, dan mulai mengalami
penurunan pada bulan Januari-April. Peningkatan kasus pada bulan mei-desember di
tahun 2015 ini disebabkan oleh peningkatan faktor risiko yang berasal dari
lingkungan, yaitu kabut asap yang terjadi pada musim kemarau.
Pada tahun 2015, Kota Palembang mengalami kondisi darurat asap yang
menjadikan ISPA dan pneumonia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB). Kondisi
darurat asap ini juga mempengaruhi peningkatan kasus pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas Keramasan. Pencemaran udara dalam bentuk kabus asap yang telah
menduduki level hazardous berdasarkan Air Index Quality menyebabkan masyarakat
pada bulan mei-desember mengalami peningkatan keterpaparan dari salah satu faktor
risiko pneumonia dalam hal ini yaitu kabut asap.
Sementara itu, pada bulan Januari-April, kasus pneumonia justru mengalami
penurunan secara proporsi. Maka dari itu, dapat kita lihat bahwa berdasarkan variabel
waktu, penyakit pneumonia ini dipengaruhi oleh terjadinya musim, yaitu musim
kemarau yang terjadi pada bulan Agustus-Desember dan musim hujan pada bulan
Januari-Juli.
78

Kasus pneumonia akan mengalami peningkatan pada musim kemarau. Hal


ini disebabkan karena adanya peningkatan faktor risiko berupa pencemaran udara.
Pada musim kemarau, kasus pembakaran hutan akan mengalami peningkatan yang
menyebabkan pencamaran udara. Terjadinya pencemaran udara ini menyebabkan
kelompok rentan akan lebih mudah mengalami pneumonia. Sedangkan di musim
hujan, akan terjadi penurunan kasus pneumonia. Penurunan kasus pneumonia ini
disebabkan karena tingkat pencemaran udara.
Sementara itu, di tahun 2011-2014, kasus pneumonia mengalami fluktuasi
yang tidak beraturan baik penurunan maupun peningkatannya. Hal tersebut
disebabkan karena, saat ini pergantian musim mengalami siklus yang tidak menentu
atau yang kita kenal dengan musim pancaroba sebagai salah satu dampak yang
disebabkan oleh Global Warming. Akibat musim pancaroba ini, kasus pneumonia
sulit untuk diprediksikan peningkatannya di setiap bulan. Oleh sebab itu, kasus
pneumonia antara tahun 2011-2014 megalami ketidakaturan dalam penurunan dan
peningkatan kasusnya, karena terjadinya kasus pneumonia berdasarkan variabel
waktu dipengaruhi oleh terjadinya pergantian musim.

4.4. Prioritas Pemecahan Masalah


Untuk prioritas Pemecahan masalah kejadian pneumonia di Wilayah kerja
Puskesmas Keramasan, perlu dilakukan perbaikan berupa peninkatan status gizi pada
balita yang menjadi faktor risiko terbesar penyebab terjadinya pneumonia pada balita
di Kelurahan Kemang Agung. Selain itu, prioritas pemecahan masalah selanjutnya
perlu dilakukan perbaikan terhadap kepadatan hunian melalui pengoptimalan
program Keluarga Berencana (KB) dan memberikan penyuluhan secara berkala
kepada masyarakat di Kelurahan Kemang Agung tentang bahaya penyakit
pneumonia.
79

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
1. Menurut umur, distribusi penyakit pneumonia yang tertinggi yaitu pada umur
1-4 tahun ada dikategorikan kedalam balita. Tingginya kasus pneumonia pada
umur 1-4 tahun tersebut disebabkan oleh faktor risiko yaitu cakupan
pemberian ASI- eksklusif dan keadaan gizi kurang pada balita yang
menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh pada balita. Namun,
penurunan sistem kekebalan tubuh pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Keramasan tidak dipengaruhi oleh cakupan pemberian vitamin A dan
imunisasi lengkap.

2. Menurut jenis kelamin, distribusi penyakit pneumonia relatif tidak


dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, karena antara perempuan dan laki-
laki memiliki tingkat risiko yang sama untuk mengalami pneumonia

3. Menurut tempat, distribusi penyakit pneumonia di Puskesmas Keramasan


didominasi oleh pengunjung yang berasal dari Kelurahan Kemang Agung. Hal
ini dipengaruhi oleh kepadatan hunian yang tinggi di Kelurahan Kemang
Agung dan masih rendahnya cakupan tidak merokok di Kelurahan Kemang
Agung

4. Menurut waktu, distribusi penyakit pneumonia di Puskesmas Keramasan


mengalami peningkatan pada bulan Agustus-Desember atau pada musim
kemarau dan mengalami penurunan pada bulan Januari-Juli atau pada musim
hujan. Namun, keadaan musim yang mengalami pancaroba menyebabkan
penyakit pneumonia dapat meningkat pada bulan tertentu sejalan dengan
musim dan tingkat pencemaran udara.

79
80

5.2. Saran
1. Penyakit pneumonia merupakan penyakit yang berhubungan dengan saluran
pernafasan dengan penderita tertinggi pada kelompok usia 1-4 tahun atau
dikategorikan balita. Oleh sebab itu perlu dilakukan pencegahan dengan
memperkuat sistem imunitas melalui pemberian imunisasi lengkap dan
memenuhi pemberian ASI-Eksklusif.

2. Keadaan Gizi kurang menjadi faktor risiko yang besar untuk terjadinya
pneumonia, untuk itu upaya perbaikan status gizi perlu dilakukan secara
terintegrasi, artinya masyarakat harus berperan aktif untuk menyediakan
konsumsi makanan yang tepat dan pihak Puskesmas harus membantu dengan
melakukan melakukan pemantuan status gizi secara berkesinambungan untuk
melakukan pencegahan terhadap pneumonia terutama bagi balita.

3. Perilaku merupakan faktor risiko tertinggi untuk terjadinya pneumonia.


Perilaku yang paling besar yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
tingginya angka prilaku merokok di rumah tangga, oleh karena itu perlu
adanya kesadaran didalam rumah tangga untuk tidak merokok.

4. Pencegahan pneumonia tidak hanya sekedar pada bidang kesehatan primer,


tapi juga perlu diperhatikan dari bidang sosial salah satunya dari kepadatan
hunian. Masyarakat bersama dengan tenaga kesehatan harus menyadari bahwa
mengikuti program keluarga berencana dari pemerintah untuk menurunkan
angka kepadatan hunian. Karena semakin tinggi angka kepadatan hunia, maka
penyebaran penyakit pneumonia akan semakin meningkat.

5. Penyakit pneumonia merupakan penyakit yang juga memiliki faktor risiko


yang tinggi dari lingkungan. Pnuemonia berdasarkan variabel waktu akan
meningkat sesuai dengan pergantian musim menuju musim kemarau sampai
musim kemarau selesai. Oleh sebab itu perlu dilakukan pencegahan untuk
menurunkan risiko pencemaran udara dengan mengurangi aktivitas
81

pembakaran, karena pencemaran udara akan menyebabkan risiko penyakit


pneumonia semakin meningkat.
6. Upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit pneumonia
harus merupakan upaya yang terintegrasi dan sistematis, artinya mampu
melibatkan semua pihak untuk berperan aktif baik masyarakat maupun tenaga
kesehatan dengan lebih mengutamakan pada tingkat pelayanan kesehatan
promotif dan preventif. Kegiatan tersebur dapat berupa pemberian penyuluhan
secara aktif, melaksanakan kegiatan pemantauan seperti kegiatan surveilans
terhadap penyakit pneumonia, dan mengedukasi masyarakat untuk dapat lebih
meningkatkan prilaku hidup sehat serta aktif dalam memeriksakan diri ke
pusat pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat primer.
7. Perlu adanya peran aktif dari Puskesmas Keramasan untuk meningkatkan
pemanfataan Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan di tingkat primer.
Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas Keramasan dapat dilakukan dengan
memenuhi dimensi mutu dalam mewujudkan pelayana prima yang ada di
Puskesmas Keramasan, dimensi mutu tersebut yaitu : wujud fisik Puskesmas,
Kehandalan dalam memberikan pelayanan, cepat tanggap, keramahan,
kemudahan, keamanan, dan kepercayaan.
82

DAFTAR PUSTAKA

Anwar A, dan Dharmayanti I. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 8 No. 8. Mei 2014

Dailure, 2004. Analisis risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada
balita di 4 Provinsi di Indonesia [tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia : Depok

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Buletin Pneumonia Tahun 2010.


Pusat Data Surveilans Epidemiologi :Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Laporan riset kesehatan dasar


2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta

Kasjono, Heru Subaris dan Heldhi B. Setiawan. 2009. Intisari Epidemiologi. Mitra
Cendika Press : Yogyakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi


Pneumonia Balita. Pusat Data & Surveilans Epidemiologi. Volume 3
September 2010 ISSN 2087-1546. (Online)
http://pppl.depkes.go.id/dwonload/buletin-pneumonia.pdf diakses pada 27
Januari 2016

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.


Hal. 26, 27, 41, 54-55. Pusat Data dan Informasi: Jakarta. (Online)
www.depkes.go.id/downloads/Profil2011-v3.pdf diakses pada 27 januari
2016

Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor: 1116/tahun 2003 tentang Surveilans


Epidemiologi

Laporan Bulanan Pembinaan Gizi Tahun 2014-2015

Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas Keramasan Januari-


Desember 2011
83

Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas Keramasan Januari-


Desember 2012

Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas Keramasan Januari-


Desember 2013

Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas Keramasan Januari-


Desember 2014

Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas Keramasan Januari-


Desember 2015

Misnadiarly, 2008. Manual Pemberatasan Penyakit Menular. CV. Infomedika :


Jakarta

Noor, Nasri. 2000. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta : Jakarta

Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Sugeng Seto : Jakarta

Sugihartono dan Nurjazuli, 2009. Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol.11 No. 1/April 2012. Hal. 82-86.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Program Imunisasi Puskesmas Keramasan Tahun


2014-2015

Profil Puskesmas Keramasan Tahun 2014

The United Nations Children’s Fund, World Health Organization, 2006. The
Forgotten Killer of Children. NewYork. (Online)
http://www.childinfo.org/files/Pneumonia_The_Forgotten_Killer_of_Children
.pdf diakses pada 27 januari 2016.

Timreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. EGC : Jakarta

Yulianti. L, Setiani. O dan Hanani. Y. D, 2012. Faktor-Faktor Lingkungan Fisik


Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2/Oktober 2012 Hal. 187-193
84

World Health Organization.2013 Pneumonia. Fact sheet N°331 [cited 2013Nov 13].
Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/2013
diakses pada tanggal 1 Februari 2016

Zulkipli, Prayogi. A. S, Akhmadi dan Hartini, 2007. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas
Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal Teknologi Kesehatan Vol 5. No. 3. ISSN
0216-4981 November 2009.
85
86
87
88
89
90
91

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai